Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION

PADA KELUARGA “Tn. M” DI RT 19 KELURAHAN MUARA RAPAK

KECAMATAN BALIKPAPAN UTARA

Dosen Pembimbing

Ita Kusumayanti, S.ST


Nurhayati, S.ST., M.Pd

Disusun Oleh :

Tiffany Nabilla P0.7224116033


Nurmalasari P0.7220116112

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR

PRODI D-III KEBIDANAN BALIKPAPAN

TAHUN 2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiffany Nabilla

NIM : P07224116033

Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 09 Agustus 1998

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sultan Hasanuddin Rt.33 No.51

Kelurahan Baru Tengah, Balikpapan Barat

Riwayat Pendidikan :

 TK Mawar, Lulus Tahun 2004

 SDN 004 Balikpapan Barat, Lulus Tahun 2010

 SMPN 4 Balikpapan Barat, Lulus Tahun 2013

 SMAN 3 Balikpapan Barat, Lulus Tahun 2016

 Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kementerian


Kesehatan Kalimantan Timur Prodi D-III
Kebidanan Balikpapan
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan
Hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan
pada keluarga binaan di wilayah keluarahan Muara Rapak untuk memenuhi tugas
Asuhan Kebidanan Komunitas.

Dalam laporan ini, penulis memberikan asuhan pada keluarga binaan yaitu
pada keluarga Tn. M

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak H.Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Ibu Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
3. Ibu Ernani Setyawati, M.Keb, selaku Ketua Prodi Kebidanan Balikpapan.
4. Ibu Ita Kusumayanti, S.ST, selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu
dan memberikan bimbingan selama pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
5. Klien beserta keluarga yang telah berpartisipasi dan bekerjasama dalam
membantu untuk Laporan Praktik Kerja Lapangan ini, sehingga dapat
berjalan lancar.

Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan bimbingan selama pelaksanaan PKL serta dalam
penyusunan laporan ini, semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan
kepada saya dalam menyelesaikan laporan ini mendapat balasan yang setimpal
dari Allah SWT.
Balikpapan, 27 April 2019
Mahasiswa

Tiffany Nabilla
NIM. P07224116033
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................
Halaman Persetujuan ..................................................................................................... i
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................................. ii
Kata Pengantar ............................................................................................................ iii
Daftar Isi....................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................... 1
B. Permasalahan ...................................................................................................... 6
C. Tujuan ........................................................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Interprofesional Education (IPE) ....................................................... 9
B. Tujuan dan Manfaat IPE ...................................................................................... 9
C. Gambaran Pelaksanaan IPE ............................................................................... 10
D. Kompetensi dan Sikap yang Diharapkan dari IPE............................................. 12
E. Hambatan dan Cara Penanggulangan IPE ......................................................... 12
BAB III HASIL PRATIKUM
A. Pengkajian ......................................................................................................... 15
1. Data dan Pengkajian ..................................................................................... 15
2. Genogram .............................................................................................. 16
3. Keadaan Kesehatan ............................................................................... 16
4. Sifat dan Fungsi Keluarga ........................................................................... 19
5. Pengetahuan Tentang PMS ................................................................... 21
6. Pengetahuan Tentang PAP Smear ......................................................... 21
7. Tanggapan Keluarga Terhadap Pelayanan Kesehatan .......................... 21
8. Data KIA / KB ...................................................................................... 21
9. Keluarga Berencana .............................................................................. 21
10. Keadaan Bayi / anak Balita ................................................................... 22
11. Gizi Bayi / Anak Balita ......................................................................... 22
12. Kesehatan Remaja ................................................................................. 22
13. Harapan Keluarga Terhadap Bidan ....................................................... 23
B. Analisa Data ................................................................................................... 24
C. Perumusan Masalah ....................................................................................... 24
D. Prencanaan dan Pelaksanaan Asuhan............................................................. 26
E. Evaluasi .......................................................................................................... 28
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Keluarga Tn.M .......................................................................... 29
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................... .....30
B. Rekomendasi ............................................................................................. .....31
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tenaga kesehatan merupakan tenaga profesional yang memiliki tingkat

keahlian dan pelayanan yang luas dalam mempertahankan dan meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan yang berfokus pada kesehatan Pasien (Steinert, dkk

2011). Tenaga kesehatan memiliki tuntutan untuk memberikan pelayanan

kesehatan yang bermutu di era global seperti saat ini. Pelayanan bermutu dapat

diperoleh melalui praktik kolaborasi antar tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan

yang dimaksud adalah perawat, dokter, dokter gigi, bidan, apoteker, dan

kesehatan masyarakat (Sedyowinarso, dkk 2011).

Pelayanan kesehatan sering sekali ditemukan kejadian tumpang tindih

pada tindakan pelayanan antar profesi yang diakibatkan karena kurangnya

komunikasi antar tenaga kesehatan dalam kerjasama tim (Sedyowinarso dkk.,

2011). Kurangnya komunikasi maka akan membahayakan pasien dalam

memberikan pelayanan yang bisa menyebabkan pasien terjatuh atau dalam

keadaan bahaya. Selain itu kurangnya komunikasi juga menyebabkan

terlambatnya dalam pemberian pengobatan dan diagnosis terhadap pasien yang

berpengaruh terhadap outcome pasien. Sehingga seorang mahasiswa perawat dan

bidan harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang efektif terutama dalam

berkolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan yang lain yang pada akhirnya

akan meningkatkan kualitas pelayanan pasien. (Schaar, 2014).

Kurangnya kemampuan komunikasi tersebut terjadi karena tidak adanya

pelatihan atau pendidikan penerapan kolaborasi antar tenaga kesehatan.Untuk


meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, kemampuan kolaborasi antar tenaga

kesehatan perlu ditingkatkan. Salah satu strategi untuk meningkatkan

kemampuan kolaborasi antar tenaga kesehatan adalah melalui perubahan proses

pendidikan profesional. Metode yang dapat digunakan adalah melalui Inter

Professional Education (Liaw, dkk 2014).

Inter Professional Education (IPE) merupakan bagian integral dari

pembelajaran professional kesehatan, yang berfokus pada belajar dengan, dari,

dan tentang sesama tenaga kesehatan untuk meningkatkan kerja sama dan

meningkatkan kualitas pelayanan pada pasien. Peserta didik dari beberapa profesi

kesehatan belajar bersama dalam meningkatkan pelayanan kepada pasien