1572 4397 2 PB PDF
1572 4397 2 PB PDF
1 April 2017
ABSTRAK
Perilaku sakit dapat dikonseptualisasikan sebagai respon seseorang terhadap ancaman
kesehatan yang dirasakan. Respon ini yang mendorong seseorang untuk mempersepsikan
ancaman kesehatan yang mendasari timbulnya perilaku sakit. Perilaku sakit menurut
konsep abnormal illness behaviour yang dikembangkan oleh Pilowsky adalah suatu
respon seseorang dari gangguan keadaan sakit yang menimbulkan perilaku sakit
abnormal. Munculnya perilaku sakit pada individu sakit bisa dianggap perilaku yang
normal. Namun bila perilaku sakit pada individu tersebut menimbulkan aspek psikososial
yang berlebihan dan mengarah negatif, maka perilaku sakit pun akan menjadi perilaku
sakit abnormal. Penilitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku sakit dalam
aspek psikososial dengan kualitas hidup remaja thalasemia Penelitian ini adalah
penelitian kuantitatif korelasional dengan sampel 63 responden remaja thalasemia kisaran
usia 14 – 19 tahun. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Illness Behavior
Questionnaire (IBQ) dari Pilowsky dan Spence (1983) dan kuesioner PedsQL dari Dr.
Varni. Pengolahan data menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat dengan
menggunakan uji spearman. Hasil penelitian menunjukan perilaku sakit dalam aspek
psikososial pada kategori tinggi sebanyak 50.8 persen dan kualitas hidup remaja
thalasemia pada kategori rendah 54.0 persen. Terdapat hubungan yang signifikan antara
perilaku sakit dalam aspek psikososial dengan kualitas hidup remaja thalasemia.
Berdasarkan hasil penelitian ini untuk memberikan informasi kepada teman sejawat agar
dalam pelaksanaan pengelolaan remaja thalasemia dapat membuat suatu program layanan
konseling , family advocacy dan health teaching guna meminimalkan perilaku sakit
dalam aspek psikososial yang berhubungan dengan kualitas hidup remaja thalasemia.
ABSTRACT
Ill behavior can be conceptualized as a person's response to the perceived health threats.
Abnormal illness behavior according to concepts developed by Pilowsky is a response to
a person from a state of pain disorders that cause abnormal illness behavior. The
emergence of pain in the sick individual behavior can be considered normal behavior.
However, if the behavior of these individuals inflict pain on psychosocial aspects of the
excessive and negative lead, then the ill behavior will be abnormal illness behavior. This
research aims to determine the relationship of pain behavior in the psychosocial aspects
of the quality of life of teenagers with thalassemia. This research was a quantitative study
with a sample of 63 thalassemia adolescent respondents ranging from 14-19 years old.
Data collection using Illness Behavior Questionnaire (IBQ) of Pilowsky and Spence
(1983) and PedsQL of Dr. Varni. Data processing using univariate and bivariate analysis
using the Spearman test. The results showed psychosocial aspects of illness behavior with
high category as much as 50.8 percent and 54.0 percent had low quality of life. There
was significant relationship between psychosocial aspects of illness behavior with
thalassemia adolescent quality of life. The use of counseling services, family advocacy
and health teaching were essential in the implementation of the management of
adolescent with thalassemia and minimize the ill behavior in the psychosocial aspects
related to the quality of life.
yang dialami seperti memiliki keyakinan yang ditimbulkan berbeda – beda bagi
bahwa tidak adanya riwayat penyakit setiap remaja tergantung pada bagaimana
karena keluarga penderita tampak sehat remaja tersebut menterjemahkan rasa sakit
tidak menunjukan gejala yang berbeda yang dideritanya dan perawatan yang
layaknya orang yang mempunyai penyakit. dijalaninya.
Kekecewaan yang dirasakan dengan
penampilan wajah dan tubuhnya. Menurut METODE PENELITIAN
penelitian yang dilakukan oleh Koutelekos Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
& Nikolas (2013) mengemukakan bahwa korelasional dengan menggunakan uji
remaja thalasemia juga mengalami spearman. Penelitian kuatitatif korelasional
perasaan malu atau penolakan, bertujuan mengungkapkan hubungan
ketidakpastian tentang hasil penyakit dan korelatif antar variabel. Hubungan
rasa takut stigmatisasi atau kematian. korelatif mengacu pada kecenderungan
Penyakit yang diderita mengakibatkan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh
keengganan seseorang untuk menceritakan variabel yang lain (Wibowo, 2014).
perasaan yang ada dalam dirinya Subjek penelitian ini adalah remaja
cenderung tertutup, merasa orang lain tidak thalasemia di poli hemoto-onko RSUP Dr
dapat menangani penyakitnya dengan Hasan Sadikin Bandung. Teknik sampling
serius. Sedangkan gangguan Afektif yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan gangguan jiwa yang ditandai adalah purposive sampling. Purposive
dengan adanya gangguan perubahan sampling adalah pengambilan sampel
suasana (mood) sehingga perilaku diwarnai berdasarkankan penilaian peneliti
oleh ketergantungan keadaan perasaan. mengenai siapa – siapa saja yang pantas
Sering merasakan sakit yang berkaitan untuk dijadikan sampel dengan kriteria
dengan penyakit yang dideritanya inklusi usia remaja yang menjalani
merasakan kesedihan, depresi, sulit transfusi darah lebih dari 1 tahun
beristirahat dan merasakan bahwa sedangkan kriteria ekslusi dari penelitian
penyakitnya mempengaruhi hubungan ini adalah dalam perawatan penyakit kritis
pertemanannya. dirumah sakit, berdasarkan data pada
Keyakinan terhadap penyakit yang diderita catatan medik atau anamnesa atau
pasien menimbulkan rasa keyakinan pemeriksaan tambahan diketahui
terhadap penyakit yang dialami didalam menderita retardasi mental dan mempunyai
tubuhnya di sebagian waktu tertentu. cacat fisik seperti yang dapat menganggu
Persepsi sakit dari psikologis dan somatic aktifitas sehari – hari.
juga merupakan bagian dari perilaku sakit. Teknik pengumpulan data pada penelitian
Seorang remaja thalassemia ini menggunakan angket. Dimana angket
mempersepsikan penyakit yang dideritanya merupakan pengumpulan data yang
sebagai suatu hukuman yang harus dilakukan dalam bentuk kuesioner atau
ditanggung sendiri dan bertanggung jawab daftar pertanyaan – pertanyaan tertulis
terhadap penyakitnya terhadap orang lain, yang menyangkut masalah penelitian dan
terganggu dengan rasa sakit dan nyeri, jawaban nya diisi oleh responden.
kesehatan yang memburuk adalah Instrument yang digunakan untuk perilaku
kesulitan terbesar dalam hidupnya, terpikir sakit adalah Illness Behavior
bahwa akan biaya – biaya yang Questionnaire (IBQ) dengan nilai
berhubungan dengan pengobatan. reliabilitas baik dan alfa cronbach 0,935.
Marah merupakan perasaan jengkel yang Instrumen ini disusun dengan menggunkan
timbul sebagai respon dari kecemasan skala Gutman yaitu teknik penskalaan
yang dirasakan sebagai ancaman bagi yang digunakan untuk mendapatkan
seseorang. Kemarahan pada diri seseorang jawaban tegas terhadap suatu
ada yang diluapkan ada yang hanya permasalahan yang ditanyakan. Skala
dipendam dalam perasaan. Pada remaja Gutman dalam penelitian ini menggunakan
thalasemia yang hidupnya dapat kategori jawaban ya berskor 1 dan tidak
dipertahankan dengan tranfusi darah berskor 0. Instrument yang digunakan
berdampak pada psikososial. Dimana untuk mengukur kualitas hidup adalah Dr.
aspek tersebut akan muncul perilaku sakit J.W. Varni (2012) dengan nilai relibilitas
tinggi yaitu 54.0 persen dan tingkat rendah 54.0 persen dan tingkat tinggi yaitu 46.0
yaitu 46.0 persen. Gangguan terhadap persen.
penyakit secara umum berada pada tingkat Hubungan Perilaku Sakit Dalam Aspek
tinggi yaitu 55.6 persen dan tingkat rendah Psikososial Dengan Kualitas Hidup
yaitu 44.4 persen. Keyakinan terhadap Remaja Thalasemia
penyakit secara umum berada pada tingkat
tinggi yaitu 90.5 persen dan tingkat rendah Tabel 6. Korelasi Perilaku Sakit Dalam
yaitu 9.5 persen. Persepsi sakit dari Aspek Psikososial Dengan Kualitas Hidup
somatik dan psikologis secara umum Remaja Thalasemia
berada pada tingkat tinggi yaitu 54 persen Kualitas Kualitas P value
hidup hidup
dan tingkat rendah yaitu 46 persen. Marah tinggi rendah
akibat penyakit yang dialami secara umum Perilaku sakit 46.0 54.0 0.016
berada pada tingkat tinggi yaitu 52.4 tinggi
persen dan tingkat rendah yaitu 47.6 Perilaku sakit 49.2 50.8
persen. rendah
Kualitas hidup remaja thalasemia
Berdasarkan output diatas, perilaku sakit
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Secara dalam aspek psikososial dengan kualitas
Umum Kualitas Hidup Remaja Thalasemia hidup remaja thalasemia di Poliklinik
(n = 63) Hemato-Onko menunjukan adanya
Kualitas hidup F % hubungan yang signifikan dan korelasi
Kualitas hidup rendah 34 54
hubungan yang lemah (p= 0.016: r = -
Kualitas hidup tinggi 29 46 0,301).
Pembahasan hasil penelitian
Berdasarkan Tabel 4.4 menjelaskan Identifikasi hasil penelitian berbagai
kualitas hidup remaja thalasemia pada karakteristik, variabel dan subvariabel
kategori rendah yaitu 50.8 persen. tentang hubungan perilaku sakit dalam
aspek psikososial dengan kualitas hidup
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Faktor – remaja thalasemia, maka masalah
Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas penelitian yang dialami responden adalah:
Hidup Remaja Remaja Thalasemia (n = Berdasarkan karakteristik responden
63) Pada karakteristik demografi didapatkan
jenis kelamin subyek penelitian sebagian
Aspek Kualitas Hidup F % besar berjenis kelamin perempuan 32 (50.8
1. Aspek Fisik persen). Sama halnya pada penelitian oleh
Aspek Fisik Rendah 31 49,2
Aspek Fisik Tinggi 32 50,8 Bulan (2009) didapatkan sebagian
2. Aspek Emosi sebagian besar subjek penelitian berjenis
Aspek Emosi Rendah
Aspek Emosi Tinggi 38 60.3 kelamin perempuan 30 (54.5 persen). Hal
3. Aspek Sosial 25 39.7 ini sesuai dengan teori gen thalasemia
Aspek Sosial Rendah menurut hukum mendel bahwa anak dari
Aspek Sosial Tinggi 25 39.7
4. Aspek sekolah 38 60.3 pasangan pembawa bakat mempunyai
Aspek Sekolah Rendah kemungkinan 25 persen normal, 50 persen
Aspek Sekolah Tinggi 34 54.0
29 46.0
sebagai pembawa bakat dan 25 persen
merupakan penderita.
Responden dalam penelitian sebagian
Berdasarkan tabel 4.5 secara umum aspek besar terbagi sama banyak yaitu berusia 14
fisik berada pada tingkat rendah yaitu 49.2 – 19 tahun, yang apabila di kategorikan
persen dan tingkat tinggi yaitu 50.8 persen. dalam masa perkembangan, tergolong pada
Aspek emosi berada pada tingkat rendah remaja tengah dan akhir. Dimana
yaitu 60.3 persen dan tingkat tinggi yaitu responden termasuk usia yang produktif
39.7persen. Aspek sosial berada pada dan bisa untuk di berdayakan
tingkat rendah yaitu 39.7 persen dan kemampuannya.
tingkat tinggi yaitu 60.3 persen. Aspek Usia subjek penelitian saat pertama kali
sekolah berada pada tingkat rendah yaitu datang ataupun diagnosa bervariasi.
Namun sebagian besar responden mulai
menjalani transfusi pada usia < 1 tahun. Keyakinan terhadap penyakit pada
Hal ini sama dengan penelitian Bulan penelitian menunjukan sebanyak 57
(2009) dimana subjek penelitian responden (90.5%) berada pada kategori
terdiagnosis dan menjalani transfusi tinggi. Data ini menunjukan mayoritas
terbanyak pada usia 0 – 1 tahun. reponden berpikir ada sesuatu yang salah
Perilaku Sakit Dalam Aspek Psikososial dengan tubuhnya, berusaha mencoba
Dengan Kualitas Hidup Remaja menjelaskan bagaiamana perasaannya
Thalasemia kepada orang lain.Persepsi sakit dari
Perilaku sakit pada penelitian ini berada somatik dan psikologis pada penelitian ini
pada kategori tinggi yaitu 50.8 persen. Hal menunjukan sebanyak 34 responden
ini terjadi karena semua subvariabel dari (54%) berada pada kategori tinggi. Data ini
perilaku sakit berada pada kategori tinggi menunjukan bahwa perubahan somatik
meliputi kecemasan terhadap penyakit sangat berbeda – beda setiap responden
pada penelitian ini menunjukan sebanyak tergantung dari masing - masing
43 responden (68.3%) berada pada responden. Bagi penderita thalasemia yaitu
kategori tinggi. Kecemasan pada kategori perubahan yang lambat baik penderita laki
tinggi menunjukan bahwa perilaku sakit – laki maupun penderita perempuan, wajah
dalam aspek kecemasan terhadap yang pucat, perut yang membuncit karena
penyakitnya dalam kategori yang tinggi pembesaran limpa. Sedangkan persepsi
dengan mengalami berbagai gangguan sakit dari psikologis seperti rasa cemas,
seperti perubahan denyut jantung, khawatir karena harus manjalani transfusi
perubahan suhu tubuh, perubahan darah seumur hidup.
pernapasan, mual, muntah, sakit kepala, Marah pada penelitian ini menunjukan
kehilangan nafsu makan, susah tidur, sebanyak 33 responden (50.8%) berada
gelisah, kurang konsentrasi, dan halusinasi. pada kategori tinggi. Data ini menunjukan
Penolakan terhadap penyakit pada mayoritas reponden berada dalam
penelitian ini menunjukan sebanyak 44 pengendalian orang tua yang overprotektif
responden (69.8%) berada pada kategori baik keluarga maupun lingkungan tempat
tinggi. Data ini menunjukan mayoritas tinggal responden. Kepatuhan dalam
responden dalam keluarga memiliki menjalani pengobatan membuat responden
riwayat penyakit, masih merasa kesal bila harus taat mengikutinya, sehingga
berbicara dengan dokter tentang responden menganggap bahwa
penyakitnya, merasa cemburu bila melihat perlawanaan adalah suatu sikap yang sia –
orang lain sehat. Menahan diri pada sia. Tidak sedikit responden merasa
penelitian ini menunjukan sebanyak 34 frustasi atau menyembunyikan keamarahan
responden (54%) berada pada kategori dari pada mengeksprsikan kemarahan dan
tinggi. Data ini menunjukan mayoritas harus menanggung kekecewaan yang
responden masih menutupi penyakit diperlihatkan oleh keluarga dan lingkungan
thalasemia yang diderita. Akibatnya timbul sekitar responden.
keengganan responden untuk menceritakan Kualitas Hidup Remaja Thalasemia
perasaan yang ada dalam dirinya, Kualitas hidup pada penelitian ini berada
cenderung tertutup, merasa orang lain tidak pada kategori rendah sebanyak 34
dapat menangani penyakitnya.Gangguan responden (54.0 persen). Hal ini terjadi
afektif pada penelitian ini menunjukan karena sebagian besar aspek dari kualitas
menunjukan sebanyak 35 responden hidup berada pada kategoti rendah meliputi
(55.6%) berada pada kategori tinggi. Data Aspek Fisik berkaitan dengan penyakit dan
ini menunjukan bahwa gangguan afektif aktivitasnya pada penelitian ini
sering dialami oleh responden seperti sedih menunjukan sebanyak 31 responden (49.2
hampir sepanjang waktu, sensitif, persen) berada pada kategori rendah. Data
kehilangan gairah hidup, tidak nafsu ini menunjukan mayoritas responden
makan, perubahan pola tidur (tidak bisa hampir selalu sulit untuk melakukan
tidur, mudah lelah, susah konsentrasi, dan aktivitas nya sehari – hari dan hampir
berulang – ulang memikirkan tentang selalu merasa lemah. Hal ini terjadi karena
kematian. anemia kronis dan berbagai gejala yang
diakibatkan oleh proses hemolisis sehingga