Anda di halaman 1dari 5

Noise Traders and The Law of One Price

A. Ringkasan
1. Law of one price
Menurut law of one price, dua komoditas yang sama akan memiliki harga jual yang
sama di pasar, meskipun di jual di tempat yang berbeda, karena selisih harga
menciptakan peluang untuk melakukan arbitrase (membeli di tempat yang lebih
murah dan menjual di tempat yang lebih mahal). Aktivitas ini menyebabkan harga
komoditas di tempat yang lebih murah naik dan harga komoditas di tempat yang
lebih mahal turun, sehingga pada akhirnya harga di kedua tempat menjadi sama.
2. Fungibility
Law of one price berlaku untuk produk yang identik. Namun, law of one price
menjadi lebih kompleks untuk produk yang tidak sepenuhnya identik, misalnya
produk yang memiliki bentuk fisik identik, tetapi memiliki nama yang berbeda.
Menurut perspektif Efficient Market Hypothesis (EMH), dua produk dengan fisk
yang sama persis tetapi diberi nama yang berbeda memiliki kandungan informasi
yang sama di dalamnya sehingga seharusnya memiliki harga yang sama. Namun,
menurut penganut behavioral economist, dua produk dengan fisik yang sama persis
tetapi diberi nama yang berbeda bisa memiliki harga yang berbeda karena nama yang
berbeda menyebabkan pandangan yang berbeda terhadap dua produk yang sama bagi
para irasional. Dua produk dengan fisik sama persis ini dapat dipertukarkan satu
sama lain tanpa conversion cost (disebut fungability).
Perusahaan Royal Dutch/Shell Group memiliki saham yang diperdagangkan di 2
tempat, Royal Dutch (diperdagangkan di Amsterdam) dan Shell (diperdagangkan di
London). Berdasarkan perjanjian merger 1907, saham Royal Dutch menerima 60%
earnings dan saham Shell 40% earnings. Dengan adanya pengaturan ini, rasio nilai
pasar Royal Dutch terhadap nilai pasar Shell seharusnya 1,5 (3:2). Namun, rasio ini
sangat bervariasi dari nilai teoritisnya. Dalam hal ini, the law of one price tidak
berlaku, karena tidak adanya fungability antara kedua saham tersebut. Investor yang
mau mengubah saham Royal Dutch menjadi saham Shell harus menjual terlebih
dahulu saham Royal Dutch-nya dan membeli saham Shell.
Jika dua komoditas identik dan fungible, maka the law of one price berlaku. Jika dua
komoditas identik tetapi tidak fungible, maka the law of one price bisa tidak berlaku.
3. Efficient Market Hypothesis (EMH)
Menurut perspektif Efficient Market Hypothesis (EMH), dua aset identik, meskipun
tidak fungible memiliki kandungan informasi yang sama di dalamnya sehingga
seharusnya memiliki harga yang sama. Harga aset mencerminkan informasi yang
ada.
4. The Friedman View
Dalam konteks pasar mata uang, harga akan cenderung kembali ke nilai rasionalnya,
meskipun terdapat aktivitas perdagangan spekulatif yang menjauhkan harga dari nilai
rasionalnya. Menurut Friedman, spekulator yang mendorong harga menjauhi nilai
rasionalnya akan kehilangan uang, karena smart traders akan mengambil posisi
opposite dan mendorong harga kembali ke nilai rasionalnya. Dalam versi modern
pendapatnya, Friedman menyebutkan noise traders (spekulator dan termasuk semua
peserta pasar) akan kehilangan uangnya karena membeli pada harga tinggi dan
menjual pada harga rendah.
5. Noise Traders dan Black’s 1985
Terdapat beberapa orang yang memiliki alasan tidak rasional dalam membeli atau
menjual saham. Noise trader Terdapat 2 kondisi yang harus dipenuhi untuk meng-
counter EMH:
a. Perilaku noise trader harus sistematis
b. Noise trader harus bisa bertahan secara ekonomi dalam periode waktu tertentu
Noise trader bukan merupakan investor yang rasional dan berpengetahuan, atau
dalam kata lain merupakan investor yang memiliki alasan tidak rasional dalam
melakukan trading.
Noise secara ilmiah sama dengan white noise atau brownian motion, yaitu sesuatu
yang melambung tanpa arah yang jelas. Noise trading adalah melakukan trading
karena ‘noise’ yang dianggap sebagai informasi.
Menurut Black, setiap traders memiliki kepercayaan yang berbeda dan semuanya
sama bagusnya. Menurut Friedman, noise trader adalah hal yang konyol, karena
rational traders akan mengambil uang dari mereka. Argumen Black dan Friedman
ini menunjukkan kritik atas EMH, dengan memasukkan noise trader ke dalam model.
B. Pertanyaan dan Kontra Argumen
Apakah ikut-ikut menjual saham karena aksi jual masal merupakan bentuk irrational
trading?
Baru-baru ini, rupiah terdepresiasi terhadap USD. Meskipun The Fed tidak
mengumumkan akan melakukan peningkatan suku bunga, namun pandangan terhadap
potensi kenaikan inflasi US memberi dampak pada menguatnya laju dollar. Di sisi lain,
aksi jual pelaku pasar membuat IHSG kembali anjlok. Meskipun terdapat beberapa berita
positif dari para emiten, hal ini tidak mampu menghalau aksi jual para pelaku pasar.
Berbeda dengan pendapat Friedman yang meyakini bahwa spekulator yang
menggerakkan harga menjauhi harga efisiennya akan segera kalah dari rational investor,
menurut Keynes Beauty Contest Theory.
Keynes menggambarkan perilaku investor pasar saham yang rasional, menggunakan
analogi berdasarkan pada kontes kecantikan fiktif menggunakan koran. Ini kemudian
dikenal sebagai Kontes Kecantikan Keynesian. Surat kabar itu menunjukkan foto dari
100 wanita, dan para pendatang diminta untuk memilih satu set 6 foto wanita yang paling
cantik. Mereka yang memilih satu set berisi foto wanita yang paling banyak dipilih
kemudian akan dimasukkan dalam undian untuk memenangkan sebuah hadiah.
Strategi naif adalah memilih wajah yang, menurut pendapat si pendatang, adalah yang
paling indah. Tetapi peserta kontes yang ingin memaksimalkan peluang memenangkan
hadiah, akan berpikir tentang apa persepsi mayoritas tentang kecantikan, dan kemudian
membuat pilihan berdasarkan beberapa kesimpulan dari pengetahuannya tentang persepsi
publik.
Keynes percaya bahwa perilaku serupa sedang bekerja di dalam pasar saham. Ini akan
membuat orang menentukan harga saham tidak berdasarkan nilai fundamentalnya, tetapi
lebih pada apa yang mereka pikir orang lain pikirkan atas nilai suatu saham.
Keynes mengacu pada investor profesional pada awal 1900. Tetapi konsep yang dia
gambarkan adalah valid hari ini seperti hampir 100 tahun yang lalu. Pada masa Keynes,
pasar didominasi oleh investor individu, yang kebanyakan hanya berspekulasi dengan
pilihan saham mereka. Pasar hari ini didominasi oleh para profesional, dan uang yang
sangat besar dan terkonsentrasi.
Berkat ledakan teknologi, ada banyak informasi investasi hanya dengan sekali klik, dan
investor harus berasumsi bahwa semua yang mereka ketahui tentang stok juga diketahui
oleh orang lain. Karena itu, ujung informasi yang ada di Keynes hampir hilang.
Dinyatakan secara berbeda, investor tidak lagi mencoba memilih apa yang menurut
mereka merupakan saham terbaik untuk dibeli, berdasarkan penilaian mereka sendiri
tentang nilai wajar. Itu adalah gagasan kuno tentang pemikiran urutan pertama. Mereka
bahkan tidak mencoba memilih saham yang mereka pikir disukai orang lain. Tapi,
mereka memilih saham yang menurutnya dianggap orang lain adalah saham yang disukai
orang lain. Itulah yang dijelaskan Keynes dengan analogi kontes kecantikannya.
Konsep ini membentuk dasar dari fenomena yang dapat diamati di pasar saham saat ini.
Konsep seperti price momentum, herding behavior, dan asset bubles. Ini adalah hal-hal
yang seharusnya tidak ada di pasar terbuka yang luas dengan peserta yang rasional.
C. Simpulan
Dalam law of one price, dua komoditas yang sama akan memiliki harga jual yang sama
di pasar, meskipun di jual di tempat yang berbeda, karena selisih harga menciptakan
peluang untuk melakukan arbitrase (membeli di tempat yang lebih murah dan menjual di
tempat yang lebih mahal). Aktivitas ini menyebabkan harga komoditas di tempat yang
lebih murah naik dan harga komoditas di tempat yang lebih mahal turun, sehingga pada
akhirnya harga di kedua tempat menjadi sama.
Dua produk dengan fisik identik dapat dipertukarkan satu sama lain tanpa conversion
cost (disebut fungability).
Menurut perspektif Efficient Market Hypothesis (EMH), dua produk dengan fisk yang
sama persis tetapi diberi nama yang berbeda memiliki kandungan informasi yang sama
di dalamnya sehingga seharusnya memiliki harga yang sama. Namun, menurut penganut
behavioral economist, dua produk dengan fisik yang sama persis tetapi diberi nama yang
berbeda bisa memiliki harga yang berbeda karena nama yang berbeda menyebabkan
pandangan yang berbeda terhadap dua produk yang sama bagi para irasional.
Menurut Friedman, spekulator yang mendorong harga menjauhi nilai rasionalnya akan
kehilangan uang, karena smart traders akan mengambil posisi opposite dan mendorong
harga kembali ke nilai rasionalnya.
Noise trader bukan merupakan investor yang rasional dan berpengetahuan, atau dalam
kata lain merupakan investor yang memiliki alasan tidak rasional dalam melakukan
trading.
Daftar Pustaka
Burton, Edwin T. Dan Shah, Sunit N. 2013. Behavioral Finance: Understanding the Social,
Cognitive, and Economic Debates. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
http://www.tokyofoundation.org/en/topics/2nd-end-of-laissez-faire/3-two-views-of-
speculation-in-financial-markets
https://www.zeninvestor.org/keynesian-beauty-contest/
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-1017119/pasar-panik-dan-tidak-irasional

Anda mungkin juga menyukai