Anda di halaman 1dari 19

SATUAN CARA PENYULUHAN

Pokok bahasanTuberkulosis (TBC)

Sasaran : Pasien dan Keluarga

Tempat : PKM Ciranjang

Waktu : 45 menit

Hari / Tanggal : Kamis, 24 Mei 2018

A. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan ini diharapkan agar individu, anggota

keluarga dapat memahami tentang Tuberkulosis (TBC).

2. Tujuan Khusus

Diharapkan setelah diberi penyuluhan, anggota keluarga dapat:

a. Menyebutkan pengertian dari TBC

b. Menyebutkan penyebab dari TBC

c. Menyebutkan cara penularan TBC

d. Menyebutkan tanda dan gejala dari TBC

e. Menyebutkan cara pencegahan TBC

f. Menyebutkan cara pengobatan TBC

B. Materi

1. Pengertian dari TBC

2. Penyebab TBC

3. Cara Penularan TBC

4. Tanda dan Gejala TBC


5. Cara Pencegahan TBC

6. Cara Pengobatan TBC

C. MEDIA : Leafleat, dan Power Point Metode : Ceramah dan Tanyan Jawab

D. METODE : Ceramah dan Tanya Jawab

E. KEGIATAN

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 Menit Pembukaan:
1. Salam pembuka ( 1. Menjawab Salam
memperkenalakan diri dan 2. Mendengarkan
menentukan kontrak waktu pada dan
sasaran penyuluhan) memperhatikan
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang akan di
sampaikan.
4. Mempersilahkan pemateri untuk
memaparkan materi
2 25 Menit Isi Materi :
1. Menjelaskan Materi: 1. Peserta
a) Menjelaskan Pengertian TBC memperhatikan
b) Menjelaskan Penyebab materi yang
Penyakit TBC diberikan
c) Menjelaskan cara penularan 2. Peserta
TBC mengajukan
d) Menjelaskan tanda dan gejala pertanyaan
penyakit TBC tentang materi
e) Menjelaskan cara pencegahan yang kurang di
penyakit TBC pahami
f) Menjelaskan cara pengobatan
penyakit TBC
2. Memberikan kesempatan kepada
sasaran untuk menanyakan materi
yang kurang dipahami

3 10 Menit Evaluasi: 1. Paara peserta


1. Menayakan kembali kepada pesrta pertanyaan yang
penyuluhan tentang materi yang diberikan
telah disampaiakan penyuluh
2. Penyuluh menyimpulakan 2. Para peserta
penjelasan yang telah diberikan mendengarkan
3. Angota Promkes TIM NS kesimpulan materi
membagikan Leaflet Penyakit TBC yang disampaikan
4 5 Menit Terminasi : Menjawab Salam
1. Memngucapkan terimah kasih.
2. Memberikan salam penutup

F. EVALUASI

Prosedur : Post Test

Jenis : Lisan

Bentuk : Menjawab Pertanyaan

Butir-Butir Pertanyaan:

1. Menyebutkan Pengertian TBC

2. Meyebutkan Gejala dan Tanda TBC

3. Menyebutkan Pengobatan TBC

4. Meyebutkan cara pencegahan TBC


MATERI PENYULUHAN

PENYAKIT TUBERCOLOSIS PARU (TBC)

A. Pengertian Penyakit TBC

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis, yang masih keluaga besar genus

Mycobacterium. Diantara lebih dari anggota keluarga Mycobacterium

yang diperkirakan lebih dari 30 buah, hanya 3 yang dikenal bermasalah

dengan kesehatan masyarakat. Mereka adalah M.bovis dan kalau

M.Leprae adalah penyebab penyakit kusta yang sudah ratusan tahun. M

bovis dikenal karena sering berada di susu sapi yang tidak dimasak

dengan baik (Achmadi, 2005).

Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit kronis yang dapat

menurunkan daya tanhan fisik penderitanya secara serius. Proses

destruksi dan proses restorasi atau penyembuhan jaringan paru terjadi

secara simultan, sehingga terjadi perubahan structural yang bersifat

menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai macam kelainan

faal paru (Masriadi, 2014).


B. Faktor Penyebab Penyakit TBC

Teori John Gordon, mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit

sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (agent), penjamu

(host), dan lingkungan (environment). Ketiga faktor penting ini disebut

segi tiga epidemiologi (Epidemiologi Triangle), hubungan ketiga faktor

tersebut digambarkan secara sederhana sebagai timbangan yaitu agent

penyebab penyakit pada satu sisi danpenjamu pada sisi yang lain

dengan lingkungan sebagai penumpunya

Bila agent penyebab penyakit dengan penjamu berada dalam

keadaanseimbang, maka seseorang berada dalam keadaan sehat,

perubahan keseimbanganakan menyebabkan seseorang sehat atau

sakit, penurunan daya tahan tubuh akanmenyebabkan bobot agent

penyebab menjadi lebih berat sehingga seseorang menjadisakit,

demikian pula bila agent penyakit lebih banyak atau lebih ganas

sedangkanfaktor penjamu tetap, maka bobot agent penyebab menjadi

lebih berat. Sebaliknyabila daya tahan tubuh seseorang baik atau

meningkat maka ia dalam keadaan sehat.Apabila faktor lingkungan

berubah menjadi cenderung menguntungkan agentpenyebab penyakit,

maka orang akan sakit, pada prakteknya seseorang menjadi sakitakibat

pengaruh berbagai faktor berikut :


a) Agent

Mycobacterium tuberculosis adalah suatu anggota dari family

Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetalis.

Mycobacterium tuberculosis menyebabkan sejumlah penyakit berat

pada manusia danpenyebab terjadinya infeksi tersering.Masih terdapat

Mycobacterium pathogenlainnya, misalnya Mycobacterium leprae,

Mycobacterium paratuberkulosis dan Mycobacterium yang dianggap

sebagai Mycobacterium non tuberculosis atau tidak dapat

terklasifikasikan.

Di luar tubuh manusia, kuman Mycobacterium tuberculosis hidup

baikpada lingkungan yang lembab akan tetapi tidak tahan terhadap

sinar matahari. Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4

mikron dan lebar 0,2-0,8 mikron. Kuman ini melayang diudara dan

disebut droplet nuclei.Kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada

tempat yang sejuk, lembab, gelaptanpa sinar matahari sampai

bertahun-tahun lamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila

terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol danpanas api (Atmosukarto

& Soewasti, 2000). Kuman tuberkulosis jika terkenacahaya matahari

akan mati dalam waktu 2 jam, selain itu kuman tersebut akanmati oleh

tinctura iodi selama 5 menit dan juga oleh ethanol 80 % dalamwaktu 2

sampai 10 menit serta oleh fenol 5 % dalam waktu 24 jam.


Mycobacterium tuberculosis seperti halnya bakteri lain

padaumumnya, akan tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan

kelembabanyang tinggi. Air membentuk lebih dari 80 % volume sel

bakteri danmerupakan hal essensial untuk pertumbuhan dan

kelangsungan hidup selbakteri. Kelembaban udara yang meningkat

merupakan media yang baikuntuk bakteri-bakteri patogen termasuk

tuberkulosis. Mycobacterium tuberculosis memiliki rentang suhu yang

disukai, merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh subur dalam rentang

25 – 40o C, tetapi akan tumbuhsecara optimal pada suhu 31-37oC.

Agent adalah penyebab yang essensial yang harus ada,

apabilapenyakit timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak

sufficient/memenuhi syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent

memerlukan dukungan faktor penentu agar penyakit dapat manifest.

Agent yang mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah

kuman Mycobacterium tuberculosis. Agent ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya pathogenitas, infektifitas danvirulensi.

b) Host

Host atau pejamu adalah manusia atau hewan hidup, termasuk

burung dan arthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal dalam

kondisi alam (lawan dari percobaan). Host untuk kuman tuberkulosis

paru adalah manusia dan hewan, tetapi host yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah manusia. Beberapa faktor host yang

mempengaruhi penularan penyakit tuberkulosis paru adalah :

a) Jenis Kelamin

Dari catatan statistik meski tidak selamanya konsisten,

mayoritas penderita tuberkulosis paru adalah wanita.Hal ini masih

memerlukan penyelidikan dan penelitian lebih lanjut, baik pada

tingkat behavioural, tingkat kejiwaan, sistem pertahanan tubuh,

maupun tingkat molekuler.Untuk sementara, diduga jenis kelamin

wanita merupakan faktor risiko yang masih memerlukan evidence

pada masing-masing wilayah, sebagai dasar pengendalian atau

dasar manajemen (Depkes RI, 2001).

b) Umur

Variabel umur berperan dalam kejadian penyakit tuberkulosis

paru.Risiko untuk mendapatkan tuberkulosis paru dapat dikatakan

seperti halnya kurva normal terbalik, yakni tinggi ketika awalnya,

menurun karena diatas 2 tahun hingga dewasa memliki daya tahan

terhadap tuberkulosis paru dengan baik. Puncaknya tentu dewasa

muda danmenurun kembali ketika seseorang atau kelompok

menjelang usia tua (Depkes RI, 2001).

c) Kondisi Sosial Ekonomi


WHO (2003) menyebutkan 90% penderita tuberkulosis paru di

dunia menyerang kelompok dengan sosial ekonomi lemah atau

miskin.

d) Kekebalan

Kekebalan dibagi menjadi dua macam, yaitu : kekebalan

alamiah dan buatan. Kekebalan alamiah didapatkan apabila

seseorang pernah menderita tuberkulosis paru dan secara alamiah

tubuh membentuk antibodi, sedangkan kekebalan buatan diperoleh

sewaktu seseorang diberi vaksin BCG (Bacillis Calmette Guerin).

Tetapi bila kekebalan tubuh lemah maka kuman tuberkulosis paru

akan mudah menyebabkan penyakit tuberkulosis paru.

e) Status Gizi

Apabila kualitas dan kuantitas gizi yang masuk dalam tubuh

cukup akan berpengaruh pada daya tahan tubuh sehingga tubuh

akan tahan terhadap infeksi kuman tuberkulosis paru. Namun apabila

keadaan gizi buruk maka akan mengurangi daya tahan tubuh

terhadap penyakit ini, karena kekurangan kalori dan protein serta

kekurangan zat besi, dapat meningkatkan risiko tuberkulosis paru.

f) Penyakit Inveksi HIV

Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sitem daya tahan

tubuh seluler (cellular immunity) sehingga jika terjadi infeksi

oportunistik seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan


menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah

orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita tuberkulosis

paru akan meningkat, dengan demikian penularan tuberkulosis paru

di masyarakat akanmeningkat pula .

c) Environment

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di luar diri host

baikbenda mati, benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang

terbentukakibat interaksi semua elemen-elemen termasuk host yang

lain. Lingkunganterdiri dari lingkungan fisik dan non fisik, lingkungan

fisik terdiri dari;Keadaan geografis (dataran tinggi atau rendah,

persawahan dan lain-lain),kelembaban udara, temperatur atau suhu,

lingkungan tempat tinggal. Adapunlingkungan non fisik meliputi; sosial

(pendidikkan, pekerjaan), budaya (adat,kebiasaan turun-temurun),

ekonomi (kebijakkan mikro dan lokal) dan politik (suksesi kepemimpinan

yang mempengaruhi kebijakan pencegahan danpenanggulangan suatu

penyakit (Bustan, 2007).

Faktor lingkungan memegang peranan yang penting dalam

penularan penyakit tuberkulosis, terutama pada pemenuhan physiologis

rumah, sebabsinar ultra violet yang terdapat pada sinar matahari dapat

membunuh kuman tuberkulosis paru, selain itu sinar matahari juga

dapat mengurangi kelembabanyang berlebihan, sehingga dapat

mencegah berkembangnya kumantuberkulosis paru dalam rumah, oleh


karenanya suatu rumah sangat perluadanya pencahayaan langsung

yang cukup dari sinar matahari (Soemirat, 2008).

C. Tanda dan Gejala Penyakit TBC

Gejala yang muncul akibat serangan TB Paru ini berbeda-beda,

tergantung pada usia si penderita. Gejala TB Paru yang tampak pada

orang dewasa ialah sebagai berikut:

1. Gejala utama

Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau

lebih.

2. Gejala tambahan, yang sering dijumpai:

a) Dahak bercampur darah

b) Batuk darah

c) Sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan

menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise),

berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang

lebih dari sebulan (Depkes, 2007).

Gejala TB Paru yang timbul pada anak-anak ialah sebagai

berikut:

1. Berat badan turun selama tiga bulan berturut-turut tanpa sebab yang

jelas.

2. Berat badan anak tidak bertambah (anak kecil/kurus terus).

3. Tidak ada nafsu makan.


4. Demam lama dan berulang.

5. Muncul benjolan di daerah leher, ketiak, dan lipat paha.

6. Batuk lama lebih dari dua bulan dan nyeri dada.

7. Diare berulang yang tidak sembuh dengan pengobatan diare biasa

(Sunaryati, 2011).

Beberapa gejala di atas, masih terdapat gejala khusus yang bisa

kita kenali (Sunaryati, 2011), yaitu:

1. Bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke

paru-paru) akibat penekanan kelenjar bening yang membesar, akan

menimbulkan suara “mengi” (suara napas melemah) yang disertai

sesak.

2. Kalau ada cairan di rongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat

disertai dengan keluhan sakit dada.

3. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang

yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara

pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

4. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)

dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya

adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-

kejang.

5. Pada TB Paru biasanya kelenjar yang membesar akan berderet

atau lebih dari satu.


Biasanya seseorang yang terinfeksi TB Paru memiliki peluang

sebesar 5% untuk mengalami suatu infeksi aktif dalam waktu 1-2 tahun.

Perkembangan tuberkulosis pada setiap orang bervariasi, tergantung

kepada berbagai faktor sebagai berikut:

1. Suku: tuberkulosis berkembang lebih cepat pada orang kulit hitam

dan penduduk asli Amerika.

2. Sistem kekebalan: infeksi aktif lebih sering dan lebih cepat terjadi

pada penderita AIDS. Penderita AIDS memiliki peluang 50% untuk

menderita infeksi aktif dalam waktu 2 bulan. Jika bakteri menjadi

resisten terhadap antibiotik, maka kemungkinan meninggal pada

penderita AIDS dan tuberkulosis dalam waktu 2 bulan adalah sebesar

50% (Sunaryati, 2011).

D. Cara Penularan Penyakit TBC

Sumber penularan adalah penderita Tuberkulosis Paru pada

waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam

bentuk droplet (percikan dahak), sekali batuk dapat menghasilkan sekitar

3.000 percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan.

dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama.Ventilasi

dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar matahari langsung

dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam

dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya.Makin

tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, maka makin menular

pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman

TB ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya

menghirup udara tersebut (Miller,dkk. 2002).

Risiko penularan setiap tahun Annual Risk Of Tuberculosis

Infection(ARTI) di Indonesia cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3%.

Pada daerahdengan ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun di antara

1000 penduduk, 10 orangakan terinfeksi, kemudian sebagian besar dari

orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita tuberkulosis paru,

hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yangakan menjadi penderita

tuberkulosis. Dari keterangan tersebut dapat diperkirakanbahwa pada

daerah dengan ARTI 1%, maka di antara 100.000 penduduk rata-

rataterjadi 100 penderita setiap tahun, dimana 50 penderita adalah BTA+

(Depkes RI, 2008)

Faktor risiko yang mempengaruhi kemungkinan seseorang

menjadi penderita Tuberkulosis paru adalah karena daya tahan tubuh

yang lemah, di antaranya karena gizi buruk dan HIV/AIDS. HIV

merupakan faktor risiko yangpaling kuat bagi yang terinfeksi kuman TB

menjadi sakit tuberkulosis paru. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan

luas sistem daya tahan tubuh seluler (cellular immunity), sehingga jika

terjadi infeksi penyerta (opportunistic), seperti Tuberkulosis paru maka


yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan

biasmengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV

meningkat, makajumlah penderita Tuberkulosis paru akan meningkat

pula,dengan demikian penularan penyakit Tuberkulosis paru di

masyarakat akan meningkat pula.

Faktor risiko kejadian penyakit tuberkulosis paru, secara ringkas

di gambarkan pada gambar berikut :


E. Cara Pencegahan Penyakit TBC

Mencegah lebih baik dari pada mengobati, kata-kata itu selalu

menjadi acuan dalam penanggulangan penyakit Tuberkulosis Paru di

masyarakat. Adapun upaya pencegahan yang harus dilakukan adalah;

a. Penderita tidak menularkan kepada orang lain

1) Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan

atautissu.

2) Tidur terpisah dari keluarga terutama pada dua minggu

pertamapengobatan.

3) Tidak meludah di sembarang tempat, tetapi dalam wadah yang

diberilysol, kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dalam

tanah.

4) Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari.

5) Membuka jendela pada pagi hari, agar rumah mendapat udara

bersih dancahaya matahari yang cukup sehingga kuman

tuberkulosis paru dapatmati.

b. Masyarakat tidak tertular dari penderiita Tuberckulosis Paru

1) Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan-

makananyang bergizi

2) Tidur dan istirahat yang cukup


3) Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung

alkohol.

4) Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke

ruang tidurdan ruangan lainnya.

5) Imunisasi BCG pada bayi.

6) Segera periksa bila timbul batuk lebih dari tiga minggu.

7) Menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari penderita Tuberkulosis

Paru akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan

tubuh yang tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang tetap menular

(Kemenkes RI, 2011

F. Cara Pengobatan Penyakit TBC

Pengobatan penderita tuberkulosis paru harus dengan panduan

beberapa Obat Anti Tuberkulosis (OAT), berkesinambungan dan dalam

waktu tertentu agar mendapatkan hasil yang optimal OAT dalam

bentuk kombipak atau FDC (Fixed Dose Combination). Kesembuhan

yang baik akan memperlihatkan sputum BTA negatif, adanya

perbaikan radiologi dan menghilangnya gejala penyakit.

Tujuan pengobatan tuberkulosis paru dengan jangka pendek

adalah untuk memutus rantai penularan dengan menyembuhkan

penderita tuberkulosis paru minimal 80% dari seluruh kasus


tuberkulosis paru BTA positif yang ditemukan, serta mencegah resistensi

(kekebalan kuman terhadap OAT).


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Umar Fahmi.2005. Menajemen Penyakit Berbasi Wilayah.


Penerbit:Buku Kompas.Jakarta.
Achmadi, Umar Fahmi. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan.
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Departemen Kesehatan R. I. 2001. Departemen Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis, Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Departemen Kesehatan R. I. 2008, Pedoman Nasional Penanggulangan TB,
cetakan ke-2 Depkes RI. Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2009, Profil TB paru Departemen Kesehatan
Repblik Indonesia. Jakarta
Departemen Kesehatan R. I. 2011, Pedoman Nasional Penanggulangan TB,
cetakan ke-2 Depkes RI, Jakarta
Departemen Kesehatan RI. 2011, Rencana Aksi Nasional Informasi Strategis
Program TB Indonesia 2011-2014
Gould.D & Brooker, 2003. Mikrobiologi Terapan Untuk Perawat Jakarta:EGC

Miler,F.dkk.2002. Tubercolosis Klinis Edisi 2. Penerbit Widiya Medika

Soemirat, 2008. Epidemiologi Lingkungan Edisi 2. Gajamada University

Press.

Anda mungkin juga menyukai