Anda di halaman 1dari 26

KLASIFIKASI KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

FAKTOR PENYEBAB DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA

Proposal Tugas Akhir

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


dan Penulisan Karya Ilmiah yang diampu oleh:
Okkie Putriani, S.T., M.T.

Oleh :

Riya Anggara 16 02 16464 / TS


Kelas : D

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Yogyakarta merupakan wilayah yang istimewa, bukan hanya dikatakan

sebagai kota pelajar, Yogyakarta juga luar biasa karena banyaknya wisata alam

dan budaya yang diberikan oleh kota ini. Dari waktu ke waktu Yogyakarta selalu

mengalami pertumbuhan. Salah satu kemajuan yang jelas terlihat di Yogyakarta

adalah perkembangan dalam aspek proyek konstruksi. Banyak investor yang

menanamkan modalnya di Yogyakarta, ini dapat dilihat dengan banyaknya

pembangunan apartemen, hotel, gedung kampus, pusat pembelajaan dan lain

sebagainya.

Menurut Desharyanto dan Fansuri (2013) keberhasilan proyek konstruksi

dapat diukur melalui dua hal yaitu keuntungan yang didapat serta ketepatan waktu

penyelesaian. Keterlambatan dapat menjadi penghalang bagi pembangunan dan

dapat disebabkan oleh beberapa faktor.

Dalam manajemen proyek, perencanaan menempati nomor urut teratas dari

fungsi manajemen lainnya. Dari aspek penggunaan sumber daya, perencanaan

didefinisikan sebagai pemberi panduan bagi pelaksana mengenai alokasi sumber

daya untuk melaksanakan kegiatan dan memastikan penggunaan sumber daya

secara efektif dan efisien. Dalam perencanaan kerja seringkali timbul masalah-

masalah operasional yang menghambat aktivitas penyelesaian suatu proyek

seperti alokasi sumber daya yang tidak tepat, kurangnya sumber daya,
2

keterlambatan pelaksanaan proyek, dan masalah-masalah lainnya diluar

pembagian waktu dalam rencana kerja (Nicholas, 1990).

Dalam sebuah proyek konstruksi penjadwalan adalah hal yang penting,

apabila penjadwalan pekerjaannya baik, maka proyek akan selesai dengan baik

dan tepat waktu. Namun tak jarang kita menemukan proyek konstruksi yang

selesai tidak tepat pada waktunya, banyak proyek konstruksi yang mengalami

keterlambatan. Keterlambatan yang terjadi pada proyek konstruksi diakibatkan

oleh beberapa faktor penyebab yang barangkali berbeda pada tiap proyek.

Melihat banyaknya masalah yang menimbulkan keterlambatan pada proyek

konstruksi bangunan gedung, mengetahui faktor – faktor penyebabnya adalah hal

yang penting untuk mencegah keterlambatan proyek. Oleh karena itu peneliti

berusaha melakukan penelitian dengan judul “Klasifikasi Keterlambatan Proyek

Konstruksi Gedung Faktor Penyebab dan Tindakan Pencegahannya “

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor yang menyebabkan proyek konstruksi gedung mengalami

keterlambatan ?

2. Tindakan apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya

keterlambatan pada proyek konstruksi gedung ?


3

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini diberikan beberapa batasan masalah yang bertujuan

agar penelitian dapat lebih terfokus dan hasil yang didapatkan lebih maksimal.

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada proyek konstruksi gedung yang sedang

berlangsung.

2. Penelitian dilakukan pada proyek dengan karakteristik yang sama.

3. Penelitian dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Responden dalam penelitian adalah Project Manager, Site manager,

Site Engineer dan Pelaksana Lapangan.

5. Metode pengumpulan data primer adalah survei dengan cara


pembagian kuesioner.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksankannya penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya keterlambatan

proyek bangunan gedung.

2. Mengetahui solusi untuk mencegah terjadinya keterlambatan pada proyek

konstruksi gedung.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proyek Konstruksi Gedung

Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pengerjaan sebuah

bangunan, yang umumnya menjadi lingkup pekerjaan pokok dalam bidang teknik

sipil dan teknik arsitektur.

Didalam suatu proyek konstruksi terdapat berbagai kegiatan, kegiatan

proyek merupakan suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka

waktu terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu untuk melaksanakan tugas

dan sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut Soeharto (1999), banyak kegiatan dan pihak-pihak yang terlibat

didalam pelaksanaan proyek konstruksi menimbulkan banyak permasalahan yang

bersifat kompleks.

Kompleksitas proyek tergantung dari :

1. Jumlah macam kegiatan dalam proyek.

2. Macam dan jumlah hubungan antar kelompok (organisasi) didalam

proyek itu sendiri.

3. Macam dan jumlah hubungan antar kegiatan (organisasi) didalam proyek

dengan pihak luar.

Gambaran proses pekerjaan konstruksi menurut Hillebrandt (1988) sebagai

suatu yang panjang, rumit dan melibatkan banyak pihak. Keberhasilan proses

pekerjan konstruksi sangat tergantung dari saling keterkaitan antara pihak-pihak

5
6

yang terlibat dalam proyek konstruksi. Dalam proses konstruksi, pihak-pihak yang

terlibat dapat dari perorangan / perusahaan sebagai pelaku utama, dimana pemilik

bisa swasta / swataperorangan / pemerintah dan bertanggung jawab atas konsepsi

proyek, dan pemilik adalah pihak yang paling menentukan.

Pemilik dibantu oleh engineering / designer seperti arsitek atau consultan

engineering. Sedangkan untuk pelaksanaan fisik dikerjakan oleh kontraktor umum

atau kontraktor spesialis.

2.2 Manajemen Proyek Konstruksi Gedung

Manajemen proyek konstruksi mempunyai karakteristik, unik, melibatkan

banyak sumber daya dan membutuhkan organisasi. Dalam proses

penyelesaiaannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain) sesuai

spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule dan sesuai biaya yang ditetapkan

(Ervianto, 2007). Selanjutnya Ervianto mengatakan tujuan dari manajemen proyek

adalah untuk mendapatkan metode atau cara teknis yang paling baik agar dengan

sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil maksimal dalam hal ketepatan,

kecepatan, penghematan dan keselamatan kerja secara komprehensif.

Menurut Soeharto (1999), adapun tujuan dari proses manajemen proyek

adalah sebagai berikut :

1. Agar semua rangkaian tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak terjadi

keterlambatan penyelesaian proyek.

2. Biaya yang sesuai, maksutnya agar tidak ada biaya tambahan diluar

dari perencanaan biaya yang telah direncanakan.


7

3. Kualitas sesuai dengan persyaratan.

4. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

Manajemen merupakan suatu proses yang khas, yang terdiri dari tindakan

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan atau

pelaksana (actuating), dan pengawasan (controling), yang dilakukan untuk

menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya.

2.3 Keterlambatan Proyek Konstruksi

Parameter penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi yang sering

dijadikan sebagai sasaran proyek adalah anggaran, jadwal dan mutu. Keberhasilan

dalam menjalankan proyek tepat waktu, biaya serta mutu yang telah direncanakan

adalah salah satu tujuan terpenting bagi kontraktor dan pemilik. Pelaksanaan

proyek yang tidak sesuai dengan rencana dapat menyebabkan terjadinya

keterlambatan proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan sering

terjadi, yang dapat menyebabkan kerugian bagi penyedia dan pengguna jasa. Bagi

kontraktor, keterlambatan selain mengakibatkan pembengkakan biaya proyek

akibat bertambahnya waktu pengerjaan proyek dapat pula menurunkan

kredibilitas kontraktor untuk waktu yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik,

keterlambatan penggunaan atau pengoperasian hasil proyek konstruksi dan sering

berpotensi menyebabkan timbulnya perselisihan dan klaim antara pemilik dan

kontaktor (Soeharto, 1997).


8

Menurut Bordat et al (2004) bahwa keterlambatan waktu pelaksanaan

proyek adalah perbedaan pelaksanaan proyek pada saat perjanjian kontrak awal

dan selang waktu penyelesaian proyek.

Keterlambatan proyek ini berdampak pada progres proyek dan tertundanya

aktifitas pelaksanaan proyek dan kegiatan pelaksanaan proyek serta

mengakibatkan terjadinya perselisihan (disputes) antara kontraktor dan pemilik.

Jenis – jenis keterlambatan proyek menurut Vidalis et al dalam Al Najjar

(2008) :

1. Keterlambatan proyek yang dapat dimaafkan (excusable delay), yakni

keterlambatan proyek yang disebabkan oleh kejadian diluar kendali pemilik

maupun kontraktor

2. Keterlambatan proyek yang tidak dapat dimaafkan ( non excusable delay)

yakni keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau

kesalahan kontraktor.

