Anda di halaman 1dari 2

Berita penembakan yang terjadi di Carolina Utara, dilakukan oleh seorang pelaku bernama

Craig Stephen Hicks dimana ia melakukan suatu penembakan kepada tiga mahasiswa muslim di
Chapell Hill, Amerika Serikat. Adanya kejadian ini bermotif dikarenakan adanya perselisihan
mengenai lahan parkir, akan tetapi beberapa infomasi menyampaikan adanya kejadian ini
diakibatkan suatu kebencian.
Ternyata, kebencian ini didasari adanya kebencian dengan agama. Kebencian yang dimiliki
oleh seorang pelaku telah memuncak. Hicks menyampaikan bahwasanya ia adalah seorang ‘ateis’
dan berniat untuk ‘menghilangkan seluruh agama’ yang ada di dunia. Ateis merupakan suatu
oposisi dari teisme dimana seseorang sangat menentang keras dengan adanya keyakinan terhadap
Tuhan. Hicks menyatakan bahwasanya dia tidak hanya menentang agama islam, akan tetapi agama
lainnya dikarenakan dianggap merusak suatu konstitusi negara. Pelaku merupakan salah satu
pecinta senjata api dan tidak menyetujui adanya pengendalian yang dilakukan oleh pemerintah
mengenai penggunaan senjata. Hicks sangat mendukung mengenai hak seseorang dalam memilih
jalan hidupnya seperti gay, lesbian, biseksual, transgender, dan lainnya.
Saat dilakukan penggeledahan di rumahnya diketahui bahwasanya terdapat suatu gudang
senjata dimana terdiri dari kurang lebih selusin senjata api. Craig Stephen Hicks memiliki empat
senjata api genggam, sebuah pistol, dua senapan berburu dan enam senapan serbu, termasuk
senapan serbu militer AR-15. Polisi juga menemukan suatu peluru dan kotak – kotak amunisi.
Hicks melakukan penembakan terhadap tiga mahasiswa yang merupakan tetangga di
apartemennya dimana lokasinya dekat dengan University of North Carolina Chapel Hill.
Penembak berusia 46-tahun itu telah didakwa dengan tiga dakwaan pembunuhan tingkat pertama
untuk membunuh Deah Shaddy Barakat, istrinya, Yusor Mohammad Abu-Salha, dan adiknya
Razan Mohammad Abu-Salha.
Adanya kejadian ini menimbulkan kemarahan bagi kaum muslim yang berada di Amerika
Serikat. Komite Anti Diskriminasi Arab – Amerika telah menngecam liputan bias media yang
diberikan kepada insiden yang telah terjadi ini. Adanya kasus ini mendukung seorang direktur
hukum ADC menyampaikan bahwa adanya kenaikan kasus Islamphobia merupakan suatu
kesalahan oleh seluruh pihak termasuk pemerintah, industri film, dan pihak lainnya.Ternyata,
motifnya bukan karena sengketa lahan parkir, akan tetapi telah timbulnya suatu rasa Islamphobia
bagi pelaku. Alasan mengenai sengketa lahan parkir hanya merupakan suatu kebohongan yang
telah dibuat – buat. Bagi keluarga korban, ini merupakan suatu kejahatan rasial.
Kasus ini menyadarkan bahwasanya suatu negara perlu menyadari bahwa suatu aksi
terorisme tidak hanya dibatasi oleh suatu agama ataupun etnis tunggal. Islamphobia merupakan
suatu tindakan yang perlu dihentikan, dan peran media harus lebih memperhatikan dan meliput hal
ini lebih mendalam sehingga tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat menimbulkan kenaikan
sikap – sikap ini yang tersebar di seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai