Anda di halaman 1dari 9

I.

Dasar Teori
Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada
tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan
bergantung kepada organisme lain dan semua komponen lingkungan yang
dapat dipandang sebagai sumber daya alam untuk keperluan pangan, papan,
atau tempat berlindung, sandang, serta kegunaan lain sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Dengan demikian antar organisme yang satu dengan
yang lainnya, serta dengan semua komponen lingkungannya itu mempunyai
hubungan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Hubungan
antara organisme yang satu dengan yang lainnya dan dengan semua
komponen lingkungannya sangat kompleks (rumit), dan bersifat timbal
balik. Hubungan yeng demikian itu alamiah artinya hubungan yang terjadi
secara otomatis pada sistem alam atau sistem ekologi yang dikenal dengan
ekosistem (Indriyanto, 2008: 18).
Ekosistem merupakan suatu sistem di alam di mana di dalamnya
terjadi hubungan timbal balik antara organisme dengan organisme lainnya,
juga dengan keadaan lingkungannya. Ekosistem sifatnya tidak tergantung
kepada ukuran tetapi lebih ditekankan kepada kelengkapan komponennya.
Berdasarkan komponennya, ekosistem dibedakan atas ekosistem lengkap
dan ekosistem tidak lengkap.
Ekosistem lengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:
Bila salah satu komponen tidak ada maka tidak lengkaplah ekosistem
tersebut (Setiadi, Muhadiono, dan Yusron, 1989: 1).
Komponen abiotik terdiri dari:
Tanah
Tanah merupakan bagian teratas dari lapisan bumi yang tersusun atas
material-material yang merupakan hasil pelapukan batuan. Lapisan ini
mengandung campuran bahan organik dan anorganik yang diperlukan
oleh makhluk hidup. Komposisi bahan kimia tanah merupakan suatu
faktor penting dalam menentukan hidupnya jenis tanaman dan hewan
tertentu ( Subchan, 2005: 4).
Iklim
Iklim adalah rata keadaan atmosfir pada suatu tempat atau cuaca yang
melalui suatu daerah. Iklim ditentukan oleh kondisi cuaca harian
seperti temperatur, kelembaban arus dan kecepatan angin, curah hujan
dan salju, durasi sinar matahari dan sebagainya. Faktor iklim yang
penting adalah radiasi matahari dan sebagainya. Radiasi ini meliputi,
panas, radiasi ultra violet, dan sinar tampak atau sinar yang dapat
ditangkap oleh indera kita. Sinar matahari menentukan dalam
penguapan air, pemanasan tanah, pergerakan udara dan sebagainya
(Subchan, 2005: 3-4).
Air
Air merupakan komponen pokok dalam menentukan aktivitas hidup
organisme. Proses-proses kimia dan fisiologi dalam tubuh dapat
berlangsung bila tersedia cukup air. Air merupakan satu substansi
essensial dan penyusun sebagian besar protoplasma. Kira-kira 70%
dari 90% protoplasma terdiri dari air. Air merupakan satu kebutuhan
biologis baik untuk tanaman maupun hewan (Subchan, 2005: 4).
Udara
Udara merupakan subtansi yang berbentuk gas yang menyelimuti
permukaan bumi dan membentuk atmofsir bumi. Udara merupakan
campuran dari berbagai gas seperti nitrogen dan oksigen. Jumlah
nitrogen hampir 78 bagian dan oksigen 21 bagian dari seluruh udara
yang terdapat di atmosfir bumi. Sisanya 1% meliputi sejumlah kecil
yang terdiri atas karbon dioksida, ozone, argon, neon, krypton, dan
lain-lain. Berbagai komponen dalam bentuk tarsuspensi terdapat di
dalam udara seperti: bahan organik, debu, dan mikroorganisme.
Komponen-komponen lain juga terdapat didalamnya sesuai dengan
lokasi atau daerahnya (Subchan, 2005: 4).
Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan factor abiotik yang terpenting untuk
menunjang kehidupan di bumi. Cahaya matahari merupakan sumber
energi bagi tumbuhan yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis.
Cahaya matahari juga memberikan rasa hangat untuk semua makhluk
(Nuril, (Tanpa tahun): Online).
Suhu
Suhu sangat mempengaruhi lingkungan dan kehidupan makhluk hidup
di lingkungan tersebut. Ada makhluk hidup yang dapat hidup pada
suhu rendah, ada pula makhluk hidup yang dapat hidup pada suhu
tinggi (Nuril, (Tanpa tahun): Online).
Komponen biotik terdiri dari :
Produsen, organisme yang bisa membuat makanan sendiri, karena dia
mempunyai klorofil, sehingga bisa melakukan fotosintesis.
Hidrofit yang mengapung dipermukaan air
Contoh: Marsilea sp., Salvinia natans, Eichornia crasipes.
Hidrofit yang melayang di dalam air
Contoh: fitoplankton.
Hidrofit yang bagian daun mengapung dan muncul dipermukaan
tetapi akarnya tertanam di dasar perairan (kolam)
Contoh: Nymphae sp., Hanguana malayana, Sagitaria sp.
Konsumen (makro konsumen), organisme yang tidak dapat membuat
makanan sendiri, jadi harus mengambil makanan dari golongan
produsen.
Zooplankton, contohnya: Amoeba sp., Paramaeciu sp.
Nematoda, contohnya: cacing pipih.
Neuston, contohnya: jentik nyamuk (larva).
Nekton, contohnya: ikan (pisces).
(Setiadi, Muhadiono, dan Yusron, 1989: 3).
Pengurai (mikro konsumen), meliputi kelompok tingkat makanan
utama yang terakhir dalam ekosistem. Kelompok ini terutama dari
jasad renik tanah seperti bakteri dan jamur, walaupun juga mencakup
cacing tanah, rayap, tungau, kumbang, dan artropoda kecil lainnya.
Fungsi jasad pengurai dalam ekosistem ialah untuk menguraikan
berbagai senyawa organik yang tersimpan dalam tubuh produsen dan
konsumen (tumbuhan dan hewan) maupun dalam bahan buangannya,
seperti kotoran hewan atau guguran daun tumbuhan (Ewusie, 1990:
153).
Berdasarkan kepada sistem energi dibedakan ekosistem tertutup dan
ekosistem terbuka. Ekosistem terbuka, jika terdapat masukan energi ke
dalam ekosistem tersebut, sebaliknya dalam ekosistem tertutup masukan
energi ini tidak ada.
Berdasarkan kepada habitatnya ekosistem dibedakan menjadi
ekosistem daratan (terestrial) dan ekosistem perairan (akuatik). Sebagai
contoh ekosisitem darata adalah hutan, padang rumput, semak belukar,
ekosistem tegalan, dan sebagainya. Sedangkan ekosistem perairan atau
dibedakan menjadi perairan air tawar dan air asin. Sebagai contoh perairan
air tawar adalah ekosistem danau, kolam, sungai, dan perairan air asin
adalah lautan (Setiadi, Muhadiono, dan Yusro, 1989: 2).
Macam-macam ekosistem daratan (terestrial):
 Hutan hujan tropis
Merupakan daerah-daerah berhutan lebat yang dicirikan oleh
temperatur yang hangat dan curah hujan yang sangat tinggi. Pohon
berlimpah, tetapi kesuburan yang tampak sebenarnya menipu, sebab
sebenarnya tanahnya tidak subur.
 Gurun
Gurun merupakan daerah yang curah hujannya sangat sedikit dan
hanya dihuni sedikit tumbuhan. Walaupun sahara adalah contoh gurun
yang paling terkenal, banyak daerah gurun yang berbatu-batu dan
berbeda sekali dari anggapan orang pada umumnya mengenai gurun.
 Chaparral
Daerah dengan musim panas yang kering dan lama, serta musim
dingin berhujan dan bertemperatur sedang. Bentuk-bentuk vegetasi
yang dominan adalah pohon-pohon kecil dan sesemakan. Hewan-
hewannya biasanya kecil dengan warna tidak menonjol.
 Savana
Daerah padang rumput di tropik (daerah 23o7’ LU dan 23o7’ LS) yang
dicirikan oleh hujan musiman dan cahaya yang cukup.
 Padang rumput temperat
Daerah-daerah luas di daratan zona temperat (beriklim sedang) yang
dicirikan oleh keterbatasan persediaan air selama sebagian besar
waktu dalam setahun: didominasi oleh kerumunan rumput, semak, dan
sejumlah tumbuhan semusim (annual).
 Taiga
Hutan-hutan lebat di udara dengan pohon-pohon malar hijau
(evergreen, selalu hijau) berukuran besar yang memiliki runjung.
Hewan-hewan yang hidup di taiga mencakup hewan-hewan kecil,
semisal terwelu, tikus, shrew, dan lynx, juga hewan-hewan berukuran
lebih besar, semisal beruang, elk, rusa, dan moose. Terdapat salju
nyaris sepanjang tahun.
 Tundra
Daerah padang rumput termodifikasi di area-area utara atas tundra
sedemikian dinginnya sehingga terdapat sebuah lapisan permanen
tanah beku di bagian bawah (ibun abadi atau permafros). Musim
tumbuh yang pendek di saat musim panas di utara memungkinkan
sesemakan dan rerumputan buluh bertahan hidup, begitu pula halnya
dengan hewan-hewan (fauna), yang mencakup serangga, burung,
lemming, dan rubah.
 Hutan gugur temperat
Daerah yang kaya akan pepohonan yang menggugurkan daunnya di
kala musim dingin, semak-semak, dan rumput yang diselingi tumbuh-
tumbuhan kriptogamik (lumut dan lumut hati). Musim salju yang
dingin berganti-ganti dengan musim panas yang hangat dengan curah
hujan yang cukup. Hewan melimpah, mulai dari tikus, tupai, rakun,
serigala, dan singa gunung.
(Fried dan Hademenos, 2006: 300).
Macam-macam ekosistem perairan (akuatik):
 Ekosistem air tawar
Hanya 3% air di muka bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar (kira-
kira 99%) dari padanya dapat membeku dalam glasier dan es atau
terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai,
dan aliran, dan disitu menyediakan bermacam habitat untuk komunitas
hayati. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang,
sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan
terdapat dalam air tawar, biasanya mencakup krustasea kecil, cacing
pipih, larva, serangga, siput, katak, ikan, dan kura-kura (Kimball,
1992: 975-976).
 Ekosistem laut
Daerah ini terdiri atas: pasir pantai, karang, muara, dan di daerah
tropik dan subtropik ada rawa mangrove dan gosong karang (Kimball,
1992: 977).
 Ekosistem terumbu karang
Ekosistem terumbu karang merupakan bagian dari ekosistem laut yang
menjadi tempat kehidupan bagi beraneka ragam biota laut. Di dalam
ekosistem terumbu karang dapat hidup lebih dari 300 jenis karang,
2000 jenis ikan, dan berpuluh-puluh jenis mollusca, crustacea, sponge,
algae, lamun, dan biota lainnya (A., Purwanto, dan Budiastuti, 2011:
30).
Ekosistem agro (ekosistem pertanian)
Ekosistem agro atau ekosistem pertanian adalah ekosistem buatan, dan
mempunyai ketergantungan terhadap energi dan keadaan di sekitarnya.
Ekosistem agro ini juga mempunyai komponen produsen (autrotop) yang
merupakan bagian integral dari ekosistem tersebut. Contohnya seperti
sawah, tegal, kolam, tambak, dan lain-lain (Sudarmadji, 2005: 22).
Konsep ekosistem menyangkut semua hubungan dalam suatu
komunitas dan di samping itu juga semua hubungan antara komunitas dan
lingkungan abiotiknya. Di dalam ekosistem setiap spesies mempunyai suatu
niche ekologi, yaitu setiap spesies mempunyai cara hidup yang khas. Setiap
spesies juga hidup di tempat yang mempunyai suatu kelompok faktor
lingkungan yang khas, yaitu di suatu habitat tertentu. Ekosistem, seperti
halnya dengan komunitas tidak mempunyai batas-batas ruang dan waktu
(Soemarwoto, dkk, 1980: 77).
Ekosistem memiliki sifat sibernetika yang berarti
mengemudi/penguasa dengan arti bahwa fungsi pengendalian bersifat
internal dan menyebar. Di alam, ada beberapa spesies atau komponen yang
dapat melaksanakan fungsi tertentu. Hal ini memungkinkan terjadinya
stabilitas. Ada tiga jenis stabilitas, yaitu ketahanan atau resiliensi adalah
kemampuan dari suatu ekosistem untuk cepat pulih kembali seperti semula
setelah terjadi gangguan, sebagai contoh banyak ekosistem alami yang
berkemampuan besar untuk melakukan pemulihan sendiri setelah
mengalami gangguan. Pembalakan, pohon-pohon yang tumbang akibat
angin topan, dan pengeboman terumbu karang, semuanya memiliki
pengaruh yang serius, tetapi jika gangguan berikutnya dapat dihindarkan,
atau paling sedikit dikurangi, maka ekosistem alami ini akan pulih sendiri.
Persistensi adalah kemampuan untuk menjaga kestabilan tanpa ada
gangguan, dan resistensi adalah kemampuan untuk bertahan dari gangguan.
Lingkungan yang relatif banyak mengalami perubahan iklim, seperti hutan
dataran rendah yang tidak bersifat musiman di sebagian besar Jawa Barat
tampaknya menunjang ekosistem yang rumit dengan tingkat relisiensi
rendah, sementara lingkungan yang lebih bervariasi hanya memberikan
kesempatan bertahan kepada ekosistem yang relatif memiliki relisiensi
(daya lenting) (Sudarmadji, 2005: 16-17).
Ada empat proses fungsional dalam pemasukan energi dan nutrisi ke
dalam ekosistem, yaitu fotosintesis, herbivora, karnivora, dan dekomposisi.
Herbivora dan karnivorahanya melayani proses pemindahan nutrisi dan
energi. Proses pindahan nutrisi dan energi akan dapat tinggal sepanjang
dalam perjalanannya (rute). Fotosintesis merupakan proses pengikatan
energi dan menyususnnya ke dalam jaringan tumbuhan aktif, dan
dekomposisi merupakan proses terakhir penghilangan energi dan
pengurangan materi organik menjadi bahan organik (Sudarmadji, 2005: 17).

Daftar Pustaka

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika: Membicarakan Alam Tropika


Afrika, Asia, Pasifik, dan Dunia Baru. Terjemahan oleh Usman
Tanuwidjaja. 1980. Bandung: Institut Teknologi Bandung.Indriyanto. 2008.
Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Fried, G. H. dan Hademenos, G. J. 2006. Teori dan Soal-soal Biologi Edisi
Kedua. Alih bahasa oleh Damaring Tyas. 1999. Jakarta: Erlangga.
Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara.
Kimball, J. W. 1992. Biologi Jilid Tiga Edisi Kelima. Alih bahasa oleh Siti
Soetarmi dan Nawangsari Sugiri. 1983. Jakarta: Erlangga.
Setiadi, D., Muhadiono, I., dan Yusron, A. 1989. Penuntun Praktikum Ekologi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Soemarwoto, I., dkk. 1980. Biologi Umum 1. Jakarta: Gramedia.
Subchan, Wachju. 2005. Ekologi Eksperimental. Jember: Universitas Jember.
Sudarmadji. 2005. Diktat Ekologi Ekosistem (Ekosistem, Aliran Energi, Siklus
Biogeokemis, dan Bioma). Jember: Universitas Jember.
Jurnal
A., Harruddin, Purwanto, E., dan Budiastuti, S. 2011. Dampak Kerusakan
Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan oleh
Nelayan secara Tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi
Sulawesi Tenggara. Jurnal Ekosains, 3(3): 29-41. [31/04/2015].
Internet
Nuril, nuril. (Tanpa tahun). Pengaruh Komponen Abiotik Terhadap Komponen
Biotik.
https://www.academia.edu/8044906/PENGARUH_KOMPONEN_ABIOTI
K_TERHADAP_KOMPONEN_BIOTIK. [31/04/2015].

Anda mungkin juga menyukai