Digital 20308065 S42650 Uji Stabilitas
Digital 20308065 S42650 Uji Stabilitas
TINJAUAN PUSTAKA
Bobot badan
Jantan dewasa 2-5 kg
Betina dewasa 2-6 kg
Bobot lahir 30-80 g
Pemeriksaan Klinis
Temperatur rektal 38.5OC (101.3OF-104.OF)
Jantung normal 180-250 kali/menit
Respirasi normal 30-60 kali/menit
Umur Pubertas dan kawin
Kematangan sexual (jantan) 22-52 minggu
(betina) 22-52 minggu
Kawin (Jantan) 60-72 bulan
(betina) 24-36 bulan
Tabel 2. Hormon reproduksi yang utama pada kelinci, tempat produksi dan target
organ (Fielding 1992)
Hormon Tempat Produksi Target Organ
Follicle Stimulating Kelenjar pituitari Ovari atau Testis
Hormone (FSH)
Luteinising hormone (LH) Kelenjar pituitari Ovari atau Testis
Prolaktin
Kelenjar pituitari, Uterus dan jaringan mamari
Oxytocin Jaringan fetal kelenjar pituitari Uterus dan jaringan mamari
Oestrogen Ovari Uterus dan jaringan mamari
Progesteron Ovari (corpora lutea) Uterus dan jaringan mamari
Testis Uterus dan jaringan mamari
2.1.6. Sistem Pernapasan
Tujuan pernapasan adalah untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan
membuang karbondioksida (Guyton dan Hall 1997). Menurut Cunningham
(2002), sistem pernapasan dengan tujuan menyediakan oksigen untuk mendukung
metabolisme jaringan dan membuang karbondioksida.
Kelinci memiliki sensor pada setiap nostril sehingga membuat mereka
sensitif terhadap sentuhan di daerah tersebut. Terdapat 20-25 tactil vibrissae yang
terdapat pada bibir atas. Nostril pada kelinci twitching 20-25 twitches/menit ketika
dalam posisi tenang atau istirahat. Os. turbinatio pada kelinci memiliki organ
vemeronasal dan epitel olfaktori yang membuat penciuman mereka menjadi
tajam. Kelinci memiliki glotis yang kecil dan sering tertutup oleh lidah,
oropharynx yang datar serta laringospasmus sehingga akan sulit melakukan
intubasi. Kelinci memiliki thorax yang lebih kecil dibandingkan dengan abdomen
yang besar. Paru-paru kelinci terbagi menjadi tiga, yaitu cranial, tengah dan
caudal. Paru-paru cranial sebelah kiri lebih kecil dari yang kanan karena adanya
jantung. Kelinci memiliki pleura yang sangat tipis dan tidak memiliki septum
yang membatasi paru-paru menjadi lobulus. Kelinci memiliki frekuensi napas
antara 30-60 napas/menit. Pada saat istirahat, kelinci lebih banyak menggunakan
otot diafragma dan tidak menggunakan otot intercostalis (O’Malley 2005).
2.2.1. Karakteristik
Temu putih umumnya ditanam sebagai tanaman obat yang tumbuh liar
pada tempat-tempat terbuka yang tanahnya lembap. Tanaman ini mirip dengan
temulawak, namun dapat dibedakan dari rimpangnya. Temu putih ini banyak
ditemukan di Indonesia, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera, Ambon,
hingga Irian serta dibudidayakan di India, Bangladesh, China, Madagaskar,
Filipina, dan Malaysia. Daunnya memiliki rasa seperti sereh sehingga bisa
digunakan sebagai bumbu. Tanaman Curcuma zedoaria (Berg.)Roscoe dapat
mencapai tinggi 2 meter. Satu diantara ciri khas dari spesies ini adalah adanya
warna ungu di sepanjang ibu tulang daun. Helaian daun berwarna hijau muda
sampai hijau tua dengan punggung daun berwarna pudar dan berkilat. Panjang
daun antara 31-75 cm dan lebar daun 7-20 cm (Syukur 2003).
Gambar 3. Rimpang tanaman temu putih yang sering digunakan dalam pengobatan.
Sumber: http://www.asyifaherbal.com)