Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

ASFIKSIA

Pokok Bahasan : Asfiksia


Tema : Pengenalan, penyebab dan penanganan Asfiksia
Audiens : Keluarga Pasien
Hari/tanggal : kamis, 22 November 2018
Tempat : Bangsal Perinatologi, RSUD Pandan arang Boyolali
Waktu : 10.00 WIB
Pelaksana : Mahasiswa program ners Stikes Kusuma Husada

A. Latar Belakang
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat
pada penderita Asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat
menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.
Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan
bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi
baru lahir. Skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada
bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat
tinggi. Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat
langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering
berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah
lahir.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 Menit tentang Asfiksia
diharapkan keluarga pasien mengetahui tentang Asfiksia dan cara
penanganannya
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat :
a. Menjelaskan pengertian Asfiksia
b. Menjelaskan klasifikasi Asfiksia
c. Menjelaskan penyebab Asfiksia
d. Menjelaskan tanda dan gejala Asfiksia
e. Mengetahui komplikasi Asfiksia
f. Menjelaskan cara penanganan Asfiksia
D. Sasaran
Keluarga pasien di ruang perinatologi, RSUD Pandan Arang Boyolali
E. Materi (terlampir)
a. Pengertian Asfiksia
b. Klasifikasi Asfiksia
c. Penyebab Asfiksia
d. Tanda dan Gejala-gejala Asfiksia
e. Komplikasi Asfiksia
f. Cara penanganan Asfiksia
F. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
G. Media
a. Leaflet
b. Lembar balik
H. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahap Waktu Kegiatan Peserta
Penyuluhan
1 Pembukaan 5 Menit  Mengucapkan  Menjawab salam
salam  Memperhatikan
 Memperkenalan  Memperhatikan
diri
 Menjelaskan
maksud dan
tujuan
2 isi 20 Menit  Menjelaskan  Memperhatikan dan
pengertian mendengarkan
Asfiksia  Bertanya
 Menjelaskan  Memperhatikan dan
klasifikasi mendengarkan
Asfiksia
 Menjelaskan
penyebab Asfiksia
 Menjelaskan tanda
dan gejala
Asfiksia
 Mengetahui
komplikasi
Asfiksia
 Menjelaskan
penanganan
Asfiksia
3 Penutup 5 Menit  Memberikan  Memperhatikan
review tentang  Memperhatikan
materi yang telah  Memperhatikan
disampaikan  Menjawab Salam
 Menyimpulkan .
 Menyampaikan
harapan kepada
peserta
 Salam penutup
I. Setting tempat

2 2 2

Keterangan gambar :
1. Penyaji
2. Peserta
J. Rencana Evaluasi
a. Struktur
1. Persiapan media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap
dan siap digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet dan
lembar bolak balik.
2. Persiapan materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan dan
akan disebarluaskan dalam bentuk leaflet yang berisi gambar dan
tulisan.
b. Proses penyuluhan
1. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan
lancar dan sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan.
2. Dalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara
penyuluhan dan sasaran yang akan diharapkan penyuluhan.
3. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
c. Hasil penyuluhan
setelah dilakukan penyuluhan tentang Asfiksia diharapkan peserta
mampu :
1. Menjelaskan pengertian Asfiksia
2. Menjelaskan klasifikasi Asfiksia
3. Menjelaskan penyebab Asfiksia
4. Menjelaskan tanda dan gejala Asfiksia
5. Mengetahui komplikasi Asfiksia
6. Menjelaskan cara penanganan Asfiksia
Lampiran Materi
A. Defenisi
Suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami gangguan tidak bernapas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan atau
persalinan (Sofian, 2012).
Asfiksia neonatarum adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir mengalami
gangguan pertukaran gas dan kesulitan mengeluarkan karbondioksida
(Sarwono, 2010).
B. Klasifikasi Asfiksia
a. Asfiksia ringan
Skor APGAR 7-8 bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan
istimewa
b. Asfiksia sedang
Skor APGAR 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi lebih dari
100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas
tidak ada
c. Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3 pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, reflek iritabilitas tidak ada.
C. Penyebab asfiksia
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan
gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi
menjadi berkurang yang mengakibatkan hipoksia bayi di dalam rahim dan
dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir. Beberapa faktor tertentu
diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir,
diantaranya adalah (Nurarif & Kusuma, 2013):
a. Faktor ibu
1) Preeklampsia dan eklampsia
2) Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
3) Partus lama atau partus macet
4) Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
5) Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
b. Faktor Tali Pusat
1) Lilitan tali pusat
2) Tali pusat pendek
3) Simpul tali pusat
4) Prolapsus tali pusat
c. Faktor Bayi
1) Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
2) Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu,
ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
3) Kelainan bawaan (kongenital)
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
D. Tanda dan gejala asfiksia
Asfiksia neonatarum biasanya akibat dari hipoksia janin yang
menimbulkan tanda-tanda sebagai berikut (Nurarif & Kusuma, 2013) :
a. DJJ irreguler dan frekuensi >160 x/menit atau <100 x/menit. Pada
keadaan umum normal denyut janin berkisar antar 120-160 x/menit dan
selama his frekuensi ini bisa turun namun akan kembali normal setelah
tidak ada his.
b. Terdapat mekonium pada air ketuban pada letak kepala. Kekurangan
O2 merangsang usus sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin
asfiksia.
c. Pada pemeriksaan dengan amnioskopi didapatkan pH janin turun
sampai <7,2 karena asidosis menyebabkan turunnya pH.

E. Komplikasi
Komplikasi ini meliputi beberapa organ:
a. Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi aliran darah ke otak yang menurun. Keadaaan
ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat
terjadinya edema otak. Hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfksia.
Keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya
yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah
jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan
ginjal. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada
pembuluh darah mesentrium dan ginjal yang menyebabkan
pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfksia akan mengalami gangguan
pertukaran gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan
persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2. Hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfksia berat segera tidak ditangani akan
menyebabkan koma karena beberapa hal, diantaranya : hipoksemia dan
perdarahan pada otak. Sedangkan akibat tindakan dari pemakaian bag
and mask yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks, dimana
pada pengembangan paru yang berlebihan dapat menyebabkan alveolus
pecah atau robekan pada mediastinum sehinga udara akan mengisi
rongga pleura / mediastinum.

F. Cara penanganan Asfiksia


Jika ditemukan adanya bayi baru lahir yang mengalami asfiksia maka
seorang ibu harus memberikan tindakan cepat seperti membuka jalan
nafas atau memberi bantuan untuk bernafas dengan cara memberikan
nafas buatan lewat mulut atau hidung. Kemudian letakkan bayi pada
lingkungan yang hangat dan keringkan badannya. Posisikan kepala
bayi sedikit lebih tinggi dari dada bayi. Pantau terus bagaimana
pernafasan bayi serta periksa suhunya, apakah mengalami demam atau
tidak.
Namun, jika dengan penanganan seperti diatas tidak berhasil, maka
segeralah bawa bayi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang lebih intensif.
Pada pelayanan kesehatan tersebut bayi akan mendapatkan bantuan
nafas lewat oksigen dan obat-obatan
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amir Huda & Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1&2.Yogyakarta :
Mediaction Publishing.

Sarwono, Wiknjosastro Hanifa. 2010. Pengantar Ilmu Kebidanan. Ed 3. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sofian, Amru. 2012. Rustam Mochtar Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif,


Obstetri Sosial Ed 3 Jilid 1 & 2. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai