Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEHAMILAN


LETAK SUNGSANG DI RUANG POL. KEBIDANAN
RSUD KAB. BULELENG

1. KONSEP DASAR
1.1 Definisi
Letak Sungsang adalah kehamilan pada bayi dengan presentasi
bokong dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada
pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah
pintu atas panggul atau simfisis (Manuaba, 2008).
Letak Sungsang merupakan keadaan dimana janin memanjang
dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri (Sarwono Prawihardjo 2005)

1.2 Etiologi Presentasi Bokong


Menurut Winkjosastro (2007) penyebab terjadinya janin letak
sungsang adalah:
1.2.1 Dari Faktor Ibu
Presentasi bokong disebabkan oleh multiparitas, plasenta previa dan
panggul sempit.
1.2.2 Dari Faktor Janin
1.2.2.1 Hidrosefalus atau anensefalus

1.2.2.2 Gemelli

1.2.2.3 Hidramnion atau Oligohidramnion

1.2.2.4 Prematuritas

1
Menurut Manuaba (2008) penyebab terjadinya presentasi bokong

adalah:

1) Panggul sempit

2) Lilitan tali pusat atau tali pusat pendek

3) Kelainan uterus (uterus arkuatus, uterus duktus, uterus dupleks)

4) Terdapat tumor di pelvis yang mengganggu masuknya kepala janin ke

PAP

5) Plasenta previa

6) Gemeli

1.3 Klasifikasi
Klasifikasi presentasi bokong menurut Liu (2008) adalah:
1.3.1 Ekstensi (Frank Breech)
Posisi ini paling sering ditemukan yang terjadi sebesar 75%
kejadian presentasi bokong pada primigravida dan 50% pada
multigravida. Letak ekstensi (Frank Breech) merupakan letak bokong
dengan kedua tungkai terangkat keatas. Kelahiran tungkai memerlukan
bantuan.
1.3.2 Presentasi Bokong Sempurna (Complete Breech)
Terjadi terutama pada ibu multigravida dengan diameter pelviks
baik atau pada gestasi multipel terdapat resiko prolaps tali pusat. Proses
persalinan secara spontan atau melalui ekstremitas bawah yang mudah
mungkin dapat dilakukan.
1.3.3 Presentasi Bokong Tidak Sempurna (Incomplete Breech)
Presentasi ini jarang terjadi. Terdapat penempelan yang buruk
pada serviks sehingga memiliki resiko yang lebih tinggi terjadinya
prolaps tali pusat. Presentasi ini dapat mengindikasikan kesulitan dalam
penurunan sehingga direkomendasikan kelahiran dengan sectio sesaria.

2
1.4 Tanda dan Gejala
Menurut Liu (2008), manifestasi klinis yang biasanya mencirikan
kehamilan dengan bayi letak sungsang adalah:
1) Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah tepatnya di bawah
pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2) Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus
uteri.
3) Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian
kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang
kurang bundar dan lunak.
4) Bunyi jantung janin terdengar pada punggung, setinggi pusat.

1.5 Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan didalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relative lebih banyak, sehingga memungkinkan
janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan
diri dalam presentasi kepala, letak sungsang, ataupun letak lintang. Pada
kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relative berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang

3
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa menempati ruang
yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti
mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar
ditemukan dalam presentasi kepala.
Faktor-faktor lain yang memegang peranan dalam terjadinya letak
sungsang diantaranya adalah multiparitas, hamil kembar, hidramnion,
hidrosefalus, plasenta previa, dan panggul sempit. Kadang-kadang letak
sungsang disebabkan karena kelainan uterus dan kelainan bentuk uterus.
Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan
letak sungsang karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus
(Sarwono Prawirohardjo, 2005).

4
1.6 WOC
Letak Sungsang

Sudut Ibu Sudut Janin

Keadaan Rahim Tali pusat pendek / lilitan

Keadaan Plasenta Hidrosefalus/Ansefalus

Kehamilan Gemelli
Keadaan Jalan Lahir

Hidramnion/Oligohidramnion

Prematuritas

Penyebab

Keadaan Rahim Keadaan Plasenta Keadaan Jalan Lahir

 Rahim arkuabus  Plasenta letak rendah  Kesempitan rahim


 Septum pada rahim  Plasenta previa  Deformitas tulang panggul
 Uterus dupleks
 Mioma bersama kehamilan  Terdapat tumor menghalangi
jalan lahir dan perputaran ke
posisi kepala

Komplikasi

Ibu Bayi

 Perdarahan  Asfiksia
 Robekan jalan lahir  Trauma persalinan
 Infeksi  Infeksi

5
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan
dalam, sehingga harus di pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI (Magnetic Resonance Imaging). Pemeriksaan
ultrasonografi diperlukan untuk konfirmasi letak janin, pemeriksaan fisik
yang belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan kemungkinan cacat
bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi tungkai
bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya
kelainan bawaan anak.

1.8 Penatalaksanaan
1.8.1 Penatalaksanaan Selama Hamil
Bila pada masa antenatal ditemui presentasi bokong terutama
pada primigravida, hendaknya dilakukan versi luar menjadi presentasi
kepala. Versi luar biasanya dilakukan pada pada kehamilan antara 34-
38 minggu. Pada umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum
perlu dilakukan, karena janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan
setelah minggu ke 38, versi luar sulit berhasil karena janin sudah besar
dan jumlah air ketuban relatif sudah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus
pasti sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik.
Apabila bokong sudan turun, bokong harus dikeluarkan dulu dari
rongga panggul, tindakan ini dilakukan dengan meletakkan jari-jari
kedua tangan penolong pada perut ibu bagian bawah untuk
mengangkat bokong janin. Tetapi apabila bokong sudah tidak dapat
dikeluarkan maka versi luar tidak dapat dilakukan lagi (Manuaba,
2008).

6
Menurut Manuaba (2008), versi luar boleh dilakukan dengan
syarat :
1) Saat kehamilan usia kehamilan sekitar diatas 34 minggu dan
dibawah 38 minggu, dan belum masuk PAP.
2) Saat Inpartu: pembukaan kurang dari 4 cm, ketuban masih utuh
dan bagian terendah belum masuk PAP. Keduanya dilakukan di
rumah sakit dan bila perlu segera dilakukan secsio sesaria.
Tehnik versi luar meliputi ekstensi yaitu mengeluarkan
bagian terendah dari PAP, mobilisasi yaitu mengarahkan bokong ke
arah perut janin, rotasi yaitu memutar bokong atau kepala dengan
putaran 90° (observasi DJJ), fiksasi yaitu memasukkan kepala ke PAP
sehingga terfiksasi.
1.8.2 Pertolongan Persalinan
Menurut Varney (2010), sebelum terjadi persalinan yang
sesungguhnya hal-hal berikut harus sudah dilakukan :
1) Pemerikasaan abdomen secara cermat, sonografi atau sinar X
untuk menyingkirkan hiperekstensi kepala, hydrosefalus atau
presentasi kaki atau mulut.
2) Pembukaan lengkap.
3) Keraguan tentang keadekuatan panggul ibu sudah terjawab.
4) Pengosongan kandung kemih.
5) Episiotomi jika diperlukan.
6) Penentuan upaya mengejan yang baik.
7) Persiapan upaya bayi baru lahir yang lengkap.
8) Pengaturan posisi ibu pada tepi tempat tidur.
9) Kolaborasi dengan dokter.

7
Menurut Fachrudin (2009) penatalaksanaan persalinan bokong
meliputi:
1) Persalinan Spontan (Spontan Bracht)
Persalinan berlangsung dengan tenaga ibu sendiri, tanpa
manipulasi penolong
2) Ekstraksi Parsial
Ekstraksi parsial dilakukan jika persalinan sontan tidak berhasil,
atau jika scapula inferior tidak terlihat setelah ibu mengedan
sebanyak 2-3 kali. Fase persalinan pada ekstraksi parsial:
a. Fase lambat
Fase dimana penolong menunggu dengan sabar lahirnya
bokong sampai umbilicus, setelah itu tali pusat dikendurkan.
b. Fase Cepat
Fase dimana penolong harus bertindak cepat, mulai dari
lahirnya umbilicus sampai lahirnya mulut, maksimal waktu
adalah 8 menit.
c. Fase Lambat
Fase mulai dari lahirnya mulut, sampai berturut turut lahir
hidung, dahi dan seluruh kepala.
Ekstraksi Parsial dapat dilakukan dengan tiga cara:
o Cara Klasik
Prinsipnya adalah melahirkan bahu belakang terlebih dahulu.
Untuk melahirkan bahu belakang, kedua kaki dipegang
dengan satu tangan, di tarik cunam keatas sejauh mungkin ,
dan tangan yang satu lagi melahirkan tangan belakang.
o Cara Muller
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan terlebih dahulu,
kedua tangan penolong memegang panggul bayi secara
femuro-pelvik dan ditarik cunam ke bawah sampai bahu