3. Keterlambatan proyek yang layak mendapat ganti rugi (compensable

delay), yakni keterlambatan proyek yang disebabkan oleh tindakan,

kelalaian atau kesalaha pemilik.

4. Critical atau non critical, keterlambatan proyek ini adalah akibat dari waktu

progress pelaksanaan proyek. Keterlambatan proyek yang tidak kritis (non

critical delay), maka tidak berdampak pada schedule project. Terjadi

efeknya pada kegiatan critical path pada schedule.


9

5. Pelaksanaan progress atau terjadinya pada waktu bersamaan (concurrent)

atau non concurrent. Hal ini terjadi ketika pemilik dan kontraktor yang

bertanggung jawab atas penyebab keterlambatan pekerjaan proyek.

2.4 Faktor Keterlambatan Proyek

Banyak hal yang dapat mengakibatkan mundurnya waktu penyelesaian

suatu proyek. Beberapa penyebab yang sering terjadi antara lain: perubahan

kondisi lapangan, perubahan design atau spesifikasi, perubahan cuaca,

ketidaktersediaan tenaga kerja, material ataupun peralatan. Pada perencanaan

kerja seringkali timbul masalah operasional yang menghambat aktivitas

penyelesaian suatu proyek, seperti: kurangnya sumber daya, alokasi sumber daya

yang tidak tepat, keterlambatan pelaksanaan proyek dan masalah-masalah lainnya

diluar jadwal dalam rencana kerja (Nicholas,M.John, dan Herman Steyn,1990).

Menurut Assaf dan Al-Hejji (1995), penyebab keterlambatan proyek dapat

dilihat dari sisi material, tenaga kerja, peralatan, biaya atau modal, perubahan

design, hubungan dengan instansi terkait, penjadwalan dan pengendalian,

lambatnya prosedur pengawasan dan pengujian yang dipakai dalam proyek,

lingkungan, masalah kontrak, tidak adanya konsultan manajer profesional.

Sedangkan faktor-faktor yang berpotensi memicu terjadinya keterlambatan proyek

menurut Proboyo (1999), antara lain: gambar dan spesifikasi yang tidak lengkap,

adanya perubahan perencanaan selama proses pelaksanaan, manajerial yang buruk

dalam organisasi kontraktor, rencana kerja yang tidak tersusun dengan

baik/terpadu, kegagalan kontraktor melaksanakan pekerjaan. Faktor-faktor lain


10

yang potensial mempengaruhi waktu pelaksanaan terdiri dari tujuh kategori yaitu:

tenaga kerja, bahan (material), peralatan (equipment), karakteristik tempat,

manajerial (managerial), keuangan (financial), intesitas curah hujan, kondisi

ekonomi, dan kecelakaan kerja.

Jika ditinjau berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan (excusable delay, non

excusable delay, compensable delay), maka penyebab keterlambatan proyek dapat

di kelompokan sebagai berikut:

1. Non Excusable Delays.

Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:

a. Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan

tidak tersusun dengan baik.

Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan

jadwal proyek. Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi

durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.

b. Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan

proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya.

Perencanaan yang tidak sesuai kebutuhan dilapangan dapat menimbulkan

persoaalan karena tenaga kerja adalah sumber daya yang tidak mudah

didapat dan mahal sekali harganya.


11

c. Kualitas tenaga kerja yang buruk.

Kurangnya ketrampilan dan keahlihan pekerja dapat mengakibatkan

produktivitas tenaga kerja yang dihasilkan rendah sehingga memerlukan

waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek

d. Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor.

Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara

langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan

digunakan. Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat

dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk

mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri. Penyediaaan alat

dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang

direncanakan, akan membuat produktivitas pekerja menurun karena

banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.

e. Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek.

Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara

langsung didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan harus

disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga tujuan

dari pekerjaan proyek dapat tercapai.

f. Mobilisasi sumber daya yang lambat

Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier

kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi proyek

keluar lokasi proyek.Hal ini sangat dipengaruhi oleh penyediaan jalan

proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.


12

g. Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/ diperbaiki karena cacat/salah

Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan

pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang dipengaruhi

gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga kerja.Pada

dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau salah

memerlukan tambahan waktu.

h. Kesulitan finansial.

Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus

direncanakan dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan

kesulitan untuk proyek itu sendiri.Kesulitan pembiayaan oleh kontraktor

ini, terutama yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran ke pemasok

material dan pembayaran upah tenaga kerja.Hal ini akan menyebabkan

tersendatnya dukungan sumber daya yang ada dan membuat pelaksanaan

pekerjaan menjadi terhambat.

i. Kurangnya pengalaman kontraktor.

Pengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah dalam

bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor yang

sudah berpengalaman dengan mudah mengatasi permaslahan yang

timbul, lain halnya dengan kontraktor yang kurang pengalaman,akan

membutuhkan waktu yang lebih banyak.

j. Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor.

Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim. Dalam

pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlukan komunikasi yang


13

baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang

tumpang tindih.

k. Metode kontruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah

Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi,

walaupun mungkin tidak sampai menimbulkan kegagalan penyelesaian

stuktur, seringkali berdampak lebih lamanya waktu penyelesaian yang

diperlukan.

l. Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja.

Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat

mangakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja. Hal ini

dapat berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat kerja,

dan trauma akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat mengakibatkan

turunnya produktivitas kerja.

2. Excusable Delays

Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:

a. Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi,

tanah longsor, kebakaran, cuaca buruk.

Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk

menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya

produktivitas.Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang

direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.Gempa


14

bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek

terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.

b. Lingkungan sosial politik yang tidak stabil.

Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang

buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek karena

perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan tambahan

waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara keseluruhan.

c. Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek.

Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang

mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon negatif

dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang berakibat pada

berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti mundurnya jadwal

pelaksanaan proyek.

1. Compensable Delays

Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:

a. Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat.

Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan

pemakian yang mendesak.Kesalahan- kesalahan akan timbul karena

adanya tekanan waktu sehingga memerlukan perbaikan-

perbaikan.Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah dan

memerlukan tambahan waktu.


15

b. Persetujuan ijin kerja yang lama.

Persetujuan ijin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan

suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses

persetujuan ijin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat

proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut

diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil keputusan.

c. Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi.

Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat proyek

sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan perubahan

jadwal yang telah dibuat kontraktor.Setiap pembongkaran ulang dalam

pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu penyelesaian.

d. Sering terjadi penundaan pekerjaan.

Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan

atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang secara

langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.

e. Keterlambatan penyediaan meterial.

Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material yang

disiapkan oleh pemilik.Masalah akan terjadi apabila pemilik terlambat

menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang telah

dijadwalkan.Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas pekerja rendah

karena menganggur, yang mengakibatkan keterlambatan proyek.


16

f. Dana dari pemilik yang tidak mencukupi.

Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari

pemilik proyek yang tidak cukup.

g. Sistem pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak.

Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya terus

menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut kontraktor

sanggup menyediakan dana secara konsisten agar kelancaran pekerjaan

tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik yang tidak sesuai kontrak

dapat merugikan pihak kontraktor karena akan mengacaukan semua

sistim pendanaan proyek tersebut dan menpengaruhi kelancaran

pekerjaan kontraktor.

h. Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik.

Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat

kebebasan kontraktor dalam bekerja menjadi lebih terbatas. Keterbatasan

inilah yang pada akhirnya akan menyebabkan pelaksanaan pekerjaan

berjalan dengan lambat.

2.5 Dampak Keterlambatan Proyek

Keterlambatan penyelesaian suatu proyek akan berdampak pada masalah

keuangan. Keterlambatan dalam suatu proyek konstruksi meningkatkan biaya.

Adapun dampak keterlambatan pada owner adalah hilangnya potensial income

dari fasilitas yang dibangun. Sedangkan pada kontraktor adalah hilangnya

kesempatan untuk menempatkan sumber dayanya ke proyek lain, meningkatkan


17

biaya tidak langsung (indirect cost) karena bertambahnya pengeluaran untuk gaji

karyawa, sewa peralatan dan mengurangi keuntungan (Levis dan Atherley,1996)

Keterlambatan proyek pasti menimbulkan banyak kerugian bagi pemilik

proyek maupun penyedia jasa. Karena hal tersebut, Obrien (1996) menyimpulkan

kerugian yang yang terjadi oleh karena keterlambatan, yakni:

1. Bagi pemilik (owner), keterlambatan menyebabkan kehilangan penghasilan

dari bangunan yang seharusnya sudah bisa diberdayagunakan.

2. Bagi kontraktor, keterlambatan berarti naiknya overhead. Akibat dari

adanya kenaikan harga material karena upah buruh, dan terhambat proyek

lain.

3. Bagi konsultan, keterlambatan mengakibatkan kerugian waktu yang

menghambat kegiatan proyek lainnya.

