Anda di halaman 1dari 61

CASE 6

SYOK ANAFILAKTIK

Tutorial B2
Nama Tutor: Dr. Bhakti Gunawan
Kelompok:
Baby Amelia 1310211197

Tri Satria Wibawa 1410211001

Muhammad Faruqy Ismid 1410211034

Rr. Hanna Puspitaningrum 1410211091

Rizkia Ima Ardanti 1410211101

Farida Nurhayati 1410211102

Eliyana Yunita Sari 1410211125

Nila Paharagita Purnama 1410211148

Edwinantha Rama B 1410211171

Mutia Nurhaliza 1410211183

2015
A. KASUS
Anak I, perempuan, usia 6 tahun, datang ke rumah sakit tempat anda bekerja denga
keluhan mulai merasa sesak nafas seja 30 menit yang lalu. Selain merasa sesak nafas, An. I
juga mulai merasa pusing dan agak lemas.

Dari keterangan ibunya diketahui bahwa An. I mengalami gatal yang hebat dan
kemerahan di kulit daerah leher, wajah dan lengan sejak 4 jam lalu. Awalnya, kemerahan
hanya ditemukan di daerah lengan, lalu mulai terlihat di daerah dada, leher dan wajah.
Kemerahan timbul disertai kulit yang menimbul (biduran). Saat ini, kemerahan dikulit An. I
sudah terlihat sampai ke daerah perut, paha dan betisnya.

Berdasarkan keterangan dari ibunya, An. I merasa gatal dan kulitnya tampak kemerahan
setelah minum obat dari klinik tempat An. I berobat sebelumnya. Sebelumnya, sejak
kemarin sore An. I agak demam dan merasa tenggorokannya sakit. Kemudian ibunya baru
membawa An. I ke klinik hari ini untuk mendapatkan pengobatan. An. I mendapatkan obat
berupa penurun demam dan antibiotik. Setelah minum obat tersebut, An. I mulai merasa
gatal dan tampak bercak merah ditubuhnya.

Berdasarkan keterangan dari ibunya, An. I merupakan anak ke dua dari dua bersaudara.
An. I sebelumnya pernah mengalami gatal setelah minum obat tapi ibunya lupa obat apa.
Dan kemudian setelah dibawa ke dokter dan obatnyan dihentikan, gatalnya membaik. Selain
itu, An. I memiliki riwayat alergi terhadap makanan lau. Ayah dan kakaknya juga memiliki
riwayat asma.

B. OVERVIEW
An.I ( 6 tahun)

KU : Sesak nafas 30 menit yang lalu + pusing dan agak lemas

RPS RPD RPO RPK


 Gatal hebat & kemerahan di  Demam&sakit  Obat penurun  Anak kedua dari 2
leher, wajah, lengan 4 jam tenggorokan kemarin demam bersaudara
yg lalu. sore  Antibiotik  Ayah & kaka memiliki
 Awalnya kemerahan hanya  Sebelumnya pernah penyakit asma
di lengan lalu ke dada, leher, mengalami hal serupa
dan wajah. tapi lupa obat apa.
 Kemerahan disertai biduran.  Mempunyai Alergi
 Saat ini kemerahan sudah makanan laut
sampai perut, paha & betis.
 Merasa gatal &kemerahan
setelah minum obat dari
klinik.

Hipotesis :

1. Reaksi Anafilaktik
2. Asma
3. Alergi Obat

Px.Fisik Lanjutan
Px. Fisik
 Kepala : dbn
 KU : sesak, sakit sedang
 Hidung : tampak mukosa jernih
 Kesadaran : compos mentis
 Leher : dbn
 BB : 40 kg
 Thorax : bentuk dan gerak simetri
 TB : 145 cm
 Cor : Takikardi
 TD : 90/70 mmHg
 Pulmo : wheezing (+)
 RR : 28x/menit
 Abdomen : dbn
 Nadi : 110x/menit, reguler, lemah
 Ekstremitas : Akral dingin, capillary refill > 2
 Suhu : 36,5 C
o
detik
 Px. Kulit :
Pasien memburuk Lesi makulopapular = leher poste-ante,wajah,
Dx : Syok Anafilatik lengan, dan tangan
Lesi makulopapular ukuran plakat = wajah,
leher, punggung, perut, tungkai atas& bawah.
Tata Laksana

 Airway Breahting Circulation


 Membuka jalur intravena
Diagnosis : Syok Anafilaktik
 Epinephrine dan cairan kristaloid
 Antihistamin H1
SISTEM IMUN
• Merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi.

Fungsi: mempertahankan tubuh terhadap bahaya di lingkungan hidupnya.

Imunitas merupakan mekanisme yang membantu makhluk hidup untuk melindungi


dirinya dari serangan mikroorganisme patogen.
Imunitas Nonspesifik Imunitas spesifik

Selalu siap

Respon cepat Respon lambat

Tidak perlu pajanan sebelumnya Tidak siap sampai terpajan alergen

Dapat berlebihan Respons intens

Kekurangan memori Perlindungan lebih baik pada pajanan berik


 SISTEM IMUN NON SPESIFIK
• Selalu ditemukan pada individu sehat untuk mencegah mikroba masuk ke
tubuh, sehingga dengan cepat menyingkirkannya
• Jumlah ditingkatkan oleh adanya infeksi, sehingga peningkatan sel darah putih
terjadi saat fase akut pada banyak penyakit
• Non spesifik, dimana ia tidak menyerang bakteri secara spesifik
• Merupakan pertahanan terdepan
 Pertahanan Fisik
• Merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi
• Kulit terdapat keratinosit dan lapisan epidermis dan epitel mukosa tidak dapat
ditembus mikroba
 Pertahanan Biokimia
• Mikroba dapat masuk melalui sebaseus dan folikel rambut
• PH asam , keringat, sebaseus merupakan efek denaturasi terhadap protein
membran sel guna mencegah infeksi.
• Asam hidroklorida ( di lambung) berguna untuk menciptakan lingkungan
untuk mencegah infeksi mikroba
• Laktoferin dan transferin aka berikatan untuk mengikat besi yang merupakan
metabolit esensial untuk hidup beberapa mikroba
• Penggunaan antibiotika akan memusnahkan flora normal

MEKANISME IMUNITAS
 Pertahanan Humoral

1. Komplemen

• Rusak pada pemanasan 56oC selama 30 menit

• Terdiri dari sejumlah besar protein yang memberi proteksi pada infeksi

• Berperan sebagai opsonin

• Komplemen + antibodi → menghancurkan membran lapisan LPS → LPS


lemah → lisozim menembus membran bakteri → menghancurkan lapisan
mukopeptida

• MAC → membentuk lubang kecil → bahan sitoplasma keluar → kematian


mikroba

2. . Protein Fase Akut

a. Lektin
-berperan sebagai opsonin, mengaktifkan komplemen

b. C-Reactive Protein (CRP)

-protein dalam kadar darah yang meningkat bila ada infeksi akut

-sebagai opsonin: mengikat berbagai mikroorganisme

c. Protein fase akut lain (alfa1-antitripsin, amiloid serum A, haptoglobin, C9, dll)

-peningkatan laju endap darah saat terjadi infeksi

-dibentuk lebih lambat

-efek menguntungkan: mengurangi cedera jaringan, perbaikan cedera inflamasi

d. Mediator asal fosfolipid

-metabolisme inflamasi diperlukan untuk memproduksi PG dan LTR yang berguna


untuk meningkatkan reaks inflamasi, yaitu peningkatan permeabilitas vaskuler dan
vasodilatasi

e. Sitokin IL-1, IL-6, TNF-alfa

Infeksi → LPS aktifkan makrofag → produksi dan melepas sitokin (IL-1, TNF-alfa,
IL-6) → merangsang hati → sintesis dan melepas protein plasma

 Pertahanan Selular

• Fagosit, sel NK, sel mast, eosinofil dapat ditemukan di sirkulasi atau jaringan.

• (d) sel polimorfonuklear (neutrofil) dan monosit fagosit (makrofag).


• (f) migrasi, kemotaksis, memfagosit, mematikan mikroorganisme.
• Mekanisme Fagositosis

Makrofag tersensitisasi + sel fagositik intravaskular → kemotaksis secara ameboid ke


daerah yang diperlukan → benda asing dikenali antigen → pseudopodia untuk
prosesn endositosis → invaginasi ke sitoplasma → membentuk fagosom → berfusi
dengan lisosom → fagolisosom → pengeluaran enzim pencernaan → pemusnahan
bakteri.

• Proses fagositosis diperantarai oleh neutrofil, monosit, makrofag.

• Macam zat kemotaktik:

-produk toksin dari bakteri, virus, parasit

-hasil proses degeneratif jaringan

-produk hasil komplemen

-produk hasil reaksi pembekuan plasma

• Proses pemusnahan zat asing

1. Reaksi oksidatif → menggunakan hasil reaksi oksigen dan zat oksidatif, ex: NOS,
ROS.

2. Reaksi non oksidatif → menggunakan reaksi enzimatis didapat dari lisosom dan
granula spesifik, ex: lisozim, laktoferin, defensing.

• Pengaktifan makrofag yang inaktif dengan cara:

1. Kontak langsung dengan antigen asing mikroorganisme

2. Aktivasi oleh sitokin sel T-helper

3. Pengaruh mediator inflamasi

SEL NK (NATURAL KILLER)

• (d) sel limfosit yang mengenali sel yang terinfeksi virus

• Mekanisme

Sel NK kontak dengan sel terinfeksi virus → melepaska substansi → penghancuran


→ apoptosis → partikel virus terbunuh

• (f): 1. menghancurkan sel yang terinfeksi virus secara langsung

2. teraktivasi oleh IL-2 → mengeluarkan IFN-gamma →

meningkatkan aktivasi makrofag → fagositosis


SISTEM IMUN SPESIFIK

• Mampu untuk mengenal benda asing

• Pajanan → sensitasi → dihancurkan

• Terdiri dari:

a. Sistem Humoral → melepas antibodi

b. Sistem Selular → mengaktifkan sel T

1. Sistem Humoral

• Yang berperan: sel B atau Limfosit B

• Sel B dirangsang benda asing → berproliferasi → berdiferensiasi → sel


plasma → antibodi

• Fungsi antibodi adalah untuk pertahanan tubuh terhadap infeksi ekstraseluler,


virus, bakteri, dan menetralkan toksin.

2. Sistem Selular

• Yang berperan adalah sel T atau limfosit T

• Timosin (faktor timus) ditemukan di peredaran darah

• Terdapat 2 subset sel pada limfosit T:

-CD4+ (Th1, Th2) → aktifkan makrofag → hancurkan mikroba

-CD8+ (Th3, CTL, Tc, Ts, sel Tr) → musnahkan sel infeksi

• Fungsi: perlindungan thd bakteri intraselular, virus, jamur, dll.

ANTIBODI

1. Imunoglobulin G
Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk
imunitas bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan. Mempunyai sifat
opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit dan makrofag. Berperan pada
imunitas seluler yang dapat merusak antigen seluler berinteraksi dengan komplemen,
sel K, eosinofil dan neutrofil.

2. Imunoglobulin A
Sedikit dalam serum.Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna, kemih, air
mata, keringat, ludah dan air susu. Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah
kontak antara toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/ mengganggu gerak
kuman yang memudahkan fagositosis.
3. Imunoglobulin M
Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh tubuh akibat
rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis. Fungsinya mencegah gerakan
mikroorganisme antigen memudahkan fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap
antigen.

4. Imunoglobilin E
Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil
dan eosinofil. Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis,
trikinosis. Proteksi terhadap invasi parasit seperti cacing.

5. Imunoglobulin D
Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen.
Mempunyai aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI

MEDIATOR INFLAMASI

KOMPLEMEN

Definisi

 Merupakan sistem yang terdiri atas sejumlah protein yg berperan dalam pertahanan
pejamu, baik dalam sistem imun non-spesifik maupun sistem imun spesifik.
 Komplemen merupakan salah satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam
inflamasi, opsonisasi, dan kerusakan (lisis) membran patogen. Sistem komplemen
terdiri dari sejumlah protein serum yang tidak tahan panas.
 Komplemen yang larut dalam system imun non-spesifik teraktivasi oleh berbagai
bahan seperti LPS bakteri.Komplemen yang berperan dalam system Imun spesifik
dapat teraktivasi oleh kompleks imun setiap waktu.Hasil aktivasi dari komplemen
adalah enzim yang beruna untuk melanjutkan ke reaksi berikutnya.
 Ada 9 komponen dasar komplemen yaitu C1 sampai C9 yang bila diaktifkan, dipecah
menjadi bagian yang besar dan kecil (C3a, C4a, dsb).
 Komplemen sangat sensitif dengan sinyal kecil, wlwpun hanya sedikit bakteri yang
nantinya akan menghasilkan respon lokal.

Mediator yg dilepas Komplemen

Beberapa mediator yang dilepas komplemen yang diaktifkan :

 C1qrs meningkatkan permeabilitas vascular


 C2 mengaktifkan kinin
 C3a dan C5a kemotaksis yang mengerahkan leukosit dan juga berupa anafilatoksin
yang dapatMerangsang sel mast melepaskan histamine dan mediator-mediator
lainnya.
 C3b opsonin dan adherens imun
 C4a anafilatoksin lemah
 C4b opsonin
 C5-6-7 kemotaksis
 C8-9 melepas sitolisin yang dapat enghancurka sel (lisis)

Aktivasi pada komplemen mengharuskan sejumlah molekul efektoryg mempunyai efek


biologik dan peran dasar pada :

- Lisis sel, bakteri, virus

- Opsonisasi yg meningkatkan fagositosis partikel antigen

- Mengikat reseptor komplemen spesifik pd sel sistem Imun sehingga memacu fungsi
sel spesifik, inflamasi dan sekresi molekul imunoregulatori

- Menyingkirkan kompleks imun dari sirkulasi dan mengendapkannya di limpa dan


hati.

Klasifikasi jalur aktivasi complemen


Aktivasi komplemen jalur klasik

1. Regulasi jalur klasik Regulasi jalur klasik terutama terjadi melalui 2 fase, yaitu
melalui aktivitas C1 inhibitor dan penghambatan C3 konvertase.

2. Aktivitas C1 inhibitor. Aktivitas proteolitik C1 dihambat oleh C1 inhibitor (C1 INH).


Sebagian besar C1 dalam peredaran darah terikat pada C1 INH. Ikatan antara C1
dengan kompleks antigen-antibodi akan melepaskan C1 dari hambatan C1 INH.

3 . Penghambatan C3 konvertase Pembentukan C3 konvertase dihambat oleh beberapa


regulator.
C4 binding protein (C4bp) dan reseptor komplemen tipe 1 (CR1) dapat berikatan
dengan C4b
sehingga mencegah terbentuknya C4b2b (C3 konvertase). Disamping itu kedua
reseptor ini
bersama denganmembrane cofaktor protein (MCP) juga dapat meningkatkan potensi
factor
dalam merusak C4b. Decay accelerating faktor (DAF) dapat berikatan dengan C4b
sehingga
mencegah terbentuknya C4b2b.
Aktivasi komplemen jalur alternatif

 Aktivasi jalur alternatif atau disebut pula jalur properdin, terjadi tanpa melalui tiga
reaksi pertama yang terdapat pada jalur klasik (C1 ,C4 dan C2) dan juga tidak
memerlukan antibodi IgG dan IgM.
 Aktivasi dimulai melalui C3yg merupakan molekul tidak stabil dan terus aktif spontan
derajat rendah dan klinis yg tidak berarti.
 Bakteri, jamur virus, parasit, kontras agregat IgA(1,2),Ig4 dan faktor nefritik dapat
mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif .

Aktivasi komplemen jalur lektin

 Lektin adalah protein yg larut dan mengikat residu manosa dari hidrat arang yang
merupakan bagian dinding sel mikroba. Karena itu jalur lektin disebut jalur MBL atau
jalur ikatan manan.
 Aktivasinya dimulai saat terjadinya ikatan antara polisakarida makroba dan lektin
dalam sirkulasi. MBL mengaktifkan C1s lalu sesudah itu adalah sama dengan jalur
klasik melalui C4

Reseptor complement

 CR1 (CD35)

Ditemukan pada fagosit yang merupakan receptor untuk kompleks imun dan eritrosit
manusia yang memungkinkan untuk mengikat kompleks imun da mengangkutnya ke
fagosit di limpa dan hati. Fungsi pada sel lain sebagai ko-faktor.