8
depan lahir, kemudian ditarik ke atas untuk melahirkan bahu
belakang.
o Cara Lovset
Prinsipnya adalah melahirkan bahu depan dengan cara
memutar badan janin 180 derajat, kemudian setelah bahu
depan lahir, badan janin diputar lagi ke arah berlawanan
untuk melahirkan bahu belakang.
3) Ekstraksi Total
Ada dua macam ekstraksi total, ekstraksi bokong dan ekstraksi
kaki. Ekstraksi bokong dilakukan jika bokong sudah berada di
dasar panggul, sedangkan ekstraksi kaki dilakukan pada presentasi
kaki, atau bokong masih dapat dibebaskan dari pintu atas panggul.
Kaki diturunkan dengan cara Pinard.

1.9 Komplikasi
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi pada kehamilan
bayi letak sungsang meliputi:
1.9.1 Bagi Ibu
1) Robekan perineum lebih besar.
2) Jika ketuban pecah dini dapat terjadi partus lama.
3) Infeksi.
1.9.2 Bagi janin
Adanya gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong dan perut
lahir karena tali pusat terjepit.
Menurut Manuaba (2008), komplikasi presentasi bokong pada bayi
adalah sebagai berikut:
1) Dapat menurunkan IQ bayi.
2) Perdarahan intrakranial.
3) Asfiksia.
4) Aspirasi air ketuban.

9
5) Meningitis.
6) Dislokasi persendian.
7) Fraktur ekstremitas.

2. Konsep Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian Fokus
2.1.1 Data subyektif
Didapatkan melalui anamnesa baik dengan baik maupun keluarga, hal-
hal yang perlu ditanyakan dalam anamnesa dan berhubungan dengan
kasus kehamilan dengan letak sungsang adalah :
1) Biodata
Pada usia muda sering terjadi kelainan letak sungsang, karena
perkembangan panggul belum optimal, kesempitan panggul
merupakan faktor predisposisi persalinan letak sungsang.
2) Keluhan utama
 Nyeri saat pergerakan anak, terasa penuh dibagian atas dan
gerakan terasa dibagian bawah.
 Adanya his, kemungkinan keluarnya bloodslym, meconium
dan cairan pervaginam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kemungkinan adanya keturunan hamil kembar dan hamil
sungsang.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat rachitis, asteomalasia, TBC tulang, dapat
mengakibatkan kelainan atau perubahan bentuk panggul
(kesempitan panggul) adanya riwayat kelainan uterus maupun
bentuknya, tumor uterus ataupun panggul yang merupakan faktor
predisposisi terjadinya letak sungsang.

10
5) Riwayat obstetric
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
 Pernah mengalami letak sungsang, kehamilan dengan
hidramnion dan pernah melahirkan prematur.
 Biasa terjadi pada ibu yang banyak anak/multi paritas.
6) Psikososial dan spiritual
Resiko psikologis yang terjadi berkaitan dengan bayangan resiko
kehamilan dan proses persalinan, sehingga wanita sangat
emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai segala
sesuatu yang mungkin dihadapi. Kelainan letak anak abnormal
(sungsang) dapat meningkatkan kecemasan.
2.1.2 Data obyektif
Didapat melalui observasi dan pemeriksaan terhadap klien
meliputi :
1) Tinggi badan
Kemungkinan besar dijumpai pada fungsi badan yang kurang dari
normal (<145 cm) karena keadaan ini sangat menunjang adanya
kesempitan panggul merupakan faktor predisposisi dari
kehamilan dengan letak sungsang.
2) Palpasi abdomen
 Leopold I : Teraba bagian yang bulat, keras, melenting pada
fundus uteri.
 Leopold II : Teraba bagian yang keras, datar, memanjang
seperti papan, pada arah yang berlawanan (punggung).
 Leoplold III : Teraba bagian yang kurang bulat, lunak dan
tidak melenting pada bagian bawah uterus (bokong).
 Leoplold IV : Kedua jari tangan divergen/sejajar dan
convergen.

11
3) Auskultasi
DJJ terdengar lebih tinggi/sejajar dengan pusat (setelah
kanan/kiri/tepat pada pusat).
4) Pemeriksaan panggul luar
Kemungkinan adanya panggul menyempit
5) Pemerikasaan panggul luar
 Dapat teraba bokong yang ditandai oleh adanya sakrum, kedua
tuber ossis issiadikum dan anus pada presentasi bokong murni.
 Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat
teraba disamping bokong.
 Pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, akan teraba satu
kaki disamping bokong.
 Pada presentasi kaki/lutut akan teraba satu/dua kaki/lutut.
Pada pemeriksaan yang diteliti dapat dibedakan antara mulut dan
anus.
a. Mulut : akan teraba tulang rahang dan alveda tanpa ada
hambatan.
b. Anus : jari yang dimasukkan dalam anud akan mengalami
rintangan otot.
Bila dapat diraba, maka harus dibedakan denagan tangan.
a. Kaki : dapat teraba tumit.
b. Tangan : ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan
jari-jari lain dan panjang kari kurang lebih sama dengan
telapak tangan.

12
2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan lahir
2.2.2 Risiko tinggi cedera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi
pada penurunan janin
2.2.3 Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi
janin
2.2.4 Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi

2.3 Intervensi
2.3.1 Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan
lahir.
Kriteria Evaluasi :
- Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kanyamanan
- Tampak rileks diantara kontraksi
- Melaporkan nyeri berulang/dapat diatasi
Intervensi Keperawatan :
1) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa
nyaman mengajukan pertanyaan
(Rasional : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut
dan peningkatan pemahaman)
2) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana
(Rasional : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara
mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.
3) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi. Berikan instruksi
bila perlu
(Rasional : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan
rasa takut yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan
persalinan)

13
4) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage, gosokan punggung,
sandaran bantal, pemberian kompres sejuk)
(Rasional : Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan dan
ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien)
5) Anjurkan dan bantu klien dalam perubahan posisi
(Rasional : Mencegah dan membatasi keletihan otot,
meningkatkan sirkulasi)
6) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi
terjadi
(Rasional : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan
koping dengan kontraksi, memungkinkan klien tetap fokus)
2.3.2 Risiko tinggi cedera terhadap meternal berhubungan dengan obstruksi
mekanis pada penurunan janin
Kriteria Evaluasi :
- Tidak terdapat cedera pada ibu
Intervensi :
1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi
(Rasional : Membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan
penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang
tepat)
2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai serta aktifitas dan
istirahat sebelum awitan persalinan
(Rasional : Kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi
sekunder atau mungkin akibat dari persalinan lama)
3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik
(Rasional : Disfungsi kontraksi memperlama persalinan,
meningkatkan risiko komplikasi maternal/janin)
4) Catat penonjolan, posisi janin dan presentasi janin
(Rasional : Indikator kemajuan persalinan ini dapat
mengidentifikasi timbulnya penyebab persalinan lama)

14
5) Tempatkan klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah
baring dan ambulasi sesuai toleransi
(Rasional : Relaksasi dan peningkatan perfusi uterus dapat
memperbaiki pola hipertonik. Ambulasi dapat membantu
kekuatan grafitasi dalam merangsang pola persalinan normal dan
dilatasi serviks)
6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen.
(Rasional : Oksitosin perlu untuk menambah atau memulai
aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik)
7) Kolaborasi : Bantu untuk persiapan seksio sesaria sesuai indikasi
untuk malposisi
(Rasional : Melahirkan sesaria diindikasikan malposisi yang tidak
mungkin dilahirkan secara vagina)
2.3.3 Risiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi
janin.
Kriteria Evaluasi :
- Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik
tidak ada deselerasi lambat
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji DDJ secara manual atau elektronik, perhatikan variabilitas,
perubahan periodik dan frekuensi dasar.
(Rasional : Mendeteksi respon abnormal ,seperti variabilitas yang
berlebih – lebihan, bradikardi & takikardi, yang mungkin
disebabkan oleh stres, hipoksia, asidosis, atau sepsis)
2) Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi
melalui kateter tekanan intrauterus bila tersedia
(Rasional : Tekanan kontraksi lebih dari 50 mmHg menurunkan
atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos)
3) Kolaborasi : Perhatikan frekuenasi kontraksi uterus. Beri tahu
dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang

15
(Rasional : Kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak
memungkinkan oksigenasi adekuat dalam ruang intravilos)
4) Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila bayi
dalam presentasi bokong
(Rasional : Presentasi ini meningkatkan risiko, karena diameter
lebih besar dari jalan masuk ke pelvis dan sering memerlukan
kelahiran secara seksio sesaria)
5) Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi
dideteksi
(Rasional : Risiko cedera atau kematian janin meningkat dengan
melahirkan pervaginam bila presentasi selain verteks)
2.3.4 Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi
Kriteria Evaluasi :
- Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
- Mengidentifikasi/menggunakan tehnik koping efektif
Intervensi Keperawatan :
1) Tentukan kemajuan persalinan , kaji derajat nyeri dalam
hubungannya dengan dilatasi/penonjolan
(Rasional : Persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat
menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur
kontraksi)
2) Kenali realitas keluhan klien akan nyeri/ketidaknyamanan
(Rasional : Ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalahartikan pada
kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah
disfungsional)
3) Tentukan tingkat ansietas klien dan pelatih perhatikan adanya
frustasi
(Rasional : Ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas
adrenal /pelepasan katekolamin menyebabkan ketidakseimbangan
endokrin, kelebihan epinefrin menghambat aktifitas miometrik)

16
4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi
(Rasional : Dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan
koping)
5) Berikan tindakan kenyamanan dan pengubahan posisi klien.
Anjurkan penggunaan tehnik relaksasi dan pernafasan yang
dipelajari
(Rasional : Menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan ,
dan membantu klien mengatasi situasi secara positif)

2.4 Evaluasi
2.4.1 Diagnosa I :
- Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan
meningkatkan kanyamanan
- Tampak rileks diantara kontraksi
- Melaporkan nyeri berulang/dapat diatasi
2.4.2 Diagnosa II
- Tidak terdapat cedera pada ibu
2.4.3 Diagnosa III
- Menunjukan DJJ dalam batas normal dengan variabilitas baik
tidak ada deselerasi lambat
2.4.4 Diagnosa IV
- Mengungkapkan pemahaman tentang apa yang terjadi
- Mengidentifikasi/menggunakan tehnik koping efektif

17
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif,  Knowledge : disease process  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
interpretasi terhadap informasi yang salah,  Knowledge : health Behavior  Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
kurangnya keinginan untuk mencari informasi, bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi
tidak mengetahui sumber-sumber informasi. dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul
selama …. pasien menunjukkan
DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah pada penyakit, dengan cara yang tepat
pengetahuan tentang proses penyakit dengan
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi,  Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang
kriteria hasil:
perilaku tidak sesuai tepat
 Pasien dan keluarga menyatakan
 Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara
pemahaman tentang penyakit, kondisi, yang tepat
prognosis dan program pengobatan  Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi,
 Pasien dan keluarga mampu dengan cara yang tepat
 Sediakan bagi keluarga informasi tentang
melaksanakan prosedur yang dijelaskan
kemajuan pasien dengan cara yang tepat
secara benar  Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
 Pasien dan keluarga mampu menjelaskan  Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim mendapatkan second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
kesehatan lainnya
 Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat

18
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :
o Fungsi:kelemahan otot abdominal, Aktivitas  Bowl Elimination Manajemen konstipasi
fisik tidak mencukupi  Hidration - Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
o Perilaku defekasi tidak teratur konstipasi
o Perubahan lingkungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
selama …. konstipasi pasien teratasi dengan
o Toileting tidak adekuat: posisi defekasi, - Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan
kriteria hasil:
privasi  Pola BAB dalam batas normal pada pasien
o Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan  Feses lunak - Konsultasikan dengan dokter tentang
mental  Cairan dan serat adekuat peningkatan dan penurunan bising usus
o Farmakologi: antasid, antikolinergis,  Aktivitas adekuat - Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi
antikonvulsan, antidepresan, kalsium  Hidrasi adekuat yang menetap
karbonat,diuretik, besi, overdosis laksatif, - Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan
NSAID, opiat, sedatif. serat) terhadap eliminasi
o Mekanis: ketidakseimbangan elektrolit, - Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
hemoroid, gangguan neurologis, obesitas, laxative dalam waktu yang lama
obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor - Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan
o Fisiologis: perubahan pola makan dan jenis cairan
makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, - Dorong peningkatan aktivitas yang optimal

19
dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, - Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
perilaku makan yang buruk
DS:
- Nyeri perut
- Ketegangan perut
- Anoreksia
- Perasaan tekanan pada rektum
- Nyeri kepala
- Peningkatan tekanan abdominal
- Mual
- Defekasi dengan nyeri
DO:
- Feses dengan darah segar
- Perubahan pola BAB
- Feses berwarna gelap
- Penurunan frekuensi BAB
- Penurunan volume feses
- Distensi abdomen
- Feses keras
- Bising usus hipo/hiperaktif

