Anda di halaman 1dari 6

Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh terbesar yang menutupi permukaan kulit lebih dari 20.000
cm2 pada orang dewasa dan terletak paling luar (Lachman et al., 1994). Kulit adalah organ yang
paling essential dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Berat kulit kira-kira
15% berat badan yang mempunyai sifat elastis, sensitif, sangat kompleks dan bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh (Djuanda et al., 1999).
Kulit bervariasi mengenai lembut, tipis, dan tebalnya. Kulit yang elastis dan longgar
terdapat pada palpebra, bibir, dan preputium. Sedangkan kulit yang tebal dan tegang, terdapat di
telapak kaki dan tangan dewasa. Kulit yang tipis terdapat pada muka, kulit lembut terdapat pada
leher dan badan, sedangkan kulit dengan rambut kasar terdapat pada kepala (Wasitaatmadja,
2011).
Kulit terdiri atas tiga lapisan utama, yakni epidermis, dermis dan subkutan (hipodermis)
Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutan, subkutan ditandai dengan adanya
jaringan ikat longgar dan adanya sel jaringan lemak. Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna
dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi
proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan
vitamin D (Djuanda, 2007).

Menurut Djuanda (2007), Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan
utama, yaitu:
1. Epidermis
Lapisan epidermis terdiri atas :
a) Stratum korneum.
Lapisan tanduk merupakan lapisan terluar yang terdiri dari beberapa lapis sel-sel gepeng
yang mati, tidak berinti, dan protoplasma telah berubah menjadi keratin. Pada permukaan
lapisan ini sel-sel mati terus menerus mengelupas tanpa terlihat.
b) Stratum lusidum
Lapisan lusidum terletak tepat di bawah lapisan korneum. Terdiri dari sel-sel gepeng tanpa
inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
c) Stratum granulosum (Lapisan Keratohialin)
Lapisan granular terdiri dari 2 atau 3 lapis sel gepeng, berisi butir-butir (granul)
keratohialin yang basofilik. Stratum granulosum juga tampak jelas di telapak tangan dan
kaki.
d) Stratum spinosum
Lapisan Malpighi atau disebut juga prickle cell layer (lapisan akanta) merupakan lapisan
epidermis yang paling kuat dan tebal. Terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk
poligonal yang besarnya berbeda-beda akibat adanya mitosis serta sel ini makin dekat ke
permukaan makin gepeng bentuknya. Pada lapisan ini banyak mengandung glikogen.
e) Stratum germinativum
Lapisan basal merupakan lapisan epidermis paling bawah dan berbatas dengan dermis.
Dalam lapisan basal terdapat melanosit. Melanosit adalah sel dendritik yang membentuk
melanin. Melanin berfungsi melindungi kulit terhadap sinar matahari.
2. Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada
epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel
rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yakni:
a) Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah.
b) Pars retikulare, yaitu bagian di bawahnya yang menonjol ke arah subkutan. Bagian ini
terdiri atas serabut-serabut penunjang seperti serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar
sebasea.
3. Lapisan Subkutan
Lapisan ini merupakan lanjutan dermis, tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis
dan subkutan. Terdiri dari jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya. Sel-sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir sitoplasma lemak yang bertambah.
Jaringan subkutan mengandung syaraf, pembuluh darah dan limfe, kantung rambut, dan di
lapisan atas jaringan subkutan terdapat kelenjar keringat. Fungsi jaringan subkutan adalah
penyekat panas, bantalan terhadap trauma, dan tempat penumpukan energi.
Fisiologi Kulit
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh. Fungsi-
fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksi, absorpsi, ekskresi, persepsi, pengaturan
suhu tubuh (termoregulasi), dan pembentukan vitamin D (Djuanda, 2007).
1. Fungsi proteksi
Kulit menyediakan proteksi terhadap tubuh dalam berbagai cara sebagai berikut:
a. Keratin melindungi kulit dari mikroba, abrasi (gesekan), panas, dan zat kimia.
b. Lipid yang dilepaskan mencegah evaporasi air dari permukaan kulit dan dehidrasi, selain
itu juga mencegah masuknya air dari lingkungan luar tubuh melalui kulit.
c. Sebum yang berminyak dari kelenjar sebasea mencegah kulit dan rambut dari kekeringan
serta mengandung zat bakterisid yang berfungsi membunuh bakteri di permukaan kulit.
d. Pigmen melanin melindungi dari efek dari sinar UV yang berbahaya. Pada stratum basal,
sel-sel melanosit melepaskan pigmen melanin ke sel-sel di sekitarnya. Pigmen ini bertugas
melindungi materi genetik dari sinar matahari, sehingga materi genetik dapat tersimpan
dengan baik. Apabila terjadi gangguan pada proteksi oleh melanin, maka dapat timbul
keganasan.
e. Selain itu ada sel-sel yang berperan sebagai sel imun yang protektif. Yang pertama adalah
sel Langerhans, yang merepresentasikan antigen terhadap mikroba. Kemudian ada sel
fagosit yang bertugas memfagositosis mikroba yang masuk melewati keratin dan sel
Langerhans (Martini, 2006).
2. Fungsi absorpsi
Kulit tidak bisa menyerap air, tapi bisa menyerap material larut-lipid seperti vitamin A,
D, E, dan K, obat-obatan tertentu, oksigen dan karbon dioksida (Djuanda, 2007). Permeabilitas
kulit terhadap oksigen, karbondioksida dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian
pada fungsi respirasi. Selain itu beberapa material toksik dapat diserap seperti aseton, CCl 4, dan
merkurI. Beberapa obat juga dirancang untuk larut lemak, seperti kortison, sehingga mampu
berpenetrasi ke kulit dan melepaskan antihistamin di tempat peradangan (Martini, 2006).
Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban,
metabolisme dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel atau
melalui muara saluran kelenjar, tetapi lebih banyak yang melalui sel-sel epidermis daripada yang
melalui muara kelenjar (Tortora et al., 2006).
3. Fungsi ekskresi
Kulit juga berfungsi dalam ekskresi dengan perantaraan dua kelenjar eksokrinnya, yaitu
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat:
a. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea merupakan kelenjar yang melekat pada folikel rambut dan melepaskan
lipid yang dikenal sebagai sebum menuju lumen (Harien, 2010). Sebum dikeluarkan ketika
muskulus arektor pili berkontraksi menekan kelenjar sebasea sehingga sebum dikeluarkan ke
folikel rambut lalu ke permukaan kulit. Sebum tersebut merupakan campuran dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolit. Sebum berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri,
melumasi dan memproteksi keratin (Tortora et al., 2006).
b. Kelenjar keringat
Walaupun stratum korneum kedap air, namun sekitar 400 ml air dapat keluar dengan cara
menguap melalui kelenjar keringat tiap hari (Djuanda, 2007). Seorang yang bekerja dalam
ruangan mengekskresikan 200 ml keringat tambahan, dan bagi orang yang aktif jumlahnya
lebih banyak lagi. Selain mengeluarkan air dan panas, keringat juga merupakan sarana untuk
mengekskresikan garam, karbondioksida, dan dua molekul organik hasil pemecahan protein
yaitu amoniak dan urea (Martini, 2006). Terdapat dua jenis kelenjar keringat, yaitu kelenjar
keringat apokrin dan kelenjar keringat merokrin.
Kelenjar keringat apokrin terdapat di daerah aksila, payudara dan pubis, serta aktif pada
usia pubertas dan menghasilkan secret yang kental dan bau yang khas (Djuanda, 2007).
Kelenjar keringat apokrin bekerja ketika ada sinyal dari sistem saraf dan hormon sehingga sel-
sel mioepitelyang ada di sekeliling kelenjar berkontraksi dan menekan kelenjar keringat
apokrin. Akibatnya kelenjar keringat apokrin melepaskan sekretnya ke folikel rambut lalu ke
permukaan luar (Tortora et al., 2006). Kelenjar keringat merokrin (ekrin) terdapat di daerah
telapak tangan dan kaki. Sekretnya mengandung air, elektrolit, nutrien organik, dan sampah
metabolism. Kadar pH-nya berkisar 4,0-6,8 dan fungsi dari kelenjar keringat merokrin adalah
mengatur temperatur permukaan, mengekskresikan air dan elektrolit serta melindungi dari
agen asing dengan cara mempersulit perlekatan agen asing dan menghasilkan dermicidin,
sebuah peptida kecil dengan sifat antibiotiK (Djuanda, 2007).
4. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutan (Djuanda, 2007).
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan-badan Ruffini di dermis dan subkutan.
Terhadap dingin diperankan oleh badan-badan Krause yang terletak di dermis, badan taktil
Meissner terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan, demikian pula badan Merkel
Ranvier yang terletak di epidermis. Sedangkan terhadap tekanan diperankan oleh badan
Paccini di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah yang
erotik (Tortora et al., 2006).
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
Kulit berkontribusi terhadap pengaturan suhu tubuh (termoregulasi) melalui dua cara:
pengeluaran keringat dan menyesuaikan aliran darah di pembuluh kapiler (Djuanda, 2007).
Pada saat suhu tinggi, tubuh akan mengeluarkan keringat dalam jumlah banyak serta
memperlebar pembuluh darah (vasodilatasi) sehingga panas akan terbawa keluar dari tubuh.
Sebaliknya, pada saat suhu rendah, tubuh akan mengeluarkan lebih sedikit keringat dan
mempersempit pembuluh darah (vasokonstriksi) sehingga mengurangi pengeluaran panas
oleh tubuh.
6. Fungsi pembentukan vitamin D
Sintesis vitamin D dilakukan dengan mengaktivasi prekursor 7 dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar ultraviolet (Djuanda, 2007). Enzim di hati dan ginjal lalu memodifikasi
prekursor dan menghasilkan kalsitriol, bentuk vitamin D yang aktif. Calcitriol adalah hormon
yang berperan dalam mengabsorpsi kalsium makanan dari traktus gastrointestinal ke dalam
pembuluh darah (Tortora et al., 2006). Walaupun tubuh mampu memproduksi vitamin D
sendiri, namun belum memenuhi kebutuhan tubuh secara keseluruhan sehingga pemberian
vitamin D sistemik masih tetap diperlukan. Pada manusia kulit dapat pula mengekspresikan
emosi karena adanya pembuluh darah, kelenjar keringat, dan otot-otot di bawah kulit
(Djuanda, 2007).

DAFTAR PUSTAKA :

Djuanda A, Hamzah M, A. 1999. Ilmu Penyakit Kulit DanKelamin. Edisi ke tiga. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Djuanda, A 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Kelima. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Soepardiman, L. 2010. Kelainan Rambut: Djuanda, A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai