Anda di halaman 1dari 29

Nama : NURI UMAIZA

Nim : 1708104010030
Shift : 02
Mata kuliah : FISIOLOGI TUMBUHAN

1. Sejarah Penemuan Hormon


Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali
dikemukan oleh Charles Darwin dalam bukunya “The Power of movement in plants.”
Beliau melakukan percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan
memberinya sinar dari samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah
datangnya sinar . Bagian yang tidak mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang lebih
cepat daripada yang mendapat sinar sehingga terjadi pembengkokkan. Tetapi jika
ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak terjadi pembengkokan.
Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari samping akan
menyebabkan terjadi pemindahan “pengaruh atau sesuatu zat” dari atas ke bawah
yang menyebabkan terjadinya pembengkokkan.
Boysen-jemsen (1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena
(kecambah dari biji rumput-rumputan) menyatakan “pemindahan pengaruh adalah
pemindahan zat alami yang dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919)
menguatkan pendapat dengan menyatakan bahwa “ujung batang adalah merupakan
pusat pertumbuhan
2. Pengertian Hormon Tumbuhan (Fitohormon)
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang
dihasilkan oleh satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang
dipengaruhinya. Hormon pada tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan senyawa
organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh
manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan
dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan.

1
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah
menjadi prekursor (“pemicu”) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri
dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa
reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel.
Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila
konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai
suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan
bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan
berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon
tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen
yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon
tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-
tumbuhan untuk mempertahankankelangsungan hidup jenisnya.Pemahaman terhadap
fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan
ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama
dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern
mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar
ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa
biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa
contohnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada
hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada
tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar.
Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum,

2
ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan
hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruang-ruang
antarsel. Hormon dalam menjalankan perannya, dapat berperan secara tunggal
maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya.
Penggunaan istilah “hormon” sendiri menggunakan analogi fungsi hormon
pada hewan. Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis.
Terdapat 2 kelompok hormon yaitu :
a. Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin dan sitokinin)
b. Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin dan
asam traumalin.
3. Mekanisme Kerja Hormon
Tanaman secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan
seperti Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan
hormon endogen. Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada jaringan
meristem yaitu jaringan yang aktif tumbuh seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar.
Tetapi karena pola budidaya yang intensif yang disertai pengelolaan tanah yang
kurang tepat maka kandungan hormon endogen tersebut menjadi rendah/kurang bagi
proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Akibatnya sering dijumpai
pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran umbi/buah kecil
yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat lainnya
seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon eksogen)
seperti produk hormonik yang mengandung hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin
organik (Non sintetik/kimia) mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan
vegetatif dan generatif tanaman yang optimal.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja hormonik (Auksin, giberelin
dan Sitokinin) pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana.
Pemberian Auksin eksogen (hormonik) akan meningkatkan permeabilitas dinding sel
yang akan mempertinggi penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk
membentuk chlorofil yang sangat diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis.
Dengan fotosintesis yang semakin meningkat akan dihasilkan hasil fotosintesis yang

3
meningkat dan bersama dengan auksin akan bergerak ke akar untuk memacu
pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu pembentukan dan
perkembangan akar. Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan
meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar
akan diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.
Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi
peningkatan kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan
meningkatkan jumlah sel (oleh hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon
giberelin) yang bersama-sama dengan hasil fotosintat yang meningkat di awal
penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan vegetatif tanaman (termasuk
pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat
terus dan ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan
perbandingan C/N yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif
dengan terbentuknya kuncup bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau
buah, jika kandungan auksin rendah maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan
ranting/cabang akan berubah menjadi jaringan mati yaitu jaringan gabus sehingga
bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan Auksin Eksogen akan menghambat
perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus sehingga kerontokkan dapat
dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon sitokinin dan
giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil
fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel
jaringan penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan
sehingga mampu menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat
ukuran jaringan penyimpanan (buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas
(padi, jagung dll.).
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor spesifik pengikatan dari
hormone ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu perubahan penyesuaian pada
reseptor, ini memicu suatu perubahan penyesuaian dari pada reseptor sedemikian rupa
sehingga menyampaikan informasi kepada unsur spesifik lain dari sel.

4
Reseptor ini terletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi
permukaan hormone reseptor memberikan sinyal pembentukan dari "messenger
kedua" Interaksi hormon-reseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen (3,7)
Distribusi dari reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali.
Reseptor untuk beberapa hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi
secara luas, sementara reseptor untuk sebagian besar hormone mempunyai distribusi
yang lebih terbatas.
Adanya reseptor merupakan determinan (penentu) pertama apakah jaringan
akan memberikan respon terhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi
dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting, hal ini tidak saja menentukan apakah
jaringan akan memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari
respon itu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki respon
yang berbeda dalam jaringan yang berbeda.

5
Berikut adalah letak hormone pada tumbuhan :

4. Macam-macam Hormon pada Tumbuhan


Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin, giberelin,
sitokinin, etilen, asam traumalin, asam absisat, kalin.
a) Auksin
Auksin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol,
contohnya pada tanaman bawang merah (Allium cepa). Konsentrasi auksin lebih
banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman (batang) yang
tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan
bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya auksin ini. Pada tumbuhan,
auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem tunas apical, dan daun-daun muda.
Selain berpengaruh menigkatkan laju pemanjangan sel pada pertumbuhan seperti di
uraikan di atas, auksin juga merupakan hormone pengatur fisiologi yang dapat
digunakan untuk memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan (disebut
partenokarpi).

6
Auksin di produksi di bagian koleoptil (titik tumbuh) ujung batang,ujung
akar,serta jaringan lain yang bersifat meristematis .fungsi auksin yatu:
1. Merangsang aktifitas kambium
2. Mencegah rontoknya daun , bunga dan buah
3. Merangsang pembentukan buah dan bunga
4. Memacu pembentangan dan pembelahan sel
5. Merangsang pemanjangan tunas ujung tanaman
6. Membantu pembentukan buah tanpa biji
7. Merangsang pembentukan akar lateral dan serabut akar
8. Merangsang dominansi apikal yaitu terhalangnya pertumbuhan tunas lateral
oleh adanya tunas ujung tanaman .

7
b) Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormone ini
ditemukan Oleh P. kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella
fujikuroi. Giberelin di produksi oleh tumbuhan di meristem tunas apical, akar, daun
muda, dan embrio.
Fungsi giberelin :
1) Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)
2) Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa
3) Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)
4) Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil
5) Mematahkan dormansi buah dan biji
6) Memperbesar ukuran buah
c) Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller.Struktur
kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan
ATP). Selain dapat ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam
akar dan akan diangkut ke organ yang lain.
Fungsi Sitokinin, antara lain :
1) Memacau pembelahan sel
2) Mempercepat pelebaran daun
3) Mempercepat tumbuhnya akar
4) Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang
5) Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.
d) Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas. Gas
etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang, apel, dan
jeruk.Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan berwarna
hijau.Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan
diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buah sehingga buah sampai ditempat
tujuan dalam keadaan masak. Selain itu, gas etilen juga menyebabkan penebalan

8
batang dan memacu pembungaan. Oleh karena itu, etilen dapat ditemukan pada
jaringan buah yang sedang matang, buku batang, daun, dan bunga yang menua.
e) Asam Traumalin
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik yaitu
merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin, giberelin,
sitokinin, etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka atau perlukaan
karena gangguan fisik maka akan segera terbentuk cambium gabus. Pembentukan
cambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormone luka (asam traumalin).
Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antar hormone pada tumbuhan
yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada tumbuhan akan memacu
pengeluaran hormone luka yang kemudian merangsang pembentukan cambium
gabus. Pembentukan cambium gabus dilakukan oleh hormone giberelin, selanjutnya,
karena pengaruh hormone sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk
jaringan penutup luka yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan pada
dinding sel tumbuhan.
f) Asam Absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan tumbuhan.
Pada musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan adaptasi
pertumbuhan terhadap perubahan linkungan yang tidak memungkinkan bagi
tumbuhan untuk tumbuh. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar , dan
buah biji.
Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan bertahan
pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi). Dalam
keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi lingkungan
menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah
pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.

 Fungsi asam absisat bagi tumbuhan sebagi berikut:


1. Menunda pertumbuhan
2. Memacu pengguguran bunga dan buah

9
3. Menghambat pembelahan dan pembentangan sel
4. Merangsang penutupan stomata selama tumbuhan kekurangan air
5. Memacu pengguguran daun pada musim kering sehingga mengurangi
penguapan
g) Kalin
Kalin adalah hormone tumbuhan yang mempengaruhi pembentukan organ pada
tumbuhan. Berdasarkan organ yang dipengaruhinya, kalin dapat dibedakan atas:
1. Rizokalin, mempengaruhi pertumbuhan akar
2. Kaulokalin, mempengaruhi pertumbuhan batang
3. Filokalin, mempengaruhi pertumbuhan daun
4. Antokalin atau florigen, mempengaruhi pertumbuhan bunga

5. Pengertian gerak
Gerak merupakan salah satu bentuk tanggapan organisme terhadap
rangsang. Rangsang dapat datang dari luar (eksternal) atau dari dalam (internal)
tubuhnya sendiri. Pada makhluk primitif, kemampuan menanggapi rangsang
masih sangat sederhana yang di sebut daya iritabilitas.
Tumbuhan mempunyai kepekaan tertentu untuk menanggapi rangsang
yang diterimanya.Setiap rangsangan yang mengenai tumbuhan akan ditanggapi
oleh tumbuhan tersebut.tanggapan ini berupa gerakan dari bagian-bagian
tumbuhan.