2.6 Cara Mengatasi Keterlambatan Proyek

Dalam website ilmu sipil (2014), diungkapkan bahwa keterlambatan

pelaksanaan proyek merupakan suatu masalah yang tidak diharapakan oleh owner,

kontraktor, dan masyarakat di sekitar proyek. Beberapa cara mengatasi

keterlambatan proyek yaitu:

1. Meminta pertanggungjawaban kontraktor agar tetap menyelesaikan proyek

tepat waktu. Jika terjadi kemunduran dikenakan denda keterlambatan

proyek.
18

2. Memilih metoda kerja terbaik dan tercepat, menambah jumlah tenaga kerja,

menambah jumlah alat, peningkatan kinerja, mengajukan tambahan waktu

kepada owner.

3. Membuat kontrak kerja perencanaan dan mengadakan pengawasan.

4. Ikut membantu agar proyek segera selesai, mengajukan proposal agar

diberikan dana untuk melakukan perbaikan akibat gangguan proyek.

Dipohusodo (1996) menyimpulkan bahwa selama proses konstruksi sering

terjadi keterlambatan proyek. Cara mengendalikan keterlambatan adalah:

1. Mengerahkan sumber daya tambahan.

2. Melepas rintangan-rintangan, ataupun upaya-upaya lain untuk menjamin

agar pekerjaan meningkat dan membawa kembali ke garis rencana.

3. Jika tidak mungkin tetap pada rencana semula, diperlukan revisi jadwal,

yang selanjutnya dipakai sebagai dasar penilaian kemajuan pekerjaan

berikutnya.

Selain itu masih ada hal yang berpengaruh untuk mengatasi keterlambatan

penyelesaian proyek, diantaranya :

1. CPM ( Critical Path Method).

Menurut Levin dan Kirkpatrick (1972), metode Jalur Kritis (Critical Path

Method - CPM), yakni metode untuk merencanakan dan mengawasi proyek-

proyek merupakan sistem yang paling banyak dipergunakan diantara semua

sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan. Dengan CPM,

jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan berbagai tahap suatu

proyek dianggap diketahui dengan pasti, demikian pula hubungan antara


19

sumber yang digunakan dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

proyek. CPM adalah model manajemen proyek yang mengutamakan biaya

sebagai objek yang dianalisis (Siswanto, 2007). CPM merupakan analisa

jaringan kerja yang berusaha mengoptimalkan biaya total proyek melalui

pengurangan atau percepatan waktu penyelesaian total proyek yang

bersangkutan

Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam dalam melakukan

analisis jalur kritis, digunakan dua proses two-pass, terdiri atas forward pass

dan backward pass. ES dan EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF

ditentukan selama backward pass. ES (earliest start) adalah waktu terdahulu

suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua pendahulu sudah

selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu terdahulu suatu kegiatan dapat

selesai. LS (latest start) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai

sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF (latest

finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai sehingga tidak

menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek.

Menurut Badri (1997), manfaat yang didapat jika mengetahui lintasan kritis

adalah sebagai berikut :

a. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh pekerjaan

proyek tertunda penyelesaiannya.

b. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-pekerjaan yang

ada pada lintasan kritis dapat dipercepat.


20

c. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian jalur kritis

yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan di trade off (pertukaran

waktu dengan biaya yang efisien) dan crash program (diselesaikan dengan

waktu yang optimum dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau

dipersingkat waktunya dengan tambahan biaya lembur.

d. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan yang tidak

melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi manajer/pimpro untuk

memindahkan tenaga kerja, alat, dan biaya ke pekerjaan-pekerjaan di

lintasan kritis agar efektif dan efisien.

Menurut Yamit (2000), Kegunaan jalur kritis adalah untuk mengetahui

kegiatan yang memiliki kepekaan sangat tinggi atas keterlambatan penyelesaian

pekerjaan, atau disebut juga kegiatan kritis. Apabila kegiatan keterlambatan

proyek maka akan memperlambat penyelesaian proyek secara keseluruhan

meskipun kegiatan lain tidak mengalami keterlambatan.

2. Jaringan Kerja.

Network planning (Jaringan Kerja) pada prinsipnya adalah hubungan

ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan atau

divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian dapat

dikemukakan bagian-bagian pekerjaan yang harus didahulukan, sehingga

dapat dijadikan dasar untuk melakukan pekerjaan selanjutnya dan dapat


21

dilihat pula bahwa suatu pekerjaan belum dapat dimulai apabila kegiatan

sebelumnya belum selesai dikerjakan.


22

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Data Penelitian

Data-data yang akan diolah dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu

data yang didapatkan dari responden melalui kuesioner yang dibagikan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dilakukan dengan penyebaran kuesioner secara

langsung diproyek konstruksi di Yogyakarta. Responden dari kuesioner

yang disebarkan adalah Project Manager, Site manager, Site Engineer dan

Pelaksana Lapangan.

3.3 Instrumen Penelitian/Pengolahan Data

Instrumen dan pengolahan data yang digunakan pada penelitian ini adalah:

1. Lembar kuesioner yang berisi hal atau permasalahan yang harus dijawab

oleh responden.

2. Alat bantu pengolahan data yaitu software Excel 2007 untuk mengolah data.

22
23

3.4 Kuesioner

Pengumpulan data dengan kuesioner merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi. Kuesioner berisi

sejumlah pertanyaan secara tulisan untuk dijawab secara tulisan juga. Daftar

pertanyaan ini mengarah pada tujuan penelitian.

3.4.1. Teknik Pembuatan Kuesioner

Kuesioner dan daftar pertanyaan dibuat berdasarkan beberapa sumber

referensi berupa jurnal yang terdiri atas :

1. Data diri responden, terdiri dari pertanyaan mengenai data diri responden

secara umum, dan tanggapan responden mengenai keterlambatan proyek.

2. Faktor penyebab terjadinya keterlambatan penyelesaian proyek bangunan

gedung.

3. Solusi yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keterlambatan

penyelesaian proyek.

3.4.2. Teknik Pengisian Kuesioner

Kuesioner yang terdiri dari beberapa pernyataan diisi berdasarkan

keterlambatan yang telah terjadi pada proyek yang sedang berlangsung.

3.5 Pengolahan Data Penelitian

Setelah seluruh data yang diperoleh melalui kuesioner terkumpul, kemudian

dilakukan analisis data. Analisis data ini menggunakan metode analisis deskriptif
24

untuk mencari faktor-faktor penyebab terjadinya keterlambatan pada proyek

konstruksi yang sering terjadi serta solusinya berdasarkan urutan ranking.

Langkah untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Analisis Mean

Metode analisis ini berguna untuk menentukan dan memberikan prioritas

terhadap variabel studi. Analisis mean merupakan teknik penjelasan

kelompok yang didasarkan dari nilai rata-rata. Nilai rata-rata akan

digunakan untuk menentukan faktor penyebab keterlambatan yang sering

terjadi dan solusi yang paling sering digunakan untuk mengatasi

keterlambatan.

Mean dapat diperoleh dengan rumus berikut :

=
=1

(3-2)

Keterangan :

X = nilai rata-rata (mean)

N= jumlah responden

i = kategori indeks responden (i = 1, 2, 3, 4), dimana :

a. Untuk mengetahui faktor penyebab keterlambatan :

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Setuju

4 = Sangat Setuju
25

b. Untuk mengetahui solusi untuk mencegah masalah keterlambatan :

1 = Sangat Tidak Setuju

2 = Tidak Setuju

3 = Setuju

4 = Sangat Setuju

Dari hasil data kuesioner tersebut kemudian dibandingkan sebagai koefisien

ranking dengan cara mengurutkan nilai mean dari nilai yang paling tinggi sebagai

ranking 1.

3.5.2. Metode Statistik Standar Deviasi

Standar Deviasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk

menjelaskan homogenitas kelompok. Atau sering diartikan variasi sebaran

data. Semakin kecil nilai sebarannya, variasi nilai data semakin sama. Jika

bernilai 0, maka nilai semua datanya adalah sama. Semakin besar nilai

sebarannya maka data akan semakin bervariasi. Untuk melengkapi analisis

dari data yang telah dikumpulkan, maka akan lebih akurat apabila diukur

juag besar kecilnya penyimpangan yang terjadi. Karena sering sekali

pengukuran dengan analisis mean saja akan cenderung menghasilkan hasil

yang relatif sama, tetapi sebenarnya memiliki simpangan yang berbeda.

Pengukuran penyimpangan merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

tinggi rendahnya perbedaan data yang diperoleh rata-ratanya.

Rumus dari deviasi standar adalah :


2

=
=1

(3-3)
−1

Keterangan :
26

SD = Standar Deviasi

X = nilai rata-rata (mean) dari masing-masing faktor

n= jumlah responden

Xi = nilai pada kategori (i) yang diberikan responden

Anda mungkin juga menyukai