PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pada seseorang masih dalam usia remaja dan sudah menikah, maka ia
tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya, jika usia
sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak
mandiri), maka tetap dimasukkan kedalam kelompokremaja. Masa remaja
adalah masa datanganya pubertas biasanya pubertas terjadi pada usia 11-
14 tahun atau bisa juga pubertas baru dialami seorang remaja ketika
menginjak usia 18 tahun atau sudah memasuki masa remaja akhir, atau
dengan kata lain remaja bisa digolongkan pada masa transisi dari kanak-
kanak ke dewasa (Jahja, 2011).
2
b. Perkembangan Remaja
3
c. Karakteristik remaja
4
mengalami pola asuh yang keliru atau pergaulan bebas yang menyimpang,
akan terus memiliki jiwa yang meletup-letup, nafsu seks yang tak
terkendali walaupun sudah berusia 20-an. Orang tua harus menanamkan
moral yang baik sejak masih kanak-kanak agar remaja tidak memiliki
perilaku yang menyimpang dalam kehidupannya.
Emosi atau perasaan merupakan salah satu potensi kejiwaan yang khas
yang dimiliki oleh manusia. Sebab, hanya manusia yang memiliki
perasaan, sedangkan hewan tidak mempunyai perasaan.
5
b). Modulation adalah orang tidak dapat meredam secara tuntas
mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat menguranginya.
Contoh dari sikap modulation adalah bersikap biasa jika keadaan
jengkel, bersikap cuek.
Ada berbagai bentuk dari emosi yang biasa terjadi pada masa remaja
awal. Dan sebenarnya pola dari emosi masa remaja adalah sama dengan
pola emosi masa kanak-kanak, hanya saja perbedaannya terletak pada
macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosi dan pola
pengendalian yang dilakukan individu terhadap emosinya.Meskipun
Emosi itu sedemikian kompleksnya, namun Daniel Goleman (1995)
mengidentifikasi sejumlah kelompok emosi, yaitu sebagai berikut: 9
6
kecut, panik, dan fobia. Remaja umunya merasa takut hanya pada
kejadian-kejadian yang berbaya atau traumatik.10
f. Perilaku Menyimpang
7
kartono, penyimpangan perilaku adalah tingkah laku yang tidak tepat, tidak
bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya serta tidak sesuai dengan
norma-norma sosial yang ada.
2. Bullying
a. Pengertian
Pengertian Bullying
Kata bullying sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu dari kata bull
berarti banteng yang senang menyeruduk kesana kemari. Istilah ini
akhirnya diambil untuk menguraikan suatu tindakan destruktif. Berbeda
dengan negara lain seperti Norwegia, Finlandia, dan Denmark yang
menyebut bullying dengan istilah mobbing atau mobbning. Istilah aslinya
berasal dari bahasa Inggris, yaitu mob yang menekankan bahwa biasanya
mob adalah kelompok orang yang anonim dan berjumlah banyak serta
terlibat kekerasan (Wiyani, 2012).
8
Secara etimologi kata bully berarti penggertak, orang yang
mengganggu orang yang lemah. Istilah bullying dalam bahasa Indonesia
bisa menggunakan menyakat, yang berasal dari kata sakat dan pelakunya
disebut penyakat. Menyakat berarti mengganggu, mengusik, dan
merintangi orang lain. Sedangkan secara terminologi menurut Olweus,
1952 (dalam Wiyani,2012) mengatakan bahwa bullying adalah perilaku
negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman atau
terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang, repeated during
successiveencounters. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya
bullying adalah perilaku negatif. berupa kekerasan fisik maupun
kekerasan mental yang dilakukan secara berulang oleh seseorang atau
sekelompok orang yang dapat merugikan orang lain.
9
Sebagaicontoh, anak kecil yang mendapat perlakuan bullying dari
teman sebayanya, perlu bantuan orang dewasa.
b. Adanya perilaku tidak wajar (penyalahgunaan) ketidakseimbangan
kekuatan tersebut dengan cara mengganggu, menyerang secara
berulang kali, atau dengan cara mengucilkan (mendiamkan).
Contoh dari perilaku bullying itu sendiri antara lain mengejek,
menyebarkan rumor, menghasut, mengucilkan, menakut-nakuti atau
intimidasi, mengancam, menindas, memalak atau menyerang secara
fisik seperti mendorong, menampar, atau memukul. Sebagian orang
mungkin berpendapat bahwa perilaku bullying tersebut merupakan hal
sepele atau bahkan normal dalam tahap kehidupan manusia atau dalam
kehidupan sehari-hari. Namun faktanya, perilaku bullying merupakan
learned behaviors karena manusia tidak terlahir sebagai penggertak dan
pengganggu yang lemah. Bullying merupakan perilaku tidak normal,
tidak sehat, dan secara sosial tidak bisa diterima. Hal yang sepele pun
kalau dilakukan secara berulang kali pada akhirnya dapat
menimbulkan dampak serius dan fatal. Membiarkan atau menerima
perilaku bullying, berarti memberikan bullies power kepada pelaku
bullying, menciptakan interaksi sosial tidak sehat dan meningkatkan
budaya kekerasan. Interaksi sosial yang tidak sehat dapat menghambat
pengembangan potensi diri secara optimal sehingga memandulkan
budaya unggul (Wiyani, 2012).
b. Bentuk Bullying
Berkaitan dengan kekerasan di sekolah atau bullying, maka school
bullying dapat didefinisikan sebagai perilaku agresif yang dilakukan
berulang-ulang oleh seseorang atau sekelompok siswa yang memiliki
kekuasaan terhadap siswa-siswi lain yang lebih lemah, dengan tujuan
menyakiti orang tersebut. Berdasarkan definisi diatas, kemudian menurut
Wiyani (2012), perilaku bullying dikelompokan ke dalam lima bentuk,
sebagai berikut:
1. Kontak fisik langsung, yaitu:
Memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mencubit,
mencakar.
10
2. Kontak verbal langsung, yaitu:
Mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi
nama panggilan atau julukkan (name-calling), sarkasme, merendahkan
(putdowns), mencela atau mengejek, mengintimidasi, memaki dan
menyebar gosip, dan pemerasan.
3. Perilaku non-verbal langsung, yaitu:
Melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka
yang merendahkan, menjahili.
4. Perilaku non-verbal tidak langsung, yaitu:
Mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan hingga retak,
sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirim surat kaleng.
5. Pelecehan seksual
Kadang dikategorikan perilaku agresif fisik verbal.
c. Tipologi Bullying
Budaya kekerasan sepertinya semakin hari semakin menguat dalam
berbagai aspek kehidupan kita. Julukan bangsa yang penuh adab, sopan
santun,toleran, dan memiliki ikatan kekeluargaan yang kuat, lambat laun
mulai menghilang dari khazanah kehidupan kita, baik dalam konteks
hidup bermasyarakat maupun berbangsa. Budaya kekerasan telah
menjelma dalam berbagai bentuk, seolah-olah telah menjadi bagian dari
kehidupan kita sehari-hari dan kita menerimanya sebagai sesuatu yang
wajar.
Kebanyakan orang menganggap kekerasan hanya dalam konteks
sempit, yang biasanya berkaitan dengan perang, pembunuhan, atau
kekacauan. Padahal, kekerasan itu bentuknya bermacam-macam,
termasuk bullying di dalamnya. Kekerasan mengilustrasikan sifat aturan
sosial, pelanggaran aturan, dan reaksi sosial terhadap pelanggaran yang
kompleks dan kerapkali saling bertentangan. Istilah kekerasan digunakan
untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka maupun tertutup, baik
yang bersifat menyerang maupun bertahan yang disertai penggunaan
kekuatan kepada orang lain. Oleh karena itu, menurut Wiyani (2012) ada
empat tipologi kekerasan bullying yang dapat diidentifikasi, yaitu:
1. Kekerasan terbuka (overt)
11
Kekeraasan yang dapat dilihat secara langsung, misalnya
perkelahian ataupun tawuran antar pelajar.
2. Kekerasan tertutup (covert)
Kekerasan tersembunyi atau tidak dilakukan langsung, seperti
perilak mengancam.
3. Kekerasan agresif
Kekerasan yang tidak untuk perlindungan, tetapi untuk
mendapatkan sesuatu yang dikehendaki.
4. Kekerasan defensif
Kekerasan yang dilakukan sebagai tindakan perlindungan diri atau
pembelaan diri dari ancaman pihak lain.
12
media elektronik yang menampilkan aneka bentuk kekerasan turut
membentuk mental remaja.
13
f. Dampak Bullying
Suyatno (2003), menjelaskan bahwa terdapat berbagai dampak negatif
yang dialami anak-anak yang menjadi korban bullying yaitu:
1. Dampak Bullying terhadap kehidupan individu
a) Kurangnya motivasi atau harga diri,
b) Problem kesehatan mental, misalnya; kecemasan berlebihan,
problem dalam hal makan, susah tidur,
c) Sakit yang serius dan luka parah sampai cacat permanen: patah
tulang, radang karena infeksi, dan mata lebam, termasuk juga
sakit kepala, perut, otot dan lain-lain yang bertahun-tahun
meski bila ia tak lagi dianiaya,
d) Problem-problem kesehatan seksual, misalnya; mengalami
kerusakan organ reproduksinya, kehamilan yang tak
diinginkan, ketularan penyakit menular seksual,
e) Mengembangkan perilaku agresif (suka menyerang) atau jadi
pemarah, atau bahkan sebaliknya menjadi pendiam dan suka
menarik diri dari pergaulan,
f) Mimpi buruk dan serba ketakutan, selain itu kehilangan nafsu
makan, tumbuh, dan belajar lebih lamban, sakit perut, asma,
dan sakit kepala,
g) Kematian.
14
c) Kualitas hidup semua anggota masyarakat merosot, sebab anak
yang dianiaya tak mengambil peran yang selayaknya dalam
kehidupan kemasyarakatan.
15
terpengaruh oleh lingkungan. Remaja juga memiliki kecenderungan untuk
menemukan jati dirinya, dan memiliki dorongan kuat untuk memperoleh
pengakuan atau eksistensi dirinya terhadap orang lain (Yusuf, 2004).
16
berbeda-beda yang dilakukan antar siswa. Kekerasan bullying seperti ini
bisa saja dilakukan secara perorangan atau kelompok, mereka yang
melakukan secara mandiri biasanya memiliki kekuatan (power) berupa
kekuatan fisik, ekonomi. Sementara, mereka yang melakukan tindak
kekerasan bullying yang dilakukan secara kelompok, mereka melakukan
tindakan tersebut karena motif menunjukan rasa solidaritas. Misalnya,
tawuran antar pelajar dapat dilatarbelakangi karena siswa merasa menjadi
satu golongan yang membela teman. Fenomena ini disadari adanya seperti
disebut Durkheim sebagai “kesadaran kolektif” dalam kelompok siswa
tersebut (Martono, 2012).
17
sudah cukup untuk menyelesaikan bercandaan bocahbocah itu. Padahal
luka psikis dan emosional yang dialami korban kekerasan verbal itu jauh
lebih dalam dan menyakitkan. Ketiga, sebagian orangtua dan guru masih
belum memiliki pengetahuan yang memadai mengenai bullying dan
dampaknya bagi kehidupan anak. Sehingga sebagian orangtua dan guru
benar-benar tidak tahu bahwa ada masalah serius disekitar mereka.
18
3. Komunitas
4. Keperawatan
19
5. Keperawatan Komunitas
Kesatuan yang unik dari praktik keperawatan dan kesehatan masyarakat yag
ditujukan pada pengembangan serta peningkatan kemampuan kesehatan, baik
diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga,
kelompok khusus atau masyarakat (Ruth B. Freeman,1981)
20
b. Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat ( health
general community ) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok .
21
C. Sasaran Keperawatan Komunitas
a. Individu
b. Keluarga
c. Kelompok Khusus
1. Ibu hamil
3. Balita
5. Usia lanjut
22
Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah:
23
akan mampu mencegah, apalagi memberantas penyakit tertentu,
maka mereka telah melakukan pemecahan-pemecahan masalah
kesehatan melalui proses kelompok.
3. Kerjasama (Partnership)
24
E. Prinsip Keperawatan Komunitas
1. Kemanfaatan
2. Autonomi
3. Keadilan
25
BAB III
26
f. Sistem Komunikasi
Sebagian remaja jika ada masalah curhat dengan teman sebayanya jarang remaja yang
mau menceritakan masalahnya kepada orang tuanya.
g. Pendidikan
Para remaja mendapat ilmu di sekolah karena semua remaja menjadi siswa siswi SMP
dan SMA tetapi remaja di kelurahan B butuh konseling untuk kejiwaan dan
pendekatan spiritual.
h. Rekreasi
Di Kelurahan B remaja laki-laki biasanya menggunakan waktu luangnya untuk
merokok di warung bersama teman-temannya dan remaja perempuan bermain dengan
teman sebayanya.
Format diagnosa
No Diagnosa
1 Ketidakefektifan koping berhubungan dengan emosional belum stabil
2 Distres moral berhubungan dengan pergaulan yang salah
27
3. Distres spiritual berhubungan dengan pergaulan yang salah
No NOC NIC
diagnosa
00069 Setelah dilakukan perawatan - Mengajari remaja untuk
remaja dapat : mengontrol amarah
- Tingkat kecemasan - Mengajari remaja untuk
berkurang tindakan mengontrol
- Remaja mampu menahan kecemasaan
diri dari amarah - Menganjurkan untuk
- Remaja mampu membuat memenuhi kebutuhan pola
keputusan dengan tepat tidur
00175 Setelah dilakukan perawatan - Remaja diberikan dukungan
remaja dapat : emosional dari tenaga
- Remaja mampu membuat kesehatan dan keluarga
keputusan dengan tepat - Remaja diberikan inspirasi
- Remaja dapar memenuhi harapan dalam menjalani
kesejahteraan hidupnya
psikospiritualnya
- Remaja mampu melewati
masalah tanpa rasa takut
berlebihan
00066 Setelah dilakukan perawatan - Membantu remaja
remaja dapat : meningkatkan koping
- Kualitas spiritual remaja - Menganjurkan remaja untuk
meningkat konseling kepada ahli spiritual
- Remaja memahami akan berdasarkan keyakinannya
arti tujuan hidup - Membentuk dukungan
- Remaja memiliki kelompok utuk remaja sesuai
kemapuan memaafkan keyakinannya
yang baik
28
- Remaja meningkatkan
kemampuan untuk
beribadah
3.3
29
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Saran kami bagi anda yang belum pernah merokok, sebaiknya anda jangan
mencoba-coba merokok karena dapat membahayakan hidup kita. Terlebih lagi di
zaman yang sudah tidak sehat ini, kita harus pandai-pandai menjaga kesehatan.
Biasakanlah untuk hidup sehat, karena hidup sehat merupakan awal dari sebuah
keberhasilan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Coloroso, Barbara. (2007). Stop Bullying: Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah
hingga SMU. Diterjemahkan oleh: Santi Indra Astuti. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.
Jahja, Y. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Martono, N. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial. PT RajaGrafindo, Jakarta.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Sarwono. 2011. Psikologi Remaja. Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.
Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Jakarta: Sagung Seto
Wiyani, Ardy. (2012). Save Our Children From School Bullying. Jogjakarta: Ar-ruzz Media
31