Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD SEBAGAI

UPAYA MEMAKSIMALKAN IMPLEMENTASI KBK 2004 PADA MATA


PELAJARAN KIMIA DI KELAS X SMAN 5 SEMARANG

Nurchasanaha, Harjonob
a
SMA Negeri 5 Semarang
b
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Abstrak
Telah dilakukan penelitian tindakan kelas di SMA Negeri 5 Semarang pada mata pelajaran Kimia dengan
objek penelitian siswa kelas X pada semester gasal 2006. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk
memaksimalkan implementasi KBK 2004 khususnya pada mata pelajaran kimia di kelas X. Model
pembelajaran kooperatif STAD dipilih untuk diterapkan setelah melalui hasil observasi dan refleksi yang
dilakukan oleh tim peneliti. Tim peneliti merencanakan tindakan berdasarkan hasil observasi dan refleksi
yang telah dilakukan melalui penyusunan perangkat pembelajaran berbasis pembelajaran kooperatif
STAD yang terdiri dari LKS, soal-soal kuis, lembar observasi dan rencana pembelajaran serta perangkat
pembelajaran pendukung lainnya. Model pembelajaran kooperatif STAD terdiri dari 4 tahap utama yaitu :
penyajian materi oleh guru, siswa belajar didalam tim yang terdiri 4-5 siswa, pemberian kuis dan
penghargaan tim berdasarkan hasil penilaian kuis. Penelitian ini dapat diselesaikan dalam 3 siklus selama
8 minggu dengan 6 kali pemberian kuis dan 1 (satu) kali tes akhir. Hasil penelitian yang merupakan data
observasi dan rekapitulasi kuis menunjukkan telah terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa yang positif
di kelas dari minggu ke minggu selama siklus penelitian berlangsung. Aktifitas siswa selama proses
pembelajaran diamati oleh tim peneliti sebagai data untuk melakukan evaluasi dan refleksi. Berdasarkan
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif STAD di kelas X
SMAN 5 Semarang mampu memaksimalkan implementasi KBK 2004 pada mata pelajaran Kimia yang
ditunjukkan oleh aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik selama pembelajaran berlangsung.

Kata kunci: kooperatif STAD, KBK 2004

Pendahuluan di SMAN 5 Semarang, implementasi


Implementasi Kurikulum Ber- kurikulum berbasis kompetensi baru
basis Kompetensi (KBK) 2004 di SMA mulai dilaksanakan pada tahun 2004,
menuntut peran guru secara aktif dalam sehingga pada tahun 2006 ini siswa
mengelola sebuah kelas, sehingga yang duduk di kelas X di SMAN 5
kompetensi dasar yang telah ditetapkan Semarang sebagian besar belum
dapat tercapai secara maksimal. memperoleh mata pelajaran kimia di
Fenomena di lapangan menunjukkan SMP. Implementasi KBK di SMP saat
bahwa para guru sebagian besar masih ini baru dilaksanakan pada siswa yang
terbawa pola pengajaran sesuai masuk SMP pada tahun 2004, meskipun
kurikulum sebelumnya yang cukup beberapa SMP di Kota Semarang ada
berbeda dengan pola pengajaran KBK yang telah mengim-plementasikan
2004. Pengajaran KBK 2004 menuntut kurikulum 2004 lebih dini. Lulusan
guru untuk menyusun pola pembe- SMP tahun 2005 yang sekarang yang
lajaran yang berpusat pada siswa menjadi siswa di kelas X SMAN 5
(student centered learning). Semarang sebagian besar tidak
Mata pelajaran kimia adalah salah memperoleh pelajaran kimia di SMP.
satu mata pelajaran di SMA yang saat Kondisi yang terjadi di atas
ini kurikulumnya mengacu pada KBK mengakibatkan sebagian besar siswa
2004. Berdasarkan hasil observasi dan kelas X belum memiliki prasyarat untuk

1
mempelajari mata pelajaran kimia bahwa penerapan model ini dapat
sesuai KBK 2004 di kelas X yang meningkatkan keaktifan siswa dalam
seharusnya diperoleh di tingkat mempelajari Fisika, dan siswa meminta
pendidikan sebelumnya yaitu di SMP. supaya pembelajaran seperti ini dapat
Persoalan lainnya, guru kimia dan siswa diteruskan oleh guru.
dalam rangka memenuhi tuntutan Dalam penelitian yang dilakukan
kompetensi sesuai KBK 2004 di kelas oleh Sulistyorini (1998), model
X membutuhkan waktu yang lebih pembelajaran kooperatif STAD dalam
lama. Beberapa materi yang tidak mata pelajaran IPA dilaporkan mampu
diminta di dalam kompetensi harus meningkatkan hasil belajar siswa.
diajarkan oleh guru sebab materi Selanjutnya menurut Perdy
tersebut merupakan materi prasyarat. Karuru (2001), dari hasil penelitiannya
Kondisi pembelajaran kimia yang mengenai model pembelajaran
terjadi tersebut harus segera diatasi kooperatif STAD diperoleh beberapa
sebab materi pelajaran kimia di kelas X temuan antara lain guru dalam
merupakan prasyarat untuk belajar mengelola pembelajaran cukup baik,
kimia di kelas XI dan XII. dan dapat meningkatkan aktivitas guru
Model pembelajaran kimia yang dan siswa selama pembelajaran, guru
digunakan oleh guru memiliki peran mampu melatihkan keterampilan proses
penting dalam rangka memudahkan dengan baik, mengubah pembelajaran
siswa untuk menyerap materi pelajaran dari teacher center menjadi student
sesuai dengan tuntutan indikator di centered, serta dapat meningkatkan
dalam KBK 2004. Di SMAN 5 proporsi jawaban benar siswa. Hasil
Semarang, menurut guru kimia yang belajar yang diajar dengan pendekatan
mengajar di kelas X proses keterampilan proses dalam seting
pembelajaran kimia yang dilaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
selama ini belum sepenuhnya meng- lebih baik dibanding pembelajaran yang
gunakan model pembelajaran yang tidak menggunakan pembelajaran
sesuai dengan tuntutan di dalam KBK kooperatif
2004. Berdasarkan latar belakang dan
Salah satu model pembelajaran tinjauan terhadap beberapa hasil
yang dapat diterapkan untuk mengatasi penelitian yang sejenis maka tim
kondisi pembelajaran kimia di atas peneliti sepakat untuk menerapkan
adalah model pembelajaran kooperatif model pembelajaran kooperatif STAD
STAD (Student Team Achievement di SMAN 5 Semarang dalam
Divison). Hasil-hasil penelitian mengajarkan mata pelajaran kimia di
menunjukkan bahwa tehnik-tehnik kelas X. Beberapa pertimbangan
pembelajaran kooperatif lebih unggul penting yang dijadikan landasan adalah
dalam meningkatkan hasil belajar sebagai berikut:
dibandingkan dengan pengalaman- 1. Guru perlu mengajarkan mata
pengalaman belajar individual atau pelajaran kimia sesuai tuntutan
kompetitif (Muslimin Ibrahim, 2000). kompetensi yang disyaratkan
Penelitian pembelajaran yang didalam KBK 2004.
dilakukan oleh Yurnietti, (1999) 2. Keragaman latar belakang siswa
bekerjasama dengan guru SMA Negeri dalam hal implementasi KBK 2004
III Padang berhubungan dengan di SMP bahwa sebagian besar siswa
berhubungan dengan penerapan model tidak memperoleh mata pelajaran
kooperatif STAD memperlihatkan kimia di SMP.

