Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) Menyusui adalah proses pemberian

Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi sejak lahir sampai berusia 2 tahun, jika bayi

diberikan ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa menambahkan dan mengganti

dengan makanan atau minuman lainnya merupakan proses menyusui eksklusif

dan cakupan ASI ekslusif di seluruh dunia hanya sekitar 36% selama periode

2007 - 2014 (WHO, 2016). Proses menyusui akan membuat bayi mendapatkan

asuhan gizi yang cukup dan limpahan kasih sayang yang berguna untuk

perkembangannya, Pencapaian perkembangan yang optimal juga dapat dilakukan

dengan menyusui bayi secara penuh (ASI murni/ekslusif) selama 6 bulan dan

dilanjutkan sampai berumur 2 tahun (Hidajati, 2012).

Terdapat berbagai kendala yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif salah satunya yaitu produksi ASI yang tidak lancar. Salah satu cara

untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi sari kacang hijau,

karena di dalamnya terkandung berbagai komposisi gizi, diantaranya protein, zat

besi dan vitamin B1. Protein berguna dalam membantu pembentukan sel - sel otot,

mempercepat pemulihan dan meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu

1
kenyang lebih lama. Kandungan zat besi berfungsi meningkatkan hemoglobin

sehingga dapat mencegah terjadinya anemia (Rukmana & Yudirachman, 2014).

Kacang hijau (vigna radiate) merupakan tanaman yang dapat tumbuh

hampir disemua tempat di Indonesia. Sari kacang hijau mengandung Vitamin B1

(thiamin) yang berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi energi,

memperkuat sistem saraf dan bertanggung jawab untuk produksi ASI, dimana

thiamin akan merangsang kerja neurotransmiter yang akan menyampaikan pesan

ke hipofisis posterior untuk mensekresi hormon oksitosin sehingga hormon ini

dapat memacu kontraksi otot polos mammae yang ada di dinding alveolus dan

dinding saluran sehingga ASI di pompa keluar, selain itu juga berguna untuk

memaksimalkan sistem kerja saraf sehingga mudah berkonsentrasi dan lebih

bersemangat. Ibu yang mudah berkonsentrasi, bersemangat serta mood yang baik

akan mimicu kerja otak untuk memberikan informasi kepada infuls saraf agar

menstimulasi hipotalamus dalam pembentukan hormon prolaktin dan oksitosin

sehingga proses pembentukan ASI serta pengeluaran ASI lancar (Reni, 2014).

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam

bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman

lain (kecuali obat,vitamin dan mineral) (Kemenkes, 2015). Secara global hanya

43% dari bayi berusia dibawah enam bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif.

Bayi yang tidak mendapatkan ASI sama sekali, 14 kali lebih mungkin meninggal

dari pada mereka yang menerapkan ASI Eksklusif. (UNICEF, 2016)

2
Cakupan pemberian ASI Indonesia menurut Profil Kesehatan Indonesia

tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 52,3 % dibandingkan tahun 2015 yaitu

55,7%. Mengacu pada target renstra pada tahun 2015 yang sebesar 39%, maka

secara nasional cakupan pemberian ASI Eksklusif telah mencapai target

(Kemenkes, 2015). Namun Indonesia masih berada di peringkat 49 dari 51 negara

yang mendukung pemberian ASI Eksklusif berdasarkan World Breasfeeding

Trends Initiative (WBTI) tahun 2012 (Suryo Nugroho, 2013). Menurut Tjekyan

(2009) alasan ibu berhenti memberikan ASI secara esksklusif 32 % karena

mengeluh ASI kurang, 28% karena bekerja, 16 % karena iklan, 16 % kondisi

puting 4% ingin disebut modern, 4% ikut-ikutan. Ibu berfikir bayi mereka akan

mendapatkan cukup ASI, sehingga ibu sering mengambil langkah berhenti

menyusui dan menggantinya dengan susu formula oleh sebab itu bayi akan mudah

terserang penyakit infeksi (Permatasari, 2015).

Data Susenas Provinsi Maluku cakupan ASI ekskusif tahun 2013 sebesar

25,2%. Hasil laporan Dinas Kesehatan Provinsi, 2013 cakupan pemberian ASI

eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 54,3%. Tedapat 19 Provinsi yang

mempunyai persentase ASI eksklusif di atas angka nasional (54,3%), dimana

persentase tertinggi terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (79,7%) dan

terendah pada Provinsi Maluku (25,2%). Perlu dilakukan upaya agar Provinsi

yang masih dibawah angka nasional agar dapat meningkat cakupan ASI eksklusif.

Pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang berusia <6 bulan secara global di

laporkan kurang dari 40%. Dengan demikian angka nasional ASI eksklusif

Indonesia masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka global. Data ASI

3
eksklusif di analisis dari sumber data laporan rutin Direktorat Jenderal Bina Gizi-

KIA Kementerian Kesehatan secara proporsif selanjutnya secara absolut

dilakukan konversi terhadap populasi sasaran bayi 0-6 bulan dari perhitungan

estimasi data sasaran program pusat data dan informasi, kementerian kesehatan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa secara nasional, ASI eksklusif sebesar 54,3%

dari jumlah total bayi usia 0-6 bulan, atau secara absolut sebesar 1.348.532 bayi

atau bayi 0-6 bulan yan tidak ASI eksklusif sebanyak 1.134.952 bayi. Estimasi

absolut bayi, ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif tahun 2013 di Provinsi

Maluku bayi 0-6 bulan 13.224 bayi ASI eksklusif 25,2% absolut ASI 3.332 dan

absolut ASI tidak eksklusif 9.892 bayi (Riskesdas 2013 olahan pusdatin)

Millenium Development Goals (MDG’s) terkait pengurangan prevalensi

kekurangan gizi tahun 2010 – 2014, bayi 0 – 6 bulan yang diberikan ASI eksklusif

pada tahun 2010 ditargetkan sebesar 65% dan tahun 2011 sebesar 67% kemudian

menjadi 100% untuk tahun 2014 (BAPPENAS, 2011). Pemberian ASI pada bayi

diharapkan mampu untuk mewujudkan pencapaian target Sustainable

Development Goals (SDG’s) ke-3 target ke-2 yaitu pada tahun 2030 mengakhiri

kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha

menurunkan Angka Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000

Kelahiran Hidup (BAPPENAS, 2011). Berdasarkan Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran

hidup angka ini cukup tinggi di bandingkan negara – negara tetangga di kawasan

ASEAN. Sedangkan Angka Kematian bayi (AKB) Dan Angka Kematian Balita

(AKABA), perhatian terhadap penurunan angka kematian neonatal (0 – 28 hari)

4
menjadi penting karena kematian neonatal memberi 4 kontribusi terhadap 59%

kematian bayi. Hasil Survey Lembaga Demografi dan kesehatan indonesia

(SDKI) 2013 pemberian ASI Eksklusif meningkat menjadi 42% dibandingkan

tahun 2012 sebanyak 32% (SDKI, 2012).

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa beberapa ibu produksi ASInya

sedikit atau tidak ada sama sekali pada tiga atau empat hari pertama setelah

melahirkan. Akibatnya ibu memutuskan untuk memberikan makanan prelaktal

pada bayi yaitu makanan atau minuman buatan yang diberikan kepada bayi

sebelum ASI keluar atau bahkan memutuskan untuk memberikan susu formula

(Cox, 2006). Produksi Air Susu Ibu (ASI) dapat meningkat atau menurun

tergantung pada stimulasi kelenjar payudara, adapaun salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi produksi ASI antara lain status gizi ibu (Maryunani, 2012).

Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon oksitosin, hormon prolaktin, refleks

prolaktin dan let-down refleks. Pada saat bayi menghisap puting maka akan terjadi

reflek prolaktin yang akan menrangsang hormon prolaktin untuk memproduksi

ASI dan let-down refleks yang akan merangsang pengaliran ASI (Bobak &

Lowdermilk, 2005) .

Upaya yang dilakukan tenaga kesehatan agar ibu mendapatkan

pengetahuan tentang cara yang tepat untuk dapat memperlancar pengeluaran ASI.

Yaitu salah satunya dengan mengkonsumsi sari kacang hijau yang dapat

membantu untuk proses pengeluaran ASI dan memberikan pengertian tentang

pentingnya ASI ekslusif untuk bayi (Badriah, 2011). Berdasarkan jumlahnya,

protein merupakan penyusun utama kedua setelah kabohidrat. Kacang hijau

5
mengandung 20 – 25% protein. Protein pada kacang hijau mentah memiliki daya

cerna sekitar 77%. Daya cerna yang tidak terlalu tinggi tersebut disebabkan oleh

adanya zat antigizi, seperti antitrypsin dan tanin (polifenol) pada kacang hijau

(Astawan, 2009). Menurut penelitian Soka, et al tahun 2010 Adanya kandungan

polifenol dapat merangsang prolaktin untuk meningkatkan produksi ASI serta

merangsang oksitosin untuk terjadi proses let down (Nathania, 2014).

Hasil data yang diperoleh di puskesmas passo pada tahun 2016 bayi yang

mendapatkan ASI ekslusif 139 bayi yang tidak mendapatkan ASI ekslusif 86 bayi

jumlah bayi dari 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif 225 bayi, pada tahun 2017 bayi yang mendapatkan

ASI eksklusif 165 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 39 bayi jumlah

bayi dari 0-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan yang tidak mendapatkan

ASI eksklusif 204 bayi, pada tahun 2018 bayi yang mendapatkan ASI ekslusif

143 bayi dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 81 bayi jumlah bayi yang

mendapatkan ASI eksklusif dan yang tidak mendapatkan ASI eksklusif 224 bayi.

Berdasarkan data diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Konsumsi Sari Kacang Hijau (Phaseolus aureus)

Terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) pada ibu menyusui di Puskesmas Passo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai

berikut “Bagaimanakah pengaruh konsumsi sari kacang hijau terhadap

produksi ASI pada ibu menyusui ?”

6
C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Dengan melihat permasalahan diatas maka secara umum penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh konsumsi sari kacang hijau

terhadap produksi ASI pada ibu menyusui.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian pengaruh konsumsi sari kacang hijau

pada Ibu menyusui di Puskesmas Passo adalah sebagai berikut :

a. Mengidentifikasi produksi ASI ibu sebelum pemberian sari kacang

hijau.

b. Mengidentifikasi produksi ASI ibu setelah pemberian sari kacang

hijau.

c. Menganalisa pengaruh konsumsi sari kacang hijau tehadap produksi

ASI ibu menyusui.

3. Manfaat Penelitian

Adapun Manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan

sebagai bahan pembelajaran

2. Manfaat Praktis

7
a. Bagi Responden ( Ibu menyusui )

Dapat mengetahui pengaruh konsumsi sari kacang hijau tehadap

produksi ASI.

b. Bagi Masyarakat

a) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat sari

kacang hijau dalam kesehatan khususnya dalam meningkatkan

produksi ASI.

b) Memanfaatkan bahan alami yang tersedia di masyarakat untuk

dikonsumsi sebagai pelancar ASI

Anda mungkin juga menyukai