5.1 Jenis-jenis Gerak pada Tumbuhan


Beberapa gerak yang dilakukan oleh tumbuhan, dihasilkan sebagai respon
tumbuhan terhadap sejumlah rangsangan dari luar atau dari lingkungannnya.
Berdasarkan atas penyebab timbulnya gerak, dapat dibedakan antara gerak
tumbuh dan gerak turgor. Gerak tumbuh adalah gerak yang ditimbulkan oleh
adanya pertumbuhan, sehingga menimbulkan perubahan plastis atau
“irreversible”. Gerak turgor adalah gerak yang timbul karena terjadi perubahan
turgor pada sel-sel tertentu, dan sifatnya elastis atau “reversible”.

10
Berdasarkan arah rangsangannya, gerak pada tumbuhan dibedakan
menjadi dua, yaitu : gerak endonom (autonom) dan gerak etionom.

a. Gerak endonom
Gerak endonom adalah gerakan pada tumbuhan yang diakibatkan oleh
rangsangan yang berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri. Misalnya pada aliran
plasma sel. Gerak endonom ada 2 yaitu :

 Endonom nutasi yang merupakan gerakan spontan. Contoh gerak endonom


adalah gerak pertumbuhan daun dan gerak rotasi sitoplasma (siklosis) pada
sel-sel daun Hydrilla verticillata (ganggang) yang dapat dideteksi dari
gerak sirkulasi klorofil di dalam sel.
 Endonom higroskopis yaitu Gerak bagian tumbuhan yang terjadi karena
adanya perubahan kadar air pada tumbuhan secara terus menerus,
akibatnya kondisi menjadi sangat kering pada kulit buah atau kotak spora
sehingga kulit biji atau kotak spora pecah.

Misalnya: Pecahnya kulit buah polong-polongan (lamtoro, kembang merak,


kacang buncis, kacang kedelai). Hal ini disebabkan berkurangnya air pada
kulit buah. Kulit buah menjadi kering, retak dan akhirnya pecah sehingga
bijinya terpental.

11
b. Gerak etionom
Gerak etionom adalah gerak pada tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah
datangnya rangsang. Rangsangan dapat berupa cahaya matahari, air, sentuhan,
gaya gravitasi bumi dll.
Macam - macam Gerakan Etionom
1. Nasti.

Nasti adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya tidak


dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Gerak nasti disebabkan oleh
perubahan turgor pada jaringan di tulang daun.
Berdasarkan jenis rangsangannya, nasti dibedakan menjadi beberapa
macam, yakni:
 Seismonasti atau tigmonasti merupakan gerak nasti yang terjadi akibat
rangsangan sentuhan. Contohnya adalah gerak menutupnya daun putri
malu (Mimosa pudica) ketika disentuh.

12
 Niktinasti merupakan gerak nasti yang terjadi akibat pengaruh gelap.
Contohnya adalah "gerak tidur" yang dilakukan daun dari tumbuhan
polong-polongan.

 Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan


suhu. Contohnya mekarnya bunga tulip ketika suhu udara naik.

 Fotonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh rangsangan


cahaya. Contohnya adalah mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) pada saat sore hari di saat terkena sinar matahari.

13
 Nasti kompleks merupakan gerak nasti yang disebabkan lebih dari satu
rangsangan. Contohnya gerak membuka dan menutupnya stomata.
2. Tropisme
Tropisme adalah gerak tumbuhan yang arah geraknya dipengaruhi oleh
arah datangnya rangsangan. Tropisme berasal dari bahasa Yunani, yaitu
trope, yang berarti membelok. Tropisme positif adalah gerak yang arahnya
mendekati rangsangan, sedangkan tropisme negatif adalah gerak yang
arahnya menjauhi rangsangan.
Berdasarkan jenis rangsangannya, tropisme dibedakan menjadi beberapa
macam, yakni:
 Geotropisme, geotropisme atau gravitropisme merupakan gerak tropisme
yang disebabkan rangsangan gaya gravitasi bumi.

Geotropisme ada dua yaitu:


1. Geotropisme positif

14
Geotropisme positif adalah gerak organ tumbuhan mendekati inti
bumi.
2. Geotropisme negatif
Sedangkan geotropisme negatif adalah gerak berlawanan arah
gravitasi bumi, menjauhi inti bumi.
 Fototropisme, fototropisme merupakan gerak tropisme yang
disebabkan oleh pengaruh rangsangan cahaya.

Fototropisme terbagi dua yaitu fototropisme positif dan fototropisme


negatif. Pada umumnya, bagian tumbuhan di atas tanah bersifat
fototropisme positif, misalnya bunga matahari akan mekar dan
batangnya mengikuti arah sinar matahari. Dan akar bersifat
fototropisme negatif
 Tigmotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena
rangsangan sentuhan.

Pada umumnya tigmotropisme terjadi pada tumbuhan pemanjat


(tumbuhan yang memiliki sulur)seperti anggur, ubi jalar, melon, dan
tumbuhan pemanjat lainnya.

15
 Hidrotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena
rangsangan air. Contohnya gerak pertumbuhan akar menuju ke air.

 Termotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena


rangsangan suhu.

 Kemotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena


rangsangan zat kimia. Contohnya gerak akar menuju pupuk.

16
 Reotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan oleh aliran
air sehingga mempengaruhi arah gerak tumbuhan. Contohnya eceng
gondok.

3. Taksis
Taksis adalah gerak yang terjadi akibat rangsangan luar. Seluruh
tubuh tumbuhan akan bergerak, dan arah geraknya ditentukan oleh arah
rangsangan.

Berdasarkan jenis rangsangannya, taksis dibedakan menjadi beberapa


macam, yakni:
 Fototaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan rangsangan
cahaya. contohnya gerak Euglena menuju cahaya. Fototaksis
dibedakan menjadi dua yaitu fototaksis positif dan fototaksis negatif.
Fototaksis positif adalah gerak tumbuhan mendekati rangsangan
cahaya, sedangkan fototaksis negatif adalah gerak tumbuhan
menjauhi rangsangan cahaya.
 Kemotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan rangsangan zat
kimia. Contohnya gerak sel spermatozoid menuju sel telur.
 Galvanotaksis atau Elekrotaksis merupakan gerak taksis yang
disebabkan rangsangan listrik. contohnya Gerak organisme tingkat
rendah bergerak mendekati listrik.

17
 Termotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh
rangsangan suhu atau temperatur.
 Gravitaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh Gravitasi
Bumi
 Tigmotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh kontak
fisik atau sentuhan.
 Reotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh aliran air.
 Phonotaksis merupakan gerak taksis yang disebabkan oleh suara.

6.1 Fotoperiodisme

Definisi Fotoperiodisme
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme
digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh
lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa jenis tumbuhan
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan
kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan.
Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ
reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14
jam dalam setiap periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya
akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat <10 Jam.
Lamanya penyinaran juga mempengaruhi pertumbuhan. Di daerah subtropis
beberapa jenis tanaman termasuk tumbuhan hari panjang. Bunga mekar pada akhir
musim panas, yaitu setelah tumbuhan mendapat penyinaran lebih dari 12 jam.
Pertumbuhan vegetatif dan generatif suatu tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
lamanya penyinaran. Tanggapan suatu tumbuhan terhadap panjang pendeknya hari
disebut fotoperiodisme.

Klasifikasi Tumbuhan

18
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam :
a. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang
dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai,
anggrek, dan bunga matahari.
b. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih
dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang
sepatu, bit gula, selada, dan tembakau.
c. Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira
12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
d. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk
pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan
kapas.
Percobaan yang dilakukan Garner dan Alard pada tahun 1920 di Amerika
serikat menemukan bahwa tembakau varietas Maryland Mammoth adalah tumbuhan
hari Pendek (short day plant), karena tumbuhan ini nyatanya memerlukan suatu
periode terang yang lebih pendek dibandingkan dengan panjang siang hari yang kritis
untuk pembungaan, pembungaannya terjadi pada musim dingin. Krisan, poinsettia,
dan beberapa varietas kacang kedelai merupakan contoh tumbuhan hari
pendekyang pada umumnya berbunga pada akhir musim panas, musim gugur, atau
musim dingin. Kelompok lain yang bergantung pada fotoperiode hanya akan
berbunga ketika periode terang lebih lama beberapa jam. Tumbuhan hari
panjang (long day plant) ini umumnya berbunga pada akhir musim semi atau awal
musim panas. Bayam, misalnya, memerlukan panjang siang hari 14 jam ata lebih
lama. Lobak, selada, iris, dan banyak varietas sereal lain merupakan tumbuhan hari
panjang. Perbungaan pada kelompok ketiga, yaitu tumbuhan hari netral, tidak
dipengaruhi oleh fotoperiode. Tomat, padi, dan dan delion adalah contoh tumbuhan
hari netral (day neutral plant) yang berbunga ketika mereka mencapai tahapan
pematangan tertentu, tanpa memperdulikan panjang siang hari pada waktu itu.
Yang dimaksud dengan panjang hari disini bukan panjang hari secara mutlak,
tetapi panjang hari kritis. Tumbuhan hari panjang (LDP) mungkin memiliki panjang

19
hari kritis lebih pendek dari tumbuhan hari pendek (SDP). Dinyatakan bahwa
tumbuhan hari panjang akan berbunga apabila memperoleh induksi penyinaran yang
sama atau lebih dari panjang hari kritisnya dan sebaliknya tumbuhan hari pendek
akan berbunga, apabila memperoleh penyinaran sama atau lebih pendek dari panjang
hari kritisnya. Sebelumnya diduga bahwa tumbuhan dirangsang perbungaannya oleh
lamanya panjang hari (day length).
Pada tahun 1940-an peneliti menemukan bahwa sesungguhnya panjang
malam atau panjang kegelapan tanpa selingan cahaya atau niktoperiode, dan bukan
panjang siang hari, yang mengotrol perbungaan dan respons lainnya terhadap
fotoperiode.
Banyak peneliti bekerja dengan Cocklebur, yaitu suatu tumbuhan hari
pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari 16 jam ata lebih pendek (dan
panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika siang hari fotoperiode diselang dengan
pemberian kegelapan yang singkat, tidak ada pengaruh pada perbungaan. Namun, jika
bagian malam atau periode gelap dari fotoperiode disela dengan beberapa menit
penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak akan
berbunga. Coklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan secar terus menerus
supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya adalah tumbuhan
malam panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat dalam jargon
fisiologi tumbuhan. Tumbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan malam pendek,
apabila ditanam pada fotoperiode malam panjang yang biasanya tidak menginduksi
perbungaan, tumbuhan hari panjang akan berbunga jika periode kegelapan terus
menerus diperpendek selama beberapa menit dengan pemberian cahaya.
Dengan demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam
kritis. Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di
banding dengan panjang kritis (8 jam untuk cocklebur), tumbuhan hari panjang akan
berbunga ketika malam hari lebih pendek dibanding dengan panjang malam kritis.
Industri penanaman bunga telah menerapkan pengatahuan ini untuk menghasilkan
bunga diluar musimnya. Chrythemum misalnya adalah tumbuhan hari pendek yang
biasanya berbunga pada musim gugur, tetapi perbungaannya dapat ditunda sampai

20
hari ibu (amerika serikat, red) pada bulan mei dengan cara menyelang setiap malam
panjang dengan seberkas cahaya, yang mengubah satu malam panjang menjadi
malam pendek.
Pada banyak spesies tumbuhan hari pendek atau tumbuhan hari panjang,
perbungaan cukup diinduksi dengan memaparkan sebuah daun tunggal terhadap
fotoperiode yang tepat. Meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada tumbuhan,
fotoperiode akan tetap terdeteksi dan tunas bunga akan diinduksi. Namun, jika semua
daun dibuang, tumbuhan akan buta terhadap fotoperiode. Transmisi meristem dari
pertumbuhan vegetatif sampai ke perbungaan. Apapun kombinasi petunjuk
lingkungan (seperti fotoperiode) dan sinyal internal (seperti hormon) yang diperlukan
untuk perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem tunas dari keadaan vegetatif
menjadi satu keadaan perbungaan. Transmisi ini memerlukan perubahan ekspresi
gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen identitas meristem yang menentukan
bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih dahulu dan bukan membentuk tunas
vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih dahulu. Kemudian gen identitas organ-
organ bunga kelopak bunga, mahkota bunga, benang sari dan putik diaktifkan pada
daerah meristem yang tepat. Penelitian mengenai perkembangan bunga sedang
berkembang pesat, yang bertujuan untuk mengidentifikasi jalur transduksi sinyal
yang menghubungkan petunjuk-petunjuk seperti fotoperiode dan perubahan hormonal
dengan ekspresi gen yang diperlukan untuk perbungaan.

Induksi Fotoperiodisme
Induksi fotoperiodisme sangat penting dalam perbungaan atau lebih tepat
disebut induksi panjang malam kritisnya. Respon tumbuhan terhadap induksi
fotoperioda sangat bervariasi, ada tumbuhan untuk perbungaannya cukup
memperoleh induksi dari fotoperioda satu kali saja, tetapi tumbuhan lain memerlukan
induksi lebih dari satu kali. Xanthium strumarium untuk perbungaannya memerlukan
8 x induksi fotoperioda yang harus berjalan terus menerus. Apabila tanaman ini
sebelum memperoleh induksi lengkap, mendapat gangguan atau terputus induksi
fotoperiodanya, maka tanaman itu tidak akan berbunga. Kekurangan induksi

21
fotoperioda tidak dapat ditambahkan demikian saja, karena efek fotoperioda yang
telah diterima sebelumnya akan menjadi hilang. Untuk memperoleh induksi lengkap,
tanaman tersebut harus mengulangnya dari awal kembali.
Di dalam menerima rangsangan fotoperioda ini, organ daun diketahui
sebagai organ penerima rangsangan. Ada 4 tahap yang terjadi dalam respon
perbungaan terhadap rangsangan fotoperioda, yaitu:
1. Menerima rangsangan
2. Transformasi dari organ penerima rangsangan menjadi beberapa polametabolisme
baru yang berkaitan dengan penyediaan bahan untuk perbungaan
3. Pengangkuatan hasil metabolisme
4. Terjadinya respon pada titik tumbuh untuk menghasilkan perbungaan.
Beberapa percobaan dalam hubungan dengan rangsangan ini, menunjukkan
bahwa apabila daun dibuang segera setelah induksi selesai, tidak akan terjadi
perbungaan, sedangkan apabila daun dibuang setelah beberapa jam sehabis selesai
induksi, tumbuhan tersebut dapat berbunga. Rangsangan yang diterima oleh satu
tumbuhan dapat diteruskan pada tumbuhan lain yang tidak memperoleh induksi,
melalui cara tempelan (grafting) sehingga tumbuhan tersebut dapat berbunga.
Hormon yang berperan dalam perbungaan ini adalah florigen, yang masih merupakan
hormon hipotesis.

Mekanisme Pembungaan
Efek Cahaya
Mengingat ketergantungan tumbuhan hijau terhadap cahaya, tidaklah
mengherankan jika cahaya merupakan perangsang luar yang paling utama dalam
hidup tumbuhan. Beberapa respon tumbuhan terhadap cahaya telah disebutkan.
Misalnya, respon phototropic yang efeknya timbul melalui auksin. Respon ini akan
membawa organ- organ fotosintetik dalam posisi optimum relative terhadap
datangnya cahaya. Respon terhadap cahaya yang lain, misalnya membuka dan
menutupnya sel pelindung dan respon cahaya dalam sintesa klorofil dari tumbuhan
berbunga. Kebanyakan respon tumbuhan terhadap cahaya, adalah merupakan respon

22
perkembangan dan tidak mempunyai arti penting dalam metabolisme. Intensitas
cahaya, qualitas cahaya, dan panjangnya penyinaran, juga dapat menimbulkan respon
perkembangan pada tumbuhan.

Intensitas Cahaya
Beberapa respon tumbuhan terhadap intensitas cahaya yang berbeda-beda
adalah dilakukan melalui auksin, dan efeknya timbul karena berkurangnya efektivitas
auksin pada keadaan cahaya yang terik. Sebagai contoh, tumbuhan yang tumbuh
dalam gelap atau cahaya yang lemah akan mempunyai batang yang panjang dengan
ruas yang lebih panjang dan lebih besar dari tumbuhan yang mendapat cahaya terang.
Demikian juga, dalam suatu tanaman dauan yang terluar yang mendapat cahaya
matahari penuh tinggal lebih kecil dari pada daun sebelah dalam yang terlindung.
Tumbuhan tembakau kadang- kadang dilindungi dari cahaya terik dengan jaring
untuk mendapatkan daun yang lebar.
Bila tumbuhan berada lama dalam cahaya yang lemah, tumbuhan akan
mengalami etiolasi, yakni batangnya menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut
penyongkong yang cukup. Jika intensitas cahaya tidak naik kemtian akan terjadi.
Sebaliknya, penyinaran yang berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil
dengan perkembangan yang abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian.
Tumbuhan memerlukan intensitas cahaya yang tertentu yang berbeda dari
satu spesies dengan spesies tumbuhan yang lain, untuk tumbuh dengan baik.
Tumbuhan tertentu seperti tomat, dan rumput- rumputan memerlukan cahaya
matahari langsung dan terang untuk perkembangan yang optimal. Pada tumbuhan itu,
sintesa dari zat- zat hidup meningkatnya berbanding lurus dengan meningkatnya
intensitas cahaya(sampai suatu batas tertentu). Sebaliknya tumbuhan lain seperti
bangsa perdu tumbuh secara optimal pada intensitas cahaya yang lebih rendah dan
tumbuh kerdil jika terkena cahaya matahari langsung terus- menerus. Sedang
tumbuhan lain seperti mawar tumbuh baik, baik pada cahaya terik maupun cahaya
dengan intensitas yang lebih rendah walaupun pertumbuhan dan berbunganya bisa
dihambat atau berhenti jika intensitas cahaya terlalu rendah.

23
Kualitas cahaya
Pada intensitas cahaya yang tertentu, panjang gelombang cahaya yang
berbeda menimbulkan efek yang besar pada perkembangan tumbuhan. Sebagai
contoh telah ditunjukkan bahwa penyinaran pendek dengan cahaya merah sering
menghambat perpanjangan batang pada tumbuhan seperti kacang dan padi- padian.
Tetapi penghambatan ini bisa dikembalikan ke normal dan pertumbuhan batang bisa
dipacu dengan penyinaran “Farred” dari spectrum cahaya. Pada daun, penyinaran
dengan cahaya merah dan far red menghasilkan efek yang berlawanan; cahaya infra
merah menghambat perkembangan daun, sinar merah memperbaiki pengahambatan
itu.

Panjangnya penyinaran
Respon perkembangan tumbuhan terhadap bermacam- macam lama
penyinaran disebut photoperidositas. Perkembangan bunga tertutama sangat
dipengaruhi oleh panjang hari yang berbeda atau photoperiode. Berdasarkan
photoperiode yang diperlukan untuk berbunga, dapat dibedakan menjadi 3 jenis
tumbuhan.
Dalam tumbuhan hari pendek (short day plant) bunga berkembang jika
tumbuhan mendapatkan penyinaran kurang dari 12 jam perhari. Aster, strawberry,
krisan, padi adalah diantara tumbuhan yang termasuk dalam jenis ini.
Pada tumbuhan hari panjang berkembang hanya jika photoperiode tiap hari
adalah lebih dari 12 jam. Sebagai contohnya, termasuk gandum, clover, wortel, dan
selada.
Group yang ketiga tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran. Group yang
termasuk dalam tumbuhan de minate menghasilkan bunga tanpa memandang lama
penyinaran matahari setiap hari. Tumbuhan yang termasuk adalah tomat, mentimun,
kapas, dan bunga matahari.
Tumbuhan hari pendek gagal berbunga atau berbunganya dihambat daan
sangat berkurang jika mendapat lama penyinaran matahari yang panjang. Sebaliknya

24
tumbuhan hari panjang lambat berbunga atau tidak berbunga sama sekali jika
mendapat penyinaran yang pendek. Seringkali penyinaran yang singkat pada panjang
penyinaran yang sesuai diperlukan untuk mendorong tumbuhan itu berbunga. Dalam
hal ini spesies yang berbeda menunjukkan kebutuhan yang berbeda.

Fitokorm
Pengertian Fitokrom
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh
tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh
cahaya merah dan infra merah. Infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh
mata manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
Fitokrom ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga
ditemukan pada bakteri. Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa
aspek fisiologi adaptasi terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat
berbunga pada tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan
kecambah (khususnya pada dikotil), morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta
pembuatan (sintesis) klorofil.
Secara struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari
kelompok bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan klorofil
atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini dilindungi
atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja bagian sensor.
Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai fitokrom.

Peranan Fitokorm
Peranan fitokrom dalam fotoperiodisme mungkin untuk menyelaraskan
waktu dengan lingkungan dengan memberitahukan kapan matahari terbenam dan
terbit. Jika kebutuhan fotoperioodik untuk pembungaan telah dipenuhi, jam tersebut
akan memicu beberapa jenis alarm yang menyebabkan daun mengirimkan suatu
stimulus (kemungkinan suatu hormone) perbungaan ke tunas. Panjang malam diukur
dengan sangat tepat, beberapa tumbuhan hari pendek tidak akan berbunga jika malam

25
lebih pendek satu menit sekalipun dibandingkan dengan panajang kritisnya. Beberapa
spesies tumbuhan selalu berbunga pada hari yang sama setiap tahun. Menurut
hipotesis yag dijelaskan disini, tumbuhan memberitahukan musim pada tahun
tersebut dengan menggunakan jam, yang nyatanya dikendalikan oleh fitokrom untuk
mengikuti fotoperiode.

7. Vernalisasi
Beberapa tumbuhan sebelum ditanam perlu mengalami perlakuan suhu
rendah agar dapat berbunga. Peningkatan perbungaan dengan suhu rendah ini
disebut Vernalisasi. Lokasi respon suhu rendah adalah tunas, mungkin meristem.
Organ yang mengalami respon vernalisasi adalah biji, akar, embrio, pucuk batang.
Perbungaan terjadi bila tunas diberikan suhu rendah. Apabila daun tumbuhan
yang memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan pendinginan, sedangkan pada
bagian pucuknya batangnya dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga.
Vernalisasi dapat balik apabila setelah perlakuan vernalisasi tanaman dipajan pada
suhu tinggi menyebabkan tumbuhan tidak berbunga. Fenomena ini
disebut Devernalisasi.
Pada tahun 1920-an, para ahli sains dari Departemen Pertanian A.S. yang
melakukan penelitian di Beltsville, Maryland mulai meneliti aktivitas pembungaan
pada tumbuhan. Mereka mulai menyadari bahwa pembungaan dimulai oleh panjang
siang. Setelah menanam tumbuhan dalam rumah tanaman, tempat fotokalanya dapat
diubah secara buatan, mereka membuat kesimpulan bahwa tumbuhan dapat dibagi
menjadi tiga kumpulan :
1. Tumbuhan pendek siang- berbunga apabila fotokalanya lebih pendek daripada
panjang genting. (Contoh yang baik ialah pohon cocklebur, pohon merah (poinsetia,
kekwa).
2. Tumbuhan panjang siang- berbunga apabila fotokalanya lebih panjang daripada suatu
panjang genting. (Contoh yang baik ialah gandum, barli, bunga cengkih, bayam).
3. Tumbuhan netral siang- pembungaan tidak bergantung kepada suatu fotokala.
(Contoh yang baik ialah tomat dan timun).