2
3. Keragaman motivasi, minat dan Hasil dan Pembahasan
kemampuan siswa sehingga A. Hasil Penelitian
diperlukan pemilihan model 1. Data Observasi Terhadap Siswa
pembelajaran yang tepat. Dalam penelitian ini, data
4. Guru mempunyai tanggung jawab observasi terhadap siswa diperoleh
untuk menyampaikan materi dengan menggunakan lembar observasi
prasyarat yang dibutuhkan siswa yang diisi oleh dosen dan guru selama
sebelum masuk ke materi utama proses belajar mengajar berlangsung.
yang tentunya membutuhkan a. penyajian materi oleh guru
tambahan waktu belajar di kelas. Hasil observasi menunjukkan
5. Metode pembelajaran yang rata-rata perhatian siswa selama
digunakan oleh guru sebagian besar penyajian materi oleh guru adalah
masih berorientasi pada kurikulum sedang – baik dengan persentase
sebelumnya yang belum berorientasi kumulatif untuk kategori sedang 42%
kepada peserta didik (siswa). dan persentase baik 50%. Selebihnya
adalah 5% perhatian siswa sangat baik
dan 3% perhatian siswa kurang baik.
Metode Penelitian Aktifitas siswa selama penyajian
Penelitian ini dirancang sebagai materi oleh guru adalah sebagian besar
penelitian tindakan kelas dengan objek mendengarkan penyampaian materi
siswa kelas X SMAN 5 Semarang pada pelajaran oleh guru dengan persentase
semester gasal 2006. Tindakan kelas rata-rata lebih dari 85%. Aktifitas
yang direncanakan dalam penelitian ini lainnya adalah mencatat penjelasan
adalah penerapan model pembelajaran guru, membaca sendiri dan sebagian
kooperatif STAD dengan 4 tahap utama kecil (rata-rata kurang dari 4%) ada
yaitu: penyajian materi oleh guru, siswa siswa yang bercakap-cakap sendiri
belajar didalam tim yang terdiri 4-5 dengan temannya selama guru
siswa, pemberian kuis dan penghargaan menyampaikan materi pelajaran.
tim berdasarkan hasil penilaian kuis. Suasana belajar yang berhasil
Data penelitian diambil dengan diciptakan oleh siswa dan guru selama
menggunakan instrumen penelitian proses penyampaian materi pelajaran
berupa lembar observasi dan kuis. dapat dikatakan kondusif dengan rata-
Lembar observasi digunakan untuk rata 5,4% siswa yang mengajukan
memperoleh data aktifitas siswa selama pertanyaan setiap penyampaian materi
proses pembelajaran (aspek afektif dan pelajaran.
psikomotorik) sedangkan kuis b. siswa belajar dalam kelompok
digunakan untuk memperoleh data hasil Observasi terhadap aktifitas siswa
belajar (aspek kognitif). selama belajar dalam tim dapat dilihat
Data penelitian yang diperoleh dari beberapa indikator berikut:
secara berkala digunakan oleh tim (1) 81% siswa aktif menyampaikan
peneliti untuk dianalisis dan dievaluasi pendapat di dalam kelompok/tim
sehingga dapat direncanakan tindakan kurang dari 5 menit sejak tim mulai
perbaikan dan penyempurnaan pada beberja.
tahapan dan siklus penelitian (2) 85% tim dapat menyelesaikan tugas
selanjutnya. di dalam LKS tepat waktu dari
waktu yang telah ditentukan guru.
(3) Lebih dari 92% siswa sebagai
anggota tim aktif berpartisipasi

3
didalam kerja tim, sisanya adalah belajar karena suasana belajar lebih
7% kurang aktif dan kurang dari variatif dan menyenangkan.
1%pasif. (3) Pengelolaan kelas (mendukung
(4) Pemanfaatan sumber belajar (buku, proses pembelajaran) secara
LKS, buku penunjang lain) baik, keseluruhan baik dari minggu ke
sebab siswa memiliki lebih dari 2 minggu. Aspek-aspek yang ber-
buku referensi yang menunjang pengaruh terhadap ketercapaian
pembelajaran kimia. tujuan pembelajaran telah dikelola
(5) Interaksi sosial di dalam tim semaksimal mungkin oleh guru.
berjalan cukup harmonis. (4) Interaksi dengan siswa (intonasi,
(6) Sikap siswa yang lebih pandai model komunikasi) sangat baik.
terhadap anggota tim yang lain pada (5) Fungsi fasilitator berjalan efektif
umumnya terlihat mau memberikan terutama pada saat diskusi tim.
bimbingan kepada anggota timnya Guru mampu berperan sebagai
yang kurang pandai. fasilitator secara optimal pada sesi-
(7) Kebersamaan tim untuk sesi diskusi untuk memberikan
menuntaskan materi pelajaran penjelasan dan arahan kepada tim-
sangat baik walaupun ada beberapa tim atau siswa yang mengalami
siswa yang kurang aktif tetapi hal kesulitan belajar.
tersebut tidak terlalu berpengaruh (6) Perencanaan evaluasi oleh guru
terhadap kinerja tim secara (evaluasi tertulis, lisan dan evaluasi
keseluruhan. bentuk lain) baik. Secara berkala
2. Data Observasi Terhadap Guru pada akhir penyampaian materi
Observasi terhadap guru pelajaran guru menyempatkan diri
dilakukan oleh dosen menggunakan untuk melontarkan pertanyaan
lembar observasi yang telah direncana- kepada siswa untuk melihat sejauh
kan. Ada 6 aspek yang dlihat dan mana siswa telah menerima materi
dievaluasi selama proses pem-belajaran pelajaran. Bentuk evaluasi lain
dengan model pembelajaran kooperatif adalah kuis yang secara integral
tipe STAD. Berdasarkan hasil observasi telah direncanakan sebagai bagian
secara ringkas dapat disampaikan dari model pembelajaran kooperatif
sebagai berikut: STAD.
(1) Perencanaan pembelajaran (kesiap-
an guru menyampaikan materi 3. Data skor/nilai Kuis
pelajaran) dinilai baik dengan Kuis yang telah diberikan kepada
melihat kesiapannya didalam siswa berjumlah 6 kali yang diberikan
rencana pembelajaran yang dibuat pada akhir minggu pada saat sesi
oleh guru sebelum mengajar. pelajaran terakhir selama 15 menit
(2) Penyajian materi pelajaran oleh berisi soal-soal pilihan ganda dan essay
guru (termasuk pemanfaatan media pendek.
dan alat peraga) dinilai cukup baik. Data skor/nilai kuis dapat dilihat
Selain kegiatan ceramah dan melalui grafik nilai/skor rata-rata,
diskusi, guru juga pernah minimum dan maksimum yang
menyiapkan tugas belajar inovatif diperoleh siswa selama mengikuti kuis.
yang berkaitan dengan materi Data skor/nilai kuis selanjutnya
pelajaran untuk membuat tabel dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi
system periodik unsur yang hal ini dan refleksi untuk menentukan tindakan
dapat memotivasi siswa untuk pembelajaran selanjutnya

4
Grafik. Rekapitulasi Skor/Nilai Kuis Siswa

.
B. Pembahasan dan suasana kelas sebesar 3,51. Hasil
Penelitian tindakan kelas ini telah pengamatan ini menunjukkan bahwa
dilakukan dengan menggunakan objek secara umum guru dalam mengelola
penelitian kelas X-9 SMAN 5 Semarang pembelajaran dengan menggunakan
pada semester gasal 2006 sejumlah 42 model pembelajaran kooperatif tipe
siswa. Penelitian yang berhasil STAD adalah cukup baik. Guru mampu
dilaksanakan selama 3 (tiga) siklus menyiapkan alat/bahan yang digunakan
menerapkan model pembelajaran dalam pembelajaran, serta mampu
kooperatif STAD. Berdasarkan hasil melatihkan keterampilan proses dan
penelitian yang berupa data observasi keterampilan kooperatif dan
dan pencapaian nilai/skor kuis siswa mengoperasikan perangkat
dapat dilihat bahwa model pembelajaran pembelajaran dengan alokasi waktu
ini mampu meningkatkan kualitas yang sesuai, bahkan guru dapat
pembelajaran kimia. membuat siswa antusias dalam
Perangkat pembelajaran yang mengikuti pembelajaran.
digunakan dalam penelitian ini antara Aktivitas guru dan siswa selama
lain Buku Guru, Buku Siswa, Lembar kegiatan belajar mengajar sesuai dengan
Kegiatan Siswa (LKS), dan Rencana skenario pembelajaran kooperatif tipe
Pembelajaran. Selain itu, peneliti juga STAD. Aktivitas guru dan siswa
mengembangkan instrumen penelitian menekankan pada kerjasama untuk
yaitu lembar observasi, tes/kuis, dan mengembangkan keterampilan kognitif
angket siswa untuk mengetahui yang melibatkan keterampilan
tanggapan siswa selama mengikuti penalaran dan fisik seseorang untuk
proses pembelajaran dengan model membangun suatu gagasan/pengetahuan
kooperatif STAD. baru atau menyempurnakan
Aspek kemampuan guru dalam pengetahuan yang sudah terbentuk
mengelola pembelajaran yang berhasil untuk mencapai tujuan bersama.
diamati oleh tim peneliti menggunakan Bila dilihat dari angka aktivitas
lembar observasi dengan skala 1 – 5 guru dan siswa selama kegiatan belajar
menunjukkan skor rata-rata untuk mengajar, maka secara keseluruhan
masing-masing kategori pengamatan aktivitas guru dan siswa menunjukkan
yang meliputi perencanaan sebesar 3,75, pembelajaran yang berorientasi
pendahuluan 3,42, kegiatan inti 3,29, pendekatan keterampilan proses dalam
penutup 3,06, pengelolaan waktu 3,38, seting pembelajaran kooperatif tipe

5
STAD berpusat pada siswa, dimana KBK 2004 pada mata pelajaran kimia di
siswa terlibat aktif dalam pembelajaran. kelas X SMAN 5 Semarang.
Pada grafik rekapitulasi nilai/skor Berikut ini adalah gambaran
kuis siswa dapat dilihat perkembangan perkembangan proses belajar mengajar
kondisi pembelajaran kimia di kelas. kimia yang lebih rinci untuk tiap siklus
Secara umum penerapan model dalam penelitian ini.
pembelajaran ini telah mampu a. Siklus I
memaksimalkan implementasi KBK Pada awal penelitian, tim peneliti
2004 pada mata pelajaran kimia. Dilihat telah melakukan evaluasi dan refleksi
dari data nilai/skor maksimum dan terhadap kondisi siswa. Profil siswa
minimum serta rata-rata tampak bahwa yang heterogen dijadikan dasar bagi tim
siswa secara bertahap mampu untuk melakukan pembagian kelompok
meningkatkan prestasinya melalui kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa
kegiatan belajar di kelas. Selisih secara merata. Anggota kelompok
nilai/skor maksimum dan minimum dibuat sedemikan rupa sehingga tidak
yang cenderung semakin kecil ada penumpukan siswa dengan latar
menunjukkan siswa dengan kemampuan belakang lebih baik atau lebih buruk.
kurang mampu belajar dengan lebih Siswa kelas X-9 yang terdiri dari 42
baik melalui tim/kelompok dan siswa siswa dibagi menjadi 10 kelompok yang
dengan kemampuan tinggi mampu terdiri dari 8 kelompok dengan anggota
berperan didalam meningkatkan masing-masing 4 orang dan 2 kelompok
pemahaman anggota timnya. dengan anggota masing-masing 5 orang.
Sebagai bagian dari skenario Melalui kelompok inilah siswa dituntut
pembelajaran kooperatif STAD, untuk saling melengkapi selama proses
nilai/skor kuis yang diperoleh oleh pembelajaran. Diskusi yang
siswa dihitung secara tim untuk melihat direncanakan digunakan oleh siswa
tim dengan peningkatan nilai tertinggi. untuk melengkapi pengetahuan yang
Secara berkala, tim peneliti memberikan telah diberikan oleh guru pada sesi
peringkat atas tim-tim yang penyampaian materi.
memperoleh skor peningkatan tertinggi. Berdasarkan hasil evaluasi dan
Penghargaan atas prestasi tim mampu refleksi terhadap pelaksanaan
meningkatkan motivasi siswa untuk pembelajaran serta nilai/skor yang
terus berupaya meningkatkan skor diperoleh siswa maka tim peneliti
pencapaian tertinggi bagi timnya. menganggap siklus I ini dapat diakhiri
Tahapan pembelajaran yang untuk selanjutnya masuk ke siklus II.
diawali dengan penyampaian materi Pada siklus pertama ini, siswa telah
oleh guru, siswa belajar di dalam mengenal model pembelajaran
tim/kelompok dilanjutkan dengan kooperatif STAD. Siswa telah
pemberian kuis dan pemberian menunjukkan prestasi yang cenderung
penghargaan tim atas peningkatan skor meningkat berdasarkan skor/nilai kuis
rata-rata anggota tim berlangsung terus- yang diperoleh.
menerus sebagai model pembelajaran b. Siklus II
kokoperatif STAD. Tahapan Siklus kedua ini diawali dengan
pembelajaran ini merupakan bagian dari pencapaian skor/nilai kuis yang kurang
siklus penelitian yang telah baik disebabkan peneliti mencoba
direncanakan dalam penelitian dalam mengubah pola waktu pelaksanaan kuis.
rangka memaksimalkan implementasi Kuis pertama dan kedua pada siklus I
diberikan 15 menit menjelang jam

6
pelajaran selesai pada akhir minggu. kuis keempat tetapi skor rata-rata pada
Pada kuis ketiga pelaksanaan diubah kuis kelima ini meningkat jika
menjadi 15 menit pertama jam pelajaran dibandingkan pada kuis ketiga dan
pada awal minggu dengan pertimbangan keempat. Sedangkan skor pada kuis
pada minggu sebelumnya adalah jam keenam menunjukkan perubahan yang
pelajaran ditiadakan dan siswa ditugasi sangat baik terutama jika dilihat dari
untuk belajar mandiri. pencapaian nilai rata-rata yang cukup
Berdasarkan hasil tes yang ketiga tinggi sehingga dapat disimpulkan
disimpulkan bahwa siswa cenderung bahwa siswa dan guru telah memahami
malas untuk belajar jika tidak ada dan mampu mengimplementasikan
tes/kuis. Guru selanjutnya memberikan model pembelajaran kooperatif STAD
evaluasi dan arahan kepada siswa untuk secara baik. Implementasi model
selalu belajar bukan karena akan ada pembelajaran kooperatif STAD
tes/kuis tetapi untuk tujuan merupakan ciri bagi implementasi KBK
menuntaskan materi belajar. 2004 jadi pembelajaran di kelas telah
Hasil kuis yang keempat siswa telah menjadi pembelajaran student centered
mampu meningkatkan kembali dengan guru sebagai fasilitator.
perolehan nilainya. Hal lain yang cukup
baik adalah pada kuis yang keempat ini Simpulan
selisih nilai antar anggota tim relatif Berdasarkan hasil analisis dan
lebih sedikit jika dibandingkan pada pembahasan dapat dismpulkan beberapa
siklus I disebabkan sesi diskusi memang hal sebagai berikut:
telah berjalan dengan baik. Sesi diskusi 1. Penerapan model pembelajaran
telah dimanfaatkan siswa yang kurang kooperatif STAD di kelas X SMAN
pandai untuk meningkatkan pemaha- 5 Semarang mampu memaksimal-
mannya melalui diskusi dengan anggota kan implementasi KBK 2004 pada
tim yang lebih pandai. mata pelajaran Kimia yang
Berdasarkan hasil evaluasi maka ditunjukkan oleh aspek-aspek
siklus II ini dianggap cukup untuk kognitif, afektif dan psikomotorik
dilanjutkan ke siklus III sebagai siklus selama pembelajaran berlangsung.
pemantapan. 2. Berdasarkan hasil observasi
c. Siklus III pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pada siklus ini siswa telah mengenal dapat mengubah pembelajaran dari
model pembelajaran kooperatif STAD teacher center menjadi student
ini dengan baik. Aspek-aspek kooperatif centered.
telah mampu dikembangkan oleh siswa 3. Siswa dengan beragam kemampuan
untuk berupaya mengatasi kesulitas mampu meningkatkan pemahaman
belajarnya melalui tingkah laku dalam mempelajari kimia melalui
pembelajaran yang positif antara lain: tim/kelompok STAD.
mendengarkan dan memperhatikan 4. Pemberian penghargaan atas tim
penjelasan guru dengan baik, berdiskusi dengan rata-rata peningkatan terbaik
dengan baik, mengerjakan LKS dengan pada tiap-tiap pemberian kuis
baik bersama dengan tim kelompok. mampu meningkatkan motivasi
Hasil dari kuis kelima menunjukkan untuk mengoptimalkan efektifitas
adanya peningkatan nilai/skor jika pembelajaran kelompok.
dibandingkan pada kuis sebelumnya.
Walaupun skor paling tinggi belum
mampu melampaui skor tertinggi pada

7
Ucapan Terima Kasih Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas:
1. Terima kasih yang sebesar- 2003. Standar Kompetensi Mata
besarnya kepada Direktorat Pelajaran Kimia SMA & MA.
Ketenagaan Direktorat Jenderal Jakarta : Departemen Pendidikan
Pendidikan Tinggi DEPDIKNAS Nasional Pusat Kurikulum, Badan
yang telah memberikan pembiayaan Penelitian dan Pengembangan
penelitian ini.
2. Kepada pimpinan dan staf Srini M Iskandar, 2001. Penelitian
Lembaga Penelitian UNNES, Dinas Tindakan Kelas Kolaboratif untuk
Pendidikan Kota Semarang, Kepala Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas I
SMAN 5 Semarang dan para siswa SMU Memahami Pokok Bahasan
kelas X SMAN 5 Semarang yang Alkana, Alkena, Alkuna dengan
telah memberikan ijin, kerjasama Menggunakan Pendekatan
dan dukungan atas penelitian ini Konstruktivisme. Proceeding of The
disampaikan terima kasih. Seminar on Quality Improvement of
3. Kepada tim evaluator Lembaga Mathematics and Science Education
Penelitian UNNES, tim monitoring in Indonesia. UPI Bandung.
penelitian PTK Dikti DEPDIKNAS
tim peneliti menyampaikan terima Sri Sulistyorini, 1998. Penerapan
kasih atas kritik saran dan Pembelajaran Kooperatif Tipe
masukannya selama pelaksanaan STAD pada Mata Pelajaran IPA.
penelitian. Edukasi Edisi 3 Tahun X IKIP
Semarang hal 1-14.
Daftar Pustaka
Arends, R. 1997. Classroom Instruction Tim Pelatih Proyek PGSM. 1999.
and Management. New York: Penelitian Tindakan Kelas
McGraw-Hill Companies. (Classroom Action Research).
Jakarta: Dirjen Dikti-PGSM
Muslimin Ibrahim, dkk, 2000.
Pembelajaran Kooperatif. Pusat Thonthowi, Ahmad, 1993. Psikologi
Sains dan Matematika Sekolah, Pendidikan. Bandung : Angkasa.
Program Pasca Sarjana UNESA:
University Press. Slavin, R.E., 1995. Cooperativ
Learning. Massachusetts : Allyn dan
Mohamad Nur, 2003. Pengajaran Bacon Publishers.
Berpusat Kepada Siswa dan
Pendekatan Konstruktivis Dalam Winkel WS, 1991. Psikologi
Pengajaran. Pusat Studi Pendidikan dan Evaluasi Belajar.
Matematika dan IPA Sekolah : Jakarta : PT. Gramedia.
UNESA.
Yurnetti, 1999. Pembelajaran
Perdy Karuru, 2001. Penerapan Kooperatif sebagai Model Alternatif
Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal
dalam Seting Pembelajaran Fisika HFI B5(2002) 0561.
Kooperatif Tipe STAD untuk
Meningkatkan Kualitas Belajar IPA
Siswa SLTP. www.depdiknas.go.id.

Anda mungkin juga menyukai