“VERUKA VULGARIS”
Tutorial B3
Anggota :
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN 2015/2016
1
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Nasihin, S.Si, M.Biomed, selaku tutor dalam tutorial kami, yang telah
memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama tutorial
berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang bahasan kita
dalam tutorial dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.
Kami sadar makalah ini masih jauh dari sebuah kata kesempurnaan, namun mudah-
mudahan kita semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Kami
mengucapkan terima kasih atas perhatian saudara.
2
DAFTAR ISI
KASUS 4
Halaman 1 4
Halaman 2 5
Halaman 3 6
Halaman 4 7
OVERVIEW KASUS 8
PATOFISIOLOGI 9
BASIC SCIENCE 10
A. DERMATOLOGI 10
B. VIROLOGI 13
CLINICAL SCIENCE 15
VERUKA 15
DIAGNOSIS BANDING 20
A. MOLUSKUM KONTAGIOSUM 20
B. KERATOSIS SEBOROIK 22
C. NEVUS PIGMENTOSUS 25
REFERENSI 27
3
KASUS
Halaman 1
4
Halaman 2
5
Halaman 3
6
Halaman 4
7
OVERVIEW KASUS
8
PATOFISIOLOGI
9
BASIC SCIENCE
A. DERMATOLOGI
1. Lesi Morfologi
a) Papul : Solid , lesi menonjol < 0.5 cm. Contoh : Lichen Planus.
b) Plaque : permukaannya luas, lebih tinggi dari kulit normal disekitarnya, ukurannya
>5cm. Contoh : Psoriasis.
c) Nodul : massa solid berbentuk bulat atau elips yang luasnya > 0.5 cm dan teraba.
d) Kista : rongga berkapsul dengan jaringan epitel yang mengandung cairan atau
material semisolid. Keras, bentuknya bulat atau berfluktuasi. Contoh : Kista
hidradenoma.
e) Wheal : pembengkakan dari kulit yang akan menghilang dalam beberapa jam.
f) Skar : Ploriferasi jaringan fibrosa yang menggantikan serat kolagen setelah adanya
luka. Contoh : Keloid.
g) Komedo : folikel rambut di fundibulum yang tersumbat dan diisi oleh keratin dan
lipid. Contoh : jerawat
h) Tanduk : sebuah massa kerucut dari sel-sel keratin yang tingginya melebihi
permukaan epidermis di sekitarnya.
b) Ulkus : defek epidermis dan bagian teratas dermis telah hilang juga. Contoh :
Pyoderma gangrenosum.
e) Sinus : sebuah sinus adalah sebuah saluran yang menghubungkan rongga lendir
yang dalam dengan yang lainnya atau ke permukaan kulit.
d) Eritoderma : suatu kondisi kulit yang mempengaruhi seluruh tubuh atau hamper
seluruh tubuh, yang memerahkan sekujur badan.
d) Fisura : retakan tipis dalam epidermis atau epitel, dan disebabkan oleh kekeringan
yang berlebihan.
11
1.5 Lesi Berisi Cairan
a) Vesikel dan Bulla : gelembung berisi cairan serum ( jernih ) yang mempunyai
dasar dan atap.
c) Furunkel : radang kulit seperti bisul dimulai yang ditandai dengan folikulitis yang
kemudian menjalar ke jaringan bawah sekitar dengan membentuk suatu abses.
d) Abses : kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti didalam kutis
atau subkutis.
e) Serpiginosa : proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan pada
bagian yang ditinggalkan.
g) Isiformis : eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel warna yang lebih gelap
di tengahnya.
12
B. VIROLOGI
1. Definisi
Virus adalah mikroorganisme terkecil yang hanya dapat hidup dalam host yang
hidup. Virus berkembang biak dengan cara bereplikasi secara intrasel pada sel
host, lalu melisiskan sel host tersebut. Virus termasuk dalam jenis parasit obligat.
2. Struktur Virus
b) Heliks : protein kapsid terikat langsung dengan genom virus. Virus ini
memiliki pusat berongga yang membuatnya terlihat seperti tabung hampa.
4. Klasifikasi Virus
c) Virus dermatotropik :
13
5. Replikasi Virus
14
CLINICAL SCIENCE
VERUKA
1. Definisi
Pertumbuhan kulit jinak yang berukuran kecil yang disebabkan oleh human
papilloma virus.
2. Epidemiologi
- Tersebarnya kosmopolit
- Sering ditemukan pada anak dan remaja meskipun terjadi pada semua usia
- Penularan biasanya lewat kontak langsung antar individu atau autoinokulasi
3. Etiologi
Virus penyebabnya tergolong dalam papovavirus/ papilomavirus di stratum
korneum, virus DNA dengan karateristik replikasi intranuklear.
4. Gejala Klinis
a. Veruka vulgaris adalah tipe kutil tersering
- Etiologi : Veruka vulgaris disebabkan oleh infeksi HPV pada epidermis. Sub
tipe HPV yang telah diketahui menyebabkan veruka vulgaris adalah sub tipe
HPV 1, 2, 4, 7, 27, 29, 57, dan 63.
- Lokalisasi : paling sering di tangan, jari-jari tangan dan kaki serta telapak
tangan dan kaki, tetapi dapat pula tumbuh dimana saja pada epidermis dan
mukosa
- Ciri : Nodul berbentuk kubah warna abu/coklat sewarna dengan kulit dengan
permukaan kasar, papul atau nodul dengan batas tegas, berskuama, berukuran
0.1 hingga 1.0 cm, besarnya lentikular atau kalau berkonfluensi berbentuk
plakat, serta dapat tunggal ataupun berkelompok.
- Epidemiologi : Terjadi pada usia 5-20 tahun, hanya 15% yang terdapat pada
usia diatas 35 tahun yang terkena veruka ini, bisa terjadi pada seluruh ras, serta
tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
- Histopatologi : Epidermal akantosis dengan papilomatosis, hyperkeratosis,
dan parakeratosis, serta terdapat pemanjangan rete ridge pada bagian tengah
veruka.
15
- Diagnosis : Pemeriksaan diagnosis veruka berupa gambaran klinis dan
anamnesis. Biasanya lesi yang khas jarang membutuhkan pemeriksaan
histopatologi. Jika diagnosis veruka vulgaris meragukan, dapat dilakukan
pemotongan sedikit permukaan lesi veruka vulgaris dengan mata pisau bedah
nomor 15 dan dilihat karakteristik berupa bintik hitam yang merupakan
gambaran dari trombosis kapiler.
b. Veruka plana
- Lokalisasi : terutama pada kepala, pipi, hidung, leher, dan punggung tangan.
- Ciri: tampak sebagai papula atau plakat diskret kecoklatan yang sedikit
meninggi, permukaan licin dan rata, warna sama seperti kulit atau agak
kecoklatan, berbatas tegas, multiple, dan umumnya lebih kecil dari veruka
vulgaris.
16
c. Veruka filiformis / digitata
- Lokalisasi : wajah (kelopak mata, hidung) dan leher
- Ciri : Berupa penonjolan lunak, tipis seperti benang/ bertangkai
d. Veruka plantaris
- Lokalisasi : Terdapat di telapak kaki dan telapak tangan, terutama di daerah
yang mengalami tekanan
- Ciri : bentuk berupa cincin yang keras dengan bagian tengah agak lunak,
bewarna kekuningan, permukaan licin, menimbulkan rasa nyeri ketika berjalan
(telapak kaki), soliter atau multipel, serta tidak tampak garis kulit.
17
5. Morfologi
Gambaran histologist umum pada veruka adalah hiperplasia epidermis yang
sering bergelombang (disebut hiperplasia epidermis verukosa atau papilomatosa) dan
vakuolisasi sitoplasma (koilositosis) menimbulkan kepucatan di sekitar nukleus yang
terinfeksi. Sel yang terinfeksi mungkin juga memperlihatkan granula keratohialin yang
mencolok dan memadat.
A. Medikamentosa
1. Topikal :
c) Bahan kaustik lain, seperti larutan AgNO3 25%, asam trikloroasetat 25%, dan
fenol likuifaktum.
2. Bedah :
18
b) Bedah listrik
Adalah suatu cara pembedahan atau tindakan dengan perantaraan panas yang
ditimbulkan arus listrik bolak-balik berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk
menghasilkan destruksi jaringan selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup
estetis dan aman.
c) Bedah laser
d) Bedah skapel
B. Non medikamentosa
4. Bila pasien anak-anak, ingatkan selalu untuk rajin mencuci tangan dan kulit secara
teratur dan benar.
5. Bila terdapat luka kecil, bersihkan dengan sabun dan air hangat serta langsung
dikeringkan.
6. Kenakan selalu alas kaki, bila perlu alas kaki yang tahan air atau anti selip terutama
saat menggunakan fasilitas umum.
19
DIAGNOSIS BANDING
A. MOLUSKUM KONTAGIOSUM
1. Definisi
2. Epidemiologi
c) Transmisinya lewat kontak kulit langsung, autoinokulasi, atau melalui benda yang
terkontaminasi, misalnya handuk, pakaian, kolam renang, dan mainan
3. Etiologi
Disebabkan oleh suatu virus dari golongan poxvirus. Dalam taksonomi, virus ini
termasuk dalam ordo Poxviridae, famili Chordopoxvirinae, genus Molluscipox virus,
spesies Molluscum contagiosum virus (MOCV). Virus ini termasuk golongan double
strained DNA.
b) Lokasinya di daerah muka, badan, & ekstremitas jika pada anak-anak, sedangkan
pada orang dewasa, lokasinya pada pubis dan genitalia eksterna.
d) Kelainan berupa papul miliar, lentikular, putih seperti lilin, dan berbentuk kubah.
f) Jika ditekan akan tampak keluar massa yang berwarna putih seperti butir nasi.
20
g) Sebagian papul berukuran 1 - 5 mm hingga 10`- 15 mm, atau yang disebut dengan
“giant molluscum”.
5. Histopatologi
6. Pengobatan
6.1 Non medikasi
- ekstraktor komedo
- jarum suntik
- kuret
21
b) Cara lain dapat dapat digunakan:
- Elektrokauterisasi
- bedah beku CO2 dan N2
6.2 Medikasi
B. KERATOSIS SEBOROIK
1. Definisi
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak yang sering dijumpai pada orang tua,
berupa tumor kecil atau makula hitam yang menonjol di atas permukaan kulit.
2. Etiologi
Penyebab dari keratosis seboroik ini tidak diketahui. Diduga ada hubungan dengan
genetik. Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya hubungan
dengan terjadinya keratosis seboroik ini.
3. Epidemiologi
a) Umur : keratosis seboroik sering terjadi pada orang tua.
b) Jenis kelamin : frekuensi terjadinya keratosis seboroik antara laki-laki dan
perempuan sama.
22
4. Faktor Predisposisi
a) Bangsa : ras negro lebih sering terkena keratosis seboroik.
b) Infeksi : infeksi kronik dapat mempercepat timbulnya penyakit.
c) Sinar : sinar matahari berpengaruh dalam menimbulkan penyakit ini.
d) Keturunan : ada kecenderungan diturunkan secara autosomal dominan.
5. Gejala Klinis
b) Awalnya timbul bercak berwarna coklat kehitaman yang makin lama makin membesar
menjadi papul dengan permukaan verukosa
e) Papula dan plak berbentuk lonjong, ukuran milier sampai lentikular dengan
permukaan kasar
f) Lokasi : dada, punggung, perut, wajah dan leher, serta distribusinya simetris bilateral.
23
6. Patofisiologi
Perubahan yang utama dari keratosis seboroik adalah akumulasi keratinosit normal
diantara lapisan basal dan lapisan permukaan epidermis yang mengalami keratinisasi.
Hal ini akan memacu aktivasi dari melanosit disekitarnya mensekresi melanocyte-
stimulating cytokines. Melanosit akan berploriferasi diantara keratinosit-keratinosit
yang imatur ini dan mentransfer melanin padanya.
7. Histopatologi
Keterangan :
8. Tata Laksana
a) Bedah listrik
24
C. NEVUS PIGMENTOSUS
1. Definisi
Nevus pigmentosus adalah tumor jinak yang terdiri dari melanosit, sel-sel
penghasil pigmen yang berkoloni di epidermis.
2. Epidemiologi
3. Etiologi
c) Paparan sinar matahari pada masa kanak-kanak dan paparan sinar ultraviolet
d) Sel-sel nevus kulit berasal dari neural crest, sel-sel ini membentuk sarang-sarang
kecil pada lapisan sel basal epidermis dan pada zona taut dermo-epidermal. Sel-sel
ini membelah dan masuk dermis dan membentuk sarang-sarang pada dermis
4. Manifestasi klinik
c) Biasanya berukuran 2-4 mm, namun dapat bervariasi dari sebesar peniti sampai
sebesar telapak tangan
d) Pigmentasi bervariasi, dari sama dengan warna kulit sampai coklat kehitaman
5. Histopatologik
a. Nevus junctional : sel-sel nevus terletak pada lapisan sel basal epidermis. Lesi
datar, berwarna coklat sampai kehitaman, permukaan halus dan tidak berambut,
diameter dari 1 mm – 1 cm.
25
b. Nevus compound : sel-sel nevus pada lapisan basal epidermis, zona taut dermo-
epidermal, dan dermis. Lesi yang sedikit menonjol atau papilomatosa, berwarna
kecoklatan kadang-kadang berambut.
c. Nevus intradermal : sarang-sarang sel nevus hanya tampak pada dermis. Lesi
berbentuk kubah atau bertangkai. Biasanya ditumbuhi rambut kasar, berwarna
coklat kehitaman.
6. Tatalaksana
b) Bedah eksisi
26
REFERENSI
Arturo Saavedra, Klaus Wolff, Richard Johnson. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. McGraw Hill Education / Medial; 2013.
Prof. Dr. RS Siregar, Sp.KK. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3.
Jakarta : EGC; 2015.
Sri Linuwih SW Menaldi, dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi VII. Jakarta : FKUI;
2015.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Edisi revisi.
Jakarta : Binarupa Aksara; 2010.
http://dokterahimsa.blogspot.co.id/2012/01/kulit-dan-kelamin-moluskum-kontagiosum.html
27