Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

INGUINALISLATERALIS (HIL)

A. DEFINISI
Hernia inguinalis adalah hernia berisi abdomen yang menonjol di daerah
sela paha (regio inguinalis). (Haryono, 2012)
Hernia inguinalis lateralis adalah tonjolan dari abdomen di lateral
pembuluh epigastrika inferior melalui dua pintu yaitu anulus dan kanalis
inguinalis. (Sjamsuhidajat & Jong, 2010)
Hernia inguinalis indirek atau lateralis keluar dari peritonium melalui
celah anulus inguinalis internal yang terletak di lateral dari pembuluh epigastrika
inferior, kemudian hernia masuk ke kanalis inguinalis yang dapat menonjol keluar
dari anulus inguinalis eksternal (Haryono, 2012).
Berdasarkan pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa hernia inguinalis
lateralis adalah penonjolan isi abdomen yang abnormal melalui celah dinding
abdomen atau anulus inguinalis yang dikarenakan tekanan atau otot abdomen
yang lemah.

B. KLASIFIKASI HERNIA INGUINALIS


Menurut Suratun (2010. Hal 316) klasifikasi pada penderita hernia dapat di
bagi atas beberapa kategori hernia yaitu :
1. Hernia Inguinal dibagi menjadi :
a Hernia indirek atau lateral : hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis, dapat menjadi sangat
besar dan sering turun ke skrotum. Umumnya terjadi pada pria,. Benjolan
tersebut bisa mengecil, menghilang pada waktu tidur dan bila menangis,
mengejan, mengangkat benda berat atau berdiri dapat tumbuh kembali.
b Hernia diarek atau medialis : hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Lebih umum terjadi pada lansia. Hernia ini di sebut
direkta karena langsung menuju anulus inguinalis eksterna sehinga
meskipun arteri inguinalis internal ditekan bila klien berdiri ataupun
mengejan, tetap akan timbul bejolan,. Pada klien terlihat adanya massa
bundar pada arteri inguinalis eksterna yang mudah mengecil bila klien tidur.
Karena besarnya defek pada dindung posterior maka hernia ini jarang
menjadi irreponible.
c Hernia femoralis
Hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan lebih umum pada
wanita. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di kanalis femoral yang
membesar dan secara bertahap menarik peritoneum dan hamper tidak dapat
menghindari kandung kemih masuk kedalam kantong.
Hernia umbilical
Hernia umbilikal pada umumnya terjadi pada wanita karena peningkatan
tekanan abdominal, biasanya pada klien obesitas dan multipara.
d Hernia insisional
Hernia insisional terjadi pada insisi bedah sebelumnya yang telah sembuh
secara tidak adekuat, gangguan penyembuhan luka kemungkinan disebabkan
oleh infeksi, nutrisi tidak adekuat, distensi ekstrem atau obesitas. Usus atau
organ lain menonjol.
C. ETIOLOGI
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah :
1. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
2. Kelainan didapat, meliputi :
a Jaringan kelemahan
b Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal
c Trauma
d Kegemukan
e Melakukan pekerjaan berat
f Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar
D. PATOFISIOLOGI
tonjolan yang semakin besar, lama kelamaan tidak bisa masuk kembali
secara spontan maupun dengan berbaring tetapi membutuhkan dorongan dengan
jari yang disebut hernia reponable. Jika kondisi seperti ini dibiarkan saja maka
dapat terjadi perlengketan dan lama kelamaan perlengketan tersebut menyebabkan
tonjolan yang tidak dapat dimasukan kembali dan disebut hernia irreponable.
Untuk mencegah terjadinya komplikasi pada hernia maka dilakukan pembedahan.
Dari pembedahan tersebut terdapat luka insisi yang biasanya dapat menimbulkan
nyeri yang dapat membuat tidak nyaman sehingga mengurangi pergerakan dan
resiko infeksi. ( Liu & Campbell, 2011 ).
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada penderita hernia yaitu; Rasa tidak enak yang
ditimbulkan oleh hernia selalu menburuk di senja hari dan menbaik pada malam
hari, saat pasien berbaring bersandar dan hernia berkurang. Nyeri lipat paha tanpa
hernia yang dapat terlihat, biasanya tidak mengindikasikan atau menunjukkan
mula timbulnya hernia. Kebanyakan hernia berkembang secara diam – diam,
tetapi beberapa yang lain dicetuskan oleh peristiwa muscular tunggal yang
sepenuh tenaga. Secara khas, kantung hernia dengan isinya menbesar dan
mengirimkan impuls yang dapat teraba jika pasien mengedan atau batuk. Biasanya
pasien harus berdiri saat pemeriksaan, karena tidak mungkin meraba suatu hernia
lipat paha yang bereduksi pada saat pasien berbaring. Hidrokel bertransiluminasi,
tetapi hernia tidak, hernia yang tidak dapat dideteksi oleh pemeriksaan fisik, dapat
terlihat dengan ultrasonografi komputer. Strangulasi menimbulkan nyeri hebat
dalam hrnia yang diikuti dengan cepat oleh nyeri tekan, obstruksi interna, dan
tanda atau gejala sepsis. Reduksi dari hernia strangulasi adalah kontraindikasi jika
ada sepsis atau isi dari sakus yang mengalami gangrenosa (Seymour, S, 2000).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang pada penderita hernia dapat dilakukan dengan cara
berikut: Pemeriksaan darah lengkap : menunjukkan peningkatan sel darah putih,
serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi ( peningkatan hematokkrit ),
dan ketidakseimbangan elektrolit. Pemeriksaan koagulasi darah : mungkin
memanjang, mempengaruhi homeostatis intra operasi atau post oprasi.
Pemeriksaan urine; Munculnya sel darah merah atau bakteri yang
mengindikasikan infeksi. Elektro kardiografi (EKG) Penemuan akan sesuatu yang
tidak normal menberikan prioritas perhatian untuk menberikan anestesi. Sinar X
abdomen menunjukkan abnormal kadar gas dalam usus / obtruksi usus
(Suratun,2010).
G. PENATALAKSANAAN
Penatalakasanaan pada penderita hernia meliputi; Nilai hernia untuk :
keparahan gejala, resiko komplikasi ( tipe,ukuran leher hernia ), kemudahan untuk
perbaikan ( lokasi, ukuran ), kemungkinan berhasil ( ukuran, banyakya isi perut
kanan yang hilang). Nilai pasien untuk : kelayakan operasi, pengaruh hernia
terhadap gaya hidup ( pekerjaan dan hobi ). Perbaikan dengan bedah biasanya
ditawarkan pada pasien – pasien dengan: hernia dengan riseko komplikasi apapun
gejalanya. hernia dengan adanya gejala – gejala obstruksi sebelumnya. hernia
dengan risiko komplikasi yang rendah namun dengan gejala yang mengganggu
gaya hidup dan sebagainya (Pierce, 2007).
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita hernia ialah: Hematoma
(luka atau pada skrotum ), Retensi urin akut. Infeksi pada luka. Nyeri kronis.
Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofitestis. Rekurensi hernia
(Pierce,2007).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a Identitas
Nama, Umur ,Suku bangsa, Agama, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat. Tanggal
masuk Rs, Tanggal dikaji, Diagnosa, No. RM
b Penanggung jawab
Nama, Umur, Agama, Pendidikan, Hubungan dengan pasien, Dr. Penanggung
jawab
c Riwayat Kesehatan
1.Keluhan utama
2.Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan masa lalu
4.Penyakit (masa kanak-kanak, penyakit yang terjadi secara berulang-ulang,
operasi yang pernah dialami)
5.Alergi: Kebiasaan (merokok, minum kopi, dll) :
d Keadaan kesehatan keluarga
Orang tua, Saudara kandung, Anggota keluarga lain
Faktor resiko terhadap kesehatan (kanker hypertensi, DM, penyakit jantung, TBC,
Epilepsi, dll.
e Keadaan psikologi
Perilaku ,Pola emosional, Konsep diri, Penampilan intelektual, Pola pemecahan
masalah, Daya ingat
f Keadaan Sosial ekonomi
Status ekonomi, Kegiatan, rekreasi , Bahasa komunikasi , Hubungan dengan
keluarga, Kegiatan masyarakat
g Keadaan Spiritual
kepercayaan, keyakinan
h Pola Kehidupan sehari-hari
1. Makan dan Minum
a Makan : Frekwensi, Jenis makanan, Makanan yang disukai, Makanan yang
tidak disukai, Makanan pantangan, Tujuan/alasan pantangan, Gangguan
makanan, Cara mengatasi, Diet khusus
b Minum, jumlah intake, Jenis.
2. Pola elimenasi
a BAK : Frekwensi, Jumlah, Warna, Gangguan/keluhan, Cara mengatasi
b BAB : Frekwensi, Konsistensi, Gangguan/keluhan, Cara mengatasi
3. Istirahat dan tidur
a Lama tidur : malam, siang
b Gangguan Tidur
c Cara Mengatasi
d Kebiasaan tidur
4. Personal hygine
a Frekwensi Mandi tiap hari
b Cara mandi
c Frekwensi sikat gigi
d Frekwensi mencuci rambut tiap minggu
e Kebiasaan gunting kuku
5. Aktivitas
a Gangguan dalam pergerakan/berjalan
b Alasan/penyebab
c Cara mengatasi
6. Sexual
a Frekwensi
b Alasan/penyebab
c Cara mengatasi
i Pemeriksaan Fisik
a Keadaan Umum :
b Tanda-tanda vital : Tekanan Daqrah, Suhu, Nadi, Respirasi
c Sistem Pencernaan
Bentuk bibir, lesi mukosa mulut, kelengkapan gigi, muntah, kemampuan
menelan, mengunyah, bentuk peut, BU, distensi abdomen, dll
d Sistem Pernafasan
Kesimetrisan hidung, pernafasan cuping hidung, deformitas, bersin, warna
mukosa, perdarahan, nyeri sinus, bentuk dada, kesimetrisan, nyeri dada,
frekwensi pernafasan, jenis pernafasan, bunyi nafas, dll
e Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis/tidak, akral dingin/hangat, CRT, JVP, bunyi jantung,
tekanan darah, pembesaran jantung, Cyanosis, dll
f Sistem integument
Warna kulit, turgor kulit, temperatur, luka/lesi, kebersihannya, integritas,
perubahan warna, keringat, eritema, kuku, rambut (kebersihan, warna,
dll.)