 CR2 (CD21)

Merupakan bagian dari ko-reseptor sel B dan juga ditemukan pada sel dendritik folikuler.

 CR3 (CD11b/CD18)

Sebagai integrin pada fagosit mononuklier, netrofil, dan sel NK (memudahkan


fagositosis) dan juga berperan dalam migrasi monosit ke jaringan.

 CR4 (CD11c/CD18, P150,95)

Integrin yang mempunyai fungsi sama dengan CR3 meskipun terutama diekpresikan pada
makrofag jaringan.

 C1qR
Ditemukan pada makrofag, mengikat C1q dari jaringan kolagen dan berperan pada
eliminasi antigen.

Regulator-Inhibitor Komplemen

Adalah enzim yang mengatur agar agar tidak terjadi aktivasi prematur dan aktivasi setiap
produk sehingga tidak terjadi reaksi secara teruse menerus yang akan mengarah kepada

Nama protein Fungsi

Protein kofaktor Reseptor komplemen tipe 1, ikatan protein C4b dan


membran faktor H yg mencegah pembektukan konvertase

DAF (Decay- Yang memacu pengrusakan konvertase C3


Accelerating factor)

Faktor 1 dan protein yang mengikat C3b dan C4b


kofaktor membran

Inaktivator
anafilatoksin

Inhibitir C1

CD59(protektin) yang mencegah pembentukan MAC jaringan.

kerusakan

SITOKIN

Definisi
 Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun Sitokin merupakan
protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan
hematopoesis.
 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh sel-sel tertentu dari
sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, dan dengan
demikian memiliki efek pada sel-sel lain.
Sifat Umum Sitokin
 Langsung :
- Lebih daru satu efek terhadap berbagai jenis sel (pleitropi)
- Autoregulasi (fungsi autokrin)
- Terhadap sel yang letaknya tidak jauh (fungsi parakin)

 Tidak Langsung :
- Menginduksi ekspresi reseptor untuk sitokin lain atau bekerja sama dengan sitokin
lain dalam merangsang sel (sinergisme)
- Mencegah ekspresi reseptor atau produksi sitokin (antagonisme)

Fungsi sitokin
 Sitokin berperan dalam imunitas non-spesifik dan spesifik yang mengawali
mempengaruhi dan meningkatkan respon imun non-spesifik yaitu :

- Sistem imun non- spesifik


Merangsang proliferasi, deferensiasi dan aktivasi sel efektor makrofag

-sistem imun spesifik


Hanya mengaktivasi sel-sel imun spesifik
Reseptor Sitokin

Sitokin bekerja pada sel-sel targetnya dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik.
Reseptor dan sitokin yang cocok dengan reseptor tersebut dibagi ke dalam beberapa
kelompok berdasarkan struktur dan aktivitasnya.

Klasifikasi reseptor sitokin berdasarkan pada struktur tiga-dimensi yang dimiliki,


yaitu :

a. Reseptor sitokin tipe 1 ( Haemopoitin Growth Factor family ) 2,7

Anggota-anggotanya memiliki motif tertentu pada ekstraseluler asam-amino domain.2,7


Contoh, IL-2 reseptor memiliki rantai –γ (umumnya untuk beberapa sitokin lain) yang kurang
sehingga secara langsung bertanggung jawab atas x-linked Severe Combined
Immunodeficiency (X-SCID).2,6 X-SCID menyebabkan hilangnya aktivitas kelompok sitokin
ini.

b. Reseptor sitokin tipe 2 ( Interferon ) 2,7

Anggota-anggotanya adalah reseptor-reseptor terutama untuk interferon.7 Reseptor-reseptor


kelompok interferon memiliki sistein residu (tetapi tidak rangkain Trp-Ser-X-Trp-Ser) dan
mencakup reseptor-reseptor untuk IFNα, IFNβ, IFNγ.
c. Reseptor sitokin tipe 3 ( Tumor Necrosis Factor family )

Anggota-anggotanya berbagi sistein-ekstraseluler yang umumnya banyak mengikat domain,


dan termasuk beberapa non-sitokin lain seperti CD40, CD27, dan CD30, selain yang diberi
nama (TNF).

d. Reseptor kemokin

Reseptor kemokin mempunyai tujuh transmembran heliks dan berinteraksi dengan G protein.
Kelompok ini mencakup reseptor untuk IL-8, MIP-1, dan RANTES. Reseptor kemokin, dua
diantaranya beraksi mengikat protein untuk HIV (CXCR4 dan CCR5), yang juga tergolong
ke dalam kelompok ini.

e. Immunoglobulin (Ig) superfamili 2,7

Immunoglobulin (Ig) yang sudah ada seluruhnya pada beberapa sel dan jaringan dalam tubuh
vertebrata, dan berbagi struktural homologi dengan immunoglobulin (antibodi), sel molekul
adhesi, dan bahkan beberapa sitokin. Contoh, IL-1 reseptor

f. Reseptor TGF beta 7

Anggotanya dari transformasi faktor pertumbuhan beta superfamili, yang tergolong kelompok
ini, meliputi TGF-β1, TGF-β2, TGF-β3.

MOLEKUL ADHESI

Definisi

Suatu kelompok besar molekul glikoprotein memeperantarai perlekatan prekursor ST,


leukosit dsn trombosit pada berbagai komplemen matriks ekstraselular, pada endotel, pada
permukaan lain.

Molekul adhesi pada permukaan leukosit  reseptor, reseptor-reseptor ini berikatan dengan
molekul- molekul (ligan) pada permukaan sel sasaran

Terdapat 3 kelompok utama :

1. Superfamilli imunoglobulin

Kelompok ini meliputi reseptor yang bereaksi dengan antigen sreta molekul adhesi
dipermukaan yang tdiak tergantung adhesi

2. Selektin

Berperan dalam adhesi leukosit dan trombosit pada endotel selama peradangan dan koagulasi
3. Integrin

Berperan pada adhesi sel pada matriks selular

4. REAKSI HIPERSENSITIVITAS

Definisi

Merupakan suatu reaksi berlebihan dari respon imun sehingga menimbulkan reaksi
yang tidak diinginkan yang dapat merusak jaringan

Macam

Reaksi hipersensitivitas dibagi menjadi 4 macam menurut gells dan coombs yaitu:

1. Tipe 1: diakibatkan antibodi IgE pada sel mast/basofil

2. Tipe 2: diakibatkan antibodi berikatan dengan antigen sehingga mudah di fagosit

3. Tipe 3: karena terjadi ikatan antara antigen+antibodi

4. Tipe 4: karena respon dari limfosit T


Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1

Definisi

Merupakan suatu respon jaringan yang terjadi dengan cepat setelah terjadi interaksi
dengan antigen dengan IgE yang berikatan pada sel mast pada orang yang telah sensitasi
sebelumnya

Tahap :

Respons awal: 5-30 menit setelah terpajan ditandai vasodilatasi,+ permeabilitas,kebocoran


vaskular dan spasme otot polos hilang setelah 60 menit

Respons lambat: 2-8 jam kemudian ditandai dengan infiltrasi eosinofil

Mekanisme

Mediator Primer

Histamin: peningkatan permebilitas, sekresi mukus, vasodilatasi dan bronkokontriksi

ECF,NCF,protease: faktor kemotaktik

Adenosin: bronkokontriksi ,menghambat agregasi

Mediator Sekunder

Meliputi 2 kelompok mediator lipid dan sitokin mediator lipid dihasilkan fosfolipase A2
memecah fosfolipid membran sek mast untuk menghasilkan AA

Leukotrien: C4 & D4 agen vasoaktif paling poten beberapa ribu kali > histamin fungsi
peningkatan permeabilitas dan bronkokontriksi B4 kemotaktik kuat neutrofil,monosit dan
eusinofil
Prostaglandin: bronkospasme hebat dan sekresi mukus

PAF: agregasi trombosit,pelepasan histamin,bronkospasme dan kemotaktik neutrofil dan


eosinofil

Sitokin dan kemokin: Merekrut dan mengaktivasi bagai macam sel radang tnf sangat poten
adhesi,emigrasi dan bronkospasme

Manisfestasi Klinis

Sistemik

Pemberian obat: muncul gatal,urtikaria, gangguan pernapasan, sekresi mukus

Lokal

Kulit: dermatitis,GI: diare,Pernapasan: rhinitis

Reaksi Hipersensitivitas Tipe 2

Definisi

Reaksi hipersensitifitas oleh antibodi yang diarahkan melawan antigen dengan


berikatan dengan permukaan antigen

 Reaksi bergantung komplemen

Melalui dua mekanisme lisis langsung/ opsonisasi

 Sitoksisitas selular tergantung antibodi

Diperentarai sel (neutrofil,eosinofil,Makrofag,sel nk) lisis langsung sasaran tanpa


fagositosis
 Disfungsi langsung karena antibodi

Disfungsi langsung karena antibodi

Contoh:mistenia gravis

Reaksi Hipersensitivitas Tipe 3

Definisi

Diperentarai oleh pengendapan kompleks imun antigen+antibodi diikuti dengan


aktivasi komplemen dan akumulasi leukosit polimorfonuklear

Mekanisme
Reaksi Hipersensitivitas Tipe 4

Definisi

Merupakan hipersensitivitas yang diperentarai oleh sel T yang tersensitasi secara


khusus bukan antibodi dan dibagi menjadi 2 tipe:

1. Hipersensitivitas tipe lambat diinisiasi oleh sel T CD4+

2. Sitoktoksitas sel langsung diperentarai sel T CD8+

Tipe Lambat

Biasanya muncul dalam waktu 24-72 jam

Granulomatosa

Saat antigen persisten atau tidak dapat terdegradasi makrofag akan membesar dan
memipih (sel epiteloid).pengaruh IFN gamma menjadi sel raksasa. Sel epiteloid yang
dikelilingi limfosit disebut granuloma yang sebelumnya terbentuk suatu sabuk fibroblas
(makrofag  TGF a merangsang proliferasi fibroblas dan sintesis kolagen
Sitoksisitas

Diperentarai oleh sel T CD8+ tersensitasi membunuh sel target yang membawa
antigen melaui 2 mekanisme pokok:

1. perforin-granzim: perforin melubangi sel sehingga cairan masuk ke dalam sel


sedangkan granzim masuk ke dalam sel memicu apoptosis

2. Ligan fas-fas:berikatan dengan lingan fas-fas sel target memicu apoptosis


Human Leukosit Antigen
Protein MHC ditemukan pada tahun 1950, dimana suatu ilmuwan mengadakan proses
transfuse darah pada seseorang dari populasi umum.

Ketika itu ditemukan antibody yang berikatan dengan glikoprotein dipermukaan leukosit,
protein dalam membrane eritrosit ini yang disebut Human Leukosit Antigen (HLA) / sinonim
dari MHC (Mayor Histocompatibility Complexs).

MHC
Suatu kelompok atau kompleks gen yang terletak dalam kromosom 6 dan berperan dalam
pengenalan dan pemberian sinyal antar sel system imun.

Salah satu karakteristik respon imun adalah mengenali antigen dalam tubuh sendiri (Self
antigen) dan antigen dari luar (Non self antigen).

Pada mulanya, bagaimana mekanisme respon imun membedakan antigen self dan Non self.
Ternyata mekanisme ini dilakukan melalui molekul MHC.

Saat ini terlihat bahwa semua antigen baik self ataupun Non self hanya dapat dikenali oleh
sel T apabila berhubungan dengan MHC.

Pembagian MHC
Molekul MHC I dan MHC II berperan pada pengenalan imun, yaitu pada presentasi antigen
kepada sel T.

Berdasarkan rumus bangunnya, molekul MHC dapat dibagi menjadi 3 golongan sebagai
berikut

 MHC I
 MHC II
 MHC III

MHC II
• Molekul MHC II meliputi HLA D (DP,DQ,DR)

• Molekul ini terdiri atas 2 rantai polipeptida :

– Rantai alfa dgn BM 34.000

– Rantai Beta dgn BM 29.000

• MHC II diekspresikan pada sel B, sel dendritik,makrofag,dan APC untuk


mengaktivkan sel CD4+
MHC III
Pembentukan komponen beberapa sitokin dan molekul lain ditentukan oleh MHC III

Sejumlah protein yang ekspresinya ditentukan molekul MHC III adalah komponen
komplemen ( C2,C4), Factor B PProperdin atau Bf,TNF dan limfotoksin (LT).

Regulasi ekspresi & kontrol genetic


• Lokus genetik yg menentukan molekul HLA yang pertama ditemukan adalah HLA-A
& HLA-B, kemudian HLA-C yg sekarang digolongkan sebagai HLA-I

• Jenis molekul HLA-II (HLA-D) ditemukan pada MLC (Mixed leucocyte culture),
dengan menginkubasi limfosit yg berasal dari 2 orang berlainan.

Gen MHC manusia yang polimorfik dari lokus HLA menjadi molekul kelas I dan II terletak
dikromosom 6

Gen kelas I ditunjukkan sebagai A,B,C masing masing menjadi domain polipeptida (alfa 1,
alfa 2, alfa 3) yang berhubung dengan invariant Mikroglobulin beta.

Gen kelas II adalah DP,DQ,DR yang masing2 menyandi rantai individual ranta alfa dan beta
yang berinteraksi dan memberikan tempat ikatan untuk antigen yang dipresentasikan.
Perbedaan MHC I dan MHC II
Jalur Eksogen melalui MHC II
Antigen seperti mikroba, pada umumnya masuk tubuh melalui kulit, epitel saluran cerna, dan
nafas.

Antigen tersebut ditangkap , dimakan, dan diproses dijadikan peptide kecil oleh enzim
lisosom, dibawa APC ke KGB regional.

Peptida kecil diikat molekul MHC II dalam endosom dan ditransport kepermukaan sel APC
untuk dipresentasikan ke sel T CD4.

Peran molekul MHC dalam pengenalan antigen ke sel


T
KOMPONEN SELULER
• Komponen seluler imunitas spesifik terdiri atas sel-sel yang bertugas melawan
pajanan antigen -> sel limfosit T dan sel limfosit B

• Sel limfosit T dan sel limfosit B : Hasil perkembangan progenitor limfoid dalam
proses hematopoiesis

• Mekanisme kerja sel T : Mengenali molekul MHC pada permukaan sel normal-> sel
tersebut tidak akan didestruksi

• MHC : Suatu molekul yang ada pada permukaan membran sel normal tubuh dan
berperan penting dalam mekanisme respon imun yang membedakan antigen “self”
dan”non self”

• Kedua jenis limfosit, seperti semua sel darah lainnya, berasal dari sel punca yang
sama di sumsum tulang

• Sel B berdiferensiasi dan mengalami pematangan di sumsum tulang

• Sel T selama masa janin dan anak-anak dini, sebagian dari limfosit imatur sumsum
tulang-> bermigrasi melalui darah ke timus

• Setelah dilepaskan ke darah dari sumsum tulang atau timus, sel B dan T matang
menetap dan membentuk koloni limfosit -> di jaringan limfoid perifer
REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI
ANTIGEN

 Antigen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan dapat bereaksi dengan
antibodi.

 Macam-macam antigen antara lain

1. imunogen adalah bahan yang dapat merangsang respon imun dan

2. hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi.

3. Antigen tersusun atas epitop dan paratop.

4. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/
menginduksi pembenntukan antibodi,

5. Paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop.

JENIS ANTIGEN

 Berdasarkan determinannya

1. Unideterminan, univalen, merupakan jenis epitop satu dan jumlahnya satu


2. Unideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop satu, jumlah lebih dari satu

3. Multideterminan, univalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu dan jumlahnya satu

4. Multideterminan, multivalen, merupakan jenis epitop lebih dari satu, jumlah lebih dari
satu

 Berdasarkan spesifitasnya :

1. Heteroantigen → dimiliki banyak spesies

2. Xenoantigen → dimiliki spesies tertentu

3. Alloantigen → dimiliki satu spesies

4. Antigen organ spesifik → dimiliki organ tertentu

5. Autoantigen → berasal dari tubuhnya sendiri

 Berdasarkan ketergantungan pada sel T :

1. T dependen adalah tentang antigen yang perlu pengenalan thd sel T dan sel B untuk
merangsang antibodi

2. T Independen adalah tentang antigen yang dapat merangsang sel B tanpa mengenal
sel T dahulu

 Berdasarkan kandungan bahan kimianya :

1. Karbohidrat merupakan imunogenik

2. Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten

3. Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik

4. Protein merupakan imunogenik

ANTIBODI

 Antibodi adalah protein serum yang mempunyai respon imun (kekebalan) pada tubuh
yang mengandung Imunoglobulin (Ig).

 Ig dibentuk oleh sel plasma (proliferasi sel B) akibat kontak/dirangsang oleh antigen.
Macam Imunoglobulin: Ig G, Ig A, Ig M, Ig E dan Ig D

 Imunoglobulin G

Terbanyak dalam serum (75%). Dapat menembus plasenta membentuk


imunitas bayi sampai berumur 6 sampai dengan 9 bulan.

Mempunyai sifat opsonin berhubungan erat dengan fagosit, monosit


dan makrofag.
Berperan pada imunitas seluler yang dapat merusak antigen
seluler berinteraksi dengan komplemen, sel K, eosinofil dan neutrofil.

2. Imunoglobulin A

Sedikit dalam serum.Banyak terdapat dalam saluran nafas, cerna,


kemih, air mata, keringat, ludah dan air susu.

Fungsinya menetralkan toksin dan virus, mencegah kontak antara


toksin/ virus dng sel sasaran dan mengumpalkan/ mengganggu gerak kuman yang
memudahkan fagositosis.

3. Imunoglobulin M

Tidak dapat menembus plasenta, dibentuk pertama kali oleh


tubuh akibat rangsangan antigen sifilis, rubela, toksoplasmosis.

Fungsinya mencegah gerakan mikroorganisme antigen memudahkan


fagositosis dan Aglutinosis kuat terhadap antigen.

4. Imunoglobulin E

 Jumlah paling sedikit dalam serum. Mudah diikat oleh sel mastosit, basofil dan
eosinofil.

 Kadar tinggi pada kasus: alergi, infeksi cacing, skistosomiasis, trikinosis. Proteksi
terhadap invasi parasit seperti cacing.

5. Imunoglobulin D

 Sedikit ditemukan dalam sirkulasi. Tidak dapat mengikat komplemen. Mempunyai


aktifitas antibodi terhadap makanan dan autoantigen.
GOLONGAN DARAH
 Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah.

 Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah


penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh)

 KLASIFIKASI GOLONGAN DARAH DIDASARKAN PADA ADANYA :


2 ANTIGEN (A & B) DI ERITROSIT
2 ANTIBODI (ANTI-A & ANTI-B) DI SERUM
GOLONGAN-GOLONGAN DARAH ABO

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH:

 Forward grouping.

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya antigen A, B, AB di eritrosit

 Reverse grouping

Pemeriksaan untuk mengetahui adanya anti A, anti B dan anti AB di serum

SISTEM RHESUS

 Ditemukan padaa 1940 oleh Landsteiner dan Wiener

 System rhesus terdiri lebih dari 30 jenis, tetapi yang berperan dalam proses transfuse
ada 5 yaitu antigen C, antigen c, antigen D, antiegn E dan antigen e

 Namun yang paling penting adalah terhadap antigen Rh (D)

 Rhesus(+)-> Rh(+)

mengalami aglutinasi bila direaksikan dengan anti D, Rh(+) bersifat dominan

 Rhesus(-)-> Rh(-)

tidak mengalami aglutinasi dengan anti-D

PENETAPAN GOLONGAN RHESUS

Untuk menetapkan adanya anti-d:

 Coomb’s test langsung


 Coomb’s test tidak langsung

 Coomb’s test langsung-> mencari antibodi inkomplet di permukaan eritrosit

 Cara:

RBC+ANTI HUMAN GLOBULIN-> AGLUTINASI

 Coomb’s tidak langsung-> mencari antibodi inkomplet di serum

Ada 2 tahap : Tahap 1

Serum yang diperiksa+RBC golongan O Rh(+)-> di inkubasi-> bila ada antibodi


(anti-d), anti-d akan melekat di permukaan RBC

Tahap 2

RBC yang sudah diinkubasi+human antiglobulin->aglutinasi

PRINSIP PEMERIKSAAN IMMUNOASSAY

 Immunoassay adalah tes atau uji yang digunakan untuk mengukur adanya antigen
atau antibodi pada sampel (spesimen bilogikal)

 Immunoassay dapat digunakan untuk mendeteksi analyte yang ingin di ukur

 Analyte: sesuatu yang diukur dengan tes laboraturium-> dapat berupa Ag atau Ab
dalam serum

 Prinsip dasar: ikatan antara molekul imunoglobulin (Ab) dengan antigen (Ag)

 Hasil interaksi Ag – Ab (kompleks imun) harus terlihat dan dapat diukur

 Dasar : Reaksi Ag dengan Ab spesifik

 Tujuan

-Mendeteksi keberadaan Ag dalam serum memakai Ab spesifik

-Mendeteksi keberadaan Ab dalam serum memakai Ag yang sesuai

Manfaat :

 Menentukan status imunitas

 Memperkirakan prevalensi penyakit

 Mengetahui adanya invasi mikroorganisme, jika isolasi kuman tidak dapat dilakukan

 Menunjang diagnosis penyakit

MACAM-MACAM IMMUNOASSAY
 Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi Ag-Ab antara lain:

 Immunoassay tak berlabel:

a) Uji presipitasi

b) Uji aglutinasi

c) Uji hemaglunitasi

d) Lisis imun

e) Uji netralisasi

 Immunoassay berlabel:

a) Berlabel flouresens

b) Berlabel radioisotop

c) Luminescent Assay (LIA)

d) Berlabel enzim

SYOK ANAFILAKTIK

DEFINISI
Secara harfiah, anafilaksis berasal dari kata Ana yang berarti balik dan phylaxis yang berarti
perlindungan. Dalam hal ini respon imun seharusnya melindungi / prophylaxis, justru merusak
jaringan.
Syok Anafilaktik adalah suatu respons hipersenstivitas yang diperantarai oleh Ig E
(hipersensitivitas tipe I) yang ditandai dengan curah jantung dan arteri yang menurun
hebat. Hal ini disebabkan oleh adanya suatu antigen-antibodi yang timbul segera
setelah antigen masuk dalam sirkulasi.

Syok anafilaktik merupakan salah satu manifestasi klinis dari anafilaksis ditandai berupa
hipotensi nyata dan kolaps sirkulasi darah, anafilaksis berat dapat terjadi tanpa hipotensi dan gejala
utama adalah obstruksi jalan nafas.

Epidemiologi

- Anafilaksis jarang dijumpai.


- Tetapi paling tidak dilaporkan ≥ 500 kematian terjadi setiap tahunnya karen antibiotik gol.
Beta Laktam, khususnya Penisillin.
- Penisillin menyebabkan reaksi yang fatal pada 0,002% pemakaian.
- Untuk reaksi anafilaktoid, Pemeriksaan radiologik dengan media kontras yang mengancam
nyawa pada 0,1% dan reaksi fatal terjadi antara 1:10.000 daan 1: 50.000 prosedur i.v.
- Dengan uji kulit & immunotherapy juga pernah ditemukan.

Etiologi

Penyebab :

– Makanan

– Kegiatan fisik

– Sengatan tawon

– Faktor fisis udara panas atau dingin

– Air dingin kolam renang

Obat penyebab anafilaksis :

– Antibiotik  penisilin

– Obat anastesi Intravena

– Relaksan otot

– Aspirin

– NSAID

– Opioid

– Vitamin B1
• Faktor resiko

– Sifat alergen
– Jalur pemberian obat
– Riwayat atopi
– Kesinambungan paparan alergen

• Alergen
– Udang,kepiting,kerang
– Kacang
– Buah beri
– Putih telur
– Susu

PATOGENESIS
• Anafilaksis termasuk Hipersensitivitas tipe I
• Mekanisme anafilaksis melalui 2 fase :
1. Fase sensitisasi  utk pembentukan IgE sampai diikat o/ reseptor spesifik pd
permukaan basofil dan sel mast
2. Fase aktivasi  saat terjadinya pemaparan ulang dengan antigen yg sama sampai
timbul gejala
 FASE SENSITISASI
• Alergen yg masuk lewat kulit,mukosa,saluran nafas atau saluran pemcernaan
ditangkap o/ makrofagantigen tsb dipresentasi ke limfosit Takan mensekresi
sitokin IL4 , IL3  menginduksi limfosit B berproliferasi jadi sel plasma
memproduksi IgE spesifik utk antigen tsblalu terikat pd reseptor permukaan sel
mast dan basofil  sel mast dan basofil akan melepaskan isinya granula saat ada
paparan ulang antigen yg sama.
 FASE AKTIVASI
• Saat alergen yg sama masuk tubuhdiikat o/ IgE spesifikmemicu rx segera
yaitupelepasan mediator vasoaktif dr granula/degranulasi histamin,
serotonin,bradikinin (performed mediators)
• Bbrp waktu setelah degranulasiIkatan antigen-antibodi tsb merangsang degradasi
asam arakidonat di membran selhasilin leukotrin dan Prostaglandin (newly formed
mediators).
 FASE EFEKTOR
• Saat terjadinya respon kompleks (anafilaksis) karena efek mediator yg dilepas
mastosit dan basofilterjadi aktivitas farmakologik pd organ tertentu.
 Histamin  bronkokontriksi,peingkatan permeabilitas vaskuler,sekresi
mukus,vasodilatas
 Serotonin peningkatan permeabilitas vaskuler
 Bradikinin  kontraksi otot polos
 PAF (platelet activating factor  bronkospasme,peningkatan permeabilitas
vaskuler,agregasi dan aktivasi trombosit
 PG dan Leukotrin  bronkokontriksi
• Vasodilatasi mendadak  fenomena maldistribusi volume dan aliran darah
penurunan aliran darah balikcurah jantung menurunpenurunan tekanan
darahpenurunan perfusi jaringan hipoksia ataupun anoksia syok mengancam
nyawa pasien
PATOFISIOLOGI
Antigen  Ditangkap oleh sel B (selaku APC) lalu dipresentasikan ke sel Th2  Sekresi sitokin IL-4 dan IL 13

yang memicu sel B  Lalu berdiferensiasilah sel B menjadi sel memori dan sel plasma yang nantinya akan

mengeluarkan antibody IgE  IgE berikatan dengan reseptor pada permukaan sel mast (mengalami crosslink)

yaitu reseptor FceR  Lalu apabila terdapat antigen yang sama (mengalami second exposure) 

Maka sel memori akan mengaktifkan sel plasma agar mengeluarkan IgE yang akan berikatan

dengan reseptornya di permukaan sel mast. Sehingga terjadi 3 keadaan :

Isyarat untuk aktivasi gen sitokin Isyarat untuk degranulasi sel mast Isyarat untuk aktivasi fosfolipid

Sekresi sitokin Degranulasi sel mast Timbul met. AA

IL-4 dan IL-13 Keluar vasoaktif amin yaitu HISTAMIN PG LT

Produksi sel B meningkat Senitasi serabut nosiseptor C Di jantung Di PD Nyeri Bronkokonstrksi

Sensasi gatal Takikardi Vasodilatasi Sal. Nafas tersumbat

Eritem Permeabilitas meningkat Sesak nafas Wheezing

Transudat RR meningkat

Edem Urtikaria

TANDA DAN GEJALA KLINIS

Ciri khas

Ciri pertama
- Gejala yang timbul bebarapa detik hingga menit
Setelah terpajan terhadap alergen/faktor
pencetus non alergen (bahan kimia, obat).

Ciri kedua
- Yaitu reaksi sistemik satu/lebih organ & timbul
gejalanya serentak/hampir serentak

Umum
Lesu, Lemah
- Rasa tak enak yang sulit di deskripsikan
- Rasa tak enak pada dada & perut
- Rasa gatal pada hidung & palatum
GIT
- Disfagia, nausea, vomitus, kolik, diare
(terkadang disertai darah)
- Aktivitas Peristaltik usus ↑↑

Kulit
- Urtika, Angiodema bibir, muka & ekstremitas

Mata
- Pruritus, lakrimasi

Pernafasan
Hidung
- Pruritus, bersin dan tersumbat

Laring
- Rasa tercekik, suara serak
- Sesak nafas, stridor, edema, spasme

Lidah
- Edema

Bronkus
- Batuk, sesak, mengi, spasme

Kardiovaskular
- Pingsan atau sinkop, palpitasi
- Takikardi, hipotensi sampai syok, aritmia.

SSP
- Gelisah, kejang

DIAGNOSIS

• Berdasarkan gejala klinik sistemik


– Muncul beberapa detik atau menit setelah pasien terpajan alergen
– Ringan : pruritus,urtikaria
– Berat : gagal napas,sesak,edema laring,spasme bronkus,wheezing
– Mual,muntah,kolik usus,diare berdarah,kejang uteru,perdarahan vagina

DIAGNOSIS BANDING

1. REAKSI VASOVAGAL
- biasanya sth mendapat suntikan
- tampak mau pingsan,pucat,berkeringat
- Bedanya : nadinya lambat, tidak tjd sianosis,tekanan darah turun tapi mudah diukur
dan tidak terlalu rendah
2. INFARK MIOKARD
- nyeri dada,sesak
- Bedanya : tidak tampak obstruksi saluran napas dan kelainan kulit
- Px elektrokardiografi dan enzimatik.
3. REAKSI HIPOGLIKEMIK
- biasanya krn obat antidiabetes
- tampak lemah,pucat,berkeringat sampai tak sadar,tekanan darah kadang turun
- Bedanya : tidak ada obstruksi saluran napas dan kelainan kulit,
- Px kadar gula darah dan terapi glukosa
4. REAKSI HISTERIK
- kadang2 pingsan tapi sementara,parestesia
- Bedanya : tidak ada gangguan pernapasan, hipotensi,dan sianosis
- Px tanda vital dan status neurologis.

5. SINDROM ANGIODERMA NEUROTIK HEREDITER


- angioderma saluran napas atas,kolik abdomen
- Bedanya : tidak ada kelainan kulit atau kolaps vaskular,ada riwayat keluarga, ada
penurunan kadar inhibitor C1 Esterase

6. SINDROM KARSINOID
- ada gejala gastrointestinal,spasme bronkus,dan rasa panas sekitar kulit
- Bedanya : tidak dijumpai urtikaria atau angioderma
- Px lab : serotonin darah meningkat,kadar histamin dan 5 hidroksi indol asam
asetat dalam urin meningkat

A. Penatalaksanaan
Tindakan Segera
a. Hentikan prosedur
b. Tidurkan pasien telentang, kaki naik 30o
c. Pasien sadar
1. jaga ABC
2. Epinefrin 1:1000
-dosis: 0,01 – 0,3 ml/kgBB, diberikan setiap 15-20 menit 3-
4x (SK)
-bila sudah berat, diberikan secara IM kadang dosisnya
sampai 0,5 ml, jika pasien tidak mengidap penyakit jantung
3.Adrenalin 0,3-0,5 mg dari larutan 1:1000 IM/SQ
Anak = 0,01 mg/kgBB
Boleh diulang 5-10 menit, akan tercapai setelah pemberian 4x, kalau belum
sampai 90 mmHg berikan dalam dosis dan cara yang sama.
Merupakan drug of choice, karena:
-Bronkodilator kuat
-Vasokontriktor PD
-Histamin bloker
 2 hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian terapi:
1. Sistem pernafasan berjalan lancar → oksigenasi
berjalan baik
2. Sistem kardiovaskular berfungsi baik → perfusi jaringan
memadai
• Penyumbatan saluran nafas bisa disebabkan karena:
1. Edema laring → epinefrin, trakeostomi
2. Spasme bronkus → larutan salbutamol 0,25cc – 0,5 cc
dalam 204 ml NaCl 0,9%, diberikan perlahan-lahan selama
15 menit (sebagai bronkodilator), diberikan melalui
Nebulisasi

4.Aminofilin 5-6 mg/kgBB → diencerkan dalam 20 cc dekstrosa 5%,

diberikan perlahan-lahan selama 15 menit

-Indikasi: Bila masih terjadi bronkospasme


5. Oksigen 4-6 l/menit → untuk gangguan pernapasan atau kardiovaskular
• Pada sistem kardiovaskular
-Biasanya jika pemberian epinefrin tidak memberikan efek →
terjadi kekurangan cairan intravaskular → butuh cairan
intravena:
a. Kristaloid (NaCl 0,9%)
b. Koloid (plasma, dextran) → 0,5-1 L
Fungsi: mengganti cairan intravaskular yang merembes keluar
pembuluh darah
-Oksigen mutlak
-CVP (central venous pressure) → untuk memantau kebutuhan
cairan dan menghindari kelebihan pemberian cairan.
-Vasopresor melalui infus i.v
larutkan epinefrin 1:1000 dalam 250 ml dektrosa diberikan dengan
infus 1-4 mg/menit atau 15-60 mikrodrip/menit

-Epinefrin endotrakeal + pernapasan hiperventilasi

-indikasi: anafilaksis berat →pembuluh darah tidak tersedia

-dosis: 10 ml epinefrin 1:10.000 mll jarum panjang atau kateter mll pipa
endotrakeal
anak: 5 ml epinefrin 1:10.000
d. Pasien tidak sadar
- Airway
 Tripple airway manuever
- Breathing
Bila henti napas

a. Napas buatan 2 x
b. Raba nadi karotis
TERABA
-Tak bernafas: Nafas buatan 12x/menit, Intubasi
-Bernafas: O2 100%, observasi ketat
TAK TERABA
-RJP 15:2 (ACLS) → circulation
-Adrenalin 1 mg

NAFAS BUATAN 2X
RABA NADI CAROTIS
RJP
RJP 15:2
2. Tindakan Suportif
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
b. O2 100%
c. Kortikosteroid → hanya menetralkan mediator kimia
-Prednisolon oral (anak-anak: 1 g/kg, dewasa 50 mg)
-Fungsi: mengurangi inflamasi dan bronkokontriksi
d. Antihistamin → menetralkan mediator kimia
ex: Chlorpheniramin Maleate
Kelompok: AH1 → sedatif
Indikasi: urtikaria, rhinitis alergi, gigitan serangga, alergi obat, anafilaksis,
alergi makanan, alergi serum
KI: epilepsi, penyakit hati, asma
Dosis: 4 mg setiap 4-6 jam (max 24mg/hari) oral, IM 10-20 mg (max 40 mg
dalam 24 jam), injeksi i.v 10-20 mg selama 1 menit.
ES: mengantuk, tidak bertenaga, pusing, mulut kering
Farmakodinamik:
antagonis H1 → melawan efek diinduksi histamin → peningkatan
permeabilitas dan kontraksi otot polot GIS dan pernafasan

B. Pencegahan
 HINDARI ALERGI
 Petunjuk sebelum memberikan obat
1. Adakah indikasi memberikan obat
2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya
3. Apakah pasien punya resiko alergi obat
4. Apakah obat tersebut perlu diuji kulit dulu
5. Adakah pengobatan pencegahan untuk mengurangi reaksi alergi
 Langkah pencegahan
1. Riwayat alergi obat secara terperinci
2. Obat sebaiknya diberikan peroral dan periksa label obat
3. Observasi pasien selama 30 menit setelah pemberian
4. Tanya riwayat obat secara teliti jika ada faktor predisposisi
5. Lakukan uji kulit jika mungkin
6. Pemberian obat pencegahan reaksi alergi
C. Prognosis
Bonam jika ditangani dengan cepat dan tepat, dan jika masih pada derajat ringan-
sedang

PENYAKIT TERKAIT

 SYOK SEPSIS

DEFINISI

• Adalah sindroma klinik yang terjadi karena adanya respon tubuh yang berlebihan
terhadap rangsangan produk mikgroorganisme.
• Ditandai dengan  demam,takikardi,takipnea, hipotensi dan disfungsi organ
berhubungan dengan gangguan sirkulasi darah.

ETIOLOGI

• Virus,bakteri,fungi,atau riketsia
• Respon sistemik karena  mikroorganisme penyebab beredar dalam darah atau
karena produk toksik mikroorganisme atau karena produk rekasi radang dari infeksi
lokal
• Umumnya disebabkan bakteri gram negatif

PATOGENESIS

• Bakteri gram negatif  dinding selnya lipopolisakarida masuk ke sirkuasidiikat


oleh inhibitor serum spt lipoproteinsehingga lps dimetabolisme  sebagian lain
LPS berikatan dengan LBP(lipopolysacarida binding protein) yaitu protein dlm
plasma yg disintesis hati akan mempercepat berikatan dg CD14kompleks LPS-
CD14 menyebabkantranduksi sinyal intraselulerproduksi sitokin oleh sel

• Bakteri gram positif komponen dinding selnya Lipoteichoic acid (LTA) dan
peptidoglikan induktor sitokin secara langsung
• Mekanisme bakteri gram positif menyebabkan sepsis
– Eksotoksin sebagai superantigen
Superantigen  berikatan dengan molekul MHC kelas II dari APC dan V-chains dari
reseptor sel Tmengaktivasi sel T dalam jumlah besar utk produksi sitokin proinflamasi
yang berlebih
– Komponen dinding sel yg menstimulasi imun
• Sepsis  terjadi pelepasan mediator inflamasi berlebihsitokin,netrofil,monosit,sel
endotel,trombosit,kaskade,komplemen

• Sitokin  IL-10 antiinflamasi


• sitokin TNF-a,IL-1,IL-6,IL-8,IL-12 pronflamasi
• sitokin TNF-a,IL-1,IL-6,IL-8,IL-12 pronflamasi peningkatan permeabilitas
endotel,prokoagula,ekspresi molekul adhesi
• Endotoksin bakteri gram negatif vasodilatasi dan peningkatan permeabiltas
vaskularhipovolemia dan edema
• Proses inflamasi yang maladaptif disfungsi organkarena gangguan
perfusi,iskemia,mirotrombus

Gambar normal/ kiri  faktor2 stimulasi koloni menginduksi pelepasan netrofil dari
sstlkeadaan normal,netrofil menempel pada endotel lalu migrasi masuk kedaerah bakterial
Pasien sepsis netrofil memiliki peningkatan ekspresi integrin permukaanpengikatan kuat
pd sel endotelnetrofil tetap terikat pd sel endotel dan gagal migrasi ke lokasi infeksi
bakterial
GEJALA KLINIS

• Tanda syok : nadi cepat dan lemah,ekstremitas pucat dan dingin,penurunan produksi
urin,penurunan tekanan darah
• Gejala syok sepsis hipovolemia : takikardi,vasokontriksi perifer,produksi urin <o,5
cc,tekanan darah turun dan menyempitnya tekanan nadi

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Menunjukan leukositosis atau leukopenia


• Trombositopenia
• Granulosit toksik
• LED meningkat
• Hasil biakan bakteri bisa +/-

KOMPLIKASI

• Menyebabkan obstruksi organ dan penyakit lain


TATA LAKSANA

• Perbaikan hemodinamik : penurunan tekanan darah


– Cairan koloid dan kristaloid (NaCl)  1-1,5 l dalam waktu 1-2 jam
– Dopamin (Jika tidak membaik dg cairan)  vasopressor  5-10
ug/kgBB/menit
• Antibiotik  untuk gram positif dan negatif.

 ERUPSI ALERGI OBAT

DEFINISI

Erupsi alergi obat adalah reaksi alergi pada daerah kulit atau mukokutan yang terjadi
sebagai akibat pemberian obat dengan cara sitemik.
Merupakan reaksi hipersensitivitas  ditandai dengan 1 atau lebih makula berbatas
jelas,ukuran bervariasi,gambaran khsanya yaitu kecenderungan berulang di tempat lesi yg
sama bila terpapar kembali obat yg sama.

EPIDEMIOLOGI

- Insidens mencapai 2,66% dari total 27,726 pasien dermatologi selama 1 tahun.
- Erupsi terjadin pada 2-3% pasien yang dirawat di RS, namun hanya 2% yang
berakibat fatal.
- Insidens di negara berkembang berkisar antara 1-3%.
- Hampir 45% dari seluruh pasien denga erupsi di kulit merupakan kasus erupsi obat
alergi.
- Insidens Wanita > pria
- Lebih dari 50% kasus Sindrom Steven Johnsons.

ETIOLOGI

• Obat tersering penyebab alergi


– Golongan pensilin,sulfa,salisilat,dan pirazolon
– Analgetik lain (asam mefenamat)
– Anti konvulsan (dilantin,mesantoin,tridion)
– Sedatif (terutama luminal)
– Trankuilizer (fenotiazin,fenergen,klorpromazin,meprobamat)

Faktor resiko
a. Faktor yang terkait dengan obat dan cara pemberian
- Sifat kimiawi obat
- Sifat metabolitnya
- Cara pemberian obat
- Dosis dan lama pemberian

b. Faktor terkait penderita


- Usia & jenis kelamin
- Genetik
- Riwayat atopi atau alergi obat dalam keluarga
- Penyakit dasar penderita

Klasifikasi Reaksi Efek Samping

I. Reaksi yang tidak terkait langsung dengan obat


1. Reaksi Psikogenik  Keglisahan, muntah, lemas
2. Reaksi Konsidental  kemerahan di kulit akibat infeksi virus disalahartikan pada
obat

II. Reaksi yang terkait lansung dengan efek obat


1. Reaksi dapat terjadi semua orang
a. Keracunan Obat/overdosis
b. Efek samping  efek sedasi pada obat antihistamin
c. Efek sekunder  Pemberian AB menginduksi pelepasan antigen mikroba dan
endotoksin kuman yang mati (Rx. Jarisch-Herxheimer pada penderita siffilis atau
leptospirosis karena obat penisillin).
d. Interaksi obat: Efek suatu obat yang mempengaruhi respons satu atau lebih obat-
obatan lain induksi suatu enzim suatu obat ynag mempengaruhi metabolisme obat lain.
2. Reaksi yang hanya terjadi pada ornag yang memiliki bakat
a. Intoleransi reaksi yang disebabkan efek farmakologis tinggi  gejala tinnitus pada
pengguan aspirin dosis kecil
b. Reaksi idiosinreaksi yaitu reaski yang tidak behubungan dengan efek farmakologi
dan tidak disebabkan immunologis  primakuin menyebabkan anemia heolitik.
c. Reaksi Hipersensitivitas.

PATOGENESIS

• Dapat terjadi secara imunologik dan nonimunologik


• Sebagian besar krn imunologik erupsi obat terjadi pada pasien yg telah mengalami
sensitisasi dg obat tsb
• Obat dengan berat molekul rendah awalnya sebagi haptenberkonjugasi dg protein
di jaringan,serum,membran selmembentuk kompleks hapten protein
• Obat dengan berat molekul tinggi  dpt berfungsi langsung sebagai antigen
lengkaplangsung erupsi obat.

GAMBARAN KLINIS

- Erupsi makulapapular
- Urtikaria dan angiodema
- Purpura
- Vaskulitis
- Reaksi fotoalergik
- Pustulosis eksantematosa generalisata akut

DIAGNOSIS

 Anamnesis
- Catat semua obat yang dipakai termasuk vitamin dan suplemen dan obat
sebelumnya sering dipakai tapi tidak menimbulkan alergi
- Riwayat pemakaian, lama pemakaian obat masa lampau dan catat bila ada reaksi
(alergi sering timbul karena diberikan selang-seling, berulang dosis tinggi secara
parenteral)
- Lama waktu dibutuhkan mulai pemakaian obat hingga timbul gejala (Rx.anafilaksis:
langsung, gejala alergi obat: 7-10 hari setelah pemakaian pertama)
- Manfes klinis alergi dihubungkan dengan obat tertentu
- Gejala hilang bila obat tersebut dihentikan & timbul kembali bila diberikan obat yang
sama

• Pemeriksaan in vivo
– Uji tempel
Sediaan yg mengandung obat ditempelkan di kulit (biasanya punggung) dinilai 48-72
jam kemudian positif : ada erupsi pruritus,eritema,vesikular,dengan intensitas
ringan
– Uji tusuk
Utk konfirmasi rx tipe I ada kompleks antigen-IgE
– Uji provokasi
Utk memastikan diagnosis alergi obat,tetapi berbahaya karena bisa terjadi anafilaksis
langsung

• Pemeriksaan in vitro
– Pemeriksaan IgG dan IgM,uji aglutinasi dan lisis eritrosit,uji pelepasan
histamin,uji Coombs
Utk membedakan apakah rx kulit karena obat atau bukan

TATA LAKSANA

• Setelah mengetahui obat penyebab distop pemakaian obat tsb atau diganti
• Pengobatan :
– Antihistaminbersifat sedatif ,mengurangi gatal.
– Adrenalin
– Kortikosteroid untuk menghambat reaksi autoimun dan menghambat
inflamasiprednison 3-4 x 10 mg/hari
– Obat topikal  untuk lesi lokal pada kulit bedak salisilat (jika kulit kering),larutan asam
salisilat (jika kulit basah)
– Eksantema fikstumkri kks hidrokortison 1-2 %
– Eritroderma (skuamasi dan eritema menyeluruh) salep lanolin 10%

PROFILAKSIS

• Penyuluhan/edukasi
• Surat keterangan
• Prinsip pemeberian obat
– Tepat indikasi
– Tepat obat
– Tepat penderita
– Tepat dosis
– Waspada efek samping

 ALERGI MAKANAN

DEFINISI
Alergi makanan adalah reaksi fisiologis yang disebabkan ketika sistem kekebalan tubuh
secara keliru mengidentifikasi makanan yang biasanya tidak berbahaya sebagai perusak
tubuh.

ETIOLOGI

Alergen dalam makanan terutama berupa protein didalamnya. Namun, tidak semua
protein dalam makanan tersebut mampu menstimulasi produksi igE.
Penyebab tersering alergi pada orang dewasa adalah kacang-kacangan, ikan dan kerang.
Pada anak adalah susu, telur, ikan dan gandum.
Sebagian besar alergi makanan akan hilang setelah pasien menghindari makanannya.
Kecuali alergi kacang-kacangan, ikan dan kerang cenderung menetap atau menghilang
setelah jangka waktu lama.

Makanan sehari-sehari
- Susu sapi
- Telur
- Daging
- Legume
- Kacang tanah
- Kedelai
- Tree nuts
- Biji-bijian
- Ikan
- Crustacea & molluscum
- Sayuran
- Buah-buahan
- Sereal

GAMBARAN KLINIS

- Reaksi hipersensitivitas diperantarai igE


 Gastrointestinal, kulit dan sal. Nafas
 Anafilaksis walau dengan dosis rendah
 Urtikaria, dsb

- Reaksi hipersensitivitas non-igE


 Bisa mual, muntah, diare, nyeri abdomen
 Berat badan menurun

DIAGNOSIS

- Anamnesis
- Pemeriksaan fisik

- Oral food Challenge


Pasien makanan terduga menyebabkan alergi untuk sedikitnya 2 minggu, antihistamin
diberikan sesuai waktu paruhnya, makanan diberikan bentuk kapsul. Selama di uji
pasien diawasi untuk mengamati perubahan kulit, saluran nafas dan saluran cerna. Tes
negatif apabila makanan yang dicurigai tidak timbul reaksi alergi.
TATA LAKSANA
 Menghindari makanan
 Medikamentosa
- Ringan hanya diberikan antihistamin
- Jika perlu diberikan kortikosteroid pada rekasi sedang
- Jika terjadi anafilaksis diberikan epinefrin.

REFERENSI

A.V. Hoffbrand, J.E. Petit, P.A.H. Moss, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta 2005: 221, 295

Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Kumar, Vinay., Robbins, Stanley., Cotran, Ramzi., 2003. Robbins BasicPathology. Volume 2
Edisi 7. New York: W.B. Saunders Company.

Kumar, Abbas, Fausto, Aster, editors. Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease.2010

Medscape

Anda mungkin juga menyukai