Chapter II PDF
Chapter II PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2. Epidemiologi
Prevalensi histologis BPH dalam studi otopsi meningkat dari sekitar 20%
pada pria berusia 41-50 tahun, 50% pada pria berusia 51-60 tahun, dan >90%
pada pria yang berusia lebih dari 80 tahun. Gejala obstruksi prostat juga terkait
dengan usia meskipun bukti klinisnya lebih jarang terjadi. Pada usia 55 tahun,
sekitar 25% pria dilaporkan mengalami obstruktif gejala voiding. Pada usia 75
tahun, 50% dari pria mengeluhkan terjadinya penurunan dalam kekuatan dan
kaliber pancaran urin (Presti , et al., 2008).
2.1.3. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya
BPH, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan
peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa
hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya BPH adalah :
a. Teori dihidrotestosteron (DHT)
DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada pertumbuhan
sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron di dalam sel prostat oleh
enzim 5alfa-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
5α-reduktase
Testosteron Dihidrotestosteron
Gambar 2.1. Perubahan testosteron menjadi dihidrotestosteron oleh enzim
5α-reduktase
Sumber : Dasar-dasar Urologi (Purnomo, 2011)
b. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada pria dengan usia yang semakin tua, kadar estrogen dalam serum
relatif meningkat dibandingkan kadar testosteron. Pasien dengan BPH
cenderung memiliki kadar estradiol yang lebih tinggi dalam sirkulasi
perifer. Dalam the Olmsted County cohort, tingkat estradiol serum
berkorelasi positif dengan volum prostat. Estrogen di dalam prostat
berperan pada proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan cara
meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon
androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen, dan menurunkan
jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis) (Roehborn et al., 2007).
c. Interaksi stroma-epitel
Interaksi stroma-epitel berperan penting dalam regulasi hormonal, seluler,
dan molekuler pada perkembangan prostat normal dan neoplastik. Proses
peningkatan usia menyebabkan akumulasi bertahap dari massa prostat.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Cunha et al. menunjukkan bahwa sel
stroma memiliki kemampuan untuk memodulasi diferensiasi sel epitel
prostat normal. Penelitian lain juga telah menunjukkan bahwa faktor
pertumbuhan yang dihasilkan oleh sel epitel dan stroma dapat meregulasi
Androgen (DHT)
Agonis antagonis
EGF
KGF TGF-β Kematian sel
Proliferasi sel (apoptosis)
IGFs prostat
Seimbang
Sumber : Campbell-Walsh Urology 9th Edition (Roehborn et al., 2007)
2.1.5. Patofisiologi
Pembesaran prostat tergantung pada potensi androgen dihidrotestosteron
(DHT). Dalam kelenjar prostat, 5-alfa-reduktase tipe II merubah testosteron
menjadi DHT, yang bekerja secara lokal, namun tidak secara sistemik. DHT
mengikat reseptor androgen pada inti sel, yang berpotensi menyebabkan BPH
(Deters, 2013).
BPH akan meningkatkan resistensi uretra, sehingga sebagai
kompensasinya menyebabkan perubahan pada fungsi kandung kemih. Selain itu
juga terjadi peningkatan tekanan detrusor untuk mempertahankan aliran urin.
Obstruksi yang disebabkan oleh perubahan fungsi detrusor, diperberat oleh
peningkatan usia yang menyebabkan perubahan pada fungsi kandung kemih dan
fungsi sistem saraf, yang menyebabkan frekuensi yang sering untuk mengeluarkan
urin, urgensi, dan nokturia (Roehborn et al., 2007).
2.1.7. Diagnosis
a. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh
dan teraba massa di daerah simfisis akibat retensi urin. Pada DRE
diperhatikan :
• Tonus sfingter ani/refleks bulbo-kavernosus untuk menyingkirkan
2.1.8. Komplikasi
Hiperplasia prostat
2.2.2. Epidemiologi
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan
2.2.5. Patogenesis
a. Masuknya bakteri
Ada 4 cara bakteri masuk ke saluran genitourinaria, yaitu :
• Ascending
Sebagian besar bakteri periuretral naik ke saluran kemih yang
menyebabkan ISK
• Hematogen
Dapat terjadi pada pasien immunocompromised dan pada neonatus.
2.2.7. Diagnosis
Diagnosis ISK kadang-kadang sulit untuk ditegakkan dan bergantung pada
urinalisis dan kultur urin. Kadang-kadang, penelusuran lokalisasi mungkin
diperlukan untuk mengidentifikasi sumber infeksi (Nguyen, 2008).
a. Urinalisis
Untuk pasien dengan gejala sistem saluran kemih, harus dilakukan
urinalisis mikroskopis apabila terdapat bakteriuria, piuria, dan hematuria.
Urinalisis dapat mengidentifikasi bakteri dan leukosit dengan cepat dan
dapat mendiagnosis ISK. Biasanya, sedimen yang akan dianalisis
diperoleh dari sekitar 5-10 mL spesimen dengan melakukan sentrifugasi
selama 5 menit dengan kecepatan 2000 rpm (Roehborn et al., 2007).
b. Kultur urin
Baku emas untuk mengidentifikasi ISK adalah jumlah bakteri tertentu
pada kultur urin . Urin harus dikumpulkan dalam wadah steril dan dikultur
segera setelah dikumpulkan. Bila hal ini tidak mungkin, urin dapat
disimpan dalam lemari es sampai 24 jam. Sampel tersebut kemudian
diencerkan dan menyebar di wadah kultur. Setiap bakteri akan membentuk
koloni tunggal di wadah. Jumlah koloni dihitung dan disesuaikan per
mililiter urin (CFU / mL) (Nguyen, 2008).
2.2.8. Komplikasi
Infeksi saluran kemih dapat menimbulkan beberapa komplikasi (penyulit),
diantaranya :
a. Gagal ginjal akut
Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan mendesak
sistem pelvikalises sehingga menimbulkan gangguan aliran urin. Pada
pemeriksaan urogram terlihat spastisitas sistem pelvikalises atau pada
pemeriksaan radionuklir, asupan (uptake) zat radioaktif tampak menurun
b. Batu saluran kemih
Adanya papila yang terkelupas akibat infeksi saluran kemih serta debris
dari bakteri merupakan nidus pembentukan batu saluran kemih. Selain itu,
beberapa kuman yang dapat memecah urea mampu merubah suasana pH
urin menjadi basa. Suasana basa ini memungkinkan berbagai unsur
pembentuk batu mengendap di dalam urin dan untuk selanjutnya
membentuk batu pada saluran kemih
c. Supurasi atau pembentukan abses
Infeksi saluran kemih yang mengenai ginjal dapat menimbulkan abses
pada ginjal yang meluas kerongga perirenal dan bahkan ke pararenal,
demikian pula yang mengenai prostat dan testis dapat menimbulkan abses
pada prostat dan abses pada testis
d. Urosepsis
Urosepsis adalah sepsis yang disebabkan oleh mikrobakteria yang berasal
dari mikrobakteria yang berasal dari urogenitalia. Bakteri lebih mudah
masuk ke dalam peredaran darah terutama jika pasien mengalami
penurunan sistem kekebalan tubuh, diantaranya adalah pasien : diabetes