Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH CASE V

“VERUKA VULGARIS”

Tutorial B3

Anggota :

Velinda MC Matondang 1510211019

Muhammad Aulia Ludyanto 1510211021

Muhammad Hafizh Zharfan Lubis 1510211030

Toni Kusumawardana 1510211041

Aisyah Muthia Rasyida 1510211070

Tika Hamidah Apriliana Nai 1510211092

Shabrina Siti Mazaya 1510211099

Immaculata Agata Bornok Rettauli 1510211120

Siti Rafidah Yunus 1510211125

Gita Putri Benavita 1510211133

Tutor : Nasihin, S.Si, M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA

TAHUN 2015/2016
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Nasihin, S.Si, M.Biomed, selaku tutor dalam tutorial kami, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama tutorial
berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita
dalam tutorial dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.

Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan, namun mudah-
mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara.

2
DAFTAR ISI

KASUS 4
Halaman 1 4
Halaman 2 5
Halaman 3 6
Halaman 4 7

OVERVIEW KASUS 8

PATOFISIOLOGI 9

BASIC SCIENCE 10

A. DERMATOLOGI 10
B. VIROLOGI 13

CLINICAL SCIENCE 15
VERUKA 15

TATA LAKSANA VERUKA VULGARIS 18


A. MEDIKAMENTOSA 18
B. NON MEDIKAMENTOSA 19

DIAGNOSIS BANDING 20
A. MOLUSKUM KONTAGIOSUM 20
B. KERATOSIS SEBOROIK 22
C. NEVUS PIGMENTOSUS 25

REFERENSI 27

3
KASUS

Halaman 1

4
Halaman 2

5
Halaman 3

6
Halaman 4

7
OVERVIEW KASUS

8
PATOFISIOLOGI

9
BASIC SCIENCE

A. DERMATOLOGI
1. Lesi Morfologi

1.1 Lesi Menonjol

a) Papul : Solid , lesi menonjol < 0.5 cm. Contoh : Lichen Planus.

b) Plaque : permukaannya luas, lebih tinggi dari kulit normal disekitarnya, ukurannya
>5cm. Contoh : Psoriasis.

c) Nodul : massa solid berbentuk bulat atau elips yang luasnya > 0.5 cm dan teraba.

d) Kista : rongga berkapsul dengan jaringan epitel yang mengandung cairan atau
material semisolid. Keras, bentuknya bulat atau berfluktuasi. Contoh : Kista
hidradenoma.

e) Wheal : pembengkakan dari kulit yang akan menghilang dalam beberapa jam.

f) Skar : Ploriferasi jaringan fibrosa yang menggantikan serat kolagen setelah adanya
luka. Contoh : Keloid.

g) Komedo : folikel rambut di fundibulum yang tersumbat dan diisi oleh keratin dan
lipid. Contoh : jerawat

h) Tanduk : sebuah massa kerucut dari sel-sel keratin yang tingginya melebihi
permukaan epidermis di sekitarnya.

i) Kalsinosis : penumpukan kalsium di dermis atau subkutan.

1.2 Lesi Mendalam

a) Erosi : lesi mendalam yang diakibatkan dari kehilangan beberapa lapisan di


epidermis atau epitel mukosa.

b) Ulkus : defek epidermis dan bagian teratas dermis telah hilang juga. Contoh :
Pyoderma gangrenosum.

c) Atrofi : berukurangnya jumlah sel di epidermis akibat adanya penipisan lapisan


epidermis.
10
d) Poikiloderma : kombinasi dari atrofi dan berbagai macam perubahan pigmen.

e) Sinus : sebuah sinus adalah sebuah saluran yang menghubungkan rongga lendir
yang dalam dengan yang lainnya atau ke permukaan kulit.

f) Striae : lesi mendalam yang berbentuk linear

g) Burrow ( liang ) : lesi yang berbentuk seperti sebuah saluran ( terowongan ).

h) Sklerosis : penyakit yang diakibatkan oleh pengerasan atau penebalan pembuluh


nadi.

1.3 Lesi Datar dan Makula

a) Makula : warnanya berbeda dengan warna kulit di sekitarnya.

b) Patch : sama dengan makula, hanya saja ukurannya > 0.5cm.

c) Eritema : perubahan warna kulit menjadi kemerahan karena adanya vasodilatasi


pembuluh darah.

d) Eritoderma : suatu kondisi kulit yang mempengaruhi seluruh tubuh atau hamper
seluruh tubuh, yang memerahkan sekujur badan.

1.4 Perubahan Permukaan

a) Deskuamasi : proses pengelupasan atau terkelupasnya kulit dari tubuh. Contoh :


Psoriasis

b) Krusta : cairan tubuh yang mongering di atas kulit.

c) Ekskoriasi : kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai


dengan stratum papilare.

d) Fisura : retakan tipis dalam epidermis atau epitel, dan disebabkan oleh kekeringan
yang berlebihan.

e) Likenifikasi : penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.

f) Keratoderma : penebalan lapisan keratin yang tidak normal.

g) Eskar : borok atau kulit kering akibat kematian kulit.

11
1.5 Lesi Berisi Cairan

a) Vesikel dan Bulla : gelembung berisi cairan serum ( jernih ) yang mempunyai
dasar dan atap.

b) Pustul : vesikel yang berisi nanah.

c) Furunkel : radang kulit seperti bisul dimulai yang ditandai dengan folikulitis yang
kemudian menjalar ke jaringan bawah sekitar dengan membentuk suatu abses.

d) Abses : kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti didalam kutis
atau subkutis.

2. Bentuk atau Konfigurasi Lesi Kulit

a) Annular: bentuknya seperti cincin.

b) Numular / dikoid / bulat : bentuknya seperti koin.

c) Polisiklik : bentuk pinggiran sambung menyambung.

d) Linear : seperti garis lurus.

e) Serpiginosa : proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan pada
bagian yang ditinggalkan.

f) Korimbiformis : susunan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya.

g) Isiformis : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna yang lebih gelap
di tengahnya.

12
B. VIROLOGI
1. Definisi

Virus adalah mikroorganisme terkecil yang hanya dapat hidup dalam host yang
hidup. Virus berkembang biak dengan cara bereplikasi secara intrasel pada sel
host, lalu melisiskan sel host tersebut. Virus termasuk dalam jenis parasit obligat.

2. Struktur Virus

3. Simetri Kapsid Virus

a) Ikosahedral : polyhedral regular dengan 20 wajah segitiga sama sisi identik.

b) Heliks : protein kapsid terikat langsung dengan genom virus. Virus ini
memiliki pusat berongga yang membuatnya terlihat seperti tabung hampa.

c) Bakteriophage : terdiri dari kepala dan ekor.

4. Klasifikasi Virus

a) Virus RNA : Togaviridae, picornaviridae, flaviviridae, dan Rhabdoviridae

b) Virus DNA : Adenoviridae, Herpesviridae, Hepadnaviridae, dan


Papovaviridae.

c) Virus dermatotropik :

o Penularan terjadi melalui cara kontak atau cara lain


o Replikasi virus terjadi diberbagai tempat tetapi manifestasi klinik utama
terjadi di jaringan mukokutan
o Termasuk kelompok ini ialah : herpes virus, papovavirus, adenovirus, dan
poxvirus.

13
5. Replikasi Virus

14
CLINICAL SCIENCE

VERUKA

1. Definisi
Pertumbuhan kulit jinak yang berukuran kecil yang disebabkan oleh human
papilloma virus.

2. Epidemiologi
- Tersebarnya kosmopolit
- Sering ditemukan pada anak dan remaja meskipun terjadi pada semua usia
- Penularan biasanya lewat kontak langsung antar individu atau autoinokulasi

3. Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam papovavirus/ papilomavirus di stratum
korneum, virus DNA dengan karateristik replikasi intranuklear.

4. Gejala Klinis
a. Veruka vulgaris  adalah tipe kutil tersering
- Etiologi : Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub
tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe
HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57, dan 63.
- Lokalisasi : paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki serta telapak
tangan dan kaki, tetapi dapat pula tumbuh dimana saja pada epidermis dan
mukosa
- Ciri : Nodul berbentuk kubah warna abu/coklat sewarna dengan kulit dengan
permukaan kasar, papul atau nodul dengan batas tegas, berskuama, berukuran
0.1 hingga 1.0 cm, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk
plakat, serta dapat tunggal ataupun berkelompok.
- Epidemiologi : Terjadi pada usia 5-20 tahun, hanya 15% yang terdapat pada
usia diatas 35 tahun yang terkena veruka ini, bisa terjadi pada seluruh ras, serta
tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
- Histopatologi : Epidermal akantosis dengan papilomatosis, hyperkeratosis,
dan parakeratosis, serta terdapat pemanjangan rete ridge pada bagian tengah
veruka.

15
- Diagnosis : Pemeriksaan diagnosis veruka berupa gambaran klinis dan
anamnesis. Biasanya lesi yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan
histopatologi. Jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan
pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah
nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam yang merupakan
gambaran dari trombosis kapiler.

b. Veruka plana
- Lokalisasi : terutama pada kepala, pipi, hidung, leher, dan punggung tangan.
- Ciri: tampak sebagai papula atau plakat diskret kecoklatan yang sedikit
meninggi, permukaan licin dan rata, warna sama seperti kulit atau agak
kecoklatan, berbatas tegas, multiple, dan umumnya lebih kecil dari veruka
vulgaris.

16
c. Veruka filiformis / digitata
- Lokalisasi : wajah (kelopak mata, hidung) dan leher
- Ciri : Berupa penonjolan lunak, tipis seperti benang/ bertangkai

d. Veruka plantaris
- Lokalisasi : Terdapat di telapak kaki dan telapak tangan, terutama di daerah
yang mengalami tekanan
- Ciri : bentuk berupa cincin yang keras dengan bagian tengah agak lunak,
bewarna kekuningan, permukaan licin, menimbulkan rasa nyeri ketika berjalan
(telapak kaki), soliter atau multipel, serta tidak tampak garis kulit.

e. Veruka akuminatum (kondiloma akuminata)


- Lokalisasi : penis, genitalia perempuan (vulva), uretra, daerah perianus, dan
rektum.
- Ciri kutil : Tampak sebagai massa lunak, bertangkai, kecoklatan, serta
permukaan tidak rata/ berjonjot mirip kembang kol.

17
5. Morfologi
Gambaran histologist umum pada veruka adalah hiperplasia epidermis yang
sering bergelombang (disebut hiperplasia epidermis verukosa atau papilomatosa) dan
vakuolisasi sitoplasma (koilositosis) menimbulkan kepucatan di sekitar nukleus yang
terinfeksi. Sel yang terinfeksi mungkin juga memperlihatkan granula keratohialin yang
mencolok dan memadat.

TATA LAKSANA VERUKA VULGARIS

A. Medikamentosa
1. Topikal :

a) Asam salisilat : mempunyai efek keratolitik, yaitu membantu mengurangi


ketebalan veruka dan menstimulasi respon inflamasi. Cara pemakaian: dioleskan 2
tetes, 2x sehari dan hanya dioleskan pada kulit yang terkena veruka vulgaris saja.

b) Asam laktat : mempunyai efek kaustik. Cara pemakaian : dioleskan 1 tetes, 2x


sehari dan hanya pada kulit yang terkena veruka vulgaris saja.

c) Bahan kaustik lain, seperti larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 25%, dan
fenol likuifaktum.

2. Bedah :

a) Bedah beku (Cryosurgery)

Yaitu usaha penyembuhan penyakit dengan cara bedah menggunakan kriogen


(CO2,N2,N2O) sehingga bagian padat yang sakit didinginkan sampai suhu dibawah 0
derajat celcius, yang menghasilkan nekrosis jaringan. Pengobatan dengan cara ini
dapat menimbulkan rasa nyeri.

18
b) Bedah listrik

Adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan perantaraan panas yang
ditimbulkan arus listrik bolak-balik berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk
menghasilkan destruksi jaringan selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup
estetis dan aman.

c) Bedah laser

Merupakan tindakan pembedahan menggunakan energi laser.

d) Bedah skapel

Yaitu suatu tindakan pembedahan menggunakan pisau bedah.

B. Non medikamentosa

1. Edukasi mengenai penyakit yang diderita oleh pasien.

2. Edukasi cara penularan veruka vulgaris.

3. Tidak diperbolehkan melakukan tindakan-tindakan yang akan menyebabkan


timbulnya lesi pada area yang terdapat veruka vulgaris.

4. Bila pasien anak-anak, ingatkan selalu untuk rajin mencuci tangan dan kulit secara
teratur dan benar.

5. Bila terdapat luka kecil, bersihkan dengan sabun dan air hangat serta langsung
dikeringkan.

6. Kenakan selalu alas kaki, bila perlu alas kaki yang tahan air atau anti selip terutama
saat menggunakan fasilitas umum.

19
DIAGNOSIS BANDING

A. MOLUSKUM KONTAGIOSUM
1. Definisi

Moluskum kontangiosum adalah penyakit yang disebabkan oleh virus poks.

2. Epidemiologi

a) Terutama menyerang anak-anak

b) Kadang-kadang menyerang orang dewasa. Penyakit ini digolongkan dalam


Penyakit Infeksi Menular Seksual

c) Transmisinya lewat kontak kulit langsung, autoinokulasi, atau melalui benda yang
terkontaminasi, misalnya handuk, pakaian, kolam renang, dan mainan

3. Etiologi

Disebabkan oleh suatu virus dari golongan poxvirus. Dalam taksonomi, virus ini
termasuk dalam ordo Poxviridae, famili Chordopoxvirinae, genus Molluscipox virus,
spesies Molluscum contagiosum virus (MOCV). Virus ini termasuk golongan double
strained DNA.

4. Gejala dan Gambaran Klinis

a) Masa inkubasi berlangsung antara 1 sampai lebih dari 1 minggu.

b) Lokasinya di daerah muka, badan, & ekstremitas jika pada anak-anak, sedangkan
pada orang dewasa, lokasinya pada pubis dan genitalia eksterna.

c) Kadang-kadang timbul infeksi sekunder sehingga timbul supurasi akibat garukan.

d) Kelainan berupa papul miliar, lentikular, putih seperti lilin, dan berbentuk kubah.

e) Ditengahnya akan terdapat lekukan (delle).

f) Jika ditekan akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti butir nasi.
20
g) Sebagian papul berukuran 1 - 5 mm hingga 10`- 15 mm, atau yang disebut dengan
“giant molluscum”.

h) Pada pasien imunokompremais, lesi cepat tumbuh, berjumlah ratusan, dan


tersebar.

5. Histopatologi

a) Virus dapat dideteksi dengan pemeriksaan PCR. Pada pemeriksaan histopatologik


didaerah epidermis, ditemukan badan moluskum ( intracytoplasmic inclusion body
) yang mengandung partikel virus. Badan inklusi tersebut dinamakan Henderson-
Paterson Bodies.

b) Dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan pulasan gram atau giemsa.

6. Pengobatan
6.1 Non medikasi

a) Mengeluarkan massa yang mengandung badan moluskum dengan alat:

- ekstraktor komedo
- jarum suntik
- kuret

21
b) Cara lain dapat dapat digunakan:

- Elektrokauterisasi
- bedah beku CO2 dan N2

c) Tambahan, pada orang dewasa harus juga dilakukan terapi terhadap


pasangannya agar keduanya sembuh dan tidak saling menularkan lagi.

6.2 Medikasi

a) Pada anak dapat diberikan kantradin 0,7-09%


- Setelah itu dengan asetaminofen untuk rasa nyeri
- Setelah pecah diolesi krim/salep yang mengandung natrium fusidat atau
mupirosin

b) Golongan keratolitik topikal yang dapat diberikan yaitu tretinon, bichlorocetic


acid atau trichlorotic acid, dan asam salisilat.

c) Pada penderita HIV/AIDS dianjurkan terapi antivirus peroral, seperti


cidofovir.

B. KERATOSIS SEBOROIK

1. Definisi

Keratosis seboroik merupakan tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua,
berupa tumor kecil atau makula hitam yang menonjol di atas permukaan kulit.

2. Etiologi

Penyebab dari keratosis seboroik ini tidak diketahui. Diduga ada hubungan dengan
genetik. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya hubungan
dengan terjadinya keratosis seboroik ini.

3. Epidemiologi
a) Umur : keratosis seboroik sering terjadi pada orang tua.
b) Jenis kelamin : frekuensi terjadinya keratosis seboroik antara laki-laki dan
perempuan sama.

22
4. Faktor Predisposisi
a) Bangsa : ras negro lebih sering terkena keratosis seboroik.
b) Infeksi : infeksi kronik dapat mempercepat timbulnya penyakit.
c) Sinar : sinar matahari berpengaruh dalam menimbulkan penyakit ini.
d) Keturunan : ada kecenderungan diturunkan secara autosomal dominan.
5. Gejala Klinis

a) Penderita mengeluh gatal

b) Awalnya timbul bercak berwarna coklat kehitaman yang makin lama makin membesar
menjadi papul dengan permukaan verukosa

c) Konsistensi agak lunak dengan sumbat keratosis

d) Kadang bertangkai menyerupai fibroma

e) Papula dan plak berbentuk lonjong, ukuran milier sampai lentikular dengan
permukaan kasar

f) Lokasi : dada, punggung, perut, wajah dan leher, serta distribusinya simetris bilateral.

23
6. Patofisiologi

Perubahan yang utama dari keratosis seboroik adalah akumulasi keratinosit normal
diantara lapisan basal dan lapisan permukaan epidermis yang mengalami keratinisasi.
Hal ini akan memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya mensekresi melanocyte-
stimulating cytokines. Melanosit akan berploriferasi diantara keratinosit-keratinosit
yang imatur ini dan mentransfer melanin padanya.

7. Histopatologi

Epidermis mengalami hiperkeratosis, akantosis, dan papilamatosis. Pada dermis


juga ditermukan sebukan sel radang kronik.

Keterangan :

(1) Domed superficial aspect


(2) Melanin within tumour keratinocytes
(3) Sharply demarcated epidermal thickening
(4) "Cysts" containing keratin

8. Tata Laksana

a) Bedah listrik

b) Bedah beku N2O

c) Bedah kimia dengan triklorasetat 50%

24
C. NEVUS PIGMENTOSUS
1. Definisi

Nevus pigmentosus adalah tumor jinak yang terdiri dari melanosit, sel-sel
penghasil pigmen yang berkoloni di epidermis.

2. Epidemiologi

a) Lebih sering pada pasien kulit putih dibandingkan kulit hitam

b) Perbandingan antara laki-laki dan perempuan sama

c) Dapat terjadi pada semua umur

3. Etiologi

a) Penyebabnya belum diketahui secara pasti

b) Faktor genetik kemungkinan terjadi pada banyak orang

c) Paparan sinar matahari pada masa kanak-kanak dan paparan sinar ultraviolet

d) Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel-sel ini membentuk sarang-sarang
kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada zona taut dermo-epidermal. Sel-sel
ini membelah dan masuk dermis dan membentuk sarang-sarang pada dermis

4. Manifestasi klinik

a) Dapat terjadi di semua bagian kulit tubuh

b) Lesi dapat datar, papuler, atau papilomatosa

c) Biasanya berukuran 2-4 mm, namun dapat bervariasi dari sebesar peniti sampai
sebesar telapak tangan

d) Pigmentasi bervariasi, dari sama dengan warna kulit sampai coklat kehitaman

5. Histopatologik

Secara histopatologi dapat dibedakan menjadi:

a. Nevus junctional : sel-sel nevus terletak pada lapisan sel basal epidermis. Lesi
datar, berwarna coklat sampai kehitaman, permukaan halus dan tidak berambut,
diameter dari 1 mm – 1 cm.

25
b. Nevus compound : sel-sel nevus pada lapisan basal epidermis, zona taut dermo-
epidermal, dan dermis. Lesi yang sedikit menonjol atau papilomatosa, berwarna
kecoklatan kadang-kadang berambut.

c. Nevus intradermal : sarang-sarang sel nevus hanya tampak pada dermis. Lesi
berbentuk kubah atau bertangkai. Biasanya ditumbuhi rambut kasar, berwarna
coklat kehitaman.

6. Tatalaksana

a) Kebanyakan tidak membutuhkan terapi khusus

b) Bedah eksisi

c) Bila ada kecurigaan dapat dilakukan bedah eksisi dengan pemeriksaan


histopatologi

26
REFERENSI

Arturo Saavedra, Klaus Wolff, Richard Johnson. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. McGraw Hill Education / Medial; 2013.

Prof. Dr. RS Siregar, Sp.KK. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3.
Jakarta : EGC; 2015.

Sri Linuwih SW Menaldi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta : FKUI;
2015.

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi.
Jakarta : Binarupa Aksara; 2010.

Washington C. Winn, Elmer W. Koneman. Koneman’s Colour Atlas and Textbook of


Diagnostic Microbiology. USA : Lippincott Williams & Wilkins; 2006.

http://dokterahimsa.blogspot.co.id/2012/01/kulit-dan-kelamin-moluskum-kontagiosum.html

27

Anda mungkin juga menyukai