Anda di halaman 1dari 67

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TOTAL KNEE

REPLACEMENT

( disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepererawatan Bedah )

DosenPengampu :Ns. Mulia Hakam, M.Kep., Sp.Kep.MB

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TOTAL KNEE
REPLACEMENT

Diusulkan oleh:

Yuni Ayumi 152310101049 Angkatan 2015


Aggun Dyah Pramita 172310101067 Angkatan 2017
Filda Muktiani 172310101076 Angkatan 2017
Nanda Leoni Agustin 172310101085 Angkatan 2017
Rachma Ayu Dewanti 172310101093 Angkatan 2017
Vivi Dwi Nofita Sari 172310101105 Angkatan 2017

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan .................................................................................................. 3
BAB 2. KONSEP DASAR TKR.................................................................. 4
2.1 Pengertian/Definisi .............................................................................. 4
2.2 Epidemiologi ....................................................................................... 4
2.3 Etiologi ................................................................................................ 5
2.4 Patofisiologi......................................................................................... 6
2.5 Pathway ............................................................................................... 8
2.6 Menifestasi Klinik ............................................................................. 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 11
2.8 Penatalaksanaan medis ...................................................................... 13
2.9 Rehabilitasi ........................................................................................ 15
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ..................................... 17
3.1 Pengkajian ......................................................................................... 17
3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 24
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN....................................................... 27
4.1 Pengkajian ......................................................................................... 27
4.2 Analisa Data ...................................................................................... 42
4.3 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 43
4.4 Perencanaan Keperawatan ................................................................. 45
4.5 Catatan Perkembangan ...................................................................... 50
BAB 5. PENUTUP...................................................................................... 60
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 60

iii
5.2 Saran .................................................................................................. 60
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 61

iv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Total Knee Replacement
umumnya dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi yang
disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid artritis (McDonald & Molony,
2004). Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menyerang sendi – sendi
penopang berat badan terutama sendi lutut. Penyakit ini paling banyak
menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan berjalan pada lansia (Bambang, 2003).
Angka kejadian osteoartritis lutut di Indonesia cukup tinggi yaitu 15,5% pada
pria dan 12,7% pada wanita (Isbagio, 2005). Sembilan puluh delapan persen
pasien osteoartritis lutut melakukan operasi penggantian sendi lutut total.
Nasional Joint Replacement Registry tahun 2013 menyatakan bahwa pasien yang
dilakukan operasi penggantian pinggul total (THA) meningkat sebesar 0,1%,
sedangkan pasien yang dilakukan operasi penggantian lutut total (TKR)
meningkat 2,7% pada tahun sebelumnya. Sejak tahun 2003 pasien yang dilakukan
operasi TKR meningkat setiap tahun yaitu 69,1% dan 40,9% pada operasi THA.
Angka kejadian ini akan terus bertambah di masa yang akan datang (AOA, 2013).
Tindakan TKR dilakukan ketika sendi lutut mengalami kerusakan yang amat
berat akibat cedera ataupun radang sendi. Tindakan ini dilakukan ketika
pengobatan ataupun penggunakan alat penyangga lutut sudah tidak efektif lagi
untuk membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari. Operasi TKR sering
dilakukan pada pasien yang sudah berusia tua (usia ≥70 tahun) dengan kondisi
lutut yang parah. Tetapi pada tahun 1990 sampai tahun 2000, jumlah pasien
berusia muda yang melakukan operasi TKR meningkat secara signifikan. Selama
periode ini operasi penggantian lutut yang dilakukan pada kelompok usia 40 - 49
tahun meningkat 95,2% dan dikelompok usia 50-59 tahun meningkat sebesar
53,7%. Hal ini menunjukkan bahwa operasi TKR banyak dilakukan pada pasien
yang berusia 50 tahun (Kisner, 2007).

1
2

Tindakan TKR dapat menyebabkan keterbatasan gerak sendi pada lutut,


edema, kelemahan, nyeri, dan disability . Hal ini dapat menyebabkan
ketidakmampuan merawat diri sendiri dan gangguan aktifitas fungsional dalam
melakukan aktifitas sehari-hari seperti berjalan, dan ini menyebabkan pasien
kehilangan kemandirian. Salah satu cara untuk mengurangi nyeri dan mencegah
komplikasi adalah dengan melakukan mobilisasi dini. Manfaat mobilitas dini
adalah untuk mencegah komplikasi post operasi (Lewis et al., 2004).
Mobilisasi ditujukan pada kemampuan klien bergerak dengan bebas. Hidayat
(2006) menyatakan latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi
sirkulasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya
nyeri. Kemampuan pasien untuk melakukan mobilisasi dini pasca operasi sangat
dipengaruhi oleh persiapan yang dilakukan pasien sebelum operasi. Program
latihan (exercise) sebelum operasi akan membantu pasien dalam melakukan
mobilisasi dini pasca operasi (Gill et al., 2004). Program latihan dapat
meningkatkan fungsi otot quadrisep dalam melakukan aktivitas weight bearing
dan mobilisasi, sehingga pasien lebih kuat dan dan mandiri selama pasca operasi
(Ditmyer et al., 2002).
Peran perawat dan fisioterapis dalam latihan sebelum operasi sangat
diperlukan untuk memandirikan pasien sesegera mungkin. Tujuan tindakan
keperawatan pada pasien dengan masalah keterbatasan gerak sendi adalah agar
pasien dapat melakukan perawatan diri secara total sejauh kemampuan yang bisa
ia lakukan (Beapreu, 2011). Peran perawat memberi informasi dan instruksi yang
benar tentang perawatan kepada pasien dan anggota keluarganya atau teman yang
akan membantu melayani sebagai pemberi dukungan akan membantu pemulihan
pasien secara cepat. Keterlibatan perawat dengan membantu Activity Daily Living
(ADL) dapat meningkatkan self care dan kemandirian pasien sebagai dasar dalam
pemenuhan akan perawatan diri.
Mobilisasi dini dapat dilakukan secepatnya yaitu pada 24 jam setelah operasi
(Guerra, 2015). Dengan penurunan lama rawat pada kondisi akut pasien TKA,
seharusnya perawat lebih siap membantu pasien untuk mengembalikan
kemandirian fungsionalnya dengan menggunakan strategi yang mempercepat
3

Range Of Motion (ROM) lutut. Perawat dapat memberikan fisioterapi tambahan


sedini mungkin dan melakukan ambulasi secara teratur untuk memaksimalkan
ROM (Beapreu, 2001).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah definisi TKR?
1.2.2 Apakah epidemiologi terjadinya TKR?
1.2.3 Bagaimana etiologi TKR?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi TKR?
1.2.5 Bagaimana pathway TKR?
1.2.6 Bagaimana menifestasi klinik dari TKR?
1.2.7 Bagaimana pemeriksaan penunjang dari TKR?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan medis dari TKR?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Keperawatan Bedah
1.3.2 Untuk menganalisis terjadinya TKR pasca operasi
1.3.3 Untuk memberikan solusi melalui asuhan keperawatan yang tepat pada
TKR pasca operasi
BAB 2. KONSEP DASAR

2.1 Definisi Total knee replacement


Total knee replacement adalah suatu tindakan medis berupa operasi peggantian
sendi lutut dengan sebuah alat buatan (logam atau plastik), kemudian dalam
pembeahan tersebut tulang- tulang rawan yang rusak di tiga bagian tulang- tulang
lutut akan dibuang dan permukaan baru tersebut akan dilapisi dengan implant
(Jones, dkk, 2005).
Total knee replacement merupakan tindakan operatif sebagai langkah terakhir
pada paisen osteoarthritis yang indikasi umur untuk melakukan tindakannya
masih kontroversi (sembiring, 2018).
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Pada TKR, ujung dari tulang
femur akan dibuang dan diganti dengan metal shell dan ujung dari tibia juga akan
diganti dengan metal stem dan diantara keduanya dihubungkan dengan plastik
sebagai peredam gerakan (AAOS, 2015).
Adapun menurut dr. Stepnus menuturkan total knee replecment merupakan satu
tindakan medis pergantian lutut dengan bahan buatan berupa plat yang bertujuan
menggantian tempurung lutut agar pasien bisa melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasa.
Total Knee Replacement merupakan tindakan operasi untuk mennati bagian
sendi lutut yang mengalami kerusakan. Permukaan sendi yang rusak akan
dihilangkan dengan sendi mekanik buatan yang disebut protesis (American
Academy of Orthopaedic Surgeon, 2015 ).

2.2 Epidemiologi
Di Amerika Serikat tingkat penggantian lutut primer lebih rendah pada orang
kulit hitam daripada kulit putih dan pada mereka yang memenuhi syarat untuk
suplementasi Medicaid daripada mereka yang berpenghasilan lebih tinggi.
Komplikasi yang diamati selama sembilan puluh hari setelah penggantian lutut
primer termasuk kematian (0,7%), penerimaan kembali (0,9%), pulmonary

4
5

embolus (0,8%), infeksi luka (0,4%), pneumonia (1,4%), dan infark miokard
(0,8%) ). Komplikasi yang diamati selama sembilan puluh hari setelah
penggantian lutut revisi adalah kematian (1,1%), pendaftaran kembali (4,7%),
pulmonary embolus (0,5%), infeksi luka (1,8%), pneumonia (1,4%), dan infark
miokard (1,0%) ). Orang kulit hitam memiliki tingkat kematian, penerimaan
kembali, dan infeksi luka yang lebih tinggi setelah penggantian lutut primer
daripada orang kulit putih. Pasien yang memenuhi syarat untuk suplementasi
Medicaid memiliki tingkat komplikasi yang lebih tinggi, terutama setelah
penggantian lutut primer.
Sebuah studi yang dilakukan oleh institusi di negara Taiwan pada tahun 2018
menemukan bahwa jumlah TKR meningkat dari 5303 (24,64 per 100.000) pada
1996 menjadi 17.368 (74,55 per 100.000) pada 2010 (naik 202,56%). Tren
peningkatan ditemukan pada tingkat TKR baik pria maupun wanita. Pada tahun
1996, tingkat TKR pada pria adalah 13,56 per 100.000 orang, yang meningkat
menjadi 37,09 per 100.000 orang selama tahun 1996 hingga 2010 dan pada wanita
tingkatnya adalah 36,35 per 100.000 orang, yang meningkat menjadi 112,36 per
100.000 orang pada tahun 2010 (suatu meningkat masing-masing 173,53% dan
209,11%). Tingkat kejadian TKR pada wanita adalah sekitar 2,5 hingga 3 kali
lipat dari laki-laki dari tahun 1996 hingga 2010. Usia rata-rata adalah 68,83 tahun
pada semua individu, dan usia rata-rata pasien yang menerima TKR meningkat
dari tahun 1996 (66,34 tahun) hingga 2010 (69,97 tahun). Selama periode
penelitian, usia rata-rata pasien TKR secara bertahap meningkat 3,63 tahun.
Tingkat TKR meningkat untuk semua kelompok umur dari tahun 1996, dan
peningkatan ini paling jelas di antara orang dewasa yang lebih tua, mencapai
puncaknya di atas 70 hingga 79 tahun (Lin, dkk, 2018)

2.3 Etiologi
Kerusakan lutut yag serius diperlukan tindakan Total Knee Replecment atau
TKR. Peyakit Osteoartritis lutut stadium lanjut pada umumnya akan dilakukan
tindakan atau oprasi TKR. Osteoartritis adalah penyakit yang tidak diketahui pasti
penyebabnya ditandai dengan ketidak-kompakan tualng kartilago secara bertahap
6

dan biasanya mengenai sendi penopang berat badan, misalnya panggul, lutut,
vertebrata, dapat juga bahu, sendi jari tangan, dan pergelangan kaki(Anisa, 2015).
Selain Osteoartritis penyakit-penyakit ini juga memerlukan TKR, antara
lainRheumatoid artritis dan artitis pasca trauma. Penyebab dilakukan total knee
replecment (Smeltzer & Bare, 2002), antara lain :
1. Indikasi pada pasien yang terkena Osteoartritis
a. Usia, dengan bertambahnya usia menurunkan fungsi kondrosit. (Kondrosit
adalah sel-sel tulang yang membentuk sel tulang rawan, kondrosit
memiliki kandungan glikogen sebagai cadangan energi. Posisi dari
kondrosit ditulang rawan adalah di lakuna.)
b. Jenis kelamin, pada usia 55 tahun keatas wanita lebih berisiko karena
berhubungan dengan menophos.
c. Obesitas akan menyebabkan kerja sendi berlebihan yang menumpu pada
berat badan
d. Aktifitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang berkepanjangan pada
lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang telalu banyak
menumpu pada lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus
menerus, mempunyai resiko lebih besar terkena Os-teoarthritis
lututriwayat trauma langsung maupun tidak langsung dan
immobilisasiyang lama,.
2. Indikasi pada pasien yang terkena Rheumatoid artritis
Penyebab pasti penyakit ini masih belum pasti, akan tetapi faktor
metabolik, inveksi virus, dan faktor mekanisme imunitas (antigen-antibodi).
(Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008)
3. Indikasi pada pasien yang terkena artitis pasca trauma.

2.4 Patofisiologi
Penatalaksanaan TKR (Total Knee Replecment) biasanya dilakukan pada
pasien Osteoartritis, Rheumatoid artritis. Penyakit Osteoartritis diakibatkan
munculnya degenerasi synovial, berupa keusakan keseliruhan yang progresif dari
tulang rawan yang diikuti kerusakan keseluruhan tulang rawan sendi. Berawal dari
7

terjadinya berubahan matriks kartilago yang kemungkinana disebabkan oleh


gangguan mekanik, atau gangguan metabolisme kondorsut yang menyebabkan
konsentrasi air meningkat. Terjadinya perubahan tersebut, respon kondorsit
meningkatkan sintesis dan degradasi matriks, serta berpoliferasi. Dengan tujuan
menggatikan jaringan yang rusak, mempertahankan jaringan dan peningkatan
volume kartilago dan berlangsung bertahun-tahun. Akan tetapi perlahan terjadi
penurunan kondorsit kemungkinan bisa dikarenakan faktor usia, sehingga
mengakibatkan kegagalan dalama respon kondorsit berupa kerusakan tulang
rawan sendi. Kerusakan tulang rawan sendi mengakibatkan adanya perubahan
synovium, ligamen, kapsul, serta otot yang menggerakan sendi. Pada membran
sinovial sering mengalami ilnflamasi dan dapat berisi fragmen-fragmen dari
tulang rawan sendi. Kemudian karena semakin lama menyebabkan ligamen,
kapsul dan otot menjadi contracted. Lalu kurangnya penggunaan sendi dan
penurunan ROMmenyebabkan atropi otot. Perubahan ini mengakibatkan ke
kakuan sendi dan kelemahan tungkai. (Asmarani,. Dkk, 2011)
Rheumatoid artritis merupakan sebuah penyakit inflamasi autoimun-sistemik,
progresif dan kronis yang memperngaruhi banyak jaringan dan organ, akan tetapi
pada prinsipnya kan merusak sendi-sendi sinovial. Dikarenakan terjadi inflamasi
yang terjadi terus-menerus mengakibatkan tualng rawan sendi mengalamai
kerusakan dan ankilosing sendi. Tiga sampai empat kali Wanita paling sering
mengalami penyakit ini dibandingkan pria (Ahmad dan Andri, 2016). Penyebab
penyakit ini dikarenakan reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melibatkan
proses fagositosis. Pada prosesnya dihasilkan enzim-enzim dalam sendi yang
memecah kolagen menyebabkan edemma, poliferasi membran sinovial dan
berakhir terbentuknya panus. Panus akan menghancurkan tulang rawan yang
dapat menimbulkan erosi tulang, sehingga menyebabkan menghilangnya
permukaan sendi yang mengakibatkan tergangggunya gerak sendi. Otot akan
merasakan nyeri karena serabut otot mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot serta kontraksi otot. (Lutfi
Chabis,. Dkk, 2016)
8

2.5 Pathway
9
10

2.6 Menifestasi Klinik


Manifestasi klinis yang membutuhkan tindakan TKR yaitu:
a. Rasa nyeri pada sendi.
Biasanya terjadi pada penderita Osteoarthritis (OA) yang terjadi di
karenakan proses peradangan yang disebabkan kecenderungan virus pada
faktor metabolik dan antibodi.
b. Menurunnya kemampuan gerak.
Biasanya timbul pada pagi hari setelah bangun tidur, saat memulai gerakan
fisik dan juga pada posisi tertentu dalam waktu yang lama.
c. Pembengkakan sendi.
d. Menghilangkan kekakuan dan kerusakan yang lebih lanjut pada sendi.
e. Disfungsi sendi (Maghfiroh, N.L & F.N. Rosyid. 2013)

Manifestasi tindakan TKR biasanya terjadi pada penderita:


1) Osteoarthritis (OA).
Manifestasi klinisnya yakni terjadi nyeri pada persendian yang bisa menetap.
Kemudian terjadi kekakuan sendi pada pagi hari setelah tidur atau bisa juga
pada saat posisi yang sama dalam waktu yang lama. Hal lain yang dapat
terjadi yakni keterbatasan gerak pada penderita terlebih pada bagian ekstensi
panggul, abduksi dan rotasi intra. Tanda yang sering muncul adalah kekauan
sendi, terjadi bengkak pada persendian, terdengar bunyi (kreptasi) pada
persendian pada saat digerakkan. Pada stadium lanjut, kestabilan sendi dapat
terjadi karena berkurangnya kartilago dan tulang, serta kelemahan pada otot
(Santosa, J. 2018).
2) Rheumatoid arthritis
Biasanya muncul secara perlahan muai dari beberapa minggu atau bulan
karena tidak menunjukkan gejala pada awal penyakit. Keluhan yang
dirsakan biasanya sendi terasa nyeri dan kaku pada pagi hari serta terjadi
pembengkakan pada sendi. Hal ini biasanya terjadi pada sendi simetris yakni
sendi pergelangan tangan, sendi lutut dan juga kaki (diartrosis). Namun
11

dapat terjadi juga pada sendi lain seperti sendi siku, bahu dan juga panggul
(Putra, T.N dkk.2013).
3) Artritis Gout
Pada stadium ini, radang sendi yang terjadi sangat akut, dapat timbul dengan
cepat dalam waktu yang singkat. Biasanya bersifat monoartikular
(menyerang satu sendi) dengan keluhan yang ditimbulkan adalah rasa nyeri,
bengkak pada sendi dengan warna merah yang menyebabkan gejala sistemik
berupa demam hingga menggigil dan juga merasa lelah. Faktor yang
menyebabkan penyakit ini adalah stress, kelelahan fisik, trauma lokal,
tindakan operasi, dan pemakaian obat diuretik (Widyanto, F.W. 2014).

2.7 Pemeriksaan Penunjang


Menurut sulistiawan., dkk (2016) pemeriksaan penunjang TKR dan THR antara
lain :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap mengetahui nilai LED (laju endapan darah)
2) Biopsi jaringan atau kelenjar limfe regional
3) Fungsi lumbal untuk mengetahui konsentrasi albumin didalam liquor yang
ditentukan ada tidaknya blok
b.Pemeriksaan diagnostik
1. Radiologi
Pemeriksaan dengan menggunakan X-ray yang bertujuan untuk mengetahui
kondisi tulang dan sendi
A B
12

A merupakan gambaran pada pasien total knee replecement

B merupakan gambaran femur normal

2. Athroskopi
Menggunakan menggunakan kamera kecil yang dimasukan ke dalam
ruang sendi yang bertujuan untuk menilai struktur, lesi dan deformitas
pada sendi. Biasanya juga digunakan untuk mengambil specimen cairan
sendi.
3. Pemeriksaan densitas tulang
Pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kekuatan tulang dalam
menahan beban tubuh. Karena jka terjadi osteoporosis maka kemampuan
tulang untuk menahan beban akan berkurang diakibatkan penurunan
kepadatan pada tulang.
4. Foto rontgen thorak
Foto x ray thorax dilakukan untuk melihat kondisi organ pulmo dan kardio
pasien. Organ tersebut memiliki fungsi yang vital dalam proses
pembedahan. Jika pasien terdeteksi memiliki kelainan pada kedua sistem
tersebut maka pembedahan akan sangat beresiko.
5. CT scan dan MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) prosedur yang digunakan untuk
memetakan struktur tubuh. Pemetaan menggunakan medan magnet yang
sangat besar sehingga atom hidrogen menjadi teratur dan mudah
dipetakan. MRI dapat menggambarkan struktur sendi secara jelas.
6. Pemeriksaan darah lengkap
a. Hemoglobin
Digunakan untuk menilai dan memantau adanya pendarahan pasca
pembedahan. Pada kondisi haemodillusi tubuh akan mengalahi
kelebihan beban cairan.
b. Leukosit
13

Digunakan untuk menilai sistem kekebalan tubuh pasien pra dan pasca
operasi. Kenaikan leukosit mengindikasikan tanda inflamasi akut dan
kemungkinan adanya infeksi mikroba akibat prosedur pembedahan.
c. Trombosit
Pemeriksaan trombosit digunakan untuk prosedur pembedahan yang
beresiko menimbulkan pendarahan yang massive.
d. Kultur darah
Mengeahui mikroba yang menginvasi pasien dan mengetahui jenis
antibiotika yang tepat untuk melindungi fungsi ginjal, hati dan organ
lain dari efek penggunaan antibiotika.
e. Pemeriksaan gula darah
Digunakan agar mengetahui kadar gula pasien terkait prosedur
pembedahan yang mengharuskan pasien berpuasa, untuk
mempertahakankan status nutrisi pasien sehingga proses recovery dpat
lebih cepat.
f. Pemeriksaan fungsi hati
Dengan penilaian SGOT dan SGPT untuk mengetahui apakah pasien
memiliki riwayat hepatitis, jika iya itu akan meningkatkan resiko
akibat penggunaan obat obatan anastesi yang bersifat hepatoksik.
g. Pemeriksaan fungsi ginjal
Mengukur kadar ureum dan kreatinin dalam darah. Pasien yang
memiliki penurunan fungsi ginjal akan meningkatkan resiko akibat
obat anastesi dan antibiotika yang memperberat kerja ginjal
2.8 Penatalaksanaan medis
Menurut (Apley, 1995) gejala yang muncul pada penderita Total Knee
Replacement yaitu Nyeri, kekakuan, demormitas (kaki bengkok), pembengkakan,
penguncian dan pemberian jalan. Untuk itu perlu diadakannya latihan latihan yang
berfungsi untuk menghilangkan gejala gejala tersebut. Latihan tentunya harus
sesuai tujuan dan indikasi yang diingkan seperti untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran darah dan merelaksasikan otot.
14

Penganganan penanganan yang dilakukan fisioterapis untuk mengatasi keluhan


tersebut antara lain dengan melakukan penanganan pasca operasi seperti
(Streaching, hold relax, active resisted, quadricep bench). Dengan melakukan
terapi tersebut diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas secara normal, terapi
tersebut dijabarkan seperti berikut :
1. Streaching
Dilakukan dengan cara pasien tidur dengan posisi terlentang dengan
terapis berada disamping pasien lalu terapis menggerakan kaki pasien
keatas dan kebawah. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mengendurkan
otot otot yang kaku, membantu mengurangi nyeri serta memperlancar
sirkulasi darah.
2. Hold Relax
Metode yang dilakukan dengan cara memajukan atau mempercepat respon
mekanisme neuromuscular melalui rangsangan pada propioseptor.
Sebelum otot antagonis dilakukan penguluran, otot antagonis terlebih
dahulu dikontraksikan secara isometris melawan tahanan dari terapis
kearah agonis lalu dilanjutkan dengan rileksasi otot tersebut. Hold relax
bertujuan merileksasi otot-otot dan menambah LGS serta untuk
mengurangi nyeri. (Kisner dan Colby, 2007)
3. Active Resisted
Gerakan aktif yang dilakukan dengan tahanan dari luar terhadap gerakan
yang dilakukan pasien. Tahanan dapat berupa dari pasien ataupun terapis.
Ada beberapa cara meningkatkan kekuatan otot salah satunya adalah
dengan meningkatkan tahanan secara bertahap. (Kisner dan Colby, 2007).
4. Quadricep Bench
Pasien duduk dengan posisi ongkang-ongkang, lalu terapis menyiapkan
alat dan memberi beban sesuai kemampuan pasien dengan menggunakan
diagram Holten. Pengulangan sesuai apa yang tercatat menggunakan
diagram. Quadricep bench bertujuan untuk menambah kekuatan otot
15

2.1.9 Rehabilitasi
1. Hari Operasi
a) Deep breathing exercises

b) Active movement

2. Post-op hari 1
a) Isometrik ekstremitas bawah termasuk hamstring, quasriceps, dan

gluteus.

b) Mengenakan immobilizer sendi lutut.


c) Menahan beban setelah operasi dapat bersifat parsial atau penuh,
tergantung pada kebijakan dokter bedah.
3. Post-op hari 2
a) Berdiri di samping ranjang dengan lutut immobilizer dan parsial
weight-bearing untuk menahan beban pada ekstremitas.
b) Active assisted ROM
4. Post-op hari 3 dan 4
a) Progresif isotonik dan isometrik untuk penguatan otot lutut dan
pinggul
b) Berkonsentrasi pada gerak ekstensi lutut melalui latihan ekstensi
lutut aktif
Daftar urutan ambulasi yang diberikan kepada pasien setelah Total Knee
Replacement:
1) Untuk hari pertama dan kedua, pasien biasanya diberikan terapi pada
paralel bars.
2) Pasien kemudian berlanjut ke tongkat atau walker (dengan 2 tongkat
atau kruk) untuk 6 minggu pertama.
3) Pasien kemudian maju ke satu kruk atau tongkat, yang dilanjutkan
untuk 6 minggu berikutnya.
4) Kebanyakan pasien (70%) dapat berjalan tanpa alat bantu dalam
waktu 3 bulan.
16

Hal yang ditargetkan setelah Total Knee Replacement:


Otot-otot yang paling terpengaruh oleh operasi adalah otot quadriceps (m.
vastus lateralis, m. vastus medialis, m. vastus intermedius, dan rektus femoris).
Isometrik dan ROM aktif harus dimulai segera setelah pembedahan. Untuk 6
minggu pertama, otot quadriceps harus diperkuat dengan latihan isometrik. Lalu,
ditingkatkan dengan latihan atau isotonik. Otot-otot lain yang bekerja pada lutut
yang bekerja pada rantai kinetik harus diperkuat,, seperti otot hamstring, otot
gastrocsoleus, dan otot pergelangan kaki (dorsiflexors).
BAB 3. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Identitas Klien

Nama: -

Umur: Presentasi orang yang memiliki osteoarthritis meningkat 60-90% pada


usia diatas 65 tahun

Alamat : -

Agama : -

Pendidikan : -

Pekerjaan : -

Diagnosa Medik: Osteoarthritis

Keluhan Utama:Pada pasien dengan kelainan sendi, keluhan yang paling sering
muncul adalah nyeri. Nyeri pasca prosedur Total Knee Replacement (TKR)
timbul akibat adanya perlukaan atau lesi yang mengalami proses replacement.
Nyeri juga berkaitan dengan adanya proses inflamasi pasca pembedahan.

Riwayat Kesehatan, meliputi:


a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian riwayat kesehatan terutama berkaitan dengan masalah sendi
yang diderita. Penyakit penyerta atau masalah lain berkaitan dengan
masalah sendi harus dikaji secara mendalam karena pasien akan mengalami
prosedur pembedahan. Demi menekan dampak pembedahan maka kondisi
pasien sebelum prosedur tersebut benar-benar baik.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Fokus pengkajian adalah proses terjadinya gangguan pada sendi. Trauma,
osteoporosis, khususnya pada osteoarthritis menjadi penyebab gangguan
sendi harus dikaji secara mendalam untuk menentukan program terapi yang
sesuai bagi pasien.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit diturunkan secara genetik. Beberapa kondisi

17
18

kelainan imunitas, deformitas tulang maupun kasus keganasan anggota


keluarga sebaiknya dikaji dan lakukan pemeriksaan kepada pasien terkait
penyakit yang ada di keluarga. Salah satu kondisi yang menyulitkan adalah
hemophilia sehingga pembedahan menjadi lebih berisiko.

Pola Kesehatan Fungsional (12 Pola Gordon)


a. Pola Persepsi Sehat
Pola persepsi sehat berarti pemahaman pasien terkait kesehatan dan
masalah kesehatan yang meliputi pengalaman, fungsi kognitif dan nilai-
nilai yang di anut. Terutama mengenai Total Knee Replacement. Harus
dipastikan bahwa pasien menyadari sepenuhnya terkait kondisi yang
dihadapi serta dapat mengambil keputusan yang logis.
b. Manajemen Kesehatan
Pengelolaan aspek kesehatan dikaji sebelum prosedur pembedahan TKR.
Tanyakan kepada pasien apa yang dia lakukan jika terjadi masalah
kesehatan terutama berkaitan dengan prosedur TKR.
Pengkajian lain meliputi pengelolaan sumberdaya, akses ke fasilitas
kesehatan, transportasi maupun asuransi atau sumber pembiayaan jika
terjadi masalah kesehatan. jika prosedur TKR telah dilakukan maka
anjurkan pasien untuk datang ke fasilitas kesehatan yang representative
terkait kondisinya.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Lakukan pengukuran status nutrisi sebelum dilakukan TKR. Tujuan dari
pengkajian ini adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan prosedur. Pada
pasien dengan obesitas maka beban sendi maupun protesa akan
meningkat.
Sesudah prosedur TKR. Jika pasien mengalami kekurangan mutrisi maka
proses penyembuhan pasca pembedahan akan lebih lama. Jika
pembedahan telah dilakukan, maka kaji status nutrisi secara berkala
untuk meningkatkan proses rehabilitasi serta menjaga supaya berat
badan dalam batas normal. Status nutrisi yang baik akan mempercepat
19

proses penyembuhan luka sehingga proses rehabilitasi dapat segera


dilakukan
d. Pola Eliminasi
Pola eliminasi baik urin maupun alvi jarang bermasalah pada pasien
TKR. Masalah yang timbul nyeri pada saat akan duduk di toilet.
Permasalahan ini tidak terlalu urgent dan akan hilang dengan sendirinya
setelah melakukan prosedur TKR.
Pengkajian pola eliminasi pasca pembedahan harus dilakukan untuk
menilai kondisi siste urinary maupun sistem digestif yang mungkin akan
mengalami perubahan akibat prosedur pembedahan maupun anastesi.
Selain itu, beberapa jam pertama pasca anastesi, urin output harus
dipantau secara berkala demi mencapai keseimbangan cairan.
e. Pola Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik sehari-hari sebelum dilakukan pembedahan biasanya
mengalami banyak permasalahan, hal ini berkaitan dengan adanya nyeri
pada sendi yang mengalami masalah. Kerusakan mobilitas fisik akan
timbul pada fase ini. Pasien akan mengalami banyak keterbatasan
aktivitas fisik.
Jika prosedur TKR telah dilakukan, maka aktivitas fisik harus dibatasi
terlebih dahulu sebelum sendi yang digunakan dianggap mampu
menahan beban tubuh dalam beraktivitas.
f. Pola Tidur-Istirahat
Pada pasien dengan gangguan sendi akan mengalami masalah tidur
berkaitan dengan nyeri pada sendi yang bermasalah. Tidur akan
bekualitas jika nyeri mereda atau pasien dapat mengontrol rasa nyerinya.
Pada pasien yang telah mengalami pembedahan akan mendapatkan
analgesic sampai nyeri hilang karena telah terjadi proses penyembuhan.
Sehingga pasien jarang mengalami masalah tidur akibat prosedur TKR.
g. Pola Persepsi-Kognitif
Tidak ada pengkajian spesifik terkait pola persepsi kognitif pada kasus
pasien dengan gangguan sendi. Fokus pengkajian aspek ini adalah
20

kemampuan pasien mengambil keputusan logis terkait penyakit sendi


yang diderita.
h. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
Masalah yang sering muncul pada pasien adalah pasien merasa
kehilangan peran, perubahan body image, dan tidak mampu melakukan
fugsinya di dalam keluarganya.
i. Pola Hubungan
Sebelum melakukan prosedur TKR, pasien mengalai hambatan mobilitas
fisik yang menyebabkan ketidakmampuan pasien untuk berhubungan
dengan lingkungannya secara normal. Masalah ini akan terselesaikan
jika hambatan mobilitas fisik teratasi.
j. Pola Aktivitas Seksual
Sebelum melakukan prosedur TKR, pasien mengalami hambatan
mobilitas fisik yang menyebabkan hambatan pasien dalam aktivitas
seksual secara normal.

k. Pola Stress dan Koping

Sebelum pembedahan maka akan timbul stressor terkait prosedur


pembedahan. Selain itu pasien akan merasakan stress, karena
menderita penyakit sendi dan belum adanya perkembangan yang
signifikan dalam waktu yang lama.
l. Pola Keyakinan
Perlu dikaji adanya nilai-nilai keyakinan yang bertentangan dengan nilai-
nilai keperawatan modern dalam pemberian intervensi keperawata. Jika
ditentukan keyakinan yang dapat memperburuk pasien, perawat harus
memberikan penjelasan dengan konflik minimal. Lakukan pendekatan
secara hilistik sehingga pasien mampu mencapai tujuan yang sama.

Pemeriksaan Fisik
1. Sistem Respirasi
Pemeriksaan sistem respirasi harus dilakukan sebelum prosedur
pembedahan.
21

1) Pola pernafasan, irama, kedalaman, penggunaan otot tambahan


dalam bernafas.
2) Pengkajian riwayat adanya batuk yang lama pada pasien.

3) Pemeriksaan taktil fremitus yang dapat digunakan untuk mengetahui


adanya penumpukan cairan dan kesimetrisan pengembangan paru.

Lakukan pengkajian status oksigenasi, yaitu adanya sianosis, pucat,


napas pendek, tanda hipoksia, dan kesulitan bernapas.

2. Sistem Urinari
Pemeriksaan difokuskan pada adanya tanda-tanda penyakit ginjal kronis
yang berhubungan dengan adanya proses infeksi dan pengobatan.
3. Sistem Persyarafan
Pemeriksaan difokuskan pada adanya gangguan pada sistem persyarafan
secara komprehensif. Pasien dengan gangguan persyarafan akan
menghambat proses rehabilitasi.
4. Sistem Imunologi
Difokuskan pada pemeriksaan kelenjar limfe, bila ada infeksi terjadi
pembengkaan pada kelenjar limfe.
5. Sistem Kadiovaskuler
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler penting dilakukan. Masalah yang
muncul merupakan efek dari adanya rasa nyeri, dan pengobatan yang
diberikan untuk mengatasi rasa nyeri.
6. Sistem Integumen
Sebelum dilakukan TKR sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada area yang
akan mengalami pembedahan. Jika terdapat infeksi maka akan menjadi
penyulit pada saat pembedahan serta penyembuhan luka akibat prosedur
pembedahan.
Pada saat pembedahan maka pasien akan diposisikan secara statis
tergantung surgical positioning yang dibutuhkan dalam waktu yang lama.
Durasi prosedur TKR kurang lebih 3 jam, kondisi tersebut dapat
menyebabkan cedera pada pasien.
22

Pemeriksaan Penunjang Total Knee Replacement


Pemeriksaan penunjang untuk mengurangi kesalahan pada saat melakukan
operasi yaitu dengan bantuan Computer Assisted Orthopedic Surgery (CAOS).
CAOS adalah teknologi baru yang dirancang untuk memudahkan dan mengurangi
kesalahan saat operasi. Komputer ini menjadi semacam panduan dan bisa
menampilkan gambar sendi pasien serta lokasi-lokasi yang tepat untuk dilakukan
pemotongan sendi. Dengan bantuan alat ini, maka tindakan bedah tulang tidak lagi
membutuhkan banyak alat bantu karena hanya dibutuhkan sayatan yang relatif
kecil. CAOS akan mencatat dan menyimpan data pasien yang telah mendapatkan
tindakan bedah tulang, sehingga suatu saat bila diperlukan maka data dengan
mudah dapat dilihat kembali.
Dengan bantuan CAOS operasi bisa dilakukan dengan pembedahan minimal
atau Minimally Invasive Surgery, sehingga operasi yang dilakukan akan semakin
meminimalkan segala efek samping yang dapat terjadi.
Keuntungan potensial yang terjadi pada operasi yang minimal invasif adalah
trauma pada lutut semakin kecil, pend arahan selama operasi lebih sedikit, dan rasa
sakit bagi pasien sangat berkurang. Rawat inap yang dijalankan juga lebih singkat
karena proses pemulihan yang lebih cepat dibandingkan cara konvensional.

Pemeriksaan Laboratorium

1. Pemeriksaan darah lengkap didapatkan leukosit dan LED meningkat


tujuannya adalah untuk memberikan informasi mengenai masalah
muskuloskeletal dan komplikasi yang terjadi seperti adanya perdarahan
(Smeltzer and Bare, 2010).
2. Biopsi jaringan granulasi atau kelenjar limfe regional.

3. Fungsi lumbal dilaksanakan bersamaan dengan mielografi, untuk


mengetahui tingginya konsentrasi albumin.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Radiologi
Alat yang digunakan yaitu dengan X-ray maka dapat diketahui kondisi
struktur tulang maupun struktur sendi yang mengalami kelainan.
23

2. Athroskopi
Digunakan untuk menilai keadaan sendi. Sebuah kamera kecil dimasukkan
ke dalam ruang sendi untuk menilai struktur, lesi maupun deformitas yang
terjadi pada sendi. Athroskopi juga dilakukan untuk mengambil spesimen
cairan sendi.
3. Pemeriksaan Densitas Tulang
Pemeriksaan ini berkaitan dengan kekuatan tulang dalam menopang beban
tubuh. Jika terjadi osteoartritis maka kemampuan tulang dalam menahan
beban mengalami penurunan dikarenakan terjadi penurunan kepadatan
tulang. Selain itu, kepadatan tulang menentukan kemampuan tulang
menahan protesa yang digunakan.
4. Foto Rontgen Thorax
Foto X-ray thorax dilakukan untuk menilai kondisi organ pulmo dan
kardio. Kedua organ tersebut menentukan kondisi umum pasien terutama
yang akan mendapatkan terapi pembedahan.
5. CT scan dan MRI
Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan salah satu prosedur
diagnostik yang bekerja dengan memetakan struktur tubuh. Pada kasus
gangguan sendi, MRI dapat menggambarkan struktur sendi secara jelas.

Pemeriksaan Darah Lengkap


a. Hemoglobin
Pemeriksaan Hb dilakukan secara berkala untuk menilai adanya
perdarahan pasca pembedahan. Selain itu, nilai Hb akan dibandingkan
dengan haematikrit untuk menilai status hidrasi dan perfusi klien. Pada
kondisi hemokonsentrasi maka tubuh akan mengalami penurunan perfusi
akibat penurunan jumlah cairan serta peningkatan viskositas darah. Pada
kondisi haemodillusi maka tubuh akan mengalami kelebihan cairan.
b. Leukosit
Leukosit diperiksa dengan tujuan untuk menilai sistem kekebalan tubuh
pasien pre operasi dan pasca operasi. Kenaikan leukosit merupakan salah
24

satu tanda inflamasi akut dan kemungkinan adanya infeksi mikroba akibat
prosedur pembedahan.
c. Trombosit
d. Trombosit diperiksa terkait dengan prosedur pembedahan yang berisiko
menimbulkan perdarahan massive. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan trombosit secara berkala. Pada kasus tertentu pasien
mendapatkan terapi ranitidine yang memiliki efek samping
trombositopenia.
e. Kultur Darah
Prosedur pemeiksaan ini dilakukan untuk mengetahui jenis mikroba yang
menginvasi pasien serta menentukan sensitifitas maupun resistensinya
terhadap antibiotik. Tujuan lain dari pemeriksaan ini adalah meningkatkan
efektifitas penggunaan antibiotika sehingga dapat melindungi hati, ginjal,
dan organ lainnya dari efek samping penggunaan antibiotika.
f. Pemeriksaan Gula Darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan karena pasien akan dipuasakan terkait
prosedur pembedahan yang dilakukan. Oleh karena itu, kadar gula darah
pasien harus dilakukan secara berkala untuk mempertahankan status pasien
sehingga proses recovery pasien akan lebih cepat.
g. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan dengan menilai kadar ureum
dan kreatinin dalam darah. Pasien dengan penurunan fungsi ginjal akan
meningkatkan risiko prosedur pembedahan yang menggunakan obat-
obatan memperberat kerja ginjal seperti obat anastesi dan antibiotik.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Diagnosa Keperawatan Pre-op TKR
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien penyakit
Osteoarthritis dengan Pre Op Total Knee Replacement (Wilkinson, M.
Judith, 2006) meliputi:
25

a. Distres spiritual berhubungan dengan gangguan dalam keyakinan.

b. Ansietas berhubungan dengam ancaman terhadap konsep diri,


ancaman terhadap perubahan.
c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, efek
samping penanganan, faktor budaya atau spiritual yang pada
perubahan penampilan.
d. Ketidakefektifan koping individu, berhubungan dengan perubahan
penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi.
e. Perubahan proses keluarga, berhubungan dengan terapi yang
kompleks, hospitalisasi/perubahan lingkungan, reaksi orang lain
terhadap perubahan penampilan.
f. Ketakutan berhubungan dengan proses penyakit/prognosis,
ketidakberdayaan.
g. Mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan penurunan rentang
gerak, kerusakan saraf/otot, dan nyeri.
Ketidakefektifan koping b.d perubahan penampilan, keluhan
terhadap reaksi orang lain, kehilangan fungsi.

2. Diagnosa Keperawatan Post-op TKR

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien


penyakit Osteoarthritis dengan Post Op Total Knee Replacement:

1. Nyeri akut berhubungan dengan kompresi


saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen
tulang.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya respon nyeri,
kerusakan neuromuskuloskeletal, pergerakan fragmen tulang.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan penurunan fungsi tulang,
terbatasnya gerakan sendi.
4. Risiko cedera tinggi cidera berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat.
26

5. Kecemasan berhubungan dengan kondisi sakit, perubahan peran


keluarga, kondisi status ekonomi.
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang wanita NY. S berusia 57 tahun dtang ke Rumah Sakit dngan


keluhan Nyeri. Diketahui klien sudah sering merasakan nyeri selama 4 tahun.
Setelah dilakukan pemeriksaan diketahui klien terkena Osteoarthritis. Sehingga
klien harus menjalani prosedur operasi TKR. Klien juga memiliki riwayat
Hipertensi. Diketahui BB klien 60 kg dan TB 150. Setelah dilakuakan prosedur
operasi TKR klien masih merasakan nyeri. Keluarga klien mengatakan bahwa
klien hanya tidur sekitar 4-5 jam/hari. Keluarga juga mengatakan bahwa klien
sering terbangun apabila nyeri terasa. Didapatkan hasil GCS E4 V5 M6. Hasil
pemeriksaan TTV menunjukkan TD 140/90 mmHg, N 80x/mnt, RR 20x/mnt,
Suhu 360 C

I. Identitas Klien

Nama : Ny.S No. RM : 070XXX

Umur : 57 Tahun Pekerjaan : Pedagang

Jenis : Perempuan Status : Kawin


Kelamin Perkawinan

Agama : Islam Tanggal MRS : 09 Januari 2019

Pendidikan : Tidak bersekolah Tanggal : 10 januari 2019


Pengkajian

Alamat : Jember Sumber : Pasien, keluarga,


Informasi dan catatan rekam
medik

II. Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik: Osteoartritis Genu Dextra

27
28

2. Keluhan Utama: Nyeri


3. Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri lutut kanan sejak 4 tahun yang lalu, nyeri jika lutut ditekuk. Awalnya
hanya diobati dengan minum ramuan saja dan rutin meminum susu tinggi
kalsium karena hanya mengira nyeri karena sudah usia lanjut.. Namun 5
bulan belakangan ini nyeri sendinya bertambah parah sehingga tidak dapat
beraktivitas dan berjualan seperti sebelumnya tepatnya pada tanggal 5 Januari
2019ssetelah sholat magrib pukul 18.30 nyeri pasien bertambah, saat pasien
sedang duduk disebelah tokonya ada bidan yang menanyakan penyakitnya
dan menyarankannya periksa ke RS.DKT Jember. Ketika pasien meminta
antar suaminya ke Jember, suaminya tidak bisa langsung mengantar karena
ada keperluan. Pasien baru diantar suaminya tanggal 9 Januari 2019 dan
masuk RS DKT dibagian IGD pukul 17.15 pada saat pemeriksaan diketahui
pasien terkena osteoartritis, sehingga pasien harus menjalani prosedur operasi
TKR. Setelah itu pada tanggal 9 Januari 2019 pukul 18.30 pasien pindah ke
ruang mawar. Pengkajian dilakukan tanggal 10 Januari 2019 pukul 14.10
dengan pasien mengeluh nyeri lutut pada bagian kaki kanan post operasi.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami: Hipertensi
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll): Pasien dan keluarga mengatakan
bahwa pasien tidak memiliki alergi terhadap apapun.
c. Imunisasi: Pasien mengatakan tidak mengingat mengenai imunisasi yang
pernah didapatkannya dan keluarga juga tidak mengetahui imunisasi
yang telah didapat oleh pasien.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style: Pasien rutin meminum susu tinggi
kalsium setiap harinya untuk menjaga kesehatan tulangnya
e. Obat-obat yang digunakan: Pasien biasanya meminum obat yang dijual
diwarung
5. Riwayat penyakit keluarga: Keluarga Ny.S tidak mempunyai riwayat
penyakit kronis.
Genogram:
29

Keterangan:

= Laki-laki = Garis Pernikahan

= Perempuan = Garis Keturunan

= Meninggal

= Pasien

III. Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pasien sudah bisa mengungkapkan secara verbal/bahasa tentang apa yang
dirasakan dan apa yang diinginkan
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD) (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
- Antropometeri
BB=60 Kg
TB=150 Cm
Interpretasi : Saat pengkajian nilai antropometri pasien tinggi karena
IMT pasien 26,67 kg/m2 atau lebih dari normal dan pasien mengalami
berat badan lebih
- Biomedical sign :
Hb: 11,7 gr/dl
30

Leucosit: 6.200/ul
Trombosit: 260.000/ul
Eritrosit: 4,43 juta/ul
Interpretasi : Nilai Hb, Leucosit, Trombosit, Eritrosit pasien normal dan
tidak ada kelainan
- Clinical Sign : Terdapat lesi pada sayatan post operasi
- Diet Pattern (intake makanan dan cairan): Nafsu makan pasien baik,
pasien puasa oral sebelum dan sesudah operasi TKR
3. Pola eliminasi: (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
BAK
- Frekuensi : 5-6x sehari
- Jumlah :-
- Warna : warna khas urin, kuning bening
- Bau : Bau amonia khas urin
- Karakter : Karakter tidak terkaji
- BJ : BJ tidak terkaji
- Alat Bantu : tidak ada
- Kemandirian : mandiri
- Lain :-
BAB
- Frekuensi :2x sehari
- Jumlah :-
- Konsistensi : teratur
- Warna : kuning kecoklatan
- Bau : bau khas feses
- Karakter : lembek dan tidak keras
- BJ : tidak terkaji
- Alat Bantu : tidak menggunakan alat bantu
- Kemandirian : dibantu
- Lain :-
31

Interpretasi : Pola eliminasi BAK pasien normal namun pola eliminasi


BAB terganggu karena saat dirumah pasien BAB 1 kali sehari namun
ketika dirumah sakit pasien BAB menjadi 2 kali sehari
Balance cairan:
Input
Infus: 1000cc
Injeksi: 100cc
AM: 5xBB=5x60=300
Total: 1400cc
Output
Urin: 480cc
BAB: 100cc
IWL: 15 x 60 kgBB / 24 jam= 900 cc / 24 jam
Total:1480cc
Input-Output: 1400-1480= -480cc
Interpretasi :
Pasien mengalami kekurangan volume cairan, karena 1 hari sebelum
operasi pasien tidak bisa BAK

4. Pola aktivitas & latihan (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Sebelum sakit aktivitas pasien terganggu jika nyeri muncul setelah
beraktivitas dan setealah dioperasi pasien tidak dapat beraktivitas karena
bagian lutut kaki kanan masih terasa nyeri.
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum √

Toileting √

Berpakaian √
32

Mobilitas di tempat tidur √

Berpindah √

Ambulasi / ROM √

Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dibantu petugas, 3:


dibantu alat, 4: mandiri
Status Oksigenasi : Status oksigenasi pasien normal dan tidak terpasang
alat bantu pernafasan
Fungsi kardiovaskuler : Fungsi kardiovaskuler normal
Terapi oksigen : Tidak dilakukan terapi oksigen
Interpretasi : Pasien bernafas secara normal dan tidak merasakan sesak
nafas

5. Pola tidur & istirahat (saat sebelum sakit dan saat di rumah sakit)
Durasi : sebelum sakit pasien tidur 6-7 per hari setelah sakit pasien tidur 4-5
jam per hari
Gangguan tidur : sebelum sakit tidak ada gangguan tidur, setelah sakit
memiliki gangguan tidur karena selalu terbangun apabila terasa nyeri dilutut
kanannya setelah di operasi.
Keadaan bangun tidur : keadaan pasien lemas, terlihat lingkaran hitam
dibawah mata
Interpretasi : pasien mengalami gangguan pola tidur dikarenakan sering
terbangun ketika nyeri dikaki kanannya post operasi dan hanya tidur 4-5 jam
per hari
6. Pola kognitif & perceptual
Fungsi Kognitif dan Memori :
Fungsi kognitif: menurut pasien sakit adalah keadaan ketika dia tidak bisa
beraktivitas seperti biasanya karena ada rasa sakit ditubuhnya.
Fungsi memori: pasien mampu mengingat kejadian 4 tahun yang lalu saat dia
mengangkat barang untuk dijual ditokonya sendiri saat itu nyeri dilutut kaki
kanannya mulai timbul.
33

Fungsi dan keadaan indera :


Fungsi dan keadaan indera pasien seperti penglihatan, pendengaran, pengecap
normal tidak ada kelainan. Pasien mampu merasakan sentuhan, mampu
mendengar , mampu melihat dengan jelas dan mampu membau sesuatu
dengan baik.
Interpretasi : Fungsi kognitif dan perceptual pasien normal dan tidak ada
kelainan.
7. Pola persepsi diri
Gambaran diri :
Pasien dan keluarga dapat menerima keadaan sakitnya dan berharap dapat
kembali sehat setelah menjalani operasi TKR
Identitas diri :
Pasien sebagai ibu rumah tangga yang membuka toko kelontong didekat
rumahnya
Harga diri :
Pasien tidak mengeluh dengan sakitnya dan semangat menjalani aktivitas
sehari-hari
Ideal diri :
Pasien ingin dapat beraktivitas seperti biasanya dan tidak lagi merasakan
nyeri lutu saat beraktivitas setelah operasi TKR
Peran diri :
Peran pasien sebagai ibu rumah tangga dari 3 orang anak dan istri mengalami
perubahan saat sakit.
Interpretasi : pola persepsi klien terkaji
8. Pola seksualitas & reproduksi
Pola seksualitas
Pasien sudah tidak berhubungan seksual dengan suaminya
Fungsi reproduksi:
Ny. S memiliki 3 anak dan sudah mengalami masa menopause
Interpretasi : Pola seksualitas dan reproduksi pasien normal dan memang
wajar sudah pada tahap menopause
34

9. Pola peran & hubungan


Peran pasien sebagai ibu rumah tangga dari 3 orang anak dan istri mengalami
perubahan saat sakit karena adanya perubahan kapasitas fisik yang terganggu
dalam menjalankan peran.
Interpretasi : Pola peran pasien sebagai ibu dari 3 orang anak dan istri
mengalami perubahan saat sakit karena adanya perubahan kapasitas fisik
yang terganggu dalam menjalankan peran.
10. Pola manajemen koping-stress
Dalam menghadapi sakit yang diderita pasien, keluarga membawanya ke
pelayanan kesehatan untuk mendapat pengobatan.
Interpretasi : Mekanisme pertahanan diri yang digunakan pasien dan
keluarga baik yaitu dengan meminta pertolongan pada orang lain dengan
membawanya ke pelayanan kesehatan.
11. System nilai & keyakinan
Selama pasien sakit, pasien dan keluarga tetap beribadah dan berdoa
Interpretasi : Pasien dan keluarga tidak mengalami gangguan dalam sistem
nilai dan keyakinan setelah pasien mengalami sakit.

IV. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum: Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis GCS
E4V5M6
Tanda vital:
- Tekanan Darah : 140/90 mm/Hg
- Nadi :80 X/mnt
- RR :20 X/mnt
- Suhu :36°C
Interpretasi : Tekanan darah pasien tinggi karena pasien mempunyai
hipertensi. Nadi, RR, suhu dalam batas normal dan tidak ada gangguan.

Pengkajian Fisik Head to toe (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)


1. Kepala
35

Inspeksi : Tidak ada benjolan/tumor , tidak ada lesi dikepala, penyebaran


rambut merata, rambut bersih, hitam, tidak ada ketombe.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, posisi dan kesejajaran mata normal, ukuran
pupil normal, ada reaksi dengan cahaya, tidak memakai kacamata, fungsi
penglihatan normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Telinga
Inspeksi : Bentuk dan ukuran telinga normal, tidak ditemukan
pembengkakan, telinga dalam keadaan bersih, ketajaman pendengaran
normal.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung normal, simetris, pernapasan cuping hidung,
bersih, tidak ada pembengkakan, tidak ada secret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Inspeksi : Bibir : mukosa bibir lembab, rongga mulut : jumlah gigi
lengkap, lidah : bersih, warna lidah putih
6. Leher
Inspeksi : bentuk normal, simetris, tidak ada distensi vena jugularis, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, teraba nadi karotis
7. Dada
Inspeksi : bentuk dada normal , simetris , tidak ada retraksi dada
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Perkusi : suara paru-paru sonor (normal), suara jantung pekak
Auskultasi: S1-S2, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
seperti ronkhi, wheezing, snoring
8. Abdomen
36

Inspeksi : distensi abdomen


Auskultasi : Peristaltik normal (20x/menit)
Perkusi : Timpani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
9. Urogenital
Tidak terkaji
10. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Inspeksi : gerak tangan antara dekstra dan sinistra seimbang, kekuatan otot
5 (bisa melawan gravitasi dan dapat menahan /melawan tahanan pemeriksa
dengan tahan penuh)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa
Ekstremitas Bawah
Inspeksi : gerak dekstra lemah kekuatan otot 3 (mampu melawan gaya
gravitasi tetapi tidak dapat menahan /melawan tahanan pemeriksa)
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak ada massa

5 5
3 5

11. Kulit dan kuku


Inspeksi :
Kulit : kulit lembab, warna kulit kuning langsat, turgor kulit baik
Kuku : kuku pendek dan bersih
Palpasi : CRT 2 detik
12. Keadaan lokal
Pada lutut kaki kanan terdapat luka post operasi TKR, kulit berwarna
merah disekitar luka.
37

V. Terapi
Dosis dan
Jenis Farmako dinamik dan Indikasi dan Kontra Implikasi
NO rute Efek samping
terapi farmako kinetik Indikasi keperawatan
pemberian

1 Cefotaxim Menghambat 2x1 gr, IV Indikasi: sakit perut, Caregiver dan


pembentukan dinding sel infeksi bakteri mual, munta, pendidik
bakteri pada tahap III dan seperti infeksi sakit kepala
tahap akhir dengan pernapasan bagian atau, agina gatal
berikatan pada satu atau bawah, infeksi saluran atau
lebih protein-protein kemih, meningitis, dan mengeluarkan
pengikat penisilin (PBPs) gonore cairan
yang terdapat di membran
Kontraindikasi:
sitoplasma di bawah
Penderita dengan
dinding sel bakteri yang
riwayat hipersensitif
rentan
terhadap antibiotik
cephalosporin.

Penderita gagal ginjal


38

yang berat.

2 Ranitidin Anatagonis reseptor H2, 2x1, IV Indikasi: maag, radang Diare, muntah Caregiver dan
yang kerjanya memblok saluran cerna, luka sakit kepala, pendidik
reseptor histamin pada sel lambung vertigo insomnia
parietal sehingga sel
Kontraindikasi:
parietal tidak dapat
Alergi ranitidin, ibu
dirangsang untuk
menyusui, gagal ginjal
mengeluarkan asam
lambung. Penghambatnya
secara selektif dan
reversibel

3. Profenid Profenid Ketoprofen 2x1 , Indikasi : efek samping Caregiver dan


adalah salah satu obat anti- suppositoria Profenid pendidik
Kegunaan Profenid
inflamasi non-steroid (ketoprofen)
(ketoprofen) adalah
(AINS). Ketoprofen yang paling
untuk mengobati nyeri
bekerja mengurangi gejala umum adalah
ringan sampai sedang
39

nyeri dan peradangan. pada sakit gigi dan timbulnya rasa


Mekanisme kerja setelah cabut gigi, sakit tidak nyaman
ketoprofen adalah kepala, sakit telinga, pada saluran
menghambat kedua enzim nyeri dan radang pada cerna seperti
siklooksigenase (COX) penyakit reumatik yang mual, diare, dan
yaitu enzim COX-1 ringan dan gangguan kadang-kadang
maupun COX-2. otot skelet lainnya, perdarahan dan
nyeri sendi, demam, tukak serta
nyeri setelah operasi perforasi
terutama pembedahan lambung atau
ortopedik, gout akut usus yang bisa
dan nyeri haid berakibat fatal
(dismenorea).

Kontra indikasi :
jangan digunakan untuk
pasien yang memiliki
riwayat alergi terhadap
40

ketoprofen.

pasien yang akan atau


telah menjalani operasi
by-pass jantung
sebaiknya jangan
menggunakan Profenid
(ketoprofen) atau
NSAID lainnya.

Tidak boleh diberikan


kepada pasien yang
menderita asma,
urtikaria, atau reaksi
alergi lain terhadap
aspirin atau NSAID
lainnya.
41

VI. Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium (bisa dikembangkan)

Jenis Hasil
No Nilai normal (rujukan)
pemeriksaan (hari/tanggal)

1. Darah Nilai Satuan 9 Januari 2019


lengkap
LED L0-15 : P0 -20 mm/jam -

Hb L 12,4-17,7:11,4-15,1 gr/dl 11,7

Leucosit 4.000-11.000 ul 6.200

Diff 1-3/0-1/2-4/45-65/30-45/2-6 - -/-/-/57/35/8

PCV L38-42:P 40-47 % 35.9

Trombosit 150.000-450.000 ul 260.000

Eritrosit 4,5-5,5:P 4,0-5,0 juta/ul 4.43

MCV 80-100 fl 81.1

MCH 26-36 gr/dl 26.4

MCHC 32-37 gr/dl 33.6

RDW 12-15 % 13.5

2. BT 1-3 mnt 2’.00’’

3. CT 9-12 mnt 10.00’’

4. BSS 70-140 mg/dl 110.0

10 Januari 2019

Pengambil Data,

(BCN)
42

ANALISA DATA

NO DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH

1. DS: Efusi sendi Nyeri Akut

- Pasien mengatakan nyeri


pada lutut sebelah kanan
setelah operasi Penyempitan
Pasien mengatakan pasien rongga sendi
mengatakan sering terbangun
ketika rasa nyeri timbul
dikaki kanannya

- Pasien mengatakan skala Agen cedera fisik


nyeri 6 (pasca TKR)
DO:

- Pasien terlihat meringis


kesakitan
- Terdapat luka bekas operasi
dilutut kkanan pasien Nyeri akut

2. DS: Luka post operasi Gangguan pola tidur


-Pasien mengatakan hanya
tidur 4-5 jam per hari
Imobilisasi
-Pasien mengatakan sakit
untuk bergerak
DO: Gangguan pola
tidur
-Pasien terlihat lemah
-Terdapat lingkaran hitam
dibawah mata pasien

3. DS: Kesulitan Hambatan mobilitas


memiringkan fisik
-Pasien mengatakan kesulitan posisi badan
memiringkan posisi badan

-Pasien mengatakan nyeri jika


43

menggerakkan kaki kanannya

-Keluarga mengatakan pasien


hanya berada ditempat tidur
karena tidak berjalan setelah Keterbatasan
operasi TKR rentang gerak

DO:

- Pasien terlihat hanya


berbaring ditempat tidur Perubahan sendi
- Kekuatan otot (post operasi
5 5 TKR)

3 5

Hambatan
mobilitas fisik

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Daftar Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas):

Tanggal
Tanggal
No Diagnosa pencapaia Keterangan
perumusan
n

1. Nyeri akut berhubungan dengan 10 Januari 12 Januari BCN


agen cedera fisik (pasca TKR) 2019 2019
yang ditandai dengan pasien
mengatakan nyeri pada lutut
sebelah kanan setelah operasi,
pasien mengatakan sering
terbangun ketika rasa nyeri
timbul dikaki kanannya, pasien
44

mengatakan skala nyeri 6, pasien


terlihat meringis kesakitan

2. Gangguan pola tidur 10 Januari 12 Januari BCN


berhubungan dengan imobilisasi 2019 2019
yang ditandai dengan pasien
mengatakan hanya tidur 4-5 jam
per hari, pasien mengatakan sakit
untuk bergerak, pasien terlihat
lemah, terlihat lingkaran hitam
dibawah mata pasien

3. Hambatan mobilitas fisik 10 Januari 12 Januari BCN


berhubungan dengan perubahan 2019 2019
sendi (post operasi TKR) yang
ditandai dengan pasien
mengatakan kesulitan
memiringkan posisi badan,
pasien mengatakan nyeri jika
menggerakkan kaki kanannya,
keluarga mengatakan pasien
hanya berada ditempat tidur
karena tidak berjalan setelah
operasi TKR, pasien terlihat
hanya berbaring ditempat tidur.
45

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1400 Manajemen Nyeri - Untuk mengetahui keadaan
keperawatan selama 3x 24 jam di umum pasien
1. Observasi tanda-tanda vital pasien
harapkan nyeri dapat berkurang - Untuk membangun BHSP
2. Gunakan strategi komunikasi
dengan kriteria hasil: - Untuk mengetahui daerah
terapeutik untuk mengetahui
nyeri, kualitas nyeri, kapan
1. Klien melaporkan nyeri yang pengalaman nyeri dan sampaikan
nyeri dirasakan, faktor
dialami sebelumya dari skala 1 penerimaan pasien terhadap nyeri
pencetus nyeri, dan berat
(deviasi berat dari kisaran normal) 3. Lakukan pengakajian
ringannya nyeri yang
menjadi 4 (deviasi ringan dari komprehensif yang meliputi
dirasakan
kisaran normal) lokasi, karakteristik, durasi,
- Untuk memberikan
2. Panjangnya episode nyeri klien frekuensi, kualitas intensitas dan
pengetahuan apabila nyeri
sebelumnya menunjukkan dari faktor pencetus nyeri
timbul
skala 1 (deviasi berat dari kisaran 4. Tentukan akibat dari pengalaman
- Untuk membantu pasien
normal) menjadi 4 (deviasi ringan nyeri terhadap kualitas hidup klien
menjadi rileks
dari kisaran normal) ( pola tidur dan nafsu makan)
- Untuk mengurangi rasa
3. Ekspresi nyeri wajah klien yang 5. Berikan informasi mengenai nyeri
nyeri
46

sebelumnya menunjukkan skala 1 (penyebab nyeri, lama nyeri, dan


(deviasi berat) menjadi 4 (deviasi antisipasi dari ketidaknyamanan
ringan dari kisaran normal). akibat prosedur
4. Pola istirahat klien yang 6. Ajarkan teknik relakasasi pada
sebelumnya menunjukkan skala 1 pasien
(deviasi berat) menjadi 4 (deviasi 7. Kolaborasi dengan tenaga
ringan dari kisaran normal). kesehatan lain dalam pemberian
5. Klien yang sebelumnya analgesik untuk mengurangi nyeri
mengerinyit dari skala 1 (deviasi
berat dari kisaran normal) menjadi
5 (tidak ada deviasi dari kisaran
normal)
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1850 Peningkatan tidur - Untuk mengetahui keadaan
pola tidur keperawatan selama 3x 24 jam di 1. Observasi keadaan umum dan umum pasien
harapkan gangguan pola tidur dapat tanda-tanda vital pasien - Untuk mengetahui pola
berkurang dengan kriteria hasil: 2. Tentukan pola tidur dan aktivitas tidur dan aktivitas yang
pasien dilakukan pasien
1. Pola tidur pasien yang sebelumnya
3. Sesuaikan lingkungan (misalnya, - Untuk membantu
dari skala 1 (sangat terganganggu)
cahaya, kebisingan, suhu, kasur, peningkatan tidur
47

menjadi skala 4 (sedikit terganggu) dan tempat tidur) untuk - Untuk membantu relakasasi
meningkatkan tidur saat tidur
2. Kualitas tidur pasien yang
4. Ajarkan pasien bagaimana - Untuk memudahkan dalam
sebelumnya dari skala 1 (sangat
melakukan relaksasi otot mendapatkan tidur yang
terganggu) menjadi skala 4 (sedikit
autogenik atau bentuk non- optimal
terganggu)
farmakologi lainnya untuk
3. Pasien dapat tidur dari awal sampai memancing tidur
habis dimalam hari secara konsisten 5. Mulai/terapkan langkah-langkah
yang sebelumnya dari skala 1 kenyamanan seperti pijat,
(sangat terganggu) menjadi skala 4 pemberian posisi, dan sentuhan
(sedikit terganggu) afektif
6. Kolaborasi dengan tenaga
4. Pasien menunjukkan perasaan segar
kesehatan lain terkait pemberian
setelah tidur yang sebelumnya dari
analgesik
skala 1 (sangat terganggu) menjadi
skala 4 (sedikit terganggu)

5. Nyeri yang dialami pasien yang


sebelumnya dari skala 1 (berat)
48

menjadi 4 (ringan)

3. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 0840 Pengaturan posisi - Untuk mengetahui keadaan
mobilitas keperawatan selama 3x 24 jam di umum pasien
1. Observasi keadaan umum dan
fisik harapkan hambatan mobilitas fisik - Untuk membantu pasien
tanda-tanda vital pasien
pasien dapat berkurang dengan agar mandiri untuk
kriteria hasil: 2. Tempatkan pasien diatas mengatur posisinya
matras/tempat tidur - Untuk menghindarkan
1. Gerakan sendi pasien yang
pasien dari kerusakan
sebelumnya dari skala 1 (sangat 3. Berikan matras yang lembut
kembali pada ekstremitas
terbatas) menjadi skala 4 (sedikit
4. Jelaskan pada pasien bahwa badan yang luka
bergerak bebas)
pasien akan dibalik - ROM aktif dapat
2. Pergerakan sendi lutut kanan
membantu dalam
pasien yang sebelumnya dari skala 5. Dorong pasien untuk terlibat
mempertahankan/
1 (deviasi berat dari kisaran dalam perubahan posisi
meningkatkan kekuatan dan
normal) menjadi skala 4 (deviasi
0224 Terapi latihan : Mobilitas kelenturan otot,
ringan dari skala normal)
Sendi mempertahankan fungsi
3. Pasien dapat berpindah dari satu
cardiorespirasi, dan
permukaan ke permukaan yang 1. Tentukan batasan pergerakan
mencegah kontraktur dan
49

lain sambil berbaring yang dari sendi dan efeknya terhadap kekakuan sendi
sebelumnya skala 1 (sangat fungsi sendi - Untuk mengetahui sejauh
terganggu) menjadi skala 4 2. Bantu pasien mendapatkan mana pergerakan pada sendi
(sedikit terganggu) posisi tubuh yang optimal untuk dapat dilakukan
4. Pasien dapat berjalan yang dari pergerakan sendi pasif maupun
sebelumnya skala 1 (sangat aktif sesuai indikasi
terganggu) menjadi skala 4 3. Berikan informasi tentang
(sedikit terganggu) kemungkinan posisi penyebab
nyeri otot atau sendi
4. Bantu pergerakan sendi yang
ritmitis dan teratur sesuai kadar
nyeri yang bisa ditoleransi,
ketahanan, dan pergerakan sendi
5. Ajarkan ROM aktif
6. Kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam
penanganan yang boleh
digerakkan dan yang belum
boleh digerakkan
50

CATATAN PERKEMBANGAN

DIAGNOSA:
IMPLEMENTASI PARAF EVALUASI
WAKTU
TGL 10/01/2018 - BHSP BCN JAM: 19.30
- Mengobservasi tanda-tanda vital
Pukul 15:10 S: Pasien mengatakan skala nyeri turun menjadi
pasien
5
Nyeri akut - Melakukan pengakajian
berhubungan dengan komprehensif yang meliputi lokasi, O: Pasien tidak terlihat meringis kesakitan
agen cedera fisik (pasca karakteristik, durasi, frekuensi,
TKR) yang ditandai kualitas intensitas dan faktor A: Nyeri akut teratasi sebagian karena skala
dengan pasien pencetus nyeri nyeri menjadi 5, pasien mampu melaporkan
mengatakan nyeri pada - Menentukan akibat dari nyeri yang dialami berkurang
lutut sebelah kanan pengalaman nyeri terhadap kualitas
P: Lanjutkan intervensi:
setelah operasi, hidup klien ( pola tidur dan nafsu
- observasi TTV
makan)
pasien mengatakan - Memberikan informasi mengenai - observasi frekuensi , kualitas, durasi, dan faktor
sering terbangun ketika nyeri (penyebab nyeri, lama nyeri, pencetus nyeri
rasa nyeri timbul dikaki dan antisipasi dari
kanannya, pasien ketidaknyamanan akibat prosedur - ajarkan teknik relakasasi pada pasien dan
mengatakan skala nyeri - Kolaborasi pemberian analgesik keluarga
6, pasien terlihat
-edukasi keluarga tentang faktor pencetus nyeri
meringis kesakitan
- Lanjutkan terapi analgesik
51

Pukul 15:25 - Menentukan pola tidur dan aktivitas BCN JAM: 19.40
pasien
Gangguan pola tidur S: Pasien mengatakan tidurnya lebih nyenyak
- Menyesuaikan lingkungan
berhubungan dengan sekitar 5-6 jam
(misalnya, cahaya, kebisingan, suhu,
imobilisasi yang
kasur, dan tempat tidur) untuk O: kondisi pasien sudah terlihat membaik namun
ditandai dengan pasien
meningkatkan tidur masih ada lingkaran hitam dibawah mata
mengatakan hanya
- Mengajarkan pasien bagaimana
tidur 4-5 jam per hari, A: Gangguan pola tidur teratasi sebagian karena
melakukan relaksasi otot autogenik
pasien mengatakan pola tidur pasien masih terganggu dari skala 1
atau bentuk non-farmakologi lainnya
sakit untuk bergerak, (sangat terganggu) menjadi skala 2 (banyak
untuk memancing tidur
pasien terlihat lemah, terganggu), pasien masih terbangun dimalam
- Mulai/terapkan langkah-langkah
terlihat lingkaran hitam hari, kualitas tidur pasien dari skala 1 (sangat
kenyamanan seperti pijat, pemberian
dibawah mata pasien. terganggu) menjadi skala 2 (banyak terganggu),
posisi, dan sentuhan afektif
keadaan pasien masih belum terlalu segar saat
bangun tidur

P: Lanjutkan intervensi:

- monitor pola tidur dan catat kondisi fisik dan


psikologis keadaan yang mengganggu tidur
52

pasien

- Penyesuaian lingkungan untuk meningkatkan


tidur

-mulai terapkan langkah kenyamanan seperti


pijat,

-pemberian posisi

-sentuhan afektif

Pukul 15:35 - Mengobservasi keadaan umum dan BCN JAM: 19.45


tanda-tanda vital pasien
Hambatan mobilitas S: Pasien mengatakan sudah bisa memiringkan
fisik berhubungan - Menempatkan pasien diatas tubuhnya sendiri
dengan perubahan sendi matras/tempat tidur
(post operasi TKR) O: Pasien terlihat memiringkan badan ke arah
yang ditandai dengan - Memberikan matras yang lembut kiri tanpa bantuan
pasien mengatakan - Menjelaskan pada pasien bahwa badan A:Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian
kesulitan memiringkan pasien akan dibalik karena gerakan sendi pasien belum bebas,
posisi badan, pasien pergerakan sendi lutut kanan masih lambat,
mengatakan nyeri jika - Mendorong pasien untuk terlibat pasien belum mampu berjalan
menggerakkan kaki dalam perubahan posisi
kanannya, keluarga
53

mengatakan pasien - Membantu pasien mendapatkan posisi P: Lanjutkan intervensi:


hanya berada ditempat tubuh yang optimal untuk pergerakan
tidur karena tidak sendi pasif maupun aktif sesuai indikasi - mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda
berjalan setelah operasi - Memberikan informasi tentang vital pasien
TKR, pasien terlihat kemungkinan posisi penyebab nyeri otot - memberikan informasi tentang kemungkinan
hanya berbaring atau sendi posisi penyebab nyeri otot atau sendi pada
ditempat tidur. - Membantu pergerakan sendi yang keluarga
ritmitis dan teratur sesuai kadar nyeri
yang bisa ditoleransi, ketahanan, dan -mengajarkan rom aktif
pergerakan sendi
-membantu pasien agar dapat duduk secara
- Mengajarkan ROM aktif
mandiri
- Berkolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain dalam penanganan yang - memotivasi pasien untuk dapat berjalan
boleh digerakkan dan yang belum boleh
digerakkan - Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
dalam penanganan yang boleh digerakkan dan
yang belum boleh digerakkan
TGL 11/01/2018 - Mengobservasi tanda-tanda vital BCN JAM: 13.10
pasien
Pukul 09:00 S: Pasien mengatakan nyeri pada lutut kanannya
- Melakukan pengakajian
berkurang
Nyeri akut komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, O: Skala nyeri 4, TD:140/80, Nadi:80x/menit
kualitas intensitas dan faktor
pencetus nyeri A: Nyeri akut teratasi sebagian karena skala
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas nyeri menjadi 4, pasien mampu melaporkan
54

dalam kepada pasien dan keluarga nyeri yang dialami berkurang, wajah pasien
- Memberikan informasi kepada meringis kesakitan
keluarga mengenai faktor pencetus
P: Lanjutkan Intervensi:
nyeri
- Kolaborasi pemberian analgesic RL - observasi TTV
+ Ranitidin
- observasi skala nyeri

- lanjutkan teknik relakasasi

- Lanjutkan terapi analgesik

Pukul 09:20 -monitor pola tidur dan catat kondisi BCN JAM: 13.20
fisik dan psikologis keadaan yang
Gangguan pola tidur mengganggu tidur pasien S: Keluarga mengatakan pasien sudah tidur
dengan nyaman
- menyesuaikan lingkungan (misalnya,
O: Pasien tampak tidur dengan nyaman
cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan
tempat tidur) untuk meningkatkan tidur A: Gangguan pola tidur pasien teratasi sebagian
-mulai terapkan langkah kenyamanan
seperti pijat, karena pola tidur pasien masih terganggu dari
skala skala 2 (banyak terganggu) menjadi skala 3
-pemberian posisi (cukup terganggu), pasien masih terbangun
dimalam hari, kualitas tidur pasien dari skala
-sentuhan afektif
2(banyak terganggu) menjadi skala 3 (cukup
55

-kolaborasi pemberian obat terganggu)

P: Lanjutkan intervensi:

- monitor pola tidur dan catat kondisi fisik dan


psikologis keadaan yang mengganggu tidur
pasien

- lanjutkan langkah kenyamanan seperti pijat,

-pemberian posisi

-sentuhan afektif

- kolaborasi pemberian obat

Pukul 09:30 - mengobservasi keadaan umum dan BCN JAM: 13.35


tanda-tanda vital pasien
Hambatan mobilitas S: Pasien mengatakan sudah bisa melakukan rom
fisik - memberikan informasi tentang aktif
kemungkinan posisi penyebab nyeri otot
atau sendi pada keluarga O: Pasien terlihat melakukan rom aktif

-mengajarkan Rom aktif A:Hambatan mobilitas fisik teratasi sebagian


karena gerakan sendi pasien belum seperti
- memotivasi pasien untuk dapat semula sebelum sakit, pergerakan sendi lutut
berjalan kanan masih lambat, pasien belum mampu
56

- Berkolaborasi dengan tenaga berjalan


kesehatan lain dalam penanganan yang
boleh digerakkan dan yang belum boleh P: Lanjutkan intervensi:
digerakkan - mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda
vital pasien

- Lanjutkan membantu pasien agar dapat duduk


secara mandiri

- Lanjutkan memotivasi pasien untuk dapat


berjalan

- Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain


dalam penanganan yang boleh digerakkan dan
yang belum boleh digerakkan

TGL 12/01/2018 - Mengobservasi tanda-tanda vital BCN JAM: 06.00


pasien
Pukul 19:50 S: Pasien mengatakan skala nyeri berkurang
- Melakukan pengakajian
skala nyeri 3
Nyeri akut komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, O: TD : 130/80, Nadi : 81x/menit,
kualitas intensitas dan faktor
pencetus nyeri A: Klien melaporkan nyeri yang dialami
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas sebelumya dari skala 1 (deviasi berat dari kisaran
dalam kepada pasien dan keluarga normal) menjadi 4 (deviasi ringan dari kisaran
- Kolaborasi pemberian analgesic normal), Panjangnya episode nyeri klien
57

(profenid suppositoria) sebelumnya menunjukkan dari skala 1 (deviasi


berat dari kisaran normal) menjadi 4 (deviasi
ringan dari kisaran normal), Ekspresi nyeri
wajah klien yang sebelumnya menunjukkan
skala 1 (deviasi berat) menjadi 4 (deviasi ringan
dari kisaran normal), Pola istirahat klien yang
sebelumnya menunjukkan skala 1 (deviasi berat)
menjadi 4 (deviasi ringan dari kisaran normal),
klien yang sebelumnya mengerinyit dari skala 1
(deviasi berat dari kisaran normal) menjadi 5
(tidak ada deviasi dari kisaran normal)
P:Hentikan intervensi
Pukul 20:10 -monitor pola tidur dan catat kondisi BCN JAM: 06.10
fisik dan psikologis keadaan yang
Gangguan pola tidur S: Pasien mengatakan dapat tidur dengan
mengganggu tidur pasien
nyenyak selama 7 jam
- menyesuaikan lingkungan (misalnya,
O: kondisi pasien segar dan lingkaran hitam
cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan
dibawah mata hilang
tempat tidur) untuk meningkatkan tidur
-mulai terapkan langkah kenyamanan A: pola tidur pasien yang sebelumnya dari skala
seperti pijat, 1 (sangat terganganggu) menjadi skala 4 (sedikit
terganggu), kualitas tidur pasien yang
58

-pemberian posisi sebelumnya dari skala 1 (sangat terganggu)


menjadi skala 4 (sedikit terganggu), pasien
-sentuhan afektif
dapat tidur dari awal sampai habis dimalam hari
-kolaborasi pemberian obat secara konsisten yang sebelumnya dari skala 1
(sangat terganggu) menjadi skala 4 (sedikit
-
terganggu), pasien menunjukkan perasaan segar
setelah tidur yang sebelumnya dari skala 1
(sangat terganggu) menjadi skala 4 (sedikit
terganggu), nyeri yang dialami pasien yang
sebelumnya dari skala 1 (berat) menjadi 4
(ringan)

P: Hentikan intervensi
59

Pukul 20:20 - mengobservasi keadaan umum dan BCN JAM: 06.10


tanda-tanda vital pasien
Hambatan mobilitas S: Pasien mengatakan kakinya sudah dapat
fisik - memberikan informasi tentang sedikit digerakkan dan tidak nyeri
kemungkinan posisi penyebab nyeri otot
atau sendi pada keluarga O: Pasien sudah dapat berdiri sebentar

-mengajarkan Rom aktif A: Gerakan sendi pasien yang sebelumnya dari


skala 1 (sangat terbatas) menjadi skala 4 (sedikit
- memotivasi pasien untuk dapat bergerak bebas), pergerakan sendi lutut kanan
berjalan pasien yang sebelumnya dari skala 1 (deviasi
berat dari kisaran normal) menjadi skala 4
- Berkolaborasi dengan tenaga (deviasi ringan dari skala normal), pasien dapat
kesehatan lain dalam penanganan yang berpindah dari satu permukaan ke permukaan
boleh digerakkan dan yang belum boleh yang lain sambil berbaring yang dari sebelumnya
digerakkan skala 1 (sangat terganggu) menjadi skala 4
(sedikit terganggu), pasien dapat berjalan yang
dari sebelumnya skala 1 (sangat terganggu)
menjadi skala 4 (sedikit terganggu)
P: Hentikan intervensi
5 5

4 5
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Total Knee Replacement (TKR) adalah prosedur operasi penggantian sendi
lutut yang tidak normal dengan material buatan. Total Knee Replacement
umumnya dilakukan untuk mengobati pasien dengan nyeri dan immobilisasi
yang disebabkan oleh osteoartritis dan rheumatoid artritis (McDonald &
Molony, 2004). Osteoartritis merupakan penyakit sendi yang menyerang
sendi – sendi penopang berat badan terutama sendi lutut. Penyakit ini paling
banyak menyebabkan nyeri dan ketidakmampuan berjalan pada lansia.
Faktor penyebab dilakukan Total Knee Replacement adalah usia, Jenis
Kelamin, Obesitas, Aktifitas fisik dan pekerjaan. Biasanya orang yang
melakukan prosedur TKR merasakan nyeri pada sendi, hambatan gerak sendi,
adanya krepitasi, pembesaran sendi, berubahnya gaya berjalan, dan adanya
peradangan. Setelah melakukan prosedur operasi TKR, pasien harus dilatih
mobilisasi agar tidak terjadi kekakuan pada sendi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Institusi Pendidikan
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi penelitian
lain untuk mengembangkan lebih lanjut terkait dengan Total knee
replacement.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Semoga makalah ini dapat membantu mahasiswa mampu memahami
konsep dasar dari Total knee replacement dana bagaimana asuhan
keperawatan yang diberikan pada klien dengan Pre Op maupun Post
Op TKR sehingga nantinya dapat memberikan asuhan keperawatan
yang tepat.

60
DAFTAR PUSTAKA

America American Academy of Orthopaedic Surgeon. 2015. Total Hip


Replacement. https://orthoinfo.aaos.org/en/treatment/total-hip-
replacement/. [Diakses Pada 13 Maret 2019]
America American Academy of Orthopaedic Surgeon. 2015. Total Knee
Replacement. https://orthoinfo.aaos.org/en/treatment/total-hip-
replacement/. [Diakses Pada 12 Maret 2019].
Asmarani,. Dkk. 2011. Nyeri Sendi. Modul Blok Muskuloskletal. Kendari:
Fakultas Kedokteran Univeristas Haluoleo.
Apley, (1997); Dalam Kumpulan Makalah pada Kondisi Osteoarthritis: RS. Prof
Dr. Soeharso Surakarta, halaman 1.Chusid J.G. (1999) Neuro Anatomi
Korelatif dan Neurologi Fungsional, (Edisi Empat) Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, hal 237
Bare & Smeltzer.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddart (Alih bahasa Agung Waluyo) Edisi 8 vol.3. Jakarta :EGC
Bhandari, P.S, H.S. Bhatoe, M.K. Mukherjee. 2012. Management Strategy in Post
Traumatic Brachial Plexus Injuries. The Indian Journal of Neurotrauma.
Vol 9: 19-29
Chabis Lutfia, 2016. Review Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi
Kurkimin dan Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel.
Jurnal Pharmascience. Vol 3(1): 10-18
Dewi, D.K. 2014. Analisa Praktek Klinik Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada
Pasien Fraktur Femur dengan Hemiarthroplasty di Lantai 5 Bedah RSPAD
Gatot Soebroto. Karya Ilmiah Akhir Ners (KIA-N). Fultas Ilmu
Keperawatan. Depok
Fauzi Ahmad dan Maruli Andri. 2016. Total Knee Arthroplasty pada Rheumatoid
Arthritsis. Juarnal Kedokteran Brawijaya. Vol 29(2): 179-184
https://dokumen.tips/documents/case-study-musculoskeletal-thr-tkr.html

61
62

Kartika P., T, Ketut., Dkk. 2018. Profil Kasus Fraktur Leher Femur Yang
Dilakukan Tindakan Operasi Di Rsup Sanglah Denpasar Periode Maret
2016-Agustus 2017. E-Jurnal Medika. Vol 7(12): 1-6
Kisner C, dan Colby L.A., 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques. Edisi ke-5. Philadelphia: F.A Davis Company.
Lin, F. H., etc. 2018. The increase in total knee replacement surgery in Taiwan.
Medicine (Baltimore). 97(31): 1-6.
Maghfiroh, L.N. 2016. Upaya Penurunan Nyeri Pada Pasien Osteoartritis Post
Total Knee Replacement Di Rsop Dr.Soeharso Surakarta. Publikasi
Ilmiah. Surakarta.
Mahkota Medical Center. 2018. Total Hip Replacement.
https://www.mahkotamedical.com/for-patient-family/treatment-and-
procedure-information/total-hip-replacement-thr/. [Diakses Pada 13 Maret
2019].
Malchau, H., and, W. Dhert. 2012. The epidemiology of total hip replacement in
the Netherlands and Sweden. Acta Orthopaedica Scandinavica. 73(3):282-
86.
Phsyo Stasion. 2016. TKR (total knee replacement) atau total knee Arthroplasty
(TKA). http://www.physio-station.id/2016/03/total-knee-replacementtkr-
atau-total.html. [Diakses Pada 12 Maret 2019].
Prittchett, and, H. Associates. 2017. Total Hip Replacement Its Joint Effort.
United State : Copyright Material.
Putra, T.N., Seuga, K., Artana, I.G.N.B. 2013. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Ilmu penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP
Sanglah.
Sembiring. S. 2018. Diagnosis Diferensial Nyeri Lutut. Edisi Keenam. Jakarta:
Leutikaprio.
Santosa, J. 2018. Osteoartritis. Pengalaman Belajar Lapangan.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/7a6bf247810cf2b5a
8888489746e9079.pdf
Suriani, D. 2013. Latihan theraband lebih baik menurunkan nyeri daripada.
63

Latihan Theraband Lebih Baik Menurunkan Nyeri DariPada Latihan


Quadriceps Bench Pada Osteoartritis Genu. Volume 13( 1)
Widyanto, F.W. 2014. Artritis Gout Dan Perkembangannya.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/viewFile/4182/4546

Anda mungkin juga menyukai