20
- Teraba massa abdomen atau rektal
- Perkusi tumpul
- Sering flatus
- Muntah

21
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
kerusakan jaringan  pain control, termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
 comfort level kualitas dan faktor presipitasi
DS:
- Laporan secara verbal  Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan
DO:
selama …. Pasien tidak mengalami nyeri,
- Posisi untuk menahan nyeri menemukan dukungan
dengan kriteria hasil:
- Tingkah laku berhati-hati  Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, nyeri, mampu menggunakan tehnik seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
sulit atau gerakan kacau, menyeringai) nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,  Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Terfokus pada diri sendiri mencari bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan
- Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu,
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang intervensi
kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi  Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,
dengan menggunakan manajemen nyeri
dengan orang dan lingkungan) relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan,  Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ……...
frekuensi dan tanda nyeri)
menemui orang lain dan/atau aktivitas,
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri  Tingkatkan istirahat
aktivitas berulang-ulang)  Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab
berkurang
- Respon autonom (seperti diaphoresis, nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan
 Tanda vital dalam rentang normal

22
perubahan tekanan darah, perubahan nafas,  Tidak mengalami gangguan tidur antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
nadi dan dilatasi pupil)  Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian
- Perubahan autonomic dalam tonus otot analgesik pertama kali
(mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah,
merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan minum

23
DAFTAR PUSTAKA

Fachrudin, Amir. 2009. Presentasi Bokong. Surabaya: Bina Kesehatan

Liu, David. 2008. Manual Persalinan. Jakarta: EGC

Manuaba. 2008. Gawat Darurat Obstetri dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Rukiyah dan yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta: Buku Kesehatan

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Varney. 2010. Buku Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

24
D. PATHWAY

Hidramion, janin Plasenta previa, Panggul sempit, Gimeli Lilitan tali


kecil (prematur), tumor pelvis hidrosefalus (kehamilan pusat/ tali pusat
multipara ganda) pendek

Anak mudah Menghalangi Kepala susah Posisi tubuh


bergerak karena kepala turun ke menyesuaikan menyesuaikan
mobilisasi panggul kejalan lahir anatomi uterus

Letak Sungsang

Sectio Caesarea

Perubahan fisiologis

Sistem saraf dan eliminasi bowel Sistem Integumen Sistem kardiovaskuler

Post Anastesi Perdarahan Perubahan laju


aliran akibat
Jaringan terbuka hilangnya hasil
Penurunan Kerja Pons
Penurunan medula Jaringan konsepsi
Volume darah
oblongata terputus
Proteksi menurun
Penurunan kerja otot
berkurang
Penurunan refleksi eliminasi Merngsang Aliran melalui
batuk area sensoris MK : Defisit uteroplasenta
Invasi bakteri vol. cairan terhenti
Gangguan peristaltik usus
Akumulasi sekret MK :
Nyeri MK : Syok Curah jantung
MK : Perubahan pola
MK : Ketidakefektifan Resiko Infeksi meningkat
eliminasi BAB,
bersihan Jalan Nafas Konstipasi 25
Perubahan fisiologis

Sistem Eliminasi Urin Sistem Endokrin Perubahan psikologis

Distensi kandung Penurunan progesteron


kemih dan peningkatan esterogen Penambahan anggota
baru

Penurunan sensivitas Kontraksi uterus meningkat Merangsang pembentukan kelenjar susu


dan sensasi kandung Masa krisis
kemih
Involunsi tidak adekuat Rangasangan H. Anterior meningkatkan
hormon prolaktin
MK :
Perubahan fisiologis
Perdarahan Perubahan pola peran
Isapan bayi merangsang H. posterior Gangguan Parenting
MK : gangguan mengeluarkan prolaktin
eliminasi urin Hb turun MK : Merangssang laktasi oksitosin
Kekurangtan
MK : Kekurangan vol cairan dan
elektrolit Pengeluaran ASI Tidak efektif MK :
Defisit perawatan diri oksigen Gangguan laktasi

Kelemahan Kurang informasi MK :


Nutrisi bayi terpenuhi Efektif perawatan Defisit
MK : intoleransi payudara pengetahuan
aktivitas

26
Pada Bayi :

MK :
Letak sungsang Resiko cedera pada janin Sectio cesaerea

Melalui Persalinan normal

Persalinan lama

Gangguan suplai O2 +
nutrisi ke plasenta
menurun

Hipoksia intra uteri

MK : Fetal distress
Resiko gawat janin

Kematian janin

27

Anda mungkin juga menyukai