A. UMUM
319
B. KEPENDUDUKAN
I. PENDAHULUAN
320
Ga r i s - ga r i s Besar Haluan Negara (GBHN) 1993
mengamanatkan bahwa dalam PJP II pembangunan kependudukan
diarahkan pada peningkatan kualitas penduduk dan pengendalian
laju pertumbuhan penduduk, serta perwujudan keluarga kecil,
bahagia, dan sejahtera. Oleh karena itu, upaya penurunan tingkat
pertumbuhan penduduk perlu dilanjutkan dan lebih ditingkatkan.
Di samping itu, GBHN 1993 juga mengamanatkan agar upaya
persebaran penduduk secara s e r a s i , antara lain melalui
transmigrasi, perlu dilanjutkan dan lebih diarahkan kepada
transmigrasi swakarsa.
321
produktif bagi pembangunan nasional merupakan salah satu modal
dasar dan juga faktor dominan dalam pembangunan nasional.
Pembangunan kependudukan dalam PJP II dan Repelita VI
disusun dan diselenggarakan dengan berdasarkan pada pengarahan-
pengarahan GBHN 1993 seperti tersebut di atas.
322
Pembangunan yang tersebar di seluruh wilayah tanah air telah
meningkatkan partisipasi angkatan kerja termasuk angkatan kerja
wanita. Demikian pula halnya dengan persebaran penduduk melalui
pembangunan transmigrasi dan penyebaran angkatan kerja antar-
daerah (AKAD) telah makin menyeimbangkan persebaran
penduduk di daerah luar Pulau Jawa. Perpindahan penduduk ke
luar Pulau Jawa melalui program transmigrasi selama PJP I
berjumlah sekitar 8 juta orang. Dibandingkan dengan angka
migrasi ke Pulau Jawa, jumlah migrasi ke luar Pulau Jawa masih
lebih besar. Dengan berkembangnya program transmigrasi ke luar
Pulau Jawa telah tercipta lapangan kerja baru sekitar 1,5 juta
keluarga.
1. Tantangan
Meskipun kesejahteraan penduduk telah meningkat selama
PJP I, berbagai indikator kualitas penduduk masih menunjukkan
angka yang memprihatinkan. Misalnya, penduduk Indonesia yang
buta aksara masih sebesar 15,9 persen pada tahun 1990, angka
kematian bayi masih tinggi yaitu 58 kematian per seribu kelahiran
dan angka harapan hidup rata-rata baru mencapai 62,7 tahun pada
tahun 1993. Apabila dibandingkan dengan negara-negara
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), angka kualitas
hidup tersebut masih lebih rendah. Keadaan tersebut terkait dengan
masih banyaknya penduduk Indonesia yang berada di bawah garis
323
kemiskinan. Oleh karena itu, peningkatan kualitas penduduk
merupakan tantangan bagi pembangunan kependudukan dalam
PJPII.
324
luar Pulau Jawa. Demikian pula, meningkatnya
arus urbanisasi penduduk dari desa ke kota,
perluasan wilayah perkotaan, dan
berkembangnya kawasan perdesaan menjadi
perkotaan menyebabkan pola perpindahan yang
kurang mendukung penyebaran tenaga kerja yang
lebih seimbang di berbagai daerah. Hal itu juga
menyebabkan ketidakseimbangan antara jumlah
penduduk dan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk mengelola sumber daya alam yang serasi
dengan lingkungan hidup dan kehidupan sosial
masyarakat. Oleh karena itu, tantangannya adalah
meningkatkan mobilitas dan perataan persebaran
penduduk sesuai dengan daya dukung lingkungan
dan kebutuhan tenaga kerja.
325
penduduk usia lanjut secara fisik dan mental dalam keadaan lemah
sehingga kurang produktif dan dapat menjadi beban keluarga dan
masyarakat. Sementara itu, dengan adanya pergeseran pola
keluarga besar ke pola keluarga kecil dan makin meningkatnya
jumlah wanita yang bekerja di luar rumah terutama di perkotaan,
dimungkinkan terjadi pergeseran nilai-nilai budaya tentang
kewajiban keluarga merawat dan menyejahterakan usia lanjut di
dalam keluarga. Oleh karena itu, tantangannya adalah bagaimana
meningkatkan dayaguna dan kesejahteraan penduduk usia lanjut
dengan tetap mengutamakan peran keluarga dan masyarakat.
2. Kendala
326
3. Peluang
327
pendapatan. Pembangunan kualitas penduduk yang meliputi
kualitas fisik dan nonfisik serta pelayanan terhadap penduduk terus
ditingkatkan dengan memperhatikan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan antara penduduk dengan daya dukung alam dan daya
tampung lingkungan hidup agar potensi penduduk dapat
dikembangkan secara optimal, khususnya masyarakat rentan.
Kuantitas dan mobilitas penduduk terus dikendalikan dan diarahkan
agar menjadi kekuatan pembangunan bangsa secara efektif.
328
Dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin
panjangnya usia harapan hidup sebagai akibat kemajuan yang telah
dicapai dalam pembangunan selama ini, maka mereka yang
memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu diberi
kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan
penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau mental
tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan
perlu mendapat perhatian khusus dari Pemerintah dan masyarakat.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
b. Sasaran Repelita VI
329
330
TABEL 38—1
PERKIRAAN PARAMETER DEMOGRAFI PENDUDUK INDONESIA
DALAM PJP II
1. Penduduk total ribu orang 189.'35,6 204.423,4 219.379,6 233.571,0 248.520,2 258.173,1
a Laki—laki ribu orang 94.317,3 101.953,4 109.419,0 118.492,6 122.939,2 128.732,4
b. Perempuan ribu orang 94.818,3 102.470,0 109.960,6 117.078,4 123.581,0 129.440,7
3. Angka kelahiran total per 1.000 wanita 2.873 2.597 2.381 2.208 2.063 2.008
4. Angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk 24,5 22,6 20,9 19,0 17,2 18,1
5. Angka kematian kasar per 1.000 penduduk 7,9 7,5 7,2 7,1 7,1 7,4 2)
6. Pertambahan alamiah per 1.000 penduduk 18,6 15,1 13,7 12,0 10,1 8,8
8. Rata—rata harapan hidup tahun 62,7 64,6 66,3 67,9 69,3 70,6
3. Kebijaksanaan
331
332
TABEL36-2
PERKIRAAN PARAMETER DEMOGRAFI PENDUDUK INDONESIA
1994 - 1998
1. Penduduk total ribu orang 189.135,6 192.216,5 195.283,2 198.342,9 201.390,3 204.423,4
3. Angka kelahiran total per 1.000 wanita 2.873 2.812 2.754 2.699 2.647 2.597
4. Angka kelahiran kasar per 1.000 penduduk 24,5 24,1 23,6 23,3 22,9 22,6
5. Angka kematian kasar per 1.000 penduduk 7,9 7,8 7,7 7,6 7,5 7,5
6. Pertambahan alamiah per 1.000 penduduk 16,6 16,3 16,0 15,7 15,4 15,1
8. Rata-rata harapan hidup Tahun 62,7 63,1 63,5 63,9 64,2 64,6
TABEL 36—3.b
PERKIRAAN PENDUDUK INDONESIA MENURUT KELOMPOK UMUR
DAN JENIS KELAMIN PEREMPUAN
1994—1998
(ribu orang)
336
meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak melalui pelayanan kesehatan dasar terutama di pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas). Selanjutnya, pengendalian
pertumbuhan dan kuantitas penduduk dilakukan dengan
meningkatkan pelayanan gizi ibu dan anak melalui pos pelayanan
terpadu (posyandu) terutama penyuluhan mengenai pentingnya air
susu ibu (ASI); meningkatkan penanggulangan permasalahan sosial
remaja dan perubahan perilaku reproduksi remaja wanita melalui
pendidikan kependudukan dan keluarga berencana, baik melalui
jalur sekolah maupun jalur luar sekolah; dan menciptakan lapangan
kerja yang sesuai dengan penduduk usia kerja melalui
pembangunan pendidikan sesuai dengan kebutuhan pembangunan
yang didukung oleh perluasan kesempatan kerja.
337
e. Pendayagunaan dan Kesejahteraan Penduduk Usia
Lanjut
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
338
Persebaran penduduk dilaksanakan oleh program transmigrasi
dan tenaga kerja yang didukung oleh pembangunan pertanian dan
pembangunan daerah. Dalam rangka peningkatan kualitas,
pengendalian pertumbuhan, dan persebaran penduduk, diperlukan
data dan informasi kependudukan yang baik. Oleh karena itu, di
dalam pembangunan kependudukan direncanakan penyempurnaan
sistem informasi kependudukan yang ada. Adapun penyempurnaan
sistem informasi kependudukan dilaksanakan secara terpadu
melalui program pengembangan sistem informasi; program
penyempurnaan dan pengembangan statistik; dan program
pembangunan daerah. Untuk mendayagunakan dan menyejahtera-
kan penduduk usia lanjut terutama dilaksanakan oleh program
kesejahteraan sosial, tenaga kerja, dan kesehatan.
C. KELUARGA SEJAHTERA
I. PENDAHULUAN
339
berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup yang layak, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang
antar anggota dan antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan.
Adapun keluarga berencana adalah upaya untuk meningkatkan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
dan peningkatan kesejahteraan keluarga.
340
Pembangunan keluarga sejahtera dalam PJP II dan Repelita VI
disusun dan diselenggarakan dengan berlandaskan pada
pengarahan-pengarahan GBHN 1993 seperti tersebut di atas.
341
Berdasarkan hasil sensus penduduk pada tahun 1980 tercacat
adanya 30,4 juta rumah tangga, dan pada tahun 1990 jumlahnya
meningkat menjadi 40,0 juta rumah tangga, tetapi dengan
jumlah anggota rumah tangga yang makin kecil. Rata-rata jumlah
anggota rumah tangga pada tahun 1980 adalah 4,9 jiwa dan pada
tahun 1990 turun menjadi 4,5 jiwa.
342
III. TANTANGAN, KENDALA, DAN PELUANG
PEMBANGUNAN
1. Tantangan
Pada awal Repelita VI, diperkirakan TFR atau angka
kelahiran total, yaitu rata-rata banyaknya anak yang dilahirkan oleh
seorang wanita selama masa reproduksinya, sebesar 2,87 anak. Di
pihak lain untuk mencapai penduduk tanpa pertumbuhan diperlukan
TFR antara 2,0-2,3 per wanita. Perkiraan pencapaian TFR pada
akhir PJP I menurut propinsi sangat bervariasi, sebagian besar
propinsi TFR-nya masih di atas angka 3 dan hanya sebagian kecil
propinsi di bawah rata-rata angka nasional. Meningkatnya umur
rata-rata perkawinan pertama dari wanita akan menurunkan tingkat
fertilitas wanita. Pada tahun 1971 secara nasional rata-rata
penduduk wanita melangsungkan perkawinannya pada usia 19,6
tahun dan pada tahun 1990 meningkat menjadi rata-rata 21,9
tahun. Namun, di berbagai daerah umur rata-rata perkawinan
wanita masih rendah, terutama di daerah perdesaan. Di samping
itu, masih relatif tingginya pasangan usia subur yang ingin berhenti
mempunyai anak atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya
tetapi belum memakai alat/obat kontrasepsi. Proporsi mereka
menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 1991 adalah sebesar 13 persen. Angka tersebut cenderung
meningkat dibandingkan dengan hasil survei sebelumnya. Oleh
karena itu, tantangannya adalah untuk meningkatkan pengendalian
laju pertumbuhan penduduk melalui penurunan angka kelahiran
dengan menggalakkan pemerataan dan mutu pelayanan KB,
343
terutama untuk daerah terpencil dan desa tertinggal serta daerah
perbatasan.
344
menyempurnakan program KB secara nasional. Dengan demikian,
tantangannya adalah bagaimana Indonesia segera dapat
menyempurnakan program KB nasional agar dapat menjadi contoh
yang baik dan membantu negara-negara lain, khususnya anggota
GNB, dalam menyebarkan program keluarga berencana yang
efektif berdasarkan pengalaman Indonesia.
2. Kendala
3. Peluang
345
Meningkatnya teknologi informasi akan memperlancar
kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) mengenai KB
sehingga mempercepat diterimanya NKKBS. Hal ini diperkuat pula
oleh adanya Undang-Undang No 10 Tahun 1992 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
Sejahtera. Berkembangnya KB mandiri menunjukkan makin
besarnya peran serta masyarakat dalam program KB.
346
Gerakan keluarga berencana diupayakan agar makin
membudaya dan makin mandiri melalui penyelenggaraan
penyuluhan keluarga berencana, disertai dengan peningkatan
kualitas dan kemudahan pelayanan dengan tetap memperhatikan
kesehatan peserta keluarga berencana dan tidak bertentangan
dengan nilai-nilai agama, moral, etik, dan sosial budaya
masyarakat. Dengan demikian, norma keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera dihayati dan dilaksanakan oleh semua lapisan masyarakat
dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
2. Sasaran
a. Sasaran PJP II
347
348 TABEL38—4
SASARAN PESERTA KB BARU DAN PESERTA KB AKTIF MENURUT METODE KONTRASEPSI
DALAM PJP II
(ribu orang)
Akhir PJP II
Janis Sasaran Repelita V *) Akhir Akhir Akhir Akhir Akhir
Repelita VI Repelita VII Repelita VIII Repelita IX Repelita X
3. Kebijaksanaan
349
TABEL 36-5
SASARANMENURUT
PESERTA KB BARU DAN PESERTA KB AKTIF
METODE KONTRASEPSI
1994/95-1998/99
(ribu orang)
11 350
351
b. Peningkatan Kelembagaan Gerakan Keluarga
Berencana
352
V. PROGRAM PEMBANGUNAN
353
terjangkau sehingga dapat memberikan kepuasan dan menjamin
keberhasilan program KB di dalam masyarakat. Untuk itu,
ditingkatkan penyediaan dan distribusi obat dan alat kontrasepsi
yang cukup; pelayanan pemasangan dan pelepasan alat kontrasepsi;
palayanan medik akibat dampak samping yang mungkin timbul
karena pemakaian alat kontrasepsi; dan berbagai kegiatan
pembinaan keluarga sejahtera dengan memberikan bantuan kredit
pada para peserta KB untuk meningkatkan pendapatan keluarga,
yang disalurkan melalui usaha peningkatan pendapatan kelompok
akseptor (UPPKA).
354
meningkatkan pendapatan keluarga peserta KB dengan memberikan
modal pinjaman bagi kelompok akseptor KB yang mempunyai
usaha ekonomis produktif melalui UPPKA.
355
356
Tabel 36—6
RENCANA ANGGARAN PEMBANGUNAN
KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA SEJAHTERA
Tahun Anggaran 1994/95 dan Repelita VI (1994/95 — 1998/99)
(dalam juta
rupiah)
No.
Kode Sektor/Sub Sektor/Program 1994/95 1994/95 — 1998/99