REPLACEMENT
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TOTAL KNEE
REPLACEMENT
Diusulkan oleh:
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3
BAB 2. KONSEP DASAR TKR.................................................................. 4
2.1 Pengertian/Definisi .............................................................................. 4
2.2 Epidemiologi ....................................................................................... 4
2.3 Etiologi ................................................................................................ 5
2.4 Patofisiologi......................................................................................... 6
2.5 Pathway ............................................................................................... 8
2.6 Menifestasi Klinik ............................................................................. 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 11
2.8 Penatalaksanaan medis ...................................................................... 13
2.9 Rehabilitasi ........................................................................................ 15
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..................................... 17
3.1 Pengkajian ......................................................................................... 17
3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 24
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................... 27
4.1 Pengkajian ......................................................................................... 27
4.2 Analisa Data ...................................................................................... 42
4.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 43
4.4 Perencanaan Keperawatan ................................................................. 45
4.5 Catatan Perkembangan ...................................................................... 50
BAB 5. PENUTUP...................................................................................... 60
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 60
iii
5.2 Saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 61
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Total Knee Replacement
umumnya dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang
disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid artritis (McDonald & Molony,
2004). Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menyerang sendi – sendi
penopang berat badan terutama sendi lutut. Penyakit ini paling banyak
menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan berjalan pada lansia (Bambang, 2003).
Angka kejadian osteoartritis lutut di Indonesia cukup tinggi yaitu 15,5% pada
pria dan 12,7% pada wanita (Isbagio, 2005). Sembilan puluh delapan persen
pasien osteoartritis lutut melakukan operasi penggantian sendi lutut total.
Nasional Joint Replacement Registry tahun 2013 menyatakan bahwa pasien yang
dilakukan operasi penggantian pinggul total (THA) meningkat sebesar 0,1%,
sedangkan pasien yang dilakukan operasi penggantian lutut total (TKR)
meningkat 2,7% pada tahun sebelumnya. Sejak tahun 2003 pasien yang dilakukan
operasi TKR meningkat setiap tahun yaitu 69,1% dan 40,9% pada operasi THA.
Angka kejadian ini akan terus bertambah di masa yang akan datang (AOA, 2013).
Tindakan TKR dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan yang amat
berat akibat cedera ataupun radang sendi. Tindakan ini dilakukan ketika
pengobatan ataupun penggunakan alat penyangga lutut sudah tidak efektif lagi
untuk membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari. Operasi TKR sering
dilakukan pada pasien yang sudah berusia tua (usia ≥70 tahun) dengan kondisi
lutut yang parah. Tetapi pada tahun 1990 sampai tahun 2000, jumlah pasien
berusia muda yang melakukan operasi TKR meningkat secara signifikan. Selama
periode ini operasi penggantian lutut yang dilakukan pada kelompok usia 40 - 49
tahun meningkat 95,2% dan dikelompok usia 50-59 tahun meningkat sebesar
53,7%. Hal ini menunjukkan bahwa operasi TKR banyak dilakukan pada pasien
yang berusia 50 tahun (Kisner, 2007).
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Keperawatan Bedah
1.3.2 Untuk menganalisis terjadinya TKR pasca operasi
1.3.3 Untuk memberikan solusi melalui asuhan keperawatan yang tepat pada
TKR pasca operasi
BAB 2. KONSEP DASAR
2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat tingkat penggantian lutut primer lebih rendah pada orang
kulit hitam daripada kulit putih dan pada mereka yang memenuhi syarat untuk
suplementasi Medicaid daripada mereka yang berpenghasilan lebih tinggi.
Komplikasi yang diamati selama sembilan puluh hari setelah penggantian lutut
primer termasuk kematian (0,7%), penerimaan kembali (0,9%), pulmonary
4
5
embolus (0,8%), infeksi luka (0,4%), pneumonia (1,4%), dan infark miokard
(0,8%) ). Komplikasi yang diamati selama sembilan puluh hari setelah
penggantian lutut revisi adalah kematian (1,1%), pendaftaran kembali (4,7%),
pulmonary embolus (0,5%), infeksi luka (1,8%), pneumonia (1,4%), dan infark
miokard (1,0%) ). Orang kulit hitam memiliki tingkat kematian, penerimaan
kembali, dan infeksi luka yang lebih tinggi setelah penggantian lutut primer
daripada orang kulit putih. Pasien yang memenuhi syarat untuk suplementasi
Medicaid memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi, terutama setelah
penggantian lutut primer.
Sebuah studi yang dilakukan oleh institusi di negara Taiwan pada tahun 2018
menemukan bahwa jumlah TKR meningkat dari 5303 (24,64 per 100.000) pada
1996 menjadi 17.368 (74,55 per 100.000) pada 2010 (naik 202,56%). Tren
peningkatan ditemukan pada tingkat TKR baik pria maupun wanita. Pada tahun
1996, tingkat TKR pada pria adalah 13,56 per 100.000 orang, yang meningkat
menjadi 37,09 per 100.000 orang selama tahun 1996 hingga 2010 dan pada wanita
tingkatnya adalah 36,35 per 100.000 orang, yang meningkat menjadi 112,36 per
100.000 orang pada tahun 2010 (suatu meningkat masing-masing 173,53% dan
209,11%). Tingkat kejadian TKR pada wanita adalah sekitar 2,5 hingga 3 kali
lipat dari laki-laki dari tahun 1996 hingga 2010. Usia rata-rata adalah 68,83 tahun
pada semua individu, dan usia rata-rata pasien yang menerima TKR meningkat
dari tahun 1996 (66,34 tahun) hingga 2010 (69,97 tahun). Selama periode
penelitian, usia rata-rata pasien TKR secara bertahap meningkat 3,63 tahun.
Tingkat TKR meningkat untuk semua kelompok umur dari tahun 1996, dan
peningkatan ini paling jelas di antara orang dewasa yang lebih tua, mencapai
puncaknya di atas 70 hingga 79 tahun (Lin, dkk, 2018)
2.3 Etiologi
Kerusakan lutut yag serius diperlukan tindakan Total Knee Replecment atau
TKR. Peyakit Osteoartritis lutut stadium lanjut pada umumnya akan dilakukan
tindakan atau oprasi TKR. Osteoartritis adalah penyakit yang tidak diketahui pasti
penyebabnya ditandai dengan ketidak-kompakan tualng kartilago secara bertahap
6
dan biasanya mengenai sendi penopang berat badan, misalnya panggul, lutut,
vertebrata, dapat juga bahu, sendi jari tangan, dan pergelangan kaki(Anisa, 2015).
Selain Osteoartritis penyakit-penyakit ini juga memerlukan TKR, antara
lainRheumatoid artritis dan artitis pasca trauma. Penyebab dilakukan total knee
replecment (Smeltzer & Bare, 2002), antara lain :
1. Indikasi pada pasien yang terkena Osteoartritis
a. Usia, dengan bertambahnya usia menurunkan fungsi kondrosit. (Kondrosit
adalah sel-sel tulang yang membentuk sel tulang rawan, kondrosit
memiliki kandungan glikogen sebagai cadangan energi. Posisi dari
kondrosit ditulang rawan adalah di lakuna.)
b. Jenis kelamin, pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena
berhubungan dengan menophos.
c. Obesitas akan menyebabkan kerja sendi berlebihan yang menumpu pada
berat badan
d. Aktifitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang berkepanjangan pada
lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang telalu banyak
menumpu pada lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus
menerus, mempunyai resiko lebih besar terkena Os-teoarthritis
lututriwayat trauma langsung maupun tidak langsung dan
immobilisasiyang lama,.
2. Indikasi pada pasien yang terkena Rheumatoid artritis
Penyebab pasti penyakit ini masih belum pasti, akan tetapi faktor
metabolik, inveksi virus, dan faktor mekanisme imunitas (antigen-antibodi).
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008)
3. Indikasi pada pasien yang terkena artitis pasca trauma.
2.4 Patofisiologi
Penatalaksanaan TKR (Total Knee Replecment) biasanya dilakukan pada
pasien Osteoartritis, Rheumatoid artritis. Penyakit Osteoartritis diakibatkan
munculnya degenerasi synovial, berupa keusakan keseliruhan yang progresif dari
tulang rawan yang diikuti kerusakan keseluruhan tulang rawan sendi. Berawal dari
7
2.5 Pathway
9
10
dapat terjadi juga pada sendi lain seperti sendi siku, bahu dan juga panggul
(Putra, T.N dkk.2013).
3) Artritis Gout
Pada stadium ini, radang sendi yang terjadi sangat akut, dapat timbul dengan
cepat dalam waktu yang singkat. Biasanya bersifat monoartikular
(menyerang satu sendi) dengan keluhan yang ditimbulkan adalah rasa nyeri,
bengkak pada sendi dengan warna merah yang menyebabkan gejala sistemik
berupa demam hingga menggigil dan juga merasa lelah. Faktor yang
menyebabkan penyakit ini adalah stress, kelelahan fisik, trauma lokal,
tindakan operasi, dan pemakaian obat diuretik (Widyanto, F.W. 2014).
2. Athroskopi
Menggunakan menggunakan kamera kecil yang dimasukan ke dalam
ruang sendi yang bertujuan untuk menilai struktur, lesi dan deformitas
pada sendi. Biasanya juga digunakan untuk mengambil specimen cairan
sendi.
3. Pemeriksaan densitas tulang
Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kekuatan tulang dalam
menahan beban tubuh. Karena jka terjadi osteoporosis maka kemampuan
tulang untuk menahan beban akan berkurang diakibatkan penurunan
kepadatan pada tulang.
4. Foto rontgen thorak
Foto x ray thorax dilakukan untuk melihat kondisi organ pulmo dan kardio
pasien. Organ tersebut memiliki fungsi yang vital dalam proses
pembedahan. Jika pasien terdeteksi memiliki kelainan pada kedua sistem
tersebut maka pembedahan akan sangat beresiko.
5. CT scan dan MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) prosedur yang digunakan untuk
memetakan struktur tubuh. Pemetaan menggunakan medan magnet yang
sangat besar sehingga atom hidrogen menjadi teratur dan mudah
dipetakan. MRI dapat menggambarkan struktur sendi secara jelas.
6. Pemeriksaan darah lengkap
a. Hemoglobin
Digunakan untuk menilai dan memantau adanya pendarahan pasca
pembedahan. Pada kondisi haemodillusi tubuh akan mengalahi
kelebihan beban cairan.
b. Leukosit
13
Digunakan untuk menilai sistem kekebalan tubuh pasien pra dan pasca
operasi. Kenaikan leukosit mengindikasikan tanda inflamasi akut dan
kemungkinan adanya infeksi mikroba akibat prosedur pembedahan.
c. Trombosit
Pemeriksaan trombosit digunakan untuk prosedur pembedahan yang
beresiko menimbulkan pendarahan yang massive.
d. Kultur darah
Mengeahui mikroba yang menginvasi pasien dan mengetahui jenis
antibiotika yang tepat untuk melindungi fungsi ginjal, hati dan organ
lain dari efek penggunaan antibiotika.
e. Pemeriksaan gula darah
Digunakan agar mengetahui kadar gula pasien terkait prosedur
pembedahan yang mengharuskan pasien berpuasa, untuk
mempertahakankan status nutrisi pasien sehingga proses recovery dpat
lebih cepat.
f. Pemeriksaan fungsi hati
Dengan penilaian SGOT dan SGPT untuk mengetahui apakah pasien
memiliki riwayat hepatitis, jika iya itu akan meningkatkan resiko
akibat penggunaan obat obatan anastesi yang bersifat hepatoksik.
g. Pemeriksaan fungsi ginjal
Mengukur kadar ureum dan kreatinin dalam darah. Pasien yang
memiliki penurunan fungsi ginjal akan meningkatkan resiko akibat
obat anastesi dan antibiotika yang memperberat kerja ginjal
2.8 Penatalaksanaan medis
Menurut (Apley, 1995) gejala yang muncul pada penderita Total Knee
Replacement yaitu Nyeri, kekakuan, demormitas (kaki bengkok), pembengkakan,
penguncian dan pemberian jalan. Untuk itu perlu diadakannya latihan latihan yang
berfungsi untuk menghilangkan gejala gejala tersebut. Latihan tentunya harus
sesuai tujuan dan indikasi yang diingkan seperti untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran darah dan merelaksasikan otot.
14
2.1.9 Rehabilitasi
1. Hari Operasi
a) Deep breathing exercises
b) Active movement
2. Post-op hari 1
a) Isometrik ekstremitas bawah termasuk hamstring, quasriceps, dan
gluteus.
Nama: -
Alamat : -
Agama : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Keluhan Utama:Pada pasien dengan kelainan sendi, keluhan yang paling sering
muncul adalah nyeri. Nyeri pasca prosedur Total Knee Replacement (TKR)
timbul akibat adanya perlukaan atau lesi yang mengalami proses replacement.
Nyeri juga berkaitan dengan adanya proses inflamasi pasca pembedahan.
17
18
Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Respirasi
Pemeriksaan sistem respirasi harus dilakukan sebelum prosedur
pembedahan.
21
2. Sistem Urinari
Pemeriksaan difokuskan pada adanya tanda-tanda penyakit ginjal kronis
yang berhubungan dengan adanya proses infeksi dan pengobatan.
3. Sistem Persyarafan
Pemeriksaan difokuskan pada adanya gangguan pada sistem persyarafan
secara komprehensif. Pasien dengan gangguan persyarafan akan
menghambat proses rehabilitasi.
4. Sistem Imunologi
Difokuskan pada pemeriksaan kelenjar limfe, bila ada infeksi terjadi
pembengkaan pada kelenjar limfe.
5. Sistem Kadiovaskuler
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler penting dilakukan. Masalah yang
muncul merupakan efek dari adanya rasa nyeri, dan pengobatan yang
diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.
6. Sistem Integumen
Sebelum dilakukan TKR sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada area yang
akan mengalami pembedahan. Jika terdapat infeksi maka akan menjadi
penyulit pada saat pembedahan serta penyembuhan luka akibat prosedur
pembedahan.
Pada saat pembedahan maka pasien akan diposisikan secara statis
tergantung surgical positioning yang dibutuhkan dalam waktu yang lama.
Durasi prosedur TKR kurang lebih 3 jam, kondisi tersebut dapat
menyebabkan cedera pada pasien.
22
Pemeriksaan Laboratorium
2. Athroskopi
Digunakan untuk menilai keadaan sendi. Sebuah kamera kecil dimasukkan
ke dalam ruang sendi untuk menilai struktur, lesi maupun deformitas yang
terjadi pada sendi. Athroskopi juga dilakukan untuk mengambil spesimen
cairan sendi.
3. Pemeriksaan Densitas Tulang
Pemeriksaan ini berkaitan dengan kekuatan tulang dalam menopang beban
tubuh. Jika terjadi osteoartritis maka kemampuan tulang dalam menahan
beban mengalami penurunan dikarenakan terjadi penurunan kepadatan
tulang. Selain itu, kepadatan tulang menentukan kemampuan tulang
menahan protesa yang digunakan.
4. Foto Rontgen Thorax
Foto X-ray thorax dilakukan untuk menilai kondisi organ pulmo dan
kardio. Kedua organ tersebut menentukan kondisi umum pasien terutama
yang akan mendapatkan terapi pembedahan.
5. CT scan dan MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu prosedur
diagnostik yang bekerja dengan memetakan struktur tubuh. Pada kasus
gangguan sendi, MRI dapat menggambarkan struktur sendi secara jelas.
satu tanda inflamasi akut dan kemungkinan adanya infeksi mikroba akibat
prosedur pembedahan.
c. Trombosit
d. Trombosit diperiksa terkait dengan prosedur pembedahan yang berisiko
menimbulkan perdarahan massive. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan trombosit secara berkala. Pada kasus tertentu pasien
mendapatkan terapi ranitidine yang memiliki efek samping
trombositopenia.
e. Kultur Darah
Prosedur pemeiksaan ini dilakukan untuk mengetahui jenis mikroba yang
menginvasi pasien serta menentukan sensitifitas maupun resistensinya
terhadap antibiotik. Tujuan lain dari pemeriksaan ini adalah meningkatkan
efektifitas penggunaan antibiotika sehingga dapat melindungi hati, ginjal,
dan organ lainnya dari efek samping penggunaan antibiotika.
f. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan karena pasien akan dipuasakan terkait
prosedur pembedahan yang dilakukan. Oleh karena itu, kadar gula darah
pasien harus dilakukan secara berkala untuk mempertahankan status pasien
sehingga proses recovery pasien akan lebih cepat.
g. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan menilai kadar ureum
dan kreatinin dalam darah. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal akan
meningkatkan risiko prosedur pembedahan yang menggunakan obat-
obatan memperberat kerja ginjal seperti obat anastesi dan antibiotik.
Kasus
I. Identitas Klien
27
28
Keterangan:
= Meninggal
= Pasien
Leucosit: 6.200/ul
Trombosit: 260.000/ul
Eritrosit: 4,43 juta/ul
Interpretasi : Nilai Hb, Leucosit, Trombosit, Eritrosit pasien normal dan
tidak ada kelainan
- Clinical Sign : Terdapat lesi pada sayatan post operasi
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan): Nafsu makan pasien baik,
pasien puasa oral sebelum dan sesudah operasi TKR
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
BAK
- Frekuensi : 5-6x sehari
- Jumlah :-
- Warna : warna khas urin, kuning bening
- Bau : Bau amonia khas urin
- Karakter : Karakter tidak terkaji
- BJ : BJ tidak terkaji
- Alat Bantu : tidak ada
- Kemandirian : mandiri
- Lain :-
BAB
- Frekuensi :2x sehari
- Jumlah :-
- Konsistensi : teratur
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : bau khas feses
- Karakter : lembek dan tidak keras
- BJ : tidak terkaji
- Alat Bantu : tidak menggunakan alat bantu
- Kemandirian : dibantu
- Lain :-
31
4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum sakit aktivitas pasien terganggu jika nyeri muncul setelah
beraktivitas dan setealah dioperasi pasien tidak dapat beraktivitas karena
bagian lutut kaki kanan masih terasa nyeri.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Makan / minum √
Toileting √
Berpakaian √
32
Berpindah √
Ambulasi / ROM √
5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi : sebelum sakit pasien tidur 6-7 per hari setelah sakit pasien tidur 4-5
jam per hari
Gangguan tidur : sebelum sakit tidak ada gangguan tidur, setelah sakit
memiliki gangguan tidur karena selalu terbangun apabila terasa nyeri dilutut
kanannya setelah di operasi.
Keadaan bangun tidur : keadaan pasien lemas, terlihat lingkaran hitam
dibawah mata
Interpretasi : pasien mengalami gangguan pola tidur dikarenakan sering
terbangun ketika nyeri dikaki kanannya post operasi dan hanya tidur 4-5 jam
per hari
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Fungsi kognitif: menurut pasien sakit adalah keadaan ketika dia tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya karena ada rasa sakit ditubuhnya.
Fungsi memori: pasien mampu mengingat kejadian 4 tahun yang lalu saat dia
mengangkat barang untuk dijual ditokonya sendiri saat itu nyeri dilutut kaki
kanannya mulai timbul.
33
5 5
3 5
V. Terapi
Dosis dan
Jenis Farmako dinamik dan Indikasi dan Kontra Implikasi
NO rute Efek samping
terapi farmako kinetik Indikasi keperawatan
pemberian
yang berat.
2 Ranitidin Anatagonis reseptor H2, 2x1, IV Indikasi: maag, radang Diare, muntah Caregiver dan
yang kerjanya memblok saluran cerna, luka sakit kepala, pendidik
reseptor histamin pada sel lambung vertigo insomnia
parietal sehingga sel
Kontraindikasi:
parietal tidak dapat
Alergi ranitidin, ibu
dirangsang untuk
menyusui, gagal ginjal
mengeluarkan asam
lambung. Penghambatnya
secara selektif dan
reversibel
Kontra indikasi :
jangan digunakan untuk
pasien yang memiliki
riwayat alergi terhadap
40
ketoprofen.
Jenis Hasil
No Nilai normal (rujukan)
pemeriksaan (hari/tanggal)
10 Januari 2019
Pengambil Data,
(BCN)
42
ANALISA DATA
DO:
3 5
Hambatan
mobilitas fisik
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Tanggal
Tanggal
No Diagnosa pencapaia Keterangan
perumusan
n
PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen Nyeri - Untuk mengetahui keadaan
keperawatan selama 3x 24 jam di umum pasien
1. Observasi tanda-tanda vital pasien
harapkan nyeri dapat berkurang - Untuk membangun BHSP
2. Gunakan strategi komunikasi
dengan kriteria hasil: - Untuk mengetahui daerah
terapeutik untuk mengetahui
nyeri, kualitas nyeri, kapan
1. Klien melaporkan nyeri yang pengalaman nyeri dan sampaikan
nyeri dirasakan, faktor
dialami sebelumya dari skala 1 penerimaan pasien terhadap nyeri
pencetus nyeri, dan berat
(deviasi berat dari kisaran normal) 3. Lakukan pengakajian
ringannya nyeri yang
menjadi 4 (deviasi ringan dari komprehensif yang meliputi
dirasakan
kisaran normal) lokasi, karakteristik, durasi,
- Untuk memberikan
2. Panjangnya episode nyeri klien frekuensi, kualitas intensitas dan
pengetahuan apabila nyeri
sebelumnya menunjukkan dari faktor pencetus nyeri
timbul
skala 1 (deviasi berat dari kisaran 4. Tentukan akibat dari pengalaman
- Untuk membantu pasien
normal) menjadi 4 (deviasi ringan nyeri terhadap kualitas hidup klien
menjadi rileks
dari kisaran normal) ( pola tidur dan nafsu makan)
- Untuk mengurangi rasa
3. Ekspresi nyeri wajah klien yang 5. Berikan informasi mengenai nyeri
nyeri
46
menjadi skala 4 (sedikit terganggu) dan tempat tidur) untuk - Untuk membantu relakasasi
meningkatkan tidur saat tidur
2. Kualitas tidur pasien yang
4. Ajarkan pasien bagaimana - Untuk memudahkan dalam
sebelumnya dari skala 1 (sangat
melakukan relaksasi otot mendapatkan tidur yang
terganggu) menjadi skala 4 (sedikit
autogenik atau bentuk non- optimal
terganggu)
farmakologi lainnya untuk
3. Pasien dapat tidur dari awal sampai memancing tidur
habis dimalam hari secara konsisten 5. Mulai/terapkan langkah-langkah
yang sebelumnya dari skala 1 kenyamanan seperti pijat,
(sangat terganggu) menjadi skala 4 pemberian posisi, dan sentuhan
(sedikit terganggu) afektif
6. Kolaborasi dengan tenaga
4. Pasien menunjukkan perasaan segar
kesehatan lain terkait pemberian
setelah tidur yang sebelumnya dari
analgesik
skala 1 (sangat terganggu) menjadi
skala 4 (sedikit terganggu)
menjadi 4 (ringan)
3. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 0840 Pengaturan posisi - Untuk mengetahui keadaan
mobilitas keperawatan selama 3x 24 jam di umum pasien
1. Observasi keadaan umum dan
fisik harapkan hambatan mobilitas fisik - Untuk membantu pasien
tanda-tanda vital pasien
pasien dapat berkurang dengan agar mandiri untuk
kriteria hasil: 2. Tempatkan pasien diatas mengatur posisinya
matras/tempat tidur - Untuk menghindarkan
1. Gerakan sendi pasien yang
pasien dari kerusakan
sebelumnya dari skala 1 (sangat 3. Berikan matras yang lembut
kembali pada ekstremitas
terbatas) menjadi skala 4 (sedikit
4. Jelaskan pada pasien bahwa badan yang luka
bergerak bebas)
pasien akan dibalik - ROM aktif dapat
2. Pergerakan sendi lutut kanan
membantu dalam
pasien yang sebelumnya dari skala 5. Dorong pasien untuk terlibat
mempertahankan/
1 (deviasi berat dari kisaran dalam perubahan posisi
meningkatkan kekuatan dan
normal) menjadi skala 4 (deviasi
0224 Terapi latihan : Mobilitas kelenturan otot,
ringan dari skala normal)
Sendi mempertahankan fungsi
3. Pasien dapat berpindah dari satu
cardiorespirasi, dan
permukaan ke permukaan yang 1. Tentukan batasan pergerakan
mencegah kontraktur dan
49
lain sambil berbaring yang dari sendi dan efeknya terhadap kekakuan sendi
sebelumnya skala 1 (sangat fungsi sendi - Untuk mengetahui sejauh
terganggu) menjadi skala 4 2. Bantu pasien mendapatkan mana pergerakan pada sendi
(sedikit terganggu) posisi tubuh yang optimal untuk dapat dilakukan
4. Pasien dapat berjalan yang dari pergerakan sendi pasif maupun
sebelumnya skala 1 (sangat aktif sesuai indikasi
terganggu) menjadi skala 4 3. Berikan informasi tentang
(sedikit terganggu) kemungkinan posisi penyebab
nyeri otot atau sendi
4. Bantu pergerakan sendi yang
ritmitis dan teratur sesuai kadar
nyeri yang bisa ditoleransi,
ketahanan, dan pergerakan sendi
5. Ajarkan ROM aktif
6. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam
penanganan yang boleh
digerakkan dan yang belum
boleh digerakkan
50
CATATAN PERKEMBANGAN
DIAGNOSA:
IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
WAKTU
TGL 10/01/2018 - BHSP BCN JAM: 19.30
- Mengobservasi tanda-tanda vital
Pukul 15:10 S: Pasien mengatakan skala nyeri turun menjadi
pasien
5
Nyeri akut - Melakukan pengakajian
berhubungan dengan komprehensif yang meliputi lokasi, O: Pasien tidak terlihat meringis kesakitan
agen cedera fisik (pasca karakteristik, durasi, frekuensi,
TKR) yang ditandai kualitas intensitas dan faktor A: Nyeri akut teratasi sebagian karena skala
dengan pasien pencetus nyeri nyeri menjadi 5, pasien mampu melaporkan
mengatakan nyeri pada - Menentukan akibat dari nyeri yang dialami berkurang
lutut sebelah kanan pengalaman nyeri terhadap kualitas
P: Lanjutkan intervensi:
setelah operasi, hidup klien ( pola tidur dan nafsu
- observasi TTV
makan)
pasien mengatakan - Memberikan informasi mengenai - observasi frekuensi , kualitas, durasi, dan faktor
sering terbangun ketika nyeri (penyebab nyeri, lama nyeri, pencetus nyeri
rasa nyeri timbul dikaki dan antisipasi dari
kanannya, pasien ketidaknyamanan akibat prosedur - ajarkan teknik relakasasi pada pasien dan
mengatakan skala nyeri - Kolaborasi pemberian analgesik keluarga
6, pasien terlihat
-edukasi keluarga tentang faktor pencetus nyeri
meringis kesakitan
- Lanjutkan terapi analgesik
51
Pukul 15:25 - Menentukan pola tidur dan aktivitas BCN JAM: 19.40
pasien
Gangguan pola tidur S: Pasien mengatakan tidurnya lebih nyenyak
- Menyesuaikan lingkungan
berhubungan dengan sekitar 5-6 jam
(misalnya, cahaya, kebisingan, suhu,
imobilisasi yang
kasur, dan tempat tidur) untuk O: kondisi pasien sudah terlihat membaik namun
ditandai dengan pasien
meningkatkan tidur masih ada lingkaran hitam dibawah mata
mengatakan hanya
- Mengajarkan pasien bagaimana
tidur 4-5 jam per hari, A: Gangguan pola tidur teratasi sebagian karena
melakukan relaksasi otot autogenik
pasien mengatakan pola tidur pasien masih terganggu dari skala 1
atau bentuk non-farmakologi lainnya
sakit untuk bergerak, (sangat terganggu) menjadi skala 2 (banyak
untuk memancing tidur
pasien terlihat lemah, terganggu), pasien masih terbangun dimalam
- Mulai/terapkan langkah-langkah
terlihat lingkaran hitam hari, kualitas tidur pasien dari skala 1 (sangat
kenyamanan seperti pijat, pemberian
dibawah mata pasien. terganggu) menjadi skala 2 (banyak terganggu),
posisi, dan sentuhan afektif
keadaan pasien masih belum terlalu segar saat
bangun tidur
P: Lanjutkan intervensi:
pasien
-pemberian posisi
-sentuhan afektif
dalam kepada pasien dan keluarga nyeri yang dialami berkurang, wajah pasien
- Memberikan informasi kepada meringis kesakitan
keluarga mengenai faktor pencetus
P: Lanjutkan Intervensi:
nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesic RL - observasi TTV
+ Ranitidin
- observasi skala nyeri
Pukul 09:20 -monitor pola tidur dan catat kondisi BCN JAM: 13.20
fisik dan psikologis keadaan yang
Gangguan pola tidur mengganggu tidur pasien S: Keluarga mengatakan pasien sudah tidur
dengan nyaman
- menyesuaikan lingkungan (misalnya,
O: Pasien tampak tidur dengan nyaman
cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan
tempat tidur) untuk meningkatkan tidur A: Gangguan pola tidur pasien teratasi sebagian
-mulai terapkan langkah kenyamanan
seperti pijat, karena pola tidur pasien masih terganggu dari
skala skala 2 (banyak terganggu) menjadi skala 3
-pemberian posisi (cukup terganggu), pasien masih terbangun
dimalam hari, kualitas tidur pasien dari skala
-sentuhan afektif
2(banyak terganggu) menjadi skala 3 (cukup
55
P: Lanjutkan intervensi:
-pemberian posisi
-sentuhan afektif
P: Hentikan intervensi
59
4 5
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Total Knee Replacement
umumnya dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi
yang disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid artritis (McDonald &
Molony, 2004). Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menyerang
sendi – sendi penopang berat badan terutama sendi lutut. Penyakit ini paling
banyak menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan berjalan pada lansia.
Faktor penyebab dilakukan Total Knee Replacement adalah usia, Jenis
Kelamin, Obesitas, Aktifitas fisik dan pekerjaan. Biasanya orang yang
melakukan prosedur TKR merasakan nyeri pada sendi, hambatan gerak sendi,
adanya krepitasi, pembesaran sendi, berubahnya gaya berjalan, dan adanya
peradangan. Setelah melakukan prosedur operasi TKR, pasien harus dilatih
mobilisasi agar tidak terjadi kekakuan pada sendi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi penelitian
lain untuk mengembangkan lebih lanjut terkait dengan Total knee
replacement.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa mampu memahami
konsep dasar dari Total knee replacement dana bagaimana asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien dengan Pre Op maupun Post
Op TKR sehingga nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat.
60
DAFTAR PUSTAKA
61
62
Kartika P., T, Ketut., Dkk. 2018. Profil Kasus Fraktur Leher Femur Yang
Dilakukan Tindakan Operasi Di Rsup Sanglah Denpasar Periode Maret
2016-Agustus 2017. E-Jurnal Medika. Vol 7(12): 1-6
Kisner C, dan Colby L.A., 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. Edisi ke-5. Philadelphia: F.A Davis Company.
Lin, F. H., etc. 2018. The increase in total knee replacement surgery in Taiwan.
Medicine (Baltimore). 97(31): 1-6.
Maghfiroh, L.N. 2016. Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Osteoartritis Post
Total Knee Replacement Di Rsop Dr.Soeharso Surakarta. Publikasi
Ilmiah. Surakarta.
Mahkota Medical Center. 2018. Total Hip Replacement.
https://www.mahkotamedical.com/for-patient-family/treatment-and-
procedure-information/total-hip-replacement-thr/. [Diakses Pada 13 Maret
2019].
Malchau, H., and, W. Dhert. 2012. The epidemiology of total hip replacement in
the Netherlands and Sweden. Acta Orthopaedica Scandinavica. 73(3):282-
86.
Phsyo Stasion. 2016. TKR (total knee replacement) atau total knee Arthroplasty
(TKA). http://www.physio-station.id/2016/03/total-knee-replacementtkr-
atau-total.html. [Diakses Pada 12 Maret 2019].
Prittchett, and, H. Associates. 2017. Total Hip Replacement Its Joint Effort.
United State : Copyright Material.
Putra, T.N., Seuga, K., Artana, I.G.N.B. 2013. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah.
Sembiring. S. 2018. Diagnosis Diferensial Nyeri Lutut. Edisi Keenam. Jakarta:
Leutikaprio.
Santosa, J. 2018. Osteoartritis. Pengalaman Belajar Lapangan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7a6bf247810cf2b5a
8888489746e9079.pdf
Suriani, D. 2013. Latihan theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada.
63