g Sistem persyarafan
Tingkat kesadaran, kepala ukuran, kesimetrisan, benjolan, ketajaman mata,
pergerakan bola mata, kesimetrisan, reflek kornea, reflek pupil, nervus 1
s.d. 12, kaku kuduk, dll
h Sistem endokrin
Pertumbuhan dan perkembangan fisik, proporsi dan posisi tubuh, ukuran
kepala dan ekstremitas, pembesaran kelaenjar tyroid, tremor ekstremitas,
dll.
i Sistem musculoskeletal
Rentang gerak sendi, gaya berjalan, posisi berdiri, ROM, kekuatan otot,
deformitas, kekakuan pembesaran tulang, atrofi, dll.
j Sistem reproduksi
Laki-laki: penis skrotum, testis, Perempuan: pembengkakan benjolan,
nyeri, dll.
k Sistem perkemihan
Jumlah, warna, bau, frekwensi BAK, urgensi, dysuria, nyeri pinggang,
inkontinensia, retensi urine, dll.
j Pemeriksaan Penunjang
a Laboratorium
b Rontgen
k Therapi
2. DIAGNOSA KEPERWATAN
a Pre operasi
1. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera fisik, kompresi saraf, spasme
otot.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
3. Ansietas/Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi, perubahan status
kesehatan, peran fungsi, ketidakadekuatan metode koping.
b Post opersi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
2. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
3. RENCANA KEPERAWATAN
a POST OPERASI
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan
akibat tindakan operasi
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
 klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
 tanda-tanda vital normal
 pasien tampak tenang dan rileks
terapeutik untuk menghilangkan nyeri.
a) Kaji adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan.
 Membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar untuk
perbandingan dan evaluasi terhadap terapi
b) Pertahankan tirah baring.
 Tirah baring dalam posisi yang nyaman memungkinkan pasien untuk
menurunkan spasme otot, menurunkan penekanan pada bagian tubuh
tertentu dan memfasilitasi terjadinya reduksi
c) Batasi aktivitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan.
 Menurunkan gaya gravitasi dan gerak yang dapat menghilangkan
spasme otot dan menurunkan edema dan tekanan pada struktur sekitar
diskus intervertebralis yang terkena.
d) Instruksikan pada pasien untuk melakukan teknik relaksasi/visualisasi.
 Memfokuskan perhatian pasien, membantu menurunkan tegangan otot
dan meningkatkan proses penyembuhan.
e) Berikan obat sesuai dengan kebutuhan.
 Merelaksasikan otot dan menurunkan nyeri.
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil
 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 luka bersih tidak lembab dan kotor.
 Tanda-tanda vital normal
a) Rencanakan periode istirahat yang cukup
 mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul
dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secar optimal.
b) Berikan latihan aktivitas secara bertahap
 tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara
perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat,
mobilisasi dini.
c) Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan
 mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
d) Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien
 menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai
akibat dari latihan
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
 pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
 pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
 kualitas dan kuantitas tidur normal
a) Kaji tingkat ansietas pasien.
 Membantu dalam mengidentifikasi kekuatan dan keterampilan yang
mungkin membantu pasien mengatasi keadaannya sekarang dan atau
kemungkinan lain untuk memberikan bantuan yang sesuai.
b) Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur.
 Memungkinkan pasien untuk membuat keputusan yang didasarkan atas
pengetahuannya.
c) Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah yang
dihadapinya.
 Kebanyakan pasien mengalami masalah yang perlu untuk diungkapkan
dan diberi respons dengan informasi yang akurat untuk meningkatkan
koping terhadap situasi yang sedang dihadapinya saat ini.
d) Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk
sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya.
 Pasien mungkin secara tidak sadar memperoleh keuntungan seperti :
terlepas dari tanggung jawab, perhatian dan kontrol dari yang lain
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan diskontuinitas
jaringan akibat tindakan operasi.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria Hasil :
 klien mengungkapkan rasa nyeri berkurang
 tanda-tanda vital normal
 pasien tampak tenang dan rileks

INTERVENSI RASIONALISASI
pantau tanda-tanda vital, Mengenal dan memudahkan dalam
intensitas/skala nyeri melakukan tindakan keperawatan

Menganjurkan klien istrahat ditempat istirahat untuk mengurangi intesitas


tidur nyeri

Atur posisi pasien senyaman posisi yang tepat mengurangi


mungkin penekanan dan mencegah ketegangan otot
serta mengurangi nyeri.
Ajarkan tehnik relaksasi dan napas
dalam relaksasi mengurangi ketegangan dan
membuat perasaan lebih nyaman
Kolaborasi untuk pemberian anal
gesik analgetik bekerja pada reseptor
hypotalamus sehingga dapat
membloknosireseptor sehingga nyeri
berkurang dan pasien menjadi lebih nyaman
2. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan luka insisi bedah/operasi.
Tujuan : tidak ada infeksi
Kriteria hasil
 tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
 luka bersih tidak lembab dan kotor.
 Tanda-tanda vital normal

INTERVENSI RASIONALISASI
Pantau tanda-tanda vital. Jika ada peningkatan tanda-tanda vital
besar kemungkinan adanya gejala infeksi
Lakukan perawatan luka dengan karena tubuh berusaha intuk melawan
teknik aseptik. mikroorganisme asing yang masuk maka
terjadi peningkatan tanda vital.
Lakukan perawatan terhadap
prosedur inpasif seperti infus, kateter, perawatan luka dengan teknik aseptik
drainase luka, dll. mencegah risiko infeksi.

Jika ditemukan tanda infeksi untuk mengurangi risiko infeksi


kolaborasi untuk pemeriksaan darah, nosokomial.
seperti Hb dan leukosit.
penurunan Hb dan peningkatan jumlah
Kolaborasi untuk pemberian leukosit dari normal membuktikan adanya
antibiotik tanda-tanda infeksi.
antibiotik mencegah perkembangan
mikroorganisme patogen
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post operasi.
Tujuan : pasien dapat tidur dengan nyaman
Kriteria hasil :
 pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur.
 pasien tidak merasa lelah ketika bangun tidur
 kualitas dan kuantitas tidur normal
INTERVENSI RASIONALISASI
Berikan kesempatan untuk Karena aktivitas fisik dan mental yang
beristirahat / tidur sejenak, anjurkan lama mengakibatkan kelelahan yang dapat
latihan pada siang hari, turunkan aktivitas mengakibatkan kebingungan, aktivitas yang
mental / fisik pada sore hari. terprogram tanpa stimulasi berlebihan yang
meningkatkan waktu tidur.
Hindari penggunaan ”Pengikatan”
secara terus menerus Risiko gangguan sensori, meningkatkan
agitasi dan menghambat waktu istirahat.
Evaluasi tingkat stres / orientasi
sesuai perkembangan hari demi hari. Peningkatan kebingungan, disorientasi
dan tingkah laku yang tidak kooperatif
Lengkapi jadwal tidur dan ritoal (sindrom sundowner) dapat melanggar pola
secara teratur. Katakan pada pasien tidur yang mencapai tidur pulas.
bahwa saat ini adalah waktu untuk tidur.
Pengatan bahwa saatnya tidur dan
Berikan makanan kecil sore hari, mempertahankan kestabilan lingkungan.
susu hangat, mandi dan masase Catatan : Penundaan waktu tidur mungkin
punggung. diindikasikan untuk memungkin pasien
membuang kelebihan energi dan
Turunkan jumlah minum pada sore memfasilitas tidur.
hari. Lakukan berkemih sebelum tidur. Meningkatkan relaksasi dengan perasan
mengantuk
Putarkan musik yang lembut atau
”suara yang jernih” Menurunkan kebutuhan akan bangun
untuk pergi kekamar mandi/berkemih
Kolaborasi pemberian obat sesuai selama malam hari.
indikasi : Antidepresi, seperti amitriptilin
(Elavil); deksepin (Senequan) dan Menurunkan stimulasi sensori dengan
trasolon (Desyrel). menghambat suara-suara lain dari
lingkungan sekitar yang akan menghambat
Koral hidrat; oksazepam (Serax); tidur nyeyak.
triazolam (Halcion).
Mungkin efektif dalam menangani
Hindari penggunaan difenhidramin pseudodimensia atau depresi, meningkatkan
(Benadry1). kemampuan untuk tidur, tetapi anti
kolinergik dapat mencetuskan dan
memperburuk kognitif dalam efek samping
tertentu (seperti hipotensi ortostatik) yang
membatasi manfaat yang maksimal.

Gunakan dengan hemat, hipnotik dosis


rendah mungkin efektif dalam mengatasi
insomia atau sindrom sundowner.

Bila digunakan untuk tidur, obat ini


sekarang dikontraindikasikan karena obat
ini mempengaruhi produksi asetilkon yang
sudah dihambat dalam otak pasien dengan
DAT ini.
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh
perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses
penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang
sebelumnya disusun dalam rencana keperawatan
5. EVALUASI
Evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi
dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi
ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Liu, T., & Campbell, A. 2011. Case Files Ilmu Bedah. Jakarta: Karisma
Publishing Group.

Pierce, G, A. (2007) At a Glance Ilmu Bedah. Edisi ke Tiga. Jakarta : Erlangga

Seymour, S (2000) Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah, edisi ke enam. Jakarta:


EGC

Sjamsuhidajat & Jong. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Suratun (2010) Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Gastrointestinal.
Jakarta : CV Trans Info Media
PENYIMPANGAN KDM
LAPORAN PENDAHULUAN RESUME KEPERAWATAN HERNIA
(HIL) PADA Tn“B” DI RUANG POLI BEDAH DI RUMAH
SAKIT UMUM NENE MALLOMO KABUPATEN
SIDENRENG RAPPANG

NURKADRI YUSUF
201803026

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR IINSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS STIKES MUHAMMADIYAH


SIDRAP TAHUN 2018/2019
RESUME KEPERAWATAN HERNIA (HIL) PADA Tn“B” DI RUANG
POLI BEDAH DI RUMAHSAKIT UMUM NENE MALLOMO
KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG

NURKADRI YUSUF
201803026

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR IINSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS STIKES MUHAMMADIYAH


SIDRAP TAHUN 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai