Anda di halaman 1dari 16

RESUME PASIEN Ny.

W DENGAN DIAGNOSA MEDIS STROKE NON


HEMORAGIK
DI POLI SYARAF RSUD SLEMAN

Disusun Oleh :

Nama : Mei Dita Vera Teana

Kelas : 2A

NIM : 2720162841

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO

YOGYAKARTA

2018

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Resume pada pasien Ny. W dengan diagnosa medis stroke non hemoragik di Poli
Syaraf RSUD Sleman. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas individu
Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah I semester IV, pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat : Poli Syaraf RSUD Sleman

Praktikan,

Mei Dita Vera Teana

Pembimbing Lahan (CI) Pembimbing Akademik

Linda Widyarani, M.Kep.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Batticaca (2008), stroke adalah suatu keadaan yang
timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Menurut Batticaca (2008), stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa dan
nomor 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami
kelemahan yang memerlukan perawatan. Penyakit ini juga menimbulkan
kecacatan terbanyak pada kelompok usia dewasa yang masih produktif.
Secara sederhana stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan dengan
gejala lemas, lumpuh sesaat, atau gejala berat sampai hilangnya kesadaran,
dan kematian.
Menurut Depkes (2011), stroke merupakan penyebab kematian
tertinggi dari seluruh penyebab kematian. Dengan proporsi angka kejadian
yaitu 15,4%, disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan penyakit paru
obstruksi kronis. Penyakit stroke merupakan penyebab kematian nomor 3
tersering di negara maju setelah penyakit jantung dan kanker.
Menurut Ginsberg (2008), stroke non hemoragik merupakan
kedaruratan medis yang memerlukan penanganan segera. Proses asuhan
keperawatan mempunyai peranan penting dalam keberhasilan
penyelamatan maupun rehabilitasi klien. Hasil dari proses asuhan
keperawatan dapat sesuai dengan yang diharapkan bilamana dilakukan
secara professional namun hasil dapat bertolak belakang dengan tujuan,
jika proses asuhan keperawatan tersebut tidak dilakukan secara
professional.

3
Dari beberapa hal dan informasi diatas, maka penulis tertarik untuk
mengangkat kasus stroke non hemoragik sebagai kasus kelolaan dalam
penyelesaian tugas praktik klinik keperawatan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui gambaran tentang penyakit stroke
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi stroke non hemoragik
b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi stroke non hemoragik
c. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis stroke non
hemoragik
d. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi stroke non hemoragik
e. Mahasiswa dapat mengetahui pathway stroke non hemoragik
f. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi stroke non hemoragik
g. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang stroke non
hemoragik
h. Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa keperawatan stroke non
hemoragik

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut WHO dalam Muttaqin (2011), stroke didefinisikan
sebagai penyakit yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah di otak
yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik lokal
maupun global yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang dapat
menyebabkan kematian.
Stroke disebabkan oleh plak arteriosklerotik yang terjadi pada satu
atau lebih arteri yang memberi makanan ke otak yang mengaktifkan
mekanisme pembekuan darah dan menghambat aliran darah di arteri,
sehingga menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut pada area yang
teralokasi (Guyton & Hall, 2007).
Gejala stroke dapat bersifat fisik, psikologis dan perilaku. Gejala
fisik yang paling khas adalah paralisis, kelemahan, hilangnya sensasi
diwajah, lengan atau tungkai disalah satu sisi tubuh, kesulitan berbicara,
kesulitan menelan dan hilangnya sebagian penglihatan disatu sisi. Seorang
dikatakan terkena stroke jika salah satu atau kombinasi apapun dari gejala
diatas berlangsung selama 24 jam atau lebih (Feigin, 2007). Stroke atau
cerebrovascular accident merupakan gangguan sistem saraf pusat dan
merupakan penyebab utama gangguan aktivitas fungsional pada orang
dewasa (Irfan, 2010).

B. Etiologi
Menurut Adam dan Victor (2009), penyebab kelainan pembuluh darah
otak yang dapat mengakibatkan stroke, antara lain :
1. Trombosis aterosklerosis
2. Transient iskemik
3. Emboli

5
4. Perdarahan hipertensi
5. Ruptur dan sakular aneurisma atau malformasi arterivena
6. Arteritis
a. Meningovaskular sipilis, arteritis sekunder dari piogenik dan
meningitis tuberkulosis, tipe infeksi yang lain (tipus,
scistosomiasis, malaria, mucormyosis)
b. Penyakit jaringan ikat (poliarteritis nodosa, lupus eritromatous,
necrotizing arteritis, wegener arteritis, temporal arteritis, takayasu
diseases, granuloma atau arteritis giant sel dari aorta).
7. Trombophlebitis serebral : infeksi sekunder telinga, sinus paranasal,
dan wajah
8. Kelainan hematologi : antikoagulan dan thrombolitik, kelainan faktor
pembekuan darah, polisitemia, sickle cell disease, trombotik
trombositopenia purpura, trombositosis, limpoma intravaskular
9. Trauma atau kerusakan karotis dan arteri basilar
10. Angiopati amiloid
11. Kerusakan aneurisma aorta
12. Komplikasi angiografi

C. Manifestasi Klinis
Menurut Fagan and Hess (2008), Manifestasi klinik pada pasien
stroke pada umumnya mengalami kelemahan pada salah satu sisi tubuh
dan kesulitan dalam berbicara atau memberikan informasi karena adanya
penurunan kemampuan kognitif atau bahasa.
Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah bertahun-tahun,
berupa :
1. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah intrakranium
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi
3. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat

6
4. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus
5. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler

D. Patofisiologi
Stroke non hemoragik erat hubungannya dengan plak
arterosklerosis yang dapat mengaktifkan mekanisme pembekuan darah
sehingga terbentuk trombus yang dapat disebabkan karenahipertensi
(Muttaqin, 2011).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darahdan akan
terbawa sebagai emboli dalam aliran darah mengakibatkan terjadinya
iskemia jaringan otakdan menyebabkan hilangnya fungsi otak secara akut
atau permanen pada area yang teralokasi (Guyton &Hall, 2007).
Iskemia pada otak akan merusak jalur motorik pada serebrum.
Iskemia pada otak juga mengakibatkan batang otak yang mengandung
nucleisensorik dan motorik yang membawa fungsi motorik dan sensorik
mengalami gangguan sehingga pengaturan gerak seluruh tubuh dan
keseimbangan terganggu (Guyton & Hall, 2007).
Area di otak yang membutuhkan sinyal untuk pergerakkan dan
koordinasi otot tidak ditrasmisikan ke spinal cord, saraf dan otot
sehinggaserabut motorik pada sistem saraf mengalami gangguan untuk
mengontrol kekuatan dan pergerakan serta dapat mengakibatkan terjadinya
kecacatan pada pasien stroke (Frasel, Burd, Liebson, Lipschick
&Petterson, 2008).
Iskemia pada otak juga dapat mengakibatkan terjadinyadefisit
neurologis (Smeltzer & Bare, 2010).

7
E. Pathway

8
F. Komplikasi
Menurut Smeltzer & Bare (2010), komplikasi stroke meliputi hipoksia
serebral, penurunan aliran darah serebral, dan embolisme serebral.
1. Hipoksia serebral
Fungsi otak bergantung pada kesediaan oksigen yang dikirimkan
ke jaringan. Hipoksia serebral diminimalkan dengan pemberian
oksigenasi adekuat ke otak. Pemberian oksigen, mempertahankan
hemoglobin serta hematokrit akan membantu dalam mempertahankan
oksigenasi jaringan.
2. Penurunan aliran darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah, curah
jantung, dan integrasi pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat cairan
intravena, memperbaiki aliran darahdan menurunkan viskositas darah.
Hipertensi atau hipotensi perlu dihindari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
3. Embolisme serebral
Terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium.
Embolismeakan menurunkan aliran darahke otak dan selanjutnyaakan
menurunkan alirandarah ke serbral. Disritmia dapat menimbulkan
curah jantung tidak konsisten, disritmia dapat menyebabkan embolus
serebral dan harus segera diperbaiki.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk
ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik.
c. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti
aneurisma atau malformasi vaskuler.

9
d. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung,
apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah
satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Fungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah dijumpai pada
perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya
warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari
pertama.
b. Pemeriksaan darah rutin
c. Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalam serum
dan kemudian berangsur-angsur turun kembali.
d. Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada darah.

H. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan penurunan aliran
darah : obstruksi arteri, peningkatan TIK, hipoksia
Tujuan : perfusi jaringan cerebral adekuat
Kriteria hasil:
a. Kesadaran composmentis
b. Tanda vital dalam batas normal
c. Penglihatan normal
d. Fungsi sensorik dan motorik meningkat

Rencana Keperawatan :

a. Kaji dan evaluasi perubahan perfusi jaringan :tingkat kesadaran,


tensi, pernafasan
b. Observasi dan minta klien melaporkan sensasi yang tidak
biasa/baru dirasakan berbeda misalnya kesemutan, kebas,
penurunan kemampuan mengerakkan jari, nyeri yang tidak hilang

10
c. Observasi dan minta klien melaporkan akibat penurunan perfusi
serebral : gangguan mental (cemas, binggung), pingsan, reaksi
pupil terhadap cahaya, penglihatan kabur, nyeri kepala, gerakan
bola mata)
d. Hindari tindakan valsava manuver
e. Cegah peningkatan suhu tubuh
f. Untuk gangguan fungsi serebral : pertahankan jalan nafas yang
adekuat, beri posisi head up 35 – 45 derajat (leher lurus dengan
tulang belakangan), monitor status neurology dan tanda – tanda
TIK
g. Kurangi edema dan efek-efek pada fungsi : lepaskan perhiasan dari
anggota gerak yang sakit, anjurkan untuk menggerakan anggota
gerak yang sakit 2 – 4 x/jam, jika tidak ada kontraksi indikasi
h. Anjurkan untuk bed rest
i. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis dan
pemeriksaan
2. Resiko tinggi/aktual ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
ganguam kerusakan pusat pernafasan, peningkatan TIK
Tujuan : pola nafas efektif
Kriteria hasil :
a. Pernapasan 16 – 20 x/mnt
b. Retraksi otot pernapasan negatif
c. Pola nafas normal, bunyi nafas bersih/vesikuler
d. Saturasi O2 ≥ 95%

Rencana keperawatan :

a. Kaji status pernafasaan klien


b. Kaji penyebab ketidak efektifan pernafasaan
c. Auskultasi bidang paru dan observasi pernafasaan klien
d. Monitor hal yang berhubungan dengan pernafasan seperti : saturasi
O2, AGD, pemberian O2

11
e. Beri posisi kepala 15 – 45 °
f. Monitor perubahan tingkat kesadaran dan status mental
g. Monitor perubahan warna kulit, membrane mukosa, kuku (adanya
sianosis)
h. Kurangi pengaruh negative seperti kecemasan dan keletihan
i. Latih nafas perlahan dan lebih efektif dan batuk efektif
j. Rubah posisi tidur tiap 2 – 4 jam
k. Pasang gudel dan suction bila perlu
l. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, tindakan dan pemeriksaan
3. Keterbatsaan aktivitas dan merawat diri berhubungan dengan
kelemahan neuromuskuler
Tujuan : peningkatan mobilitas sampai dengan maksimal
Kriteria hasil:
a. Tampak peningkatan mobilitas
b. Kekuatan otot meningkat

Rencana keperawatan :

a. Kaji keterbatasan aktivitas yang di alami


b. Cegah komplikasi imobilitas: ganti posisi, latih pernafasaan, jaga
kebersihan kulit
c. Ajarkan untuk melakukan latihan rentang gerak aktif/pasif pada
anggota yang sehat bila tidak ada kontra indikasi
d. Melakukan mobilisasi progresif
e. Ajarkan klien tindakan kewaspadaan keamanan: lindungi daerah
yang mengalami penurunan sensasi dari panas/dingin yang
berlebihan, latih jatuh dan bagaimana bangun dari jatuh,
meletakkan anggota gera dengan tepat, memeriksa alat bantu yang
digunakan
f. Beri dorongan penggunaan anggota gerak yang sakit / lemah jika
memungkinkan. Gunakan lengan yang tidak sakit untuk melatih
lengan yang sakit/lemah

12
g. Observasi status penyebab kerusakan mobilitas fisik: tingkat
kerusakan neuromuskuler, kondisi klien akibat peningkatan TIK
h. Bantu pemenuhan kebutuhan klien, libatkan keluarga jika perlu
i. Minimalkan perlukaan dan penekanan pada anggota tubuh yang
sakit/lemah
j. Kolaborasi dengan medis untuk penangan medis dan fisioterapi
4. Resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan makanan inadekuat penurunan penyerapan nutrisi
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria:
a. Porsi makan habis
b. BB dalam batas IMT(Indeks Massa Tubuh)

Rencana keperawatan :

a. Tentuakan kebutuah kalori harian yang realistis dan adekuat, k/p


konsultasi pada ahli gizi
b. Timbang BB secara berkala jika mungkin
c. Kaji kemampuan menelan dan mengunyah
d. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium : HB , albumin
e. Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
f. Ciptakan suasana yang membangkitkan selera makan
g. Hindari prosedur yang menyakitkan/ tidak menyenangkan sebelum
makan
h. Ajarkan dan bantu klien untuk beristirahat sebelum makan
i. Pertahankan kebersihan mulut sebelum dan sesudah makan
j. Anjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering
k. Motivasi klien mematuhi diet
l. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi dan pemeriksaan
5. Gangguan komunikasi vebral berhubungan dengan kerusakan serebral
Tujuan : klien dapat tetap berkomunikasi
Kriteria :

13
a. Tampak peningkatan kemampuan berkomunikasi
b. Tidak tampak frustasi

Rencana keperawatan :

a. Kaji kemampuan komunikasi klien


b. Gunakan faktor meningkatkan pendengaran dan pengertian : bicara
jelas, terang dan menghadap ke klien, ulangi kemudian persingkat
jika klien tidak mengerti, gunakan sentuhan / gerakan untuk
meningkatkan komunikasi
c. Berikan metode alternative komunikasi : gunakan kertas dan
pensil, isyarat
d. Ungkapkan masalah frustasi terhadap ketidakmampuan
berkomunikasi
e. Jelaskan pentingnya kesabaran dalam berkomunikasi
f. Gunakan perantara ahli bila perlu
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pengobatan, perawatan,
rehabilitasi, tanda dan gejala, komplikasi
Tujuan : klien dan keluarga tahu dan mengerti tentang informasi yang
diberikan
Kriteria :
a. Klien dan keluarga dapat tahu penyebab yang terjadi yang sudah
dijelaskan
b. Klien mematuhi aturan pengobatan dan perawatan

Rencana keperawatan :

a. Kaji tingkat pengetahuan klien / keluarga


b. Identifikasi factor penyebab/penunjang yang dapat menghalangi
penatalaksanaan efektif (kesadaran/kemauan, pengetahuan,
dukungan, dan sumber)
c. Beri dan fasilitasi kebutuhan informasi yang cukup umtuk klien
dan keluarga

14
d. Beri kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan
e. Beri pujian dan dorongan untuk tindakan / kegiatan positif yang
menyangkut kesehatan yang dilakukan klien / keluarga

15
DAFTAR PUSTAKA

Batticaca Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Persarafan. Jakarta : Salemba Medika

Ginsberg L., 2008. Lecture Notes Neurology. Jakarta: Erlangga. 89-90

Departemen Kesehatan., 2011. 8 dari 1000 orang di Indonesia terkena


stroke.Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1703-8-dari-1000-orang-di-indonesia-terkena-stroke.html (diakses
12 Juni 2017)

Fagan, S.C., dan Hess, D.C., 2008, Strokedalam dipiro, J.T., Talbert,R.L., Yee,
G.C., Matzke, G., Wells, B.C., &Posey, L.M., 2008, Pharmacotherapy : A
Pathophysiologic Approach, seventh Edition, Appleton and Lange New
York

WHO, 2011, The Top 10 Causes of Death,


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/ (diakses 12 Juni 2017)

16

Anda mungkin juga menyukai