Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori

Usaha peningkatan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan,


pemenuhan akan air mempunyai peranan penting. Banyak usaha yang dilakukan
untuk memenuhinya, antara lain dengan pemanfaatan sumber air permukaan
seperti sungai, disamping itu sumber air tanah dalam dengan sumur bor.

Selain kebutuhan akan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk


tumbuh (lahan atau sawah). Sawah dan lahan yang baik untuk pertanian ialah
tanah yang mudah dikerjakan, bersifat produktif dan subur serta cukup akan
kebutuhan air. Udara dan air mengisi pori-pori di antara butir tanah umumnya
dipandang sebagai bagian dari tanah. Dengan demikian, tanah terdiri dari tiga
komponen, yaitu butir-butir tanah, air dan udara.

Perbandingan antara butir-butir tanah, air, dan udara perlu diusahakan agar
dapat memenuhi suatu nilai dalam batas-batas tertentu. Pemberian air juga
dipengaruhi elevasi tempat dimana tanaman tumbuh, maka pengaturan sistem
irigasi disesuaikan dengan kondisi topografi setempat. Kelebihan air di suatu
daerah pertanian dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman pada areal tersebut
terganggu, karena dapat menyebabkan sebagaian atau seluruh akar tanaman
menjadi busuk.

Keberhasilan kegiatan pertanian tidak mungkin tercapai tanpa adanya


pengelolaan irigasi yang baik. Secara sederhana, irigasi dapat dipahami sebagai
upaya manusia untuk mengaliri lahan pertanian sehingga tanaman pertanian dapat
tumbuh dengan baik dan hasil panen memuaskan.

Sistem irigasi sendiri terdiri atas beberapa macam, tergantung pada lokasi
dan kondisi lahan yang akan dialiri air, ketersediaan air, dan teknologi yang
digunakan. Irigasi adalah faktor yang sangat menentukan keberhasilan pertanian.
Fungsi utama irigasi adalah memenuhi kebutuhan tanaman akan air untuk
persawahan, secara tepat jumlah dan tepat waktu
1
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Bagaimana cara pengukuran debit Saluran di lapangan?


2. Alat apa saja yang diperlukan untuk mengukur debit Saluran di
lapangan?
3. Apa yang menyebabkan Bangunan Rusak?
4. Berapa besar tingkat efisiensi pengaliran di saluran Primer dan saluran
Sekunder (DI) Yogyakarta Vander Wick
5. Jenis – Jenis Bangunan

1.3 Tujuan

Adapun Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian tugas ini


adalah:
1. Agar bisa mengetahui bagaimana perhitungan debit Saluran di lapangan.
2. Agar bisa mengetahui alat apa saja yang digunakan untuk menghitung
debit Saluran?
3. Agar mengetahui waktu yang tepat untuk mencari debit Saluran.
4. Agar Mengetahui Bangunan apa saja yang di gunakan
5. Untuk mengetahui Sebab terjadinya Kerusakan pada bendungan.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui


efisiensi pemberian air pada Daerah Irigasi (DI) Kota Yogyakarta.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk
bahan pertimbangan bagi pemerintah dan selain itu tambahan
pengetahuan bagi masyarakat dalam upaya pengelolaan jaringan
saluran air guna mendukung keberhasilan panen.

1.5 Batasan Masalah


2
Banyak hal yang harus diperhitungkan dalam menghitung dan
menganalisis efisiensi pemberian air saluran. Untuk itu perlu adanya
batasan masalah sehingga masalah yang dibahas tidak melebar dari
pokok permasalahan.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Daerah penelitian hanya dilakukan di saluran Bendungan Van der
Wijck mengikuti saluran Primer dan pembaginya
2. Pesiapan tidak di perhitungkan (Seperti Cuaca)
3. Untuk perhitungan kebutuhan air Salran debit air hanya di
ambil dari Saluran Sekunder saja
4. Efisiensi pengaliran hanya di saluran primer dan sekunder
Slokan Mataram.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Latar Belakang


Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi
lahan pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi
yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air
melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air,
maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke lahan pertanian.
Namun, irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan
menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per satu.
Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Pembangunan Selokan Van Der Wijk pada awalnya difungsikan sebagai
saluran irigasi untuk perkebunan tebu yang banyak terdapat di wilayah
Minggir, Moyudan hingga Sedayu. Pada masa tersebut di Yogyakarta
terjadi peningkatan industri gula. Selokan Van Der Wijk tidak hanya
berfungsi sebagai saluran irigasi perkebungan tebu saja melainkan sebagai
salah satu referensi penggunaan teknologi gravitasi bumi dalam merancang
pembuatan bangunan irigasi tersebut. Hulu dari Selokan Van Der Wijk ini
menjadi satu dengan Selokan Mataram, di bendungan Karangtalun yang
berada di Desa Bligo, Ngluwar, Magelang.

2.2. Cara pengukuran debit aliran sungai


Pertama dengan cara manual / tanpa alat

a. Mengukur kecepatan aliran air

 Gunakan pengambilan data dengan kecepatan rata rata diambil


dengan menggunakan jarak 10m
 Gunakan pelampung apa saja yg teruat dari plastik
 Kemudian ukurlah kecepatan aliran dengan menggunakan alat
Stopwatch dilakukan 3x
 Catat data yang didapat pada tabel pengukuran.

4
2.3. Alat dan Bahan

1. Stopwatch

Stopwatch digunakan untuk mengatur waktu pada saat pengukuran debit


aliran

2. Meteran

Meteran digunakan untuk mengukur jarak antara jarak 1 ke jarak 2

3. Payung

5
Untuk Melindungi dari panas Dan Hujan agar saat mencatat Data tidak
terganggu

4. Pensil

Digunakan untuk mencatat data yang diperoleh

5. Kertas

Digunakan untuk mencatat data yang diperoleh

6
6. Pelampung

Digunakan sebagai benda uji pengukuran debit sungai dengan metode float.

2.4. Penyebab Bangunan Rusak

Kerusakan terjadi pada lining di saluran sekunder, hal itu disebabkan oleh
faktor usia lining tersebut. Kerusakan lining irigasi tidak mengurangi debit
air yang akan di alirkan kepada ribuan hektare (ha) lahan sawah petani.
Pengaruhnya hanya memperlambat alirannya saja.

Kerusakan lining pada saluran sekunder van der wijck termasuk kerusakan
ringan. Karena retakan-retakan kecil dan ditumbuhi rumput saja.

Gambar2.1 Kerusan pada Lining

7
2.5. Jenis – Jenis Bangunan

2.4.1. Banguan Utama

Bangunan utama dimaksudkan sebagai penyadap dari suatu sumber air


untuk dialirkan ke seluruh daerah irigasi yang dilayani. Berdasarkan
sumber airnya,bangunan utama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
kategori, yaitu:
• Bendung

Gambar 2.2 Bendung


• Intake

Gambar 2.3 Intake

• Stasiun Pompa

8
Gambar 2.4 Stasiun Pompa
2.4.2. Bangunan Pembawa
Bangunan pembawa mempunyai fungsi membawa/mengalirkan air
darisurnbernya menuju petak irigasi. Bangunan pembawa meliputisaluran
primer,saluran sekunder, saluran tersier dan saluran kuarter. Termasuk
dalambangunan pembawa adalah talang, gorong-gorong, siphon, tedunan
dan got miring.
• Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran
primer adalah padabangunan bagi yang terakhir.
• Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran
sekunder tersebut. Batas akhir saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir.
• Saluaran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari
saluran sekunder tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah
bangunan boks tersier terakhir.
• Saluran kuarter membawa air dari bangunan yang menyadap boks
tersier menuju petak-petak sawah yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas saluran akhir saluran sekunder adalah bangunan boks
kuarter terakhir.
2.4.3. Bangunan Bagi Dan Sadap
Bangunan bagi merupakan bangunan yang terletak pada saluran
primer,sekunder dan tersier yang berfungsi untuk membagi air yang
dibawa olehsaluran yang bersangkutan. Khusus untuk saluran tersier dan

9
kuarter bangunanbagi ini masing-masing disebut boks tersier dan boks
kuarter. Bangunan Sadap berfungsi memberikan air dari saluran sekunder
atau primer ke petak-petak tersier.
Bangunan bagi pada saluran-saluran besar pada umumnya mempunyai 3
bagian utama, yaitu:
• Alat Pembendung, bermaksud untuk mengatur elevasi muka air sesuai
dengan tinggi pelayanan yang direncanakan.
• Perlengkapan Jalan Air Melintasi Tanggul, jalan atau bangunan lain
menuju saluran cabang. Konstruksinya dapat berupa saluran terbuka
ataupun gorong-gorong. Bangunan ini dilengkapi dengan pintu
pengatur agar debit yang masuk saluran dapat diatur.
• Bangunan Ukur Debit, yaitu suatu bangunan yang dimaksudkan untuk
mengukur besarnya debit yang mengalir.Bangunan ini dilengkapi
dengan pintu ukur yang bertujuan untuk mengukurpembagian air
dengan teliti, kesaluran-saluran yang dilayani. Salah satu daripintu
tersebut berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,sedangkan pintu-
pintu lainnya mengukur debit.

Gambar 2.4 a. Bangunan Ukur Debit


b. Alat Pembendung
c. Perlengkapan Jalan Air Melintasi
Tanggul
10
Gambar 2.5 Alat Ukur Debit
2.4.4. Bangunan Pengatur Dan Pengukur
Agar pemberian air irigasi sesuai dengan yang direncanakan, perlu
dilakukan pengaturan dan pengukuran aliran di bangunan sadap (awal
saluran primer), cabang saluran jaringan primer serta bangunan primer dan
sekunder. Bangunan pengatur muka air di maksudkan untuk dapat mengatur
muka air sampai batas-batas yang diperlukan untuk dapat memberikan debit
konstan dan sesuai dengan yang dibutuhkan.
2.4.5. Bangunan Pelengkap
Sebagaimana namanya, bangunan pelengkap berfungsi sebagai
pelengkapbangunan-bangunan irigasi yang telah disebutkan sebelumnya.
Bangunanpelengkap berfungsi untuk memperlancarpara petugas dalam
eksploitasi danpemeliharaan. Bangunan pelengkap dapat juga dimanfaatkan
untuk pelayananumum. Jenis-jenis bangunan pelengkap antara lain jalan
inspeksi, tanggul, jembatan penyeberangan, tangga mandi manusia, sarana
mandi hewan, sertabangunan lainnya.

11
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Lokasi
Pengamatan dilakukan pada hari Kamis , 20 Desember 2018 di hulu
selokan Van Der Wijck yang berada Di Blingo, Ngluwar, Magelang yang
berada di sebelah Barat daya dari Ibukota Kabupaten Sleman.
3.2. Metode Pengamatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
melalui pendekatan spasial dengan melakukan pengukuran langsung para
meter fisika-kimia di perairan. Pendekatan spasial dimaksudkan untuk
mempresentasikan danmemodelkan aspek-aspek wilayah dari suatu
fenomena.
3.3. Bagan Alir Pelaksanaan

Tiba di lokasi suvey

Pengamatan Pengukuran Pencatatan

vey
Mencatat
Mengamati daerah Mengukur
hasil
di sekitarnya. kecepatan aliran
pengukuran
Mengukur
Kedalam aliran

Mengukur Lebar
penampang

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Detail Kecepatan Aliran atau Debit, Luas penampang ,dan Bentuknya
A) kecepatan aliran 1
Panjang lajur uji coba : 10 meter
Waktu yang di tempuh : 00.07.83
Kecepatan : panjang lajur / waktu
: 10 / 07.83
: 1,2771 m/s
Kecepatan yang didapat pada bagian samping kiri didapat nilai sebesar
1,2771 m/s.
B) kecepatan aliran 2
Panjang lajur uji coba : 10 meter
Waktu yang ditempuh : 00.08.75 s
Kecepatan : panjang lajur / waktu
: 10 / 08.75
: 1,1428 m/s
Kecepatan yang didapat pada bagian tengah didapatkan nilai sebesar
1,1428 m /s.
C) kecepatan aliran 3
Panjang lajur uji coba : 10 meter
Waktu yang ditempuh : 00.08.61 s
Kecepatan : panjang lajur / waktu
: 10 / 08.61
: 1,1614 m/s
Kecepatan yang didapat pada bagian tengah didapatkan nilai sebesar
1,1614 m /s.
D) Luas penampang
Luas penampang saluran irigasi van der wijck adalah
B : 80 meter
H : 45 meter
13
A :BxH
: 80 x 45
: 3600 meter

4.2. Pembahasan
Dari hasil yang di peroleh membukikan kecepatan aliran sangat deras karena
pada saat survey kondisi di tempat tersebut hujan sehingga mambuat
alirannya begitu deras.

14
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
2.6. Kesimpulan
Dalam Hidrologi, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai
yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Dalam proses pengaliran
air ini, air mengalir mencari tempat yang lebih rendah akan terhalang batuan
atau vegetasi lainnya, kemudian air akan mencaritempat lain yang bisa untuk
dilalui.
Tujuan Survei ini adalah untuk mempelajari bagaimana proses atau bentuk
bangunan yang di kerjakan pada tugas, dari data debit aliran sungai yang
diperoleh dapat mengetahui kondisi hidrologis suatu daerah aliran sungai.
Pengukuran debit air menggunakan alat, stopwatch, meteran, payung, pensil,
kertas, pelampung.

2.7. Saran
Alangkah lebih baik bila survei tidak hanya pada satu tempat untuk
mendapatkan penggambaran tentang bagaimana proses pengairan dari
Bendung ke saluran pembaginya, perbedaan dari berbagai sumber dan
makalah tidak hanya dipelajari berupa teori tetapi juga dengan praktik
lapangan untuk mendapat wawasan lebih tentang pelaksanaannya baik cara
pengerjaan, perancangan dan perhitungan serta analisis untuk lebih dapat
memahami bagaimana keadaan sesungguhnya yang terjadi di lapangan.

15
Daftar pustaka

Arsoyo, B. 1977.Pengelolaan Air Irigasi. Dinas Pertanian Jawa Timur.


Ilyas.S, dkk, 1989.Petunjuk Teknis Pengelolaan Perairan Waduk bagi
Pembangunan Perikanan. Dirjen Perikanan, Jakarta.
Elfian permana010.wordpress.com/2013/03/14/laporan-debit-air-dengan-
metodepelampung/Diakses tanggal 2 juni 2012.
Sasotra.blogspot.com/2012/12/praktikum-tid-pengukuran-debit.html

16

Anda mungkin juga menyukai