Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KONSEP DASAR MASALAH

A. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman (Kartika Sari, 2015). Menurut Stuart (2011), perilaku
kekerasan atau agresi adalah sikap atau perilaku kasar atau kata-kata
yang menggambarkan perilaku amuk, permusuhan dan potensi untuk
merusak secara fisik. Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu
bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psikologis yang dapat membahayakan diri sendiri mauupun
lingkungan (Fitria, 2009).
Resiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai
marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk
destruktif dan masih terkontol (Yosep, 2007).

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi Menurut Stuart (2011), faktor-faktor yang
mendukung terjadinya perilaku kekerasan adalah
a. Faktor biologis
1) Instinctual drive theory (teori dorongan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan
dasar yang kuat.
2) Phsycomatic theory (teori psikomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respon
psikologis terhadap stimulus eksternal, internal
maupun lingkungan.Dalam hal ini sistem limbik
berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan
maupun menghambat rasa marah.

b. Faktor psikologis
1) Frustasion aggresion theory (teori argesif
frustasi) Menurut teori perilaku kekerasan
terjadi sebagai hasil akumulasi frustasi yang
terjadi apabila keinginan individu untuk
mencapai sesuatu gagal atau terhambat.
Keadaan tersebut dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
2) Behavioral theory (teori perilaku) Kemarahan
adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang
mendukung reinforcement yang diterima pada
saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar
rumah. Semua aspek ini menstimulai individu
mengadopsi perilaku kekerasan.
3) Existential theory (teori eksistensi) Bertindak
sesuai perilaku adalah kebutuhan yaitu
kebutuhan dasar manusia apabila kebutuhan
tersebut tidak dapat dipenuhi melalui perilaku
konstruktif maka individu akan memenuhi
kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
c. Faktor sosio kultural
1) Social enviroment theory (teori lingkungan)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap
individu dalam mengekspresikan marah. Budaya
tertutup dan membalas secara diam (pasif
agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan
seolaholah perilaku kekerasan diterima.
2) Social learning theory ( teori belajar sosial )
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung maupun melalui proses sosialisasi.
2. Faktor Presipitasi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap
individu bersifat buruk.Stressor tersebut dapat disebabkan dari
luar maupun dalam. Stressor yang berasal dari luar antara lain
serangan fisik, kehilangan, kematian, krisis dan lain-lain. Dari
dalam adalah putus hubungan dengan seseorang yang berarti,
kehilangan rasa cinta, ketakutan terhadap penyakit fisik, hilang
kontrol, menurunnya percaya diri dan lain-lain.Selain itu
lingkungan yang terlalu ribut, padat, kritikan yang mengarah
pada penghinaan, tindakan kekerasan dapat memicu perilaku
kekerasan.

C. Tanda dan Gejala


Perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala
perilaku kkekerasan: (Mukripah Damaiyanti, 2012)
1. Muka merah dan tegang
2. Mata melotot atau pandangan tajam
3. Tangan mengepal
4. Rahang mengatup
5. Wajah memerah dan tegang
6. Postur tubuh kaku
7. Pandangan tajam
8. Jalan mondar mandir

D. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya
dimata masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang
marah melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti
meremas remas adona kue, meninju tembok dan sebagainya,
tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan akibat rasa amarah
(Mukhripah Damaiyanti, 2012).
2. Proyeksi Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya
yang tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal
bahwa ia mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya,
berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,
mencumbunya(Mukhripah Damaiyanti, 2012).
3. Represi Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan
masuk kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci
pada orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut
ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci
orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan.
Sehingga perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat
melupakanya (Mukhripah Damaiyanti, 2012).
4. Reaksi formasi Mencegah keinginan yang berbahaya bila di
ekspresika.dengan melebih lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakan sebagai rintangan misalnya
sesorangan yang tertarik pada teman suaminya,akan
memperlakukan orang tersebut dengan kuat (Mukhripah
Damaiyanti, 2012).
5. Deplacement Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy
berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapatkan hukuman
dari ibunya karena menggambar didinding kamarnya. Dia mulai
bermai perang-perangan dengan temanya (Mukhripah Damaiyanti,
2012)

E. Pohon Masalah
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Fitria Nita, (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Fitria Nita, (2010). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
(LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan
Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Yosep, Iyus. (2007). Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Bandung : Revika
Aditama.
Stuart. (2011). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai