Anda di halaman 1dari 34

REFERAT

FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH

Oleh :

Jamarudin, drg.

Pembimbing :

Dr.Dicky Mulyadi, dr., Sp.OT(K)

DIVISI BEDAH ORTHOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

DEPARTEMEN ILMU BEDAH

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS-1

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. HASAN SADIKIN

BANDUNG

2019

0
Definisi

Fraktur tulang didefinisikan sebagai rusaknya kontinuitas dari struktur

tulang. Bisa saja tidak lebih dari retak, penggumpalan atau terpuntirnya korteks

tulang; tapi yang lebih sering dimaksudkan adalah patah komplet dari seluruh

struktur tulang dan fragmen tulang mengalami displaced. Jika kulit yang menutupi

masih intak maka disebut fraktur tertutup. Jika kulit atau ada salah satu rongga

tubuh yang terbuka maka kita kenal sebagai fraktur terbuka, yang dapat

menyebabkan kontaminasi dan infeksi.

Insidensi
Pada penelitian di Edinburg pada tahun 2000, fraktur ekstremitas
berdasarkan bagian tubuh yang terkena terbagi menjadi ekstremitas bawah (75%),
ekstremitas atas (20%), dan badan (5%). Fraktur shaft tibia dan fibula adalah yang
paling sering terjadi pada fraktur tulang panjang. Pada populasi rata-rata, terjadi 26
kasus fraktur diafisis tibialis per 100.000 penduduk per tahun. Insiden pada pria
sekitar 41 per 100.000 per tahun dan wanita sekitar 12 per 100.000 per tahun. Usia
rata-rata insiden fraktur tibia adalah 37 tahun, dengan usia rata-rata 31 tahun pada
pria dan 54 tahun pada wanita.
Kasus fraktur pada ekstremitas inferior merupakan kasus yang sering terjadi
di Indonesia. Berdasarkan data dari rekam medik RSHS, didapatkan kasus fraktur
pada ekstremitas inferior yang masuk di rawat inap RSHS selama Januari 2015
sampai dengan Juli 2016 didapatkan sebanyak 443 kasus. Terdapat 187 kasus
dengan fraktur femur (42,2%), 170 kasus fraktur cruris (38,4%), dan 86 kasus
fraktur pada kaki (19,4 %).

Sebanyak 147 kasus (33,2%) terjadi pada perempuan dan 296 kasus (66,8%)
pada laki-laki. Sebanyak 34 kasus (7,5%) terjadi pada rentang usia <14 tahun, 226
kasus (51%) pada usia 15-45 tahun, 183 kasus (41,5%) pada usia >45.

1
Pada kasus fraktur femur, sebaran usia dan jenis kelaminnya yaitu :
perempuan 83 kasus (44,4%), laki-laki 104 kasus (55,6%). 11 kasus (5,9%) terjadi
pada usia <14 tahun, 70 kasus (37,4%) pada usia 15-45 tahun, 106 kasus (56,7%)
pada usia >45.

Pada kasus fraktur cruris, sebaran usia dan jenis kelaminnya yaitu :
perempuan 45 kasus (26,5%), laki-laki 125 kasus (73,5%). 14 kasus (8,2%) terjadi
pada usia <14 tahun, 101 kasus (59,4%) pada usia 15-45 tahun, 55 kasus (32,3%)
pada usia >45.

Pada kasus fraktur kaki, sebaran usia dan jenis kelaminnya yaitu :
perempuan 19 kasus (22,1%), laki-laki 67 kasus (77,9%). 9 kasus (10,5%) terjadi
pada usia <14 tahun, 55 kasus (63,9%) pada usia 15-45 tahun, 22 kasus (25,6%)
pada usia >45.

Sementara pada periode berikutnya, berdasarkan data dari rekam medis


RSHS selama Agustus 2016 sampai dengan Agustus 2017, didapatkan sebanyak
279 kasus fraktur pada ekstremitas inferior yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat.
Terdapat 64 kasus dengan fraktur femur (22,9%), 120 kasus fraktur cruris (43%),
dan 95 kasus fraktur pada kaki (34,1%).

Sebanyak 78 kasus (28%) terjadi pada perempuan dan 201 kasus (72%)
pada laki-laki. Sebanyak 24 kasus (8,6%) terjadi pada rentang usia <14 tahun, 186
kasus (66,7%) pada usia 15-44 tahun, 69 kasus (24,7%) pada usia >45.

Dari 279 kasus total yang masuk ke IGD, hanya 83 pasien (29,7%) yang
setuju untuk dilakukan tindakan, 6 pasien (2,2%) meminta alih rawat ke RS lain,
dan 190 pasien (68,1%) menolak untuk dilakukan tindakan sesuai saran dari tim
Orthopaedi dan Traumatologi RSHS. Sebagian besar pasien yang menolak dengan
alasan keterbatasan biaya, karena tidak memiliki jaminan kesehatan.

Sementara kasus fraktur pada ekstremitas inferior yang masuk di rawat inap
RSHS selama Agustus 2016 sampai dengan Agustus 2017 berdasarkan data dari

2
rekam medik, didapatkan sebanyak 325. Terdapat 166 kasus dengan fraktur femur
(51,1%), 120 kasus fraktur cruris (36,9%), dan 39 kasus fraktur pada kaki (12 %).

Sebanyak 126 kasus (38,8%) terjadi pada perempuan dan 199 kasus (61,2%)
pada laki-laki. Sebanyak 28 kasus (8,6%) terjadi pada rentang usia <14 tahun, 165
kasus (50,8%) pada usia 15-45 tahun, 132 kasus (40,7%) pada usia >45.

Tindakan yang dilakukan saat menjalani perawatan di RSHS tergantung dari


letak frakturnya. Pada pasien fraktur femur dilakukan tindakan open reduction and
internal fixation with plate and screw sebanyak 36,8%, hip arthroplasty sebanyak
34,2%, internal fixation with interlocking nail sebanyak 8,6%, internal fixation with
intramedullary nailing sebanyak 13,7%, open reduction and external fixation
sebanyak 5,9%, dynamic hip screw sebanyak 0,8%.

Pada pasien fraktur tibia dilakukan tindakan open reduction and internal
fixation with plate and screw sebanyak 54,1%, internal fixation with interlocking
nail sebanyak 18%, open reduction and external fixation sebanyak 26,2%.

Pada pasien fraktur kaki, tergantung tulang mana yang mengalami fraktur,
dilakukan tindakan open reduction and internal fixation with K-wire sebanyak
55,2%, open reduction and internal fixation with plate and screw sebanyak 20,7%,
open reduction and internal fixation with tension band wiring sebanyak 6,9%, open
reduction and external fixation sebanyak 17,2%.

Terdapat 8 kasus (2,9%) mortalitas pasien dengan fraktur ekstremitas


inferior, dimana kesemuanya itu pasien dengan trauma multipel yang disertai
trauma kepala, trauma thorax ataupun trauma abdomen.

Etiologi

Terdapat lima penyebab utama terjadinya fraktur ekstremitas inferior yaitu :

jatuh, cedera pada olah raga, pukulan langsung atau penyiksaan, kecelakaan

kendaraan bermotor dan luka tembak. Penyebab yang paling sering terjadi adalah :

3
 Kecelakaan Kendaraan Bermotor

Insiden tertinggi dari fraktur tibialis diaphyseal adalah kecelakaan

kendaraan bermotor. Dari data di Edinburgh sekitar 37,5% dari patah

tulang tibia disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor. Patah tulang

terbuka tibia adalah yang paling banyak berhubungan dengan kecelakaan

kendaraan bermotor, sekitar 65% sampai 75% dan diklasifikasikan dalam

Gustilo tipe III.

 Patah Tulang yang berhubungan dengan Olahraga

Frekuensi dan tingkat keparahan patah tulang tibia berhubungan dengan

olahraga di tiap negara berbeda, tergantung pada popularitas olahraga.

Sebagai perbandingan dua olah raga yaitu sepak bola dan ski sering

dihubungkan dengan patah tulang diafisis tibialis. Pada penelitian

Edinburgh, olah raga sepak bola jumlahnya 80,1% dari semua olahraga

yang menyebabkan patah tulang tibia dan 24,7% dari semua insiden patah

tulang tibia. Olah raga ski menyebabkan 7,5% dari fraktur tibialis

diaphyseal. Namun angka kejadian ini akan terbalik di negara-negara yang

mana olah raga ski lebih populer.

 Pemukulan atau penyiksaan

Dalam penelitian Edinburgh, pemukulan atau penyiksaan angka

insidennya hanya 4,5% dari semua patah tulang tibia, yang cenderung

terjadi pada pasien yang lebih muda dan dikaitkan dengan morfologi

fraktur tibialis yang tidak berat.

4
Pemeriksaan klinis

Penegakan diagnosis dilakukan melalui pemeriksaan klinis yaitu anamnesa

dan pemeriksaan fisik yang menyeluruh serta keadaan status lokal. Pemeriksaan

penunjang yang penting lainnya yaitu pemeriksaan radiologi konvensional.

Pemeriksaan pasien dilakukan secara menyeluruh dimulai dengan

memeriksa jalan nafas (airway) apakah ada sumbatan atau tidak; memeriksa

pernapasan (breathing) apakah adekuat atau tidak; sirkulasi (circulation) apakah

pasien dalam keadaan syok atau tidak; dan kesadaran (disability) apakah ada

penurunan kesadaran dan gangguan neurologi. Apabila pada pemeriksaan di atas

terdapat kelainan maka segera dilakukan resusitasi sambil menilai apakah ada

cedera yang mengancam jiwa seperti sumbatan jalan napas, cedera tulang belakang,

gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular (tension pneumotoraks dan

syok). Evaluasi cedera dilakukan pada kepala, dada, perut, panggul, dan tulang

belakang yang dapat menyebabkan cedera yang mengancam jiwa di atas.

Identifikasi semua cedera pada ekstremitas, menilai status neurovaskular dari

bagian tubuh yang cedera. menilai kulit dan kerusakan jaringan lunak. Eksplorasi

luka dalam keadaan darurat tidak diindikasikan jika telah direncanakan intervensi

operasi karena risiko kontaminasi lebih lanjut sehingga dapat berguna dalam

kapasitas terbatas untuk menyediakan informasi dan dapat menimbulkan

perdarahan lanjut.

5
Pemeriksaan penunjang

 Evaluasi radiografi harus menyertakan seluruh tibia-fibula

(anteroposterior dan lateral) dengan visualisasi dari pergelangan kaki dan

sendi lutut.

 Foto oblik dapat membantu untuk karakteristik pola fraktur.

Klasifikasi

Untuk fraktur terbuka biasanya yang digunakan adalah klasifikasi Gustilo-

Anderson yang merupakan modifikasi terbaru dari klasifikasi Gustilo dkk.

Klasifikasi ini tergantung dari kerusakan jaringan lunak.

Tabel 2.1 Klasifikasi fraktur terbuka Gustilo-Anderson


Tipe I Ukuran luka < 1cm
Tipe II Ukuran luka > 1cm tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas
Tipe III Kerusakan jaringan lunak yang luas, biasanya > 5cm
Fraktur terbuka segmental
Amputasi traumatic
Gunshot injuries
Farmyard injuries
Fraktur yang dengan cedera vascular
Fraktur lebih dari 8 jam
Subtipe IIIA Periosteal tertutup adekuat
IIIB Periosteal tidak tertutup secara adekuat
IIIC Memerlukan perbaikan vascular
Dikutip dari : Gustilo dkk.

6
Gambaran fraktur terbuka tipe III. A. Tipe II; B.Tipe IIIA; C. Tipe III B; D. Tipe III
B; E. Tipe III C

KLASIFIKASI MENURUT LOKASI

1) Fraktur Kolum Femur


Klasifikasi fraktur kolum femur :
 Fraktur intrakapsuler
 Fraktur ekstrakapsuler

a) Fraktur Intrakapsuler (Collum Femur)


o Mekanisme Fraktur
Fraktur intrakapsuler ini (collum femur) dapat disebabkan oleh
trauma langsung (direct) dan trauma tak langsung (indirect).
o Trauma Langsung (direct)
Biasanya penderita terjatuh dengan posisi miring, dimana daerah
trokanter mayor langsung terbentur dengan benda keras (jalanan)

7
o Trauma tak langsung (indirect)
Disebabkan gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah.
Karena kepala femur terikat kuat dengan ligament iliofemoral dan
kapsul sendi, mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur. Pada
dewasa muda apabila terjadi fraktur intrakapsuler (collum femur)
berarti traumanya cukup hebat. Sedangkan kebanyakan pada fraktur
kolum ini (intrakapsuler), kebanyakan terjadi pada wanita tua (60
tahun ke atas) dimana tulangnya sudah mengalami osteoporotic.
Trauma yang dialami oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh
kepleset di kamar mandi ).
Pada umumnya pembagian klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan :
a) Lokasi anatomi
b) Arah garis patah
c) Dislokasi atau tidak dari fragmennya

a) Berdasarkan lokasi anatomi dibagi menjadi tiga :


- Fraktur Subkapital
- Fraktur trans-servikal
- Fraktur basis kolum femur
b) Berdasarkan arah sudut garis patah dibagi menurut Pauwel :
- Tipe I : Sudut 30°
- Tipe II : Sudut 50°
- Tipe III : Sudut 70 °
c) Berdasarkan dislokasi atau tidak fragmen di bagi menurut Garden :
- Garden I : Incomplete (Impacted)
- Garden II : Fraktur kolum femur tanpa dislokasi
- Garden III : Fraktur kolum femur dengan sebagian dislokasi
- Garden IV : Fraktur kolum femur dan dislokasi total

8
Pemeriksaan Fisik
Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat
(tabrakan ). Pada penderita tua biasanya traumannya ringan (kepleset di kamar
mandi ). Penderita tak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada panggul. Posisi
panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya perpendekan
dari tungkai yang cedera. Paha dalam posisi abduksi dan fleksidan eksorotasi. Pada
palpasi sering ditemukan adannya hematom di panggul. Pada impacted, biasanya
penderita masih dapat berjalan disertai rasa sakit yang tak begitu hebat. Posisi
tungkai masih tetap dalam posisi netral.

Pemeriksaan radiologi
Proyeksi anteroposterior dan lateral kadang-kadang diperlukan aksial. Pada
proyeksi anteroposterior kadang-kadang tidak jelas ditemukan adanya fraktur (pada
kasus yang impacted). Untuk ini perlu dengan pemeriksaan proyeksi aksial.

Terapi
Impacted Fraktur
Pada fraktur intrakapsuler terdapat perbedaan pada daerah kolum femur
dibanding fraktur tulang di tempat lain. Pada kolum femur periosteumnya sangat
tipis sehingga daya osteogenesisnya sangat kecil,sehingga seluruh penyambungan
fraktur kolum femur boleh dikata tergantung pada pembentukan kalus endosteal.
Lagipula aliran pembuluh darah yang melewati kolum femur pada fraktur kolum
femur terjadi kerusakan. Lebih lagi terjadinya hemartrosis akan menyebabkan
aliran darah di sekitar fraktur tertekan alirannya. Maka mudah dimengerti apabila
terjadi fraktur intrakapsuler dengan dengan dislokasi akan terjadi avaskuler
nekrosis.

Penanggulangan
Impacted Fraktur
Pada fraktur,kolum femur yang benar-benar impacted dan stabil. Maka
penderita masih dapat berjalan selama beberapa hari. Gejalannya ringan, sakit

9
sedikit pada daerah panggul. Kalau impactednya cukup kuat, penderita dirawat 3-4
minggu kemudian diperbolehkan berobat jalan dengan memakai tongkat selama 8
minggu. Kalau pada X-Ray foto impacted nya kurang kuat, ditakutkan terjadi
disimpacted, penderita di anjurkan untuk operasi dipasang internal fiksasi. Operasi
yang dikerjakan untuk impacted fraktur biasanya dengan multi pin teknik
perkutaneus.

Penanggulangan Dislokasi Fraktur kolum femur


Penderita segera dirawat di Rumah sakit, tungkai yang sakit dilakukan
pemasangan tarikan kulit (skin traction) dengan Buck-extension. Dalam waktu 24-
48 jam dilakukan tindakan reposisi, yang dilanjutkan dengan pemasangan internal
fiksasi. Reposisi yang dilakukan dicoba dulu dengan reposisi tertutup dengan salah
satu cara yaitu : menurut leadbetter. Penderita terlentang di meja operasi. Asisten
memfiksir pelvis. Lutut dan coxae dibuat fleksi 90 derajat untuk mengundurkan
kapsul dan otot-otot di sekitar panggul. Dengan sedikit abduksi paha ditarik ke atas,
kemudian dengan pelan-pelan dilakukan gerakan endorotasi panggul 45 derajat.
Kemudian sendi panggul dilakukan gerakan memutar dengan melakukan gerakan
abduksi dan ekstensi. Setelah itu dilakukan test.
Palm heel test : Tumit kaki yang cedera diletakkan di atas telapak tangan. Bila posisi
kaki tetap dalam kedudukan abduksi dan endorotasi berarti reposisi berhasil baik.
Setelah reposisi berhasil dilakukan tindakan pemasangan internal fiksasi dengan
teknik multi pin perkutaneus. Kalau reposisi pertama gagal dapat diulangi sampai
tiga kali,dilakukan open reduksi. Dilakukan reposisi terbuka setelah tereposisi
dilakukan internal fiksasi. Macm-macam alat internal fiksasi di antaranya :
- Knowless pin
- Cancellous screw
- Plate

Pada fraktur kolum femur penderita tua (>60 tahun ) penanggulangannya agak
berbeda. Bila penderita tidak bersedia dioperasi atau dilakukan prinsip
penanggulangan : do nothing dalam arti tidak dilakukan tindakan internal fiksasi,

10
caranya penderita di rawat, dilakukan skin traksi 3 minggu sampai rasa sakitnya
hilang. Kemudian penderita dilatih berjalan dengan menggunakan tongkat (cruth).
Kalau penderita bersedia dilakukan operasi, akan digunakan prinsip pengobatan do
something yaitu dilakukan tindakan operasi artroplasti dengan pemasangan protese
Austine Moore.

Komplikasi
- Avaskular nekrosis
- Non union
- Infeksi

Fraktur intertrokanter femur


Merupakan fraktur antara trokanter mayor dan trokanter minor femur.
Fraktur ini termasuk fraktur ekstrakapsular. Banyak terjadi pada orang tua terutama
pada wanita (diatas usia 60 tahun ). Biasanya trauma ringan, jatuh kepleset,daerah
pangkal paha ke bentur lantai. Hal ini dapat dapat terjadi karena pada wanita tua,
tulang sudah mengalami osteoporosis post menopause. Pada orang dewasa dapat
terjadi fraktur ini disebabkan oleh trauma dengan kecepatan tinggi (tabrakan
motor).

Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang dibuat oleh para ahli. Tetapi yang banyak dianut di
banyak Negara yaitu klasifikasi dari Evan-massie. Klasifikasi Evan-Massie dibagi
menjadi dua :
a) Stabil
- Garis fraktur intertrochanter-undisplaced
- Garis fraktur intertrochanter displaced menjadi varus
b) Tidak stabil
- Garis fraktur kominutiva dan displaced varus
- Garis fraktur intertrokanter dan subtrokanter

11
Gejala klinis
Biasanya penderita wanita tua dengan riwayat setelah jatuh kepleset,penderita tak
dapat jalan. Pada pemeriksaan kaki yang cedera dalam posisi eksternal rotasi.
Tungkai yang cedera lebih pendek. Pada pangkal paha sakit dan bengkak.

Pemeriksaan radiologi
Dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dengan rontgen foto dapat ditentukan
stabil atau tidak stabil jenis patahnya.

Penanggulangan
Umumnya fraktur trokanter mudah menyambung kembali karena daerah trokanter
kaya akan avaskularisasi.

Non-Operatif
Dengan balans traksi umumnya memerlukan waktu sampai 12 sampai 16
minggu. Pada penderita yang sudah tua diatas 60 tahun penanggulanganya dengan
traksi akan menimbulkan penyulit yaitu terjadi komplikasi berupa pneumonia
hipostatik,bronkopneumonia,dekubitus, emboli paru,thrombosis arterifemoralis
untuk menghindari hal tersebut di atas dipilih cara lain dengan jalan operatif.
Teknik operasi tergantung tipe frakturnya stabil atau tidak stabil. Pada fraktur yang
tidak stabil dilakukan tindakan medialisasi menurut Dimon dan Hughston baru
dilakukan internal fiksasi diantaranya dengan Jewett nail atau angle blade plate
(Ao)
Pada tipe yang stabil, tidak perlu dilakukan medialisasi, langsung dilakukan internal
fiksasi dengan alat Jawett nail dan angle blade plate (Ao).

FRAKTUR SUBTROKANTER FEMUR


Fraktur subtrokanter ialah fraktur dimana garis patah berada 5 cm distal dari
trokanter minor. Mekanisme fraktur biasanya karena trauma langsung, dapat terjadi
pada orang tua biasanya disebabkan oleh trauma yang ringan (jatuh kepleset). Dan
pada orang muda biasanya karena trauma dengan kecepetan.

12
Klasifikasi
Banyak klasifikasi yang dipakai di antaranya :
- Klasifikasi Zickel
- Klasifikasi Scinshaemer
- Klasifikasi Fielding dan magliato

Yang sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fieldinng dan magliato.
Tipe 1 : Garis fraktur satu level dengan trokanter minor
Tipe 2 : Garis patah berada 1 – 2 inch di bawah dari batas atas trokanter minor
Tipe 3 : Garis patah berada 2 – 3 inch di distal dari batas atas trochanter minor.

Pemeriksaan Fisik
Tungkai bawah yang cedera lebih pendek dan rotasi eksternal (eksorotasi) di daerah
panggul ditemukan hematoma atau ekimosis.

Radiologi
Dibuat proyeksi anterioposterior dan lateral. Pada fraktur subtrokanter
dimana trokanternya masih utuh, biasanya kedudukan fragmen bagian atas dalam
posisi abduksi dan fleksi dan fragmen distal dalam posisi abduksi.
Abduksi karena tarikan dari otot-otot abductor. Fleksi karena tarikan otot
iliopsoas dan adduksi karena tarikan otot adductor magnus.

Penanggulangan
Dilakukan terapi non-operatif dan operatif.
 Non-operatif
Dengan melakukan skeletal traksi dan system balans dengan posisi tungkai bagian
distal dibuat abduksi dan fleksi.
Penanggulangan ini banyak kelemahannya yaitu mordibitas lama dan mortalitas
yang lebih tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut dilakukan penanggulangan operasi.
 Operatif
Dengan melakukan open reduksi dan pemasangan internal fiksasi.

13
Macam-macam alat untuk fiksasi, diantaranya :
- Angle blade plate (Ao)
- Jewett nail
- Sliding compression screw
- Zickel nail

Komplikasi
- Malunion
- Non Union

FRAKTUR BATANG FEMUR (DEWASA)


Mekanisme trauma
Daerah tulang-tulang ini sering mengalami patah. Biasanya terjadi karena
trauma langsung akibat kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jatuh dari
ketinggian. Kebanyakan dialami oleh penderita laki-laki dewasa. Patah pada daerah
ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak,mengakibatkan penderita
jatuh dalam syok.
Klasifikasi fraktur batang femur
Salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi berdasarkan adanya luka yang
berhubungan dengan daerah yang patah. Dibagi menjadi :
- Tertutup
- Terbuka
Fraktur femur terbuka
Ketentuan terbuka bila terdapat hubungan antara tulang patah dengan dunia luar.
Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar, timbul luka kecil,biasanya
diakibatkan tusukan fragment tulang dari dalam menembus ke luar
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm), luka ini disebabkan karena benturan
benda dari luar
Derajat III : Lukanya lebih luas dari derajat II, lebih kotor,jaringan lunak banyak
yang ikut rusak (otot,saraf,pembuluh darah)

14
Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka, dilakukan tindakan
debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri,
dilakukan tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.

Pemeriksaan Fisik
Daerah paha yang patah tulangnya sangat membengkak, ditemukan tanda
functiolaesa (tungkai bawah tidak dapat diangkat). Nyeri tekan,nyeri gerak.
Tampak adanya deformitas angulasi ke lateral atau angulasi anterior,rotasi (ekso
atau endo). Tungkai bawah ditemukan adanya perpendekan tungkai. Pada fraktur
1/3 tengah femur, pada pemeriksaan harus diperhatikan pula kemungkinan adanya
dislokasi sendi panggul dan robeknya ligament dari daerah lutut. Kecuali itu juga
diperiksa keadaan saraf sciatica dan arteri dorsalis pedis.

Radiologi
Cukup dengan dua proyeksi AP dan LAT. Dalam pembuatan foto harus mencakup
dua sendi : Panggul dan lutut.

Penanggulangan
Pada fraktur femur tertutup, untuk sementara dilakukan skin traksi dengan
metode Buck extension. Atau dilakukan dulu pemakaian Thomas Splint, tungkai
ditraksi dalam keadaan ekstensi. Tujuan skin traksi adalah untuk mengurangi rasa
sakit dan mencegah kerusakan yang lebih lanjut jaringan lunak di sekitar daerah
yang patah. Setelah dilakukan traksi kulit dapat dipilih pengobatan non operatif atau
operatif.

Non-Operatif
Dilakukan skeletal traksi. Yang sering digunakan ialah metode perkin dan metode
balans skeletal traksi.

15
Metode Perkin
 Digunakan apabila fasilitas peralatan terbatas. Alat yang diperlukan :
Steinman pin, Tali, Beban katrol
 Penderita tidur terlentang 1-2 jari di bawah tuberositas tibia, dibor dengan
Steinman pin, dipasang staple, ditarik dengan tali. Paha ditopang dengan 3-
4 bantal. Tarikan dipertahankan sampai lebih dari 12 minggu sampai
terbentuk kalus yang cukup kuat. Sementara itu tungkai bawah dapat dilatih
untuk gerakan ekstensi dan fleksi.

Metode balance skeletal traction


 Diperlukan alat-alat yang lebih banyak
- Thomas splint
- Pearson attachment
- Steinman pin
- Tali
- Katrol
- Beban
- Frame
- Stapler
 Penderita tidur terlentang, 1-2 jari di bawah tuberositas tibia dibor
dengan Steinman pin, dipasang stapler pada Steinman pin. Paha
ditopang dengan Thomas splint, sedangkan tungkai bawah ditopang
oleh Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 12 minggu
atau lebih sampai tulangnya membentuk kalus yang cukup.
Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. Kadang-
kadang untuk mempersingkat waktu rawat, setelah ditraksi 8
minggu kemudian dipasang gips hemispica atau cast bracing.

Operatif
Pada fraktur femur 1/3 tengah sangat baik untuk dipasang intramedullary
nail. Terdapat bermacam-macam intramedullary nail untuk femur, diantaranya :

16
- Kuntscher nail
- Sneider nail
- Ao nail
Diantara ke tiga nail tersebut yang paling terkenal adalah kuntscher nail.
Pemasangan intramedullary nail dapat dilakukan secara terbuka dan tertutup.
 Cara terbuka yaitu dengan menyayat kulit fasia sampai ke tulang yang
patah. Pen dipasang secara retrograde.
 Cara tertutup yaitu dengan menyayat daerah yang patah. Pen dimasukkan
melalui ujung trokanter mayor dengan bantuan image intersifier (C.arm).
Tulang dapat di reposisi dan pen dapat masuk ke dalam fragment bagian
distal.
Keuntungan tidak menimbulkan bekas sayatan lebar dan perdarahan terbatas.
Indikasi operatif :
1) Penanggulangan non operatif gagal
2) Multipel fraktur
3) Robeknya arteri femoralis
4) Patologik fraktur
5) Orang tua

Komplikasi dini :
Yang segera terjadi dapat berupa : syok dan emboli lemak. Emboli lemak ini jaranf
terjadi
Komplikasi lambat :
- Delayed union
- Non union
- Mal union
- Kekakuan sendi lutut
- Infeksi
Pada non union dapat diatasi dengan tandur alih tulang spongiosa (autogenesus
cancellous bone graft). Kekakuan sendi dimana, sendi lutut terbatas gerakan (ROM

17
-0-60 atau <) dapat ditolong melakukan operasi pembebasan perlengkapan otot-otot
kuadriseps dan patella.

FRAKTUR BATANG FEMUR (ANAK-ANAK)


Pada anak-anak sering juga mengalami fraktur femur. Penyebab terbanyak
ialah jatuh waktu bermain di rumah atau di sekolah, diagnose mudah ditegakkan.

Penanggulangan
Umumnya dengan terapi non operatif akan menyambung baik. Perpendekan
kurang 2 cm masih dapat diterima karena dikemudian hari perpendekan ini akan
sama panjangnya dengan tungkai yang normal.
Hal ini dimungkinkan karena anak-anak daya remodellingnya masih tinggi.
Penanggulangan non operatif dengan traksi kulit anak berumur di bawah 3 tahun.

Traksi kulit-Bryant traksi


Anak tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang traksi kulit,
kemudian kedua tungkainya ditegakkan ke atas, di tarik dengan tali yang diberi
beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Komplikasi : pemakaian Bryan traksi :


Terjadinya iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena terganggunya aliran
darah pada tungkai yang ditinggikan.
Anak umur 3 tahun-13 tahun :
Dilakukan pemasangan Rusell traksi,untuk traksi ini diperlukan :
- Frame
- Katrol
- Tali
- Plester

18
Anak tidur terlentang dipasang plester dari batas lutut. Dipasang sling di
daerah poplitea,sling dihubungkan dengan tali, dimana tali tersebut dihubungkan
dengan beban penarik.
Untuk waktu rawat setelah 4 minggu ditraksi,kalus sudah terbentuk tetapi
belum kuat benar. Traksi dilepas kemudian dipasang gip hemispika.

FRAKTUR PROKSIMAL TIBIA (Bumper fraktur atau fraktur tibia plateau)


Daerah ujung proksimal tibia merupakan tulang yang lemah, terdiri dari
tulang spongiosa dan dibatasi korteks yang tipis. Kecuali pada orang tua tulangnya
secara keseluruhan sudah mengalami osteoporotic. Maka mudah dimengerti bila
terjadi trauma langsung di daerah lutut akan terjadi fraktur intraartikular tibia(tibia
plateau)
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi trauma langsung dari arah samping lutut, dimana kakinya
masih terfiksir di tanah (orang sedang berjalan ditabrak mobil dari samping-bumper
fraktur)
Gaya dari samping ini menyebabkan lutut didorong sangat kuat kearah
valgus. Hal ini menyebabkan permukaan sendi bagian lateral tibia (tibia plateau)
akan menerima beban yang sangat besar dan akhirnya menyebabkan fraktur
intraartikular atau terjadi amblasnya permukaan sendi bagian lateral tibia.
Kemungkinan yang lain, penderita jatuh dari ketinggian yang menyebabkan
penekanan vertical pada permukaan sendi tibia. Hal ini akan menyebabkan patah
intrartikular berbentuk T atau Y.

Klasifikasi
Menurut Hone M. dan Moore T.M dibagi menjadi lima tipe :
a) Split fracture
b) Entire plateau fracture
c) Rim avulsion
d) Rim compression
e) Four part fracture

19
Gejala Klinik
Lutut yang cedera membengkak dan disertai rasa sakit. Kadang-kadang
ditemukan deformitas (varus atau valgus pada lutut)
Pada permukaan lebih aktif, gerak sendi lutut terbatas karena rasa sakit atau
adanya hemartrosis. Varus dan valgus stress test kadang positif. Hal ini disebabkan
karena fragmen tulang yang amblas atau disertai dengan rupturnya ligament
kolateral lateral atau lligament kolateral medial.

Radiologi
Cukup dengan membuat dua proyeksi anteroposterior dan lateral. Dari
gambar radiologi dapat ditentukan tipe patahnya.
Penanggulangan
Terdiri dari non operatif dan operatif.
Untuk fraktur yang tidak mengalami dislokasi dapat ditanggulangi dengan
beberapa cara, diantaranya dengan memasang :
- Verband elastic (Robert Jones teknik)
- Dengan memasang gip (long leg plaster)
- Skeletal traksi

Skeletal traksi yang biasa digunakan adalah menurut cara Appley.


Caranya : Penderita tidur terlentang. Pada tibia 1/3 proksimal dipasang
Steinman pin, langsung ditarik dengan beban yang cukup (>6kg). Sementara
dilakukan traksi lutut penderita yang cedera dapat digerakkan. Hal ini penting untuk
mencegah terjadinya kekakuan sendi.

Operatif
Apabila terjadi dislokasi yang cukup lebar atau apabila permukaan sendi
tibia amblas lebih dari 8 mm, dilakukan open reduksi dan dipasang internal fiksasi
dengan buttress plate dan cancellous screw.

20
Pada kasus dimana permukaan sendi tibia amblas,harus dilakukan
rekonstruksi,permukaan yang amblas diangkat kembali ke atas dan bekas
lubangnya diisi dengan tulang spongiosa dari tempat lain (autogenous bone graft)

Komplikasi
1. Kekakuan sendi lutut
Hal ini disebabkan karena terjadinya perlengketan intraartikular dan
perlengketan peri-artikular. Bila terjadi hal tersebut di atas dapat dilakukan
manipulasi dengan pemberian anestesi umum.
2. Lesi dari n.poplitea
Akibat penekanan fragmen tulang atau akibat penekanan gip
3. Artritis post traumatika
Diakibatkan karena permukaan sendi yang tidak rata.

FRAKTUR TULANG TIBIA DAN FIBULA


Fraktur kruris merupakan terbanyak dari kecelakaan lalu lintas. Melihat
susunan anatomis kruris dimana permukaan medial tibia hanya dilindungi jaringan
subkutan,hal ini menyebabkan mudahnya terjadi fraktur kruris terbuka yang
menimbulkan masalah dalam pengobatan.
Anatomi
Terdapat empat grup otot yang penting di kruris yaitu :
1. Otot ekstensor
2. Otot abductor
3. Otot trisep surae
4. Otot fleksor
Keempat grup otot tersebut membentuk tiga kompartemen
Group I : Membentuk kompartemen anterior
Group II : membentuk kompartemen lateral
Group III : membentuk kompartemen posterior yang terdiri dari
kompartemen superficial dan kompartemen dalam.

21
Arteri
- Arteri tibialis anterior
- Arteri tibialis posterior
- Arteri peroneus
Saraf
- n. Tibialis anterior dan n.Peroneus untuk mensarafi otot ekstensor dan
abductor
- n. Tibialis posterior dan n.Poplitea untuk mensarafi otot fleksor dan otot
trosep surae.

Mekanisme trauma
Trauma langsung dan trauma tidak langsung
 Trauma langsung-energi tinggi
Akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian lebih dari 4
meter, fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka.
 Trauma langsung-energi rendah
Akibat cedera pada waktu olahraga. Biasanya fraktur yang terjadi
fraktur tertutup.
 Trauma tidak langsung
Diakibatkan oleh gaya gerak tubuh sendiri. Biasanya berupa torsi tubuh
,kekuatan trauma disalurkan melalui sendi. Akibat yang terjadi biasanya
fraktur tibia fibula dengan garis patah spiral dan tidak sama tinggi pada
tibia di bagian distal sedang pada fibula bagian proksimal.
Klasifikasi
- Fraktur tertutup
- Fraktur terbuka
Fraktur terbuka
Ketentuan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara tulang yang
patah dengan dunia luar. Fraktur terbuka ini dibagi menjadi tiga derajat :

22
Derajat I : Bila terdapat hubungan dengan dunia luar,timbul luka kecil,biasanya
diakibatkan tuskan fragmen tulang dari dalam menembus luar.
Derajat II : Lukanya lebih besar (>1cm),luka ini disebabkan karena benturan
benda dari luar.
Derajat III : Lukanya lebih luasa dari derajat II,lebih kotor,jaringan lunak
banyak yang ikut rusak (0tot,saraf,pembuluh darah)

Pada umumnya bentuk penanggulangan fraktur terbuka dilakukan tindakan


debridement,sebaik-baiknya kemudian penanggulangan untuk tulangnya sendiri,
dilakukan tindakan yang sama seperti pada penanggulangan fraktur tertutup.

Gejala klinik
Daerah yang patah tampak bengkak. Tampak deformitas angulasi atau
endo/eksorotasi ditemukan nyeri gerak,nyeri tekan pada daerah yang patah.
Radiologi
Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi anterior posterior dan lateral.
Penanggulangan
Fraktur tertutup dilakukan reposisi tertutup.
Imobilisasi dengan gips
Caranya : penderita tidur terlentang diatas meja periksa. Kedua lutut dalam
posisi fleksi 90 derajat, sedangkan kedua tungkai bawah menggantung di tepi
meja.Tungkai bawah yang patah ditarik kearah bawah. Rotasi diperbaiki, setelah
tereposisi baru dipasang gips melingkar. Ada beberapa cara pemasangan gips,yaitu
:
1. Cara long leg plester :
Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal
jari kaki sampai proksimal femur dengan sendi talokrural dalam posisi
netral sedang posisi lutut dalam fleksi 20 derajat.
2. Cara Sarmiento :
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai diatas sendi talokrural
dengan molding sekitar malleolus. Kemudian setelah kering segera

23
dilanjutkan ke atas sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan
molding pada permukaan anterior tibia, gips dilanjutkan sampai ujung
proksimal patella. Keuntungan cara ini : kaki dapat diinjakkan lebih
cepat.

Setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya masih kurang baik.


Masih terjadi angulasi,perpendekan lebih dari 2cm,tidak ada kontak antara kedua
ujung fragmen tulang. Dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan
operasi dan pemasangan internal fiksasi.
Macam-macam internal fiksasi diantaranya :
- Screw
- Plate + screw
- Tibial nail

Fraktur Terbuka
Lukanya dilakukan debridement,kemudian tulang yang patah dilakukan
reposisi secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi.
Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur terbuka :
Cara Trueta :
 Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka,tidak perlu
dijahit. Setelah tulangnya direposisi, gips dipasang langsung tanpa
pelindung kulit kecuali pada derajat SIAS,kalkaneus dan tendo Achilles.
 Gips dibuka setelah berbau dan basah
 Cara ini sudah ditinggalkan orang. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman
perang
Cara long leg plaster :
 Cara seperti ini telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat
jendela setelah beberapa hari di atas luka. Dari lubang jendela ini luka
dirawat sampai sembuh.

Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fixateur externa) :

24
 Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara
ini perawatan luka yang luas di kruris sangat mudah.
 Macam-macam bentuk fiksateur externa,diantaranya :
- Judet fiksateur eksterna
- Roger Anderson Hoffman
- Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik)

Komplikasi
Dini :
 Sindrom kompartemen
 Komplikasi ini terutama terjadi pada fraktur proksima tibia tertutup
 Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan gangguan
vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam kelangsungan
hidup tungkai bawah. Yang palin sering terjadi yaitu sindrom
kompartemen anterior.
 Mekanisme : Dengan terjadi fraktur tibia terjadi perdarahan
intrakompartemen,hal ini akan menyebabkan tekanan
intrakompartemen meninggi,menyebabkan aliran balik darah vena
terganggu. Hal ini akan menyebabkan edema. Dengan adanya
edema,tekanan intrakompartemen makin meninggi sampai akhirnya
menyumbat arteri di intrakompartemen.
 Gejala : rasa sakit pada tungkai bawah dan ditemukan paraestasia. Rasa
sakit akan bertambah bila jari digerakan secara pasif. Kalau hal ini
berlangsung cukup lama dapat terjadi paralise pada otot ekstensor
halusis longus,ekstensor digitorum longus dan tibial anterior.
 Tekanan intrakompartemen dapat diukur langsung dengan cara
whitesides.
 Penanganan : Dalam waktu kurang dari 12 jam harus dilakukan
fasiotomi.

25
Lanjut :
 Malunion : Biasanya terjadi pada fraktur yang kominutiva sedang
imobilisasinya longgar,sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk
memperbaiki perlu dilakukan osteotomi.
 Delayed union : Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti
dengan infeksi atau pada fraktur yang kominutiva. Hal ini dapat diatasi
dengan operasi tandur alih tulang spongiosa.
 Non union : disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia
disertai dengan infeksi. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone
grafting menurut cara papineau.
 Kekakuan sendi : Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu
lama. Pada persendian kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan
gerak. Hal ini dapat diatasi dengan fisioterapi.

FRAKTUR DAN FRAKTUR DISLOKASI DARI PERGELANGAN


KAKI
Fraktur pada pergelangan kaki sering terjadi pada penderita yang
mengalami kecelakaan (kecelakaan lalu lintas atau jatuh). Bidang gerak sendi
pergelangan kaki hanya terbatas pada satu bidang yaitu untuk pergerakan
dorsofleksi dan plantar fleksi. Maka mudah dimengerti bila terjadi gerakan-gerakan
diluar bidang tersebut,dapat menyebabkan fraktur atau fraktur dislokasi pada
daerah pergelangan kaki.
Bagian yang sering menimbulkan fraktur dan fraktur dislokasi yaitu : gaya
abduksi, adduksi,endorotasi atau eksorotasi.

Anatomi pergelangan kaki


Secara anatomi sendi pergelangan kaki,dibentuk oleh 3 tulang yaitu dari
tulang tibia,fibula dan talus. Bagian dinding medial sendi berupa tulang maelleolus
lateralis. Bagian posterior dibatasi oleh tulang tibia yang melengkun, dan disebut
maleolus posterior.

26
Persendian pergelangan kaki merupakan sendi yang kuat karena terdapatnya
ligament-ligamen yang menghubungkan antara tulang di daerah tersebut.
Antara maleolus medialis dengan tulang-tulang tarsal, dihubungkan oleh
ligament. Tibio kalkaneal,ligament tibia talar dan ligament tibio navikular.
Ketiga ligament tersebut disebut sebagai ligament deltoid. Antara maleolus
lateral dan tulang tarsal dihubungkan oleh ligament kalkaneofibular dan ligament
talofibular.
Antara tibia dan fibula bagian distal dihubungkan dengan
ligament,tibiofibula anterior dan posterior.

Mekanisme trauma
Apabila terjadi gaya abduksi maka akan terjadi dorongan yang mendorong
maleolus lateral. Hal ini akan menyebabkan fraktur dari maleolus lateral setinggi
permukaan sendi atau di atasnya. Sedangkan ujung maleolus medial tertarik sangat
kuat oleh ligament deltoid,menyebabkan fraktur avulse pada ujung maleolus
medialis.
Gaya adduksi : akan mendorong tulang talius pada maleolus medialis
menyebabkan fraktur maleolus medialis di atas permukaan sendi. Sedang gaya
rotasi dari kaki dapat menyebabkan fraktur kedua malleolus disertai robeknya
ligament tibiofibula bagian distal. Atau dapat disertai fraktur malleolus posterior.
Kalau terjadi robekan ligament tibiafibula bagian distal maka tulang talus akan
mengalami dislokasi kea rah lateral.

Gejala klinik
Pada fraktur pergelangan kaki penderita akan mengeluh sakit sekali dan tak
dapat berjalan. Di daerah pergelangan kaki sangat bengkak. Bila terjadi fraktur
kedua maleolus akan jelas tampak deformitas.
Radiologi
Umumnya dengan proyeksi anteroposterior dan lateral dapat diketahui
adanya fraktur di daerah pergelangan kaki.

27
Penanggulangan
Fraktur Malleolus medialis
Dapat dicoba dengan reposisi tertutup. Bila berhasil baik dipertahankan
dengan imobilisasi gips di bawah lutut selama 8 minggu. Bila hasil reposisi
jelek,harus dipikirkan kemungkinan terjadinya interposisi di periosteum antara
kedua fragmen. Untuk hal ini harus dilakukan tindakan operasi,dipasang internal
fiksasi dengan pemasangan screw.

Fraktur maleolus lateral


Umumnya dengan melakukan reposisi tertutup hasilnya baik. Imobilisasi
dengan gips di bawah lutut selama 6 minggu.
Fraktur maleolus lateral disertai dengan robeknya ligament deltoid.
Terjadinya fraktur maleolus lateral dan dislokasi dari tulang talus ke lateral. Pada
radiologis jelas tampak jarak maleolus medial dan tulang talus melebar. Hal ini
dapat dicoba ditanggulangi dengan reposisi tertutup. Bila hasil reposisi tertutup
gagal , dilakukan tindakan open reduksi dengan pemasangan internal fiksasi pada
tulang fibula.
Fraktur maleolus lateral dan maleolus medial (Bimalleolus) : terjadi fraktur
maleolus lateral dimana garis patahnya terletak di atas permukaan sendi
pergelangan kaki dan fraktur avulse maleolus medialis. Hal ini dapat dicoba dengan
reposisi tertutup kalau hasilnya jelek dilakukan operasi reposisi terbuka dengan
pemasangan internal pada kedua maleolus.

Fraktur trimaleolus (Fraktur maleolus medial lateral dan posteriaor )


Prinsipnya sama dengan penanggulangan fraktur bimaleolus.
Komplikasi
 Kekauan sendi (ankilosis). Hal ini disebabkan karena kerusakan ligament-
ligamen , dapat diatasi dengan melakukan fisioterapi.

28
 Mal union : Biasanya pada penanganan non operatif dimana terjadi reposisi
yang tidak tepat. Arteritis post traumatic disebabkan karena mal union.

FRAKTUR TALUS
Tulang talus merupakan salah satu tulang yang sangat penting untuk menahan dan
menyebar beban berat badan. Tulang talus sering mengalami fraktur.

Mekanisme trauma
Bisa disebabkan trauma yang tak langsung, hal ini terjadi pada penderita sewaktu
mengendarai mobil mengalami kecelakaan dengan mendadak dan sekuat tenaga
kaki menginjak pijakan rem. Posisi kaki secara mendadak dalam posisi
hiperdorsofleksi,hal ini akan menyebabkan fraktur di daerah leher talus. Atau jatuh
dari suatu ketinggian akan menimbulkan gaya tekan aksial pada tulang talus. Hal
ini akan menyebabkan fraktur di daerah korpus. Kemungkinan yang lain, sewaktu
posisi kaki dalam plantar fleksi terjadi kecelakaan dimana terjadi gaya dorong pada
metatarsal diteruskan ke tulang navikular yang akhirnya menyebabkan fraktur pada
kepala talus.

Klasifikasi
Berdasarkan lokalisasi garis patah :
- Fraktur leher talus
- Fraktur korpus talus
- Fraktur kepala talus

Pemeriksaan fisik
Mengalami kecelakaan berat (tabrakan mobil atau jatuh dari ketinggian). Terasa
sakit sekali di daerah pergelangan kaki dan kaki. Daerah pergelangan kaki dan kaki
sangat membengkak.

29
Radiologi
Proyeksi anterioposterior dan obliq untuk melihat daerah korpus talus. Proyeksi
lateral untuk melihat daerah leher dan kepala talus.

Penanggulangan
Bila tidak terjadi dislokasi fragmenya, dilakukan imobilisasi dengan gips
sirkuler di bawah lutut. Gips dipertahankan + 3 bulan sampai terjadi union. Bila
terjadi dislokasi, dicoba dengan melakukan reposisi dalam narkose. Bila kedudukan
berhasil baik,dipasang imobilisasi dengan gips sirkuler di bawah lutut. Bila
kedudukan fragmennya tetap dislokasi,dilakukan operasi open reduksi difiksasi
dengan skrup.

Komplikasi
- Infeksi
- Mal union
- Avaskuler nekrosis
- Delayed union
- Artritis post traumatika

FRAKTUR KALKANEUS
Tulang kalkaneus terdiri dari tulang spongiosa,dengan korteks yang tipis. Pada
tulang kalkaneus kaya akan vaskularisasi ,maka mudah dimengerti pada fraktur
kalkaneus mudah terjadi penyembuhan.
Mekanisme trauma
Dapat disebabkan daya puntir yang akan menyebabkan terjadinya fraktur kalkaneus
ekstraartikular. Sedangkan daya tekan vertikel akibat jatuh dari ketinggian akan
menyebabkan fraktur intrartikular.

30
Klasifikasi
Ekstrartikular fraktur,dimana garis patahnya tidak menembus permukaan sendi
subtalar. Intraartikular fraktur, dimana garis patah menembus permukaan sendi
subtalar.

Pemeriksaan fisik
Rasa sakit dan nyeri tekan di daerah sinus tarsi. Bengkak pada jenis
ekstraartikular tidak begitu jelas. Penderita tak dapat bediri. Pada jenis intraartikular
pembengkakan tumit pada daerah yang patah lebih pendek.
Harus diperhatikan pula kemungkinan adanya nyeri di daerah lumbal atau
dorsolumbal. Kemungkinan adanya fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakalis.
Hal ini penting karena menurut carve 10% dari fraktur kalkaneus diikuti oleh
fraktur vertebra lumbal atau vertebra torakal.

Radiologi
Proyeksi anteroposterior,proyeksi lateral dan proyeksi aksial

Penanggulangan
Pada jenis ekstraartikular,bila tidak terjadi dislokasi garis patahnya cukup
dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler dibawah lutut. Bila terjadi dislokasi
dilakukan reposisi dengan menekan fragmen yang menonjol kearah dalam posisi
kaki dibuat equines,baru dipasang gips sirkuler di bawah lutut. Untuk jenis
intraartikular dimana permukaan sendi subtalar amblas,harus dilakukan open
reduksi. Yang amblas diangkat kembali dan daerah yang berlubang ditanam alih
tulang spongiosa,setelah itu dilakukan imobilisasi dengan gips sirkuler di bawah
lutut + 6 minggu.

Komplikasi
- Mal union
- Artritis post traumatic

31
FRAKTUR METATARSAL
Mekanisme trauma
Trauma langsung (direct), karena kejatuhan barang yang cukup berat atau karena
trauma tak langsung (indirect),hal ini dapat terjadi sewaktu kaki menginjak tanah
dengan kuat secara tiba-tiba badan melakukan gerakan putar.
Pemeriksaan fisik
Penderita mengeluh sakit di daerah pedis. Tampak pembengkakan dan ekimosis.
Pada palpasi dapat ditemukan nyeri tekan,krepitasi dan nyeri sumbu.

Radiologi
- Proyeksi anteroposterior
- Proyeksi oblique
- Proyeksi lateral
Penanggulangan
Bila fragmen fraktur tak menglami dislokasi dilakukan imobilisasi dengan
pemasangan gips sirkuler (short walking cast),dipertahankan sampai 4-6 minggu.
Bila terjadi dislokasi terutama pada kepala metatarsal kearah plantar harus
dilakukan reposisi tertutup. Kalau gagal dilakukan open reduksi dengan
pemasangan internal fiksasi dengan Kirschner wire.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Court-Bown CM. Fractures of the tibia and fibula. : Bucholz RW, Heckman
JD, Court-Brown CM, editors. dalam Rockwood and Green’s fractures in
adults. 6th ed. New York : Lippincott Williams & Walkins; 2006. hal. 2080-
86.
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Apley’s system of orthopaedics and
fractures. 8th ed. London : Arnold; 2001. hal. 530-40.
3. Salter RB. Textbook of disorders and injuries of the musculoskeletal
system. 3rd ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins; 1999.
hal. 415-22.
4. Wood II GW. Trauma principles. In : Canale ST, Beaty JH, editors.
Campbell’s operative orthopaedics. 11th ed. Philadelphia : Mosby Inc; 2007.
hal. 3025-33.

33

Anda mungkin juga menyukai