26
Vernalisasi merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan
sebelum mulai perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan,
tetapi diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan.
Respon terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan
terjadi atau pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode dingin haruslah
beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung sepesiesnya. Spesies semusim
pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan dari daerah beriklim
sedang yang membutuhkan vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji, umbi, dan
kuncup banyak spesies tanaman di daerah beriklim sedang membutuhkan stratifikasi
(beberapa minggu diletakkan dalam penyimpanan yang dingin dan lembab) untuk
mematahkan dormansi. Jadi vernalisasi secara harfiah berarti membuat suatu
keadaan tumbuhan seperti musim semi, yaitu menggalakkan pembungaan sebagai
respon terhadap hari-hari yang panjang selama musim semi.
Seterusnya kita harus mengambil perhatian bahwa suatu tumbuhan panjang
siang dan pendek siang dapat mempunyai panjang hari genting yang sama. Bayam
merupakan suatu tumbuhan panjang siang yang mempunyai panjang genting selama
empat belas jam, rumput reja merupakan suatu tumbuhan pendek siang dan
mempunyai panjang genting yang sama. Walau bagaimanapun, bayam hanya
berbunga pada musim panas apabila panjang siang meningkat sehingga empat belas
jam atau lebih, dan rumput reja berbunga pada musim gugur apabila panjang
siangnya berkurang hingga empat belas jam atau kurang. (Rumput reja harus menjadi
matang sebelum dapat berbunga, sebab itulah tumbuhan ini tidak berbunga pada
musim bunga walaupun panjang siangnya kurang daripada empat belas jam).
Pada tahun 1938, K. C. Hammer dan J. Bonner memulai eksperimen dengan
panjang siang dan malam buatan yang tidak perlu sama dengan suatu normal, yaitu
siang dua puluh empat jam. Mereka kemudian berpendapat bahwa cocklebur yang
merupaka tumbuhan pendek siang akan berbunga pada waktu gelapnya berterusan
selama delapan setengah jam, tanpa memperkirakan panjang waktu siang.
Selanjutnya, jika waktu gelap ini diganggu untuk seketika oleh pancaran cahaya,
maka pohon cocklebur tidak akan berbunga. ( Mengganggu panjang waktu

27
penyinaran dengan kegelapan tidak memiliki arti ). Keputusan yang sama juga telah
diperoleh bagi tumbuhan panjang siang. Tumbuhan tersebut memerlukan suatu waktu
gelap yang lebih pendek daripada suatu panjang genting tanpa memperhitungkan
panjang waktu pencahayaan. Walau bagaimanapun, jika suatu malam yang lebih
panjang dari panjang genting diganggu oleh suatu pancaran cahaya yang sekejap,
maka tumbuhan siang panjang akan berbunga. Dengan demikian, dapatlah dibuat
kesimpulan bahwa panjang waktu gelap yang mengakibatkan pembungaan, bukannya
panjang waktu pencahayaan. Dalam keadaan alami, jelaslah siang yang lebih pendek
senantiasa berfungsi dengan malam yang lebih panjang, dan begitulah sebaliknya.

Letak Vernalisasi
Bukti-bukti bahwa rangsangan dingin dihasilkan di dalam meristem atau
kuncup dan bukan didalam daun diperoleh dari empat fenomena:
1. Biji yang telah mengalami imbibisi mudah divernalisasi
2. Pengenaan suhu dingin hanya pada daun, akar, atau batang tidak efektif
3. Biji yang sedang berkembang pada tanaman induk dapat dan seringkali sudah
tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu dingin berlangsung sebelum biji menjadi
kering
4. Tanaman yang ditanam dari kuncup liar suatu daun yang sudah tervernalisasi telah
tergalakkan untuk berbunga.

Hilangnya Vernalisasi
Vernalisasi pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang parah,
seperti kekeringan atau temperatur tinggi (30-35̊C) selama periode beberapa hari.
Pada percobaan yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, mengenai biji serealia
musim dingin yang divernalisasi dan dipertahankan biji dalam keadaan kering
menyebabkan proses devernalisasi (penghilangan vernalisasi). Percobaan yang
dilakukan Lysenko itu tidak berlaku di mana saja, mungkin karena telah tersedia
kultivar tipe musim semi yang teradaptasi.

28
Vernalisasi pada rumput-rumputan tahunan tertentu, ternyata lebih kompleks,
selain dingin, juga diperlukan beberapa fotoperiode pendek. Contohnya pada
rumput orchard, penggalakan pembungaan terjadi secara alamiah, dan diperlukan
suhu dingin untuk menggalakkan pembungaan pada spesies-spesies tersebut.

Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi


Organ tumbuhan yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat
bervariasi yaitu biji, akar, embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang
memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk
batangnya dihangatkan, maka tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi
vernalisasi).
Vernalisasi merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari
beberapa proses. Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam
biji dan semua jaringan yang dihasilkannya berasal dari meristem yang tervernalisasi.
Pada Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat terjadi pada meristemnya.
Zat yang bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi
disebut vernalin, yaitu suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum pernah
diisolasi. Di dalam hal perbungaan GA dapat mengganti fungsi vernalin, meskipun
GA tidak sama dengan vernalin.

29

Anda mungkin juga menyukai