Teknologi Bahan Bangunan Agregat
Teknologi Bahan Bangunan Agregat
“AGREGAT”
KELOMPOK 4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
Agregat | 1
DAFTAR ISI
Cover .................................................................................................................................1
Daftar isi ........................................................................................................................... 2
BAB I PEMBAHASAN
a. Peranan Agregat ..........................................................................................................3
b. Jenis-jenis Agregat ......................................................................................................3
c. Gradasi Umum .............................................................................................................4
d. Gradasi Senjang ...........................................................................................................4
e. Gradasi Agregat Halus dan Kasar ...............................................................................4
f. Perbandingan Agregat Halus terhadap Agregat Kasar ................................................6
g. Ukuran Butir Maksimum ............................................................................................. 7
h. Koreksi ........................................................................................................................ 7
i. Bentuk Butiran .............................................................................................................7
j. Tekstur Permukaan Butiran ......................................................................................... 8
k. Berat Jenis dan Berat Volume Agregat .......................................................................9
l. Absorbsi dan Kadar Air ............................................................................................. 11
m. Kekuatan dan Kekerasan ........................................................................................... 11
n. Substansi Perusak pada Agregat ................................................................................12
o. Sifat Termis ...............................................................................................................12
p. Kualitas yang diharapkan .......................................................................................... 13
q. Pengombinasian Agregat ........................................................................................... 13
r. Pengambilan Agregat ................................................................................................ 14
s. Pengolahan Agregat ...................................................................................................14
t. Penyimpanan Agregat................................................................................................ 15
BAB II PENELITIAN
a. Penelitian Agregat di Dunia ...................................................................................... 16
b. Penelitian Agregat di Indonesia .................................................................................16
c. Penelitian Agregat Lokal Kaltim ...............................................................................17
Kesimpulan ....................................................................................................................18
Daftar Pustaka ...............................................................................................................19
Agregat | 2
BAB I
PEMBAHASAN
A. PERANAN AGREGAT
Agregat memegang peranan yang penting dalam campuran beton,karena
menempati 70-75% dari total volume beton. Berikut ini peranan agregat dalam
campuran di antaranya;
1. Menghemat penggunaan semen Portand
2. Mengurangi penyusutan pada beton
3. Menghasilkan kekuatan yang besar pada beton
4. Menghasilkan beton yang padat dan kokoh jika gradasinya baik
B. JENIS-JENIS AGREGAT
1. Berdasarkan asalnya,
Agregat alam, agregat yang terbentuk dari proses alam( erosi dan degradasi)
sehingga minimal dari proses pengolahan. Agregat alam terbagi 2 yakni, kerikil
dan pasir alam, serta agregat batu pecah.
Agregat melalui proses pengolahan, yaitu hasil pengolahan agregat alam,
misalnya batu gunung atau sungai yang kemudian di pecah lagi agar dapat
digunakan sebagai agregat konstruksi
Agregat Buatan, merupakan agregat pengisi/pelengkap karena kekurangan
agregat alam. contoh agregat buatan : Klinker dan Breeze.
Agregat | 3
C. GRADASI UMUM
Gradasi agregat adalah distribusi dari variasi ukuran butir agregat . Gradasi agregat
berpengaruh pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas
(kemudahan dalam pekerjaan) serta stabilitas campuran. Gradasi agregat ditentukan
dengan cara analisa saringan, dimana sampel agregat harus melalui satu set saringan,
dimana saringan yang paling besar diletakkan paling atas dan yang paling halus
dibawah.
Gradasi yang ideal itu ada yang semakin padat karena menghasilkan beton yang
lebih baik dan yang lebih ekonomis. Rongga udara akan minimal bila diameter butir
kecil, tapi bila terlalu kecil akan tidak praktis. Selain itu tegangan permukaan dan
tegangan masing-masing butir tidak memungkinkan butir dipasang secara
berpasangan/berdempetan itu agar mudah dipadatkan.
D. GRADASI SENJANG
Gradasi senjang (gap graded) adalah suatu komposisi agregat yang grafik
pembagian butirnya menggunakan di antara ukuran-ukuran tertentu berbentuk senjang,
mempunyai rongga diantara agregat lebih besar sehingga dapat mengakomodasi aspal
lebih banyak.
Gradasi harus membutuhkan berbagai variasi ukuran butir agregat dalam campuran
beton untuk mendapatkan pori yang kecil dan kemampuan yang tinggi agar
interblocking yang terjadi menjadi baik. Selain itu untuk mendapatkan penyebaran
gradasi yang baik dapat dilakukan dengan cara mencampurkan agragat bergradasi
seragam pada ukuran butir yang agregatnyatidak memiliki gradasi senjang sehingga
diperoleh campuran gradasi yang menerus baik
Gradasi senjang dapat dilakukan apabila kondisi pengecoran dapat diatasi sebaik
mungkin. Pemisahan atau segresi dapat diminimalisir dengan memakia slump terendah
dan campuran beton yang cukup keras/kuat.
Agregat | 4
3. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari 5
%.
4. Tidak mengandung zat organis terlalu banyak, yang dibuktikan dengan percobaan
warna dengan larutan 3 % NaOH, yaitu warna cairan di atas endapan agregat halus
tidak boleh lebih gelap daripada warna standar / pembanding.
5. Modulus halus butir antara 1,50 – 3,80 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi.
6. Agregat halus dari laut / pantai, boleh dipakai asalkan dengan petunjuk dari
lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui.
Menurut British Standard (BS) memberikan syarat gradasi untuk pasir. Kekasaran
pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus (zone 4),
agak halus (zone 3), agak kasar (zone 2) dan kasar (zone 1) seperti pada tabel.
AGREGAT KASAR
Agregat kasar adalah material yang tertahan pada saringan No. 8 (2,36 mm).
Agregat kasar untuk campuran beraspal harus terdiri dari batu pecah yang bersih, kuat,
kering, awet, bersudut, bebas dari kotoran lempung dan material asing lainya serta
mempuyai tekstur permukaan yang kasar dan tidak bulat agar dapat memberikan sifat
interlocking yang baik dengan material yang lain. Tingginya kandungan agregat kasar
membuat lapis perkerasan lebih permeabel. Hal ini menyebabkan rongga udara
meningkat dan menurunya daya lekat bitumen, maka terjadi pengelupasan aspal dari
batuan.
1. Butir-butirnya keras dan tidak berpori, indeks kekerasan ≤ 5 % (diuji dengan
goresan batang tembaga). Bila diuji dengan bejana Rudeloff atau Los Angeles.
2. Kekal, tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca (terik matahari dan hujan).
Jika diuji dengan larutan garam Natrium Sulfat bagian yang hancur maksimum 12
%, jika dengan garam Magnesium Sulfat maksimum 18 %.
3. Tidak mengandung lumpur (butiran halus yang lewat ayakan 0,06 mm) lebih dari
1 %.
4. Tidak boleh mengandung zat-zat yang raktif terhadap alkali
5. Butiran agregat yang pipih dan panjang tidak boleh lebih dari 20 %
Agregat | 5
6. Modulus halus butir antara 6 – 7,10 dan dengan variasi butir sesuai standar
gradasi
7. Ukuran butir maksimum tidak boleh melebihi dari : 1/5 jarak terkecil antara
bidang-bidang samping cetakan, 1/3 tebal pelat beton, ¾ jarak bersih antar
tulangan atau berkas tulangan
Syarat Gradasi Agregat Kasar Syarat gradasi agregat kasar (kerikil) menurut
British Standar (BS) disajikan pada tabel sebagai berikut :
Hati-hati memilih persentase pasir terhadap total agregat. Terlalu sedikit pasir dapat
menghasilkan beton yang segregasi atu keropos, karena kelebihan agregat kasar.
Terlalau banyak pasir yang dipakai juga akan dapat menghasilkan beton dengan
kepadatan rendah dan kebutuhan air yang tinggi. Pasir pada umumnya 25 – 65 %
volume dari total agregat. Persenttase rendah dipakai untuk batu bulat dan persentase
tinggi untuk batu pecah.
Untuk pemadatan yang baik, volume matrik (udara, air, semen, dan agreegat halus)
sebaiknya adalah sekitar 45 – 50 % volume, tergantung angularity dari agregat kasar.
Agregat bulat seperti kerikil memerlukan 45 -48 % matrik, sementara batu pecah
membutuhkan sedikit lebih tinggi, 45 -51 %. Kebanyakan betonyang tergradasi
menurun mempunyai persentase matrik 55 % atau lebih.
Jika agregat halus mengandung butir yang sangat halus maka semakin sedikit
dibutuhkan untuk membuat campuran workable. Namun jika proporsi ini dilebihi, pasta
semen harus meliputi lebih banyak total luas permukaan agregat, dan mungkin
campuran menjadi tidak workable. Dalam kasus demikian, workability yang
dikehendaki kadang-kadang dapat dikembalikan dengan menambahkan air untuk
menambah volume pasta. Namun hal itu akan mengakibatkan bertambahnya factor air-
semen. Sebaliknya, agregatt halus yang mengandung sedikit partikel lembut dapat
memerlukan lebih banyak proporsi agregat halus yang dipakai untuk memenuhi
workability dan pemadatan.
Sementara prinsip-prinsip ini baik untuk kebanyakan beton, pertimbangan khusus
mungkin perlu bila beton harus dipompa atau bila permukaannya harus dirawat untuk
permukaan dekorasi tertentu.
Agregat | 6
G. UKURAN BUTIR MAKSIMAL
Adukan beton dengan tingkat kemudahan pekerjaan yang sama atau beton dengan
kekuatan yang sama, akan membutuhkan semen yang lebih sedikit apabila
menggunakan butir – butir kerikil yang besar. Oleh karena itu untuk mengurangi
jumlah semen dibutuhkan ukuran maksimum butir agregat yang sebesar –besarnya.
Pengurangan jumlah semen berarti juga pengurangan panas hidrasi, dan ini berarti juga
mengurangi kemungkinan beton untuk retak akibat susut atau perbedaan panas yang
tinggi. Walaupun demikian besar butir maksimum agregat tidak dapat terlalu besar,
karena ada faktor – faktor yang membatasi, antara lain :
Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih dari ¾ kali jarak bersih antar
baja tulangan atau antara baja tulangan dan cetakan atau antar berkas baja tulangan,
atau antar tendon pra-tegang atau selongsong..
Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih besar dari 1/3 kali tebal pelat.
Ukuran maksimum butir agregat tidak boleh lebih dari 1/5 kali jarak terkecil antara
bidang samping cetakan.
Dengan pertimbangan diatas, maka ukuran maksimum butir agregat umumnya
dipakai 10 mm, 20 mm, atau 40 mm. Jika tidak dipakai baja tulangan. Jika dimensi
beton yang dibuat relatif besar (betonnya disebut beton massa) dan tidak dipakai
baja tulan g an, misalnya beton untuk fondasi sumuran, pilarjembatan, tembok
penahan tanah, bendungan, ukuran maksimum agregat dapat diambil sebesar 75 mm
atau 150 mm.
H. KOREKSI
Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering Permukaan (SSD), proporsi
campuran harus dikoreksi terhadap kandungan dalam agregat. Koreksi proporsi
campuran dilakukan terhadap kadar air dalam agregat minimum satu kali dalam sehari
dan dihitung menurut rumus sebagai berikut :
Air = B-(Ck-Ca)xC/100-(Dk-Da)xD/100
Agregat = C+(Ck-Ca)xC/100
Agregat kasar = D+-(Dk-Da)xC/100
Dimana : B = Jumlah air (kg/m3)
C = Jumlah agregat halus ( kg/m3)
D = Jumlah kerikil ( kg/m3)
Ca= Absorsi air pada agregat halus (%)
Da= Absorsi air pada agreagat kasar (%)
Ck= Kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk= Kandungan air dalam agregat kasar (%)
I. BENTUK BUTIRAN
J. TEKSTUR PERMUKAAN
Agregat | 8
tekstur buatan, dan besarnya gaya yang bekerja pada permukaan utiran yang telah
membuat licin atau kasar permukaan tersebut. Semakin kasar tekstur permukaan
agregat maka konstruksi lebih stabil dibandingkan dengan permukaan halus.. Jenis
agregat bedasarkan tekstur permukaannya dapat dibedakan sebagai betikut:
a. Agregat licin/ halus (glassy) : Agregat ini membutuhkan sedikit air dan bermutu
rendah dalam konstruksi. Agregat ini terbentuk dari pengikisan oleh air, atau akibat
patahnya batuan berbutir halus, oleh sebab itu agar dapat menghasilkan campuran
beton dengan sifat-sifat yang baik agregat sungai ini harus dipecahkan terlebih
dahulu. Pemecahan ini dimaksudnkan untuk menghasilkan tekstur permukaan yang
kasar pada bidang pecahnya dan mengubah bentuk butir agregat.
b. Berbutir (granular) : Partikel pecahan agregat ini berbentuk bulat dan seragam.
c. Kasar (rough) : Permukaan agregat yang kasar akan memberikan kekuatan pada
campuran beton karena kekasaran permukaan agregat dapat menahan agregat
tersebut dari pengerasan atau perpindahan. Kekerasan permukaan agregat juga akan
memberikan tahanan gesek yang kuat sehingga akan meningkatkan keamanan.
d. Sangat Kasar (very rough) : Agregat dengan tekstur permukaan yang sangat kasar
memiliki koefisien gesek yang tinggi yang membuat agregat tersebut sulit untuk
berpindah tempat sehingga akan menurunkan workabilitasnya. Oleh sebab itu
penggunaan agregat bertekstur halus dengan proporsi tertentu kadang-kadang
dibutuhkan untuk membantu meningkatkan workabilitasnya.
e. Kristalin (crystalline) : Agregat jenis ini mengandung kristal-kristal yang nampak
dengan jelas melalui pemeriksaan visual.
f. Sarang Lebah (honeycombs) : Pori-pori dan rongga pada agregat ini sangat
tampak melalui pemeriksaan visual.
Untuk agregat tertentu yang pori tertutupnya kecil, sering kedua istilah di
atas dianggap sama, dan disebut berat jenis saja. Dengan demikian maka secara
matematika dapat ditulis :
Bj= Wb/Wa
dengan :
Wb = berat butir agregat
Wa. = berat air dengan volume air sama dengan volume butir agregat
Agregat | 9
Agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya, yaitu :
a. Agregat normal ialah agregat yang berat jenisnya antara 2,5 sampai
2,7. Agregat ini biasanya berasal dari agregat granit, basalt, kuarsa,
dan sebagainya. Beton yang dihasilkan berberat jenis sekitar 2,3.
Betonnyapun disebut beton normal.
b. Agregat berat berberat jenis lebih dari 2,8 misalnya magnetik
(Fe 3 O 4 ), barytes (BaSO 4), atau serbuk besi. Beton yang dihasilkan juga berat
jenisnya tinggi (sampai 5), yang efektif sebagai dinding pelindung / perisai radiasi
sinar X.
c. Agregat ringan mempunyai berat jenis kurang dari 2,0 yang biasanya
dibuat untuk beton ringan. Berat beton ringan kurang dari 1800 kg/m'. Beton
ringan biasanya dipakai untuk elemen-non-struktural, akan tetapi mungkin
pula untuk elemen struktural-ringan. Kebaikannya ialah berat sendiri yang
rendah sehingga struktur pendukungnya dan fondasinya lebih kecil. Agregat
ringan dapat diperoleh secara alami maupun buatan, misalnya:
1. Agregat ringan alami misalnya : diotomite, pumice, volcanic cinder.
2. Agregat ringan buatan misalnya : tanah bakar (bloated clay), abu
terbang (sintered fly-ash), busa terak tanur tinggi (foamed blast furnace
slag).
Dari rumus-rumus tersebut maka didapat hubungan antara nilai kepaclatan dan
porositas, yaitu :
K = 100 - P
Dalam praktek umumnya nilai-nilai tersebut untuk agregat normal adalah
a. Porositas = 35-40%
Agregat | 10
b. Kepampatan = 60 - 65 %
c. Berat jenis = 2,50 - 2,70
d. Berat satuan = 1,50-1,80
Air yang terkandung didalam agregat akan mempengaruhi jumlah air yang
dipergunakan dalam campuran (mix). Agregat yang basah akan membuat campuran
lebih basah, dan sebaliknya. Jadi kandungan air di dalam agregat harus diketahui.
Perubahan kadar air tidak hanya tergantung dari proses pengiriman, tetapi juga
pengaruh dari cuaca (hujan, atau panas terik), dan lamanya penyimpanan. Ada 4
kondisi kandungan air di dalam agregat :
a. Kering Oven (Oven dry). Bisa didapat dengan memasukkan agregat ke dalam oven
selama 24 jam, pada temperature 105 – 1100 C.
b. Kering Udara (Air dry). Bagian luarnya kering, namun di dalamnya masih terdapat
air, keadaan ini dapat biasa terjadi dilapangan bila terjemur. Saturated Surface Dry
(SSD). Keadaan ini merupakan keadaan teorititis yang ideal, yaitu butir didalam
jenuh air (saturated), namun disebelah luarnya masih kering, kondisi ini dipakai
sebagai dasar dari perhitungan Mix – design.
c. Lembab (Moist). Selain bagian dalamnya jenuh air, bagian luar juga basah,
keadaan ini didapatkan dengan merendam agregat selama 24 jam.
Agregat | 11
b. ASTM Standart C 131 dan C535 , memakai cara uji geseran dengan mesin×
Angels, dan ketahanan aus dinyatakan dalam persen bagian yang aus dari contoh
uji agregat kasar ( cara uji ini dianut oleh Indonesia dengan SNI 03 – 2417 – 1997)
c. Di Indonesia, cara pengujian dengan bejana Rudeloff pada agregat kasar. Kekuatan
dinyatakan dengan persen hancur yang menembus ayakan 2,0 mm terhadap berat
contoh uji.
Kekerasan merupakan lawan dari keausan. Ketahanan terhadap abrasi sering
dipakai sebagai indeks secara umum untuk kualitas agregat. Untuk mengetahui
kekerasan atau sifat tahan abrasi dengan pengujian berikut, yaitu dengan menggunakan
mesin Los Angeles, mesin Rudolf dan mesin Rockwell. Kekerasan atau kekuatan
butir-butir agregat tergantung dari bahannya dan tidak dipengaruhi oleh lkatan antara
butir satu dengan lainnya. Agregat yang lebih kuat biasanya mempunyai modulus
elastisitas (sifat dalam pengujian beban uniaxial) yang lebih tinggi. Butir-butir yang
lemah (lebih rendah dari pasta semen) tidak dapat menghasilkan kekuatan beton yang
dapat diandalkan. Kekerasan sedang mungkin justru lebih menguntungkan, karena
dapat mengurangi konsentrasi tegangan yang terjadi, atau pembasahan dan
pengeringan, atau pemanasan dan pendinginan dan dengan demikian membantu
mengurangi kemungkinan terjadinya retakan dalam beton. Butiran yang lemah dan
lunak perlu dibatasi nilai minimumnya jika ketahan terhadap abrasi yang kuat
diperlukan. Modulus elastisitas agregat juga penting diketahui karena memberikan
konstribusi dalam modulus elastisitas beton.
Agregat | 12
menyebabkan perbedaan regangan yang mengakibatkan tegangan dalam tambahan dan
bisa menyababkan lepasnya ikatan.
Sifat termal agregat mempengaruhi keawetan dan kualitas lain dari betonnya. Sifat-
sifat utama sifat termal agregat yaitu (Tjokrodimulyo,1996)
(1) Koefisien muai
(2) Panas jenis
(3) Penghantar panas
Selain itu ruang kosong harus minimum. Sebagai contoh, beton yang di buat dari
kerikil dapat mempunyai ruang kosong 34% sedangkan yang di buat dari batu pecah
39%. Sementara kualitas agregat halus antara lain :
a. Sound secara fisik, tahan terhadap pengaru beku-cair
b. Bentuknya baik, bentuk kubikal atau bulat lebih baik daripada yang sangat bulat
dan pipih. Pemakaian pasir hasil penggilingan umumnya menambah kekuatan tekan
dan lentur.
c. Tergradasi dengan baik, akan memiliki persentase ruang kosong yang minimal dan
luas permukaan minimal.
Q. PENGOMBINASIAN AGREGAT
Sususan butiran agregat di pasaran kadang - kadang tidak memenuhi persyaratan
oleh karena itu di dalam pembuatan adukan beton maka diperlukan pencampuran
Agregat | 13
agregat agar gradasinya sesuai standar akan menghasilkan beton.yang mempunyai kuat
tekan yang baik.ada beberapa kemungkinan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki
gradasi agregat yaitu,
A. Menambah fraksi bagian butiran yang kurang
B. Mengurangi jumlah butiran - butiran yang terlalu banyak
C. Mengombinasikan dua atau lebih jenis agregat agar diperolah gradasi yang
memenuhi standar
R. PENGAMBILAN AGREGAT
S. PENGOLAHAN AGREGAT
Agregat | 14
T. PENYIMPANAN AGREGAT
Agregat harus disimpan sedemikian untuk menjaga mutu yang disyaratkan dan siap
untuk dipakai. Agregat harus ditempatkan pada tempat yang keras, permukaan yang
bersih, bila dianggap perlu harus ditempatkan sedemikian hingga memudahkan
pemeriksaan setiap waktu. Bagian tempat dari daerah penyimpanan harus ditinggikan
dan miring kearah samping untuk membentuk drainase yang layak terhadap
kelembaban yang berlebihan. Agregat harus disimpan dengan cara sedemikian untuk
mencegah segregasi dan untuk memelihara gradasi dan kadar air. Persediaan agregat
tidak boleh langsung terkena sinar matahari. Kontraktor diwajibkan menjaga kondisi
agregat terhadap kadar air, suhu, gradasi dan lain-lain supaya tetap/konstan selama
penyimpanan dan selama dibawa ke tempat pencampuran. Misalnya, jika bagian atas
dari agregat yang tidak terlindung dibawa ketempat pencampur menyebabkan
temperatur adukan menjadi sangat tinggi dan mutu CTSB menurun.
Agregat | 15
BAB II
PENELITIAN
A. PENELITIAN AGREGAT DI DUNIA
Profesor Teknik Sipil dan Lingkungan Dr Walaa Mogawer dari University of
Massachusetts Dartmouth untuk penelitian tentang hot mix campuran aspal yang
mengandung herpes zoster aspal daur ulang(agregat). Penelitian ini dirancang untuk
mempelajari lebih lanjut dan mengembangkan teknologi di bidang konstruksi bahan
perkerasan dan keberlanjutan.
Konsorsium mengatakan kenaikan biaya campuran aspal telah menjadi tantangan
bagi lembaga transportasi yang umumnya beroperasi dengan anggaran terbatas. Selain
itu, produsen campuran aspal dihadapkan dengan tantangan untuk melestarikan sumber
daya alam dan menghasilkan campuran ramah lingkungan yang hemat biaya. Salah
satu industri cara dapat mengatasi tantangan konservasi sumber daya alam adalah
dengan menggunakan bahan daur ulang tersedia seperti herpes zoster aspal daur ulang
dan reklamasi perkerasan aspal.
Tujuan dari penelitian Mogawer akan menjadi mengevaluasi hot mix campuran
aspal tanaman-diproduksi yang berisi daur ulang aspal herpes zoster untuk
mengidentifikasi kritis sifat material dan operasi pabrik yang diperlukan untuk
menghasilkan daur ulang aspal herpes zoster campuran dengan kelelahan dan suhu
rendah retak sifat setara atau lebih baik dari campuran khas yang diproduksi.
Penelitian ini dilakukan oleh Bagus Teguh Setiawan dari Universitas Negeri
Yogyakarta, pada tanggal 08 Juni 2012. Penelitian ini berjudul “Kajian Keausan Dan
Porositas Agregat Kasar Terhadap Kuat Tekan Beton Dengan Agregat Kasar Dari
Beton Daur Ulang Menggunakan Kerikil Dari Sungai Opak”.Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh keausan dan porositas agregat kasar daur ulang terhadap
penurunan kuat tekan beton yang dihasilkan sampai tiga kali pengulangan, serta
membandingkan kuat tekan beton daur ulang antara agregat dari sungai Opak dengan
agregat dari sungai Krasak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1) Kuat tekan beton yang dihasilkan dari agregat daur ulang semakin menurun dalam
setiap pengulangannya.
2) Hubungan keausan dan porositas agregat daur ulang dengan kuat tekan beton. Pada
saat nilai keausan agregat turun sebesar 15.69% (R1), 43.03% (R2), 44.4% (R3),
dengan nilai porositas agregat kasar turun sebanyak 58.28% (R1), 52.11% (R2), dan
47.28% (R3) kuat tekan betonnya menurun sebesar 1.25% (R1), 25.61% (R2), dan
82.56% (R3). 3) Kuat tekan beton daur ulang dengan agregat dari sungai Opak tidak
lebih baik dari kuat tekan beton daur ulang dengan agregat dari sungai Krasak.
Agregat | 16
C. PENELITIAN AGREGAT LOKAL KALTIM
Penelitian ini dilakukan oleh Benny Mochtar E.A. Effendi dan Akhmadi dari
Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Penelitian ini berjudul
“Pengaruh Pemakaian Pasir Lokal Kali Moro Kaubun Kutai Timur Terhadap Kuat
Tekan Beton”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan didapatkan kesimpulan :
1. Untuk campuran proporsi agregat halus, Ex. Kaubun 30 % dengan proporsi agregat
kasar Ex.Palu 70 % dengan mutu beton untuk K-225 didapat nilai kuat tekan beton
sebesar 253,78 kg/cm2.
2. Untuk campuran proporsi agregat halus Ex. Tenggarong 30 % dengan proporsi
agregat kasar Ex.Palu 70 % dengan mutu beton untuk K-225 didapat nilai kuat tekan
beton sebesar 376,22 kg/cm2.
Agregat | 17
Agregat | 18
DAFTAR PUSTAKA
http://civilhighway.files.wordpress.com/2011/07/3-bab-ii-agregat.pdf
http://andykasipil.blogspot.com/2012/02/gradasi-agregat.html
http://tekniksipil-45.blogspot.com/2011/07/gradasi-agregat.html
http://yayan20.blogspot.com/2009_09_01_archive.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17719/4/Chapter%20II.pdf
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11004-7-572822629470.pdf
http://kopertis11.net/jurnal/sains/VOL%202%20NO.1%20APRIL%202010/BENNY%20MU
KHTAR-%20PENGARUH%20PEMAKAIAN%20PASIR.pdf
http://edwardvianst.blogspot.com/2011/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://www.aggregateresearch.com/article.aspx?ID=30766
http://belajarsipil.blogspot.com/2012/09/penetapan-agregat-dan-kebutuhan-air.html
http://pendidikanteknikbangunanundana.blogspot.com/2012/06/modul-3-mk-struktur-dan-
teknologi-beton.html
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-15443-Paper-pdf.pdf
http://rumah12.blogspot.com/2012/12/agregat-dan-persyaratan-agregat.html
http://www.pu.go.id/satminkal/balitbang/sni/buat%20web/RSNI%202005/RSNI/PUstran/RSN
I%20T-01-2005.pdf
http://digilib.unila.ac.id/437/8/BAB%20II.pdf
http://normanray.files.wordpress.com/2010/10/kuliah-3c-agregat-compatibility-mode.pdf
http://oktabloger.blogspot.com/2011/09/agregat.html
http://civilhighway.files.wordpress.com/2011/07/3-bab-ii-agregat.pdf
http://eprints.undip.ac.id/5254/1/Trisni.pdf
Agregat | 19