Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MATA KULIAH EMBRIOLOGI DAN GENETIKA

ANALISIS KASUS ISUE ETIK (KLONING PADA MANUSIA)

Disusun Oleh:
Miftahul Jannah
1810104386

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
ANALISIS KASUS KLONING PADA MANUSIA

Kloning yaitu proses untuk menghasilkan individu yang sama identik


dengan induknya secara genetik. Tujuan dari proses kloning adalah untuk
menciptakan suatu organisme baru dari suatu populasi sama sehingga menghasilkan
organisme baru yang sama indentik.
Kloning pertama di uji coba untuk tumbuhan dan hewan. Tumbuhan pertama
yang dicoba yaitu tanaman wortel dimana hasil kloningnya didapatkan sel-sel
terdiferensiasi yang diambil dari akar wortel dan diingkubasi dalam medium kultur
menjadi tumbuhan wortel dewasa normal yang identik secara genetis dengan
induknya. Kloning pada hewan dilakukan pada katak yaitu untuk melihat apakah sel
diferensiasi tersebut dapat menjadi hewan yang utuh?. Para ilmuan menggunakan
pendekatakan dimana membuang nukleus (inti sel) yang sudah maupun yang belum
terfertilisasi dan menggantinya dengan sel yang telah terdiferensiasi, eksperimen
tersebut berhasil. Ilmuan juga mencoba mengkloning pada hewan mamalia apakah
teknik tersbut juga dapat dilakukan pada mamalia?. Mereka menggunakan domba
sebagai induk kloning dengan cara yang sama dengan kloning katak yaitu mengganti
inti sel telur dengan sel yang terdiferensiasi kemudian didapatkan hasil domba dolly,
analisis yang dilakukan para ilmuan didapatkan hasil DNA kromosom dolly memang
identik dengan induknya yang mendonornya nukleus (inti sel). Tidak betahan lama,
usia dolly hanya mencapai 6 tahun dimana pada usia tersebut dolly mengalami
penyakit radang paru-paru dimana penyakit ini seharusnya dialami oleh domba
dewasa. Dari sini dapat dilihat bahwa sel-sel kloning tidak sesehat sel domba normal.
Banyak hewan hasil kloning menunjukan kecacatan, para ilmuan menyimpulkan
hewan kloning yang tampak normal sekali pun kemungkinan memiliki kecacatan
yang samar.
Kloning pada manusia menjadi pro-kontra di kalangan masyarakat. Nagi
pihak yang tidak setuju dengan adanya kloning manusia beranggapan bahwa
ditakutkan akan muncul pabrik manusia sehingga merendahkan harkat martabat
manusia. Sedangkan piha yang setuju dengan kloning pada manusia beranggapan
bahwa ini menjadi kesempatakan untuk hidup kembali dengan orang yang dicintai,
tak peduli walaupun lintas generasi. Di negara maju kloning pada manusia tidak
diperbolehkan dengan tujuan reproduksi manusia melainkan bertujuan untuk
mengganti atau mengembalikan bagian tubuh yang rusak atau hancur akibat
kecelakaan ataupun penyakit. Di negara indonesi apabila hendak melakukan kloning
pada manusia harus mempertimbangan dari segala aspek.
Kloning dalam pandangan islam di haramkan karena melanggar aturan-
aturan atau tetapan yang sudah terdapat pada al-qur’an, bahwasannya manusia
dicipkan saling berpasang pasangan dan terbuat dari air mani di semprotkan. Dan
anak hasil dari kloning tidak memiliki ayah atau pun ibu karena pembentukan
diambil dari sel telur wanita kemudian inti sel digantikan dengan sel yang
terdiferensiasi lalu diletakan ke rahim wanita yang belum tentu sel telur tersebut
miliknya, wanita yang hanya sebagai mediator tidak lah bisa menjadi ibu. Kloning
yang diperbolehkan apabila mengkloning bagian tubuh yang rusak atau sudah tidak
dapat berfungsi kembali dan ingin mengembalikan fungsiny seperti semula. Jika
kloning tetap dilakukan maka hukum nasab menjadi hilang serta perwalian diantara
mereka, serta tidak mentaati sunnah rosul yang mana setiap manusia mengharuskan
menikah dan mempunyai keturunan dari berhubungan seksual, tidak bisa menikmati
hubungan seksual, dan lebih cenderung melakukan onani yang mana dilarang dalam
agama. Jika kloning tersebut diperuntukan untuk tumbuhan maupun hewan maka
diperbolehkan dan islam mendukung, tetapi jika kloning diperuntukan untuk
manusia maka harus mempertimbangkan dari segi baik dan buruknya kloning
tersebut jika di terapkan.

Sumber :
Evi Suryanti. 2019. Etika Terhadap Kloning Manusia. Ilmiah Multi Science. Vol. (11)
No (1). Pp 10-19. Diakses pada http://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/ALSH/
tanggal 10 maret 2019.

Masrudi Muchtar. 2014. Kloning Manusia Dalam Perspektif Etika Keilmuan Dan
Pengaturan Hukumnya Di Indonesia. Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan. Vol (2) No (2). Pp 103-110. Diakses pada
http://journal.um.ac.id/index.php/jppk Tanggal 10 Maret 2019.

Umi Hani. 2016. Fenomena Anak Hasil Kloning Dalam Tinjauan Hukum Islam Dan
Fiqih Kontemporer. Al-Ulum Ilmu Sosial Dan Humaniora. Vol (1) No (2). Pp 88-
98. Diakses pada http://journal.stkipnurulhuda.ac.id/index.php/ tanggal 10 Maret
2019

Anda mungkin juga menyukai