KELAS 1A
Kelompok 7
2017
DAFTAR ISI
B. Tujuan ................................................................................................................... 4
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................................... 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya, diet dalam konteks upaya mengatur asupan nutrisi
dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: yang pertama, Menurunkan berat badan
(massa) misalnya, bagi model atau aktris yang ingin menjaga penampilannya, yang
kedua meningkatkan berat badan (massa) misalnya bagi olahragawan atau atlet
binaraga yang ingin meningkatkan massa otot, ketiga pantang terhadap makanan
tertentu misalnya bagi penderita diabetes, yang keempat diet pre dan post operasi
(Astuti, 2013).
Menurut ahli kesehatan dunia, Kehlet (1999) saat melakukan operasi, medis
terdahulu tidak memperbolehkan pasien makan 12 jam sebelum operasi. Selain itu,
bila pasien menjalani operasi perut, maka ia pun tidak boleh makan sampai
seminggu setelah operasi dan hanya boleh bergerak di tempat tidur selama
berminggu-minggu. Dengan demikian, tidak mengherankan bila pasien sering
mengalami penurunan berat badan yang drastis, khususnya bagi orang yang lemah
dan lanjut usia. Sehingga akan memakan waktu lama untuk pemulihan. Maka
Kehlet justru merekomendasikan pasien untuk diberi makanan yang kaya
karbohidrat seperti kentang dan pasta sampai 5 jam sebelum operasi, serta minuman
berenergi tinggi sampai 2 jam sebelum operasi, tergantung jenis operasi yang
dilakukan. Selain itu, setelah operasi, pasien sebaiknya makan sesegera mungkin.
Pasien juga hendaknya bangun dan banyak bergerak dihari berikutnya, bukan hanya
beristirahat di tempat tidur. Menurutnya, alasan utama untuk tidak memperbolehkan
pasien makan sebelum operasi adalah resiko kesulitan bernapas karena makanan
dari lambung masuk ke paru-paru. Tetapi risiko ini ternyata sangat minimal.
Di Indonesia sendiri saat pasien mau melakukan operasi dibagian sistem
pencernaan, memiliki makanan di dalam sistem pencernaannya bisa mempersulit
operasi dan menyebabkan atau menyebabkan operasi dibatalkan. Jika pasien
memiliki makanan atau cairan di perut selama operasi, maka pasien bisa muntah
sementara di bawah anestesi. Oleh karena itu pasien dianjurkan tidak makan
makanan berat selama 8-12 jam sebelum operasi, tetapi diperbolehkan makan-
makanan lunak seperti salad atau sup untuk makanan terakhir sebelum operasi
(Nurkhasanah, 2015).
Ada dua macam diet untuk pasien yang mau melakukan operasi. Pertama Diet
pre operasi adalah pengaturan makan yang diberikan kepada pasien yang akan
melakukan operasi. Tujuan dilakukan diet ini adalah untuk mengusahakan agar
status gizi pasien dalam keadaan optimal pada saat operasi, sehingga tersedia
cadangan energi untuk mengatasi stress dan penyembuhan luka. Kedua Diet post
operasi adalah pengaturan makanan yang diberikan kepada pasien setelah
melakukan operasi. Pengaturannnya tergantung pada jenis operasi dan jenis
penyakitnya. Tujuan dilakukan diet ini adalah untuk mengupayakan agar status gizi
pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Untuk itu perawat harus memberikan diet
pre dan post operasi ini secara benar dan mengupayakan agar pasien mau
melakukannya, karena biasanya nafsu makan pasien berkurang terutama saat
kondisi pasien setelah melakukan operasi (Mardalena, 2013).
B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui diet sebagai terapi pada pasien pre & post operasi.
Tujuan Khusus
4
BAB II
PEMBAHASAN
Jika pasien memiliki makanan atau cairan di perut selama operasi, maka pasien
bisa muntah sementara, di bawah anestesi (Mardalena, 2013).
5
b. Protein
Bagi pasien dengan status gizi kurang, anemia, albumin rendah (<2,5 mg/dl)
diberikan protein tinggi 1,5-2,0 g/kg BB.
Bagi pasien dengan status gizi baik atau kegemukan diberikan protein
normal 0,8-1 g/kg BB.
Bagi pasien dengan penyakit tertentu, diberikan sesuai dengan penyakitnya.
c. Lemak cukup
Yaitu 15-25% dari kebutuhan energi total. Bagi pasien dengan penyakit
tertentu, diberikan sesuai dengan penyakitnya.
d. Karbohidrat cukup
Sebagai sisa dari kebutuhan energi total untuk menghindari
hiprmetabolisme. Bagi pasien dengan penyakit tertentu, karbohidrat
diberikan sesuai dengan penyakitnya.
e. Vitamin cukup
Terutama vitamin B, C, dan K bila perlu ditambahkan dalam bentuk
suplemen.
f. Mineral cukup
Bila perlu ditambahkan dalam bentuk suplemen.
g. Rendah sisa
Agar mudah dilakukan pembersihan saluran cerna atau klisma, sehingga
tidak mengganggu proses operasi.
6
diberikan makanan saring, hari ke-2 daan 1 sebelum operasi diberikan
formula enteral rendah sisa. Pada pasien pre operasi besar di luar saluran
cerna diberikan formula enteral rendah sisa selama 2-3 hari. Pemberian
makanan terakhir pada pre operasi besar dilakukan selama 12-18 jam
sebelum operasi, sedangkan minum terakhir 8 jam sebelumnya. Karena
sebelum operasi tidak diperbolehkan makan berat namun tetap
memperhatikan nutrisi pasien agar tidak lemah dan memperpanjang
penyakit.
a. Nutrisi Enteral
Nutrisi enteral merupakan terapi pemberian nutrien lewat saluran
pencernaan dengan menggunakan selang atau kateter khusus. Pemberian
nutrisi enteral yang dini akan memberikan manfaat antara lain memperkecil
respons katabolik, mengurangi komplikasi infeksi, memperbaiki toleransi
pasien, mempertahankan integritas usus, mempertahankan integritas
imunologis, dan memberikan sumber energi yang tepat bagi usus pada
waktu sakit. Cara pemberian nutrisi ini bisa melalui jalur hidung-lambung
(nasogatric route) atau hidung-usus (nasoduodenal atau nasojejunal route).
Pemberian nutrien juga bisa dilakukan dengan cara bolus atau cara infus
lewat pompa infus enteral.
Nutrisi enteral diberikan bagi penderita yang memerlukan asupan nutrien
dengan saluran cerna yang masih berfungsi, seperti; AIDS/HIV (yang
disertai malnutrisi), penurunan kesadaran/koma, disfagia/obstruksi esofagus
dan lain-lain. Nutrisi enteral tidak boleh diberikan pada keadaan
pendarahan, gaistrointestinal yang berat, muntah yang persisten, ileus
obstruktif, diare yang profus dan enterokolitis berat.
7
b. Nutrisi Parenteral
Nutrisi parenteral adalah pemberian nutrien dalam bentuk formula
parenteral ke dalam pembuluh darah balik (vena), bisa berupa vena parifer
atau vena sentral (cara pemberian ini disebut nutrisi parenteral total ).
Nutrisi ini diberikan pada keadaan :
1) Ketidakmampuan untuk mencerna atau menyerap makanan secara
memadai yaitu pada kasus diare berat, trauma perut, ileus yang lama,
reseksi usus yang luas.
2) Usus harus diistirahatkan, yaitu fistula enteral serta penyakit inflasi usus
akut.
8
d. mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain.
e. memperbaiki ketidaksetimbangan elektrolit dan cairan.
f. mencegah dan menghentikan pendarahan.
9
ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua
zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan.
b. Diet Pasca Bedah II (DPB II)
Diet ini diberikan setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada tanda-tanda
usus mulai bekerja. Diet ini diberikan untuk pasien pasca bedah besar
saluran cerna atau sebagai perpindahan dari DPB I. Makanan diberikan
dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih, sirup, sari buah, sup, susu,
dan puding. Rata-rata 8-10 kali sehari selama pasien tidak tidur. Jumlah
cairan yang diberikan tergantung keadaan dan kondisi pasien. Selain itu
dapat diberikan makanan parenteral bila diperlukan. DPB II ini diberikan
untuk waktu sesingkat mungkin, karena zat gizinya kurang. Makanan yang
tidak boleh diberikan pada DPB II adalah air jeruk dan minuman yang
mengandung karbondioksida.
c. Diet Pasca Bedah III ( DPB III )
Diet ini diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau
sebagai perpindahan pada DPB II. Makanan yang diberikan berupa makanan
saring ditambah susu dan biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml
sehari. Selain itu dapat memberikan makanan parenteral bila diperlukan.
d. Diet Pasca Bedah IV ( DPB IV )
Diet ini diberikan kepada pasien pasca bedah kecil, setelah DPB I pasien
pasca bedah besar, setelah DPB III makanan diberikan berupa makanan
lunak yang dibagi dalam tiga kali makanan lengkap dan satu kali makanan
selingan. Jika makanan pokok berupa bubur atau nasi tim tidak habis,
makanan selingan diberikan dua kali. Contoh makanan selingan, dua keping
biskuit atau satu porsi puding dan segelas susu. Makanan yang tidak
dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang
mengandung karbondioksida.
10
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada diet operasi, jika operasi berada di bagian sistem pencernaan dan di
dalamnya terdapat makanan atau cairan, bisa mempersulit operasi dan
menyebabkan infeksi atau menyebabkan operasi dibatalkan. Jika memiliki makanan
atau cairan di perut selama operasi, bisa muntah sementara di bawah anestesi.
Pasien dianjurkan makan makanan yang lunak dan mudah dicerna 4-5 jam sebelum
operasi tergantung jenis operasi yang akan dilakukan.
Tujuan diet pre dan post adalah untuk mengupayakan agar status gizi pasien
segera kembali normal, untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh pasien.
B. Saran
1. Bagi perawat, ikutilah semua anjuran yang diberikan oleh ahli gizi untuk diet
pre dan post operasi, agar saat melakukan tindakan operasi atau sesudahnya
tidak terjadi kendala dan pasien tidak mengalami kekurangan nutrisi.
2. Bagi pasien pre dan post, ikutilah anjuran yang diberikan oleh perawat agar
proses operasi dan proses penyembuhan setelah operasi yang diberikan berjalan
dengan baik.
11
DAFTAR PUSTAKA
Back, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica.
Maryani, Sri. 2016. Diet Pre Dan Post Operasi. http://dokumen.tips.com.diakses pada
5 November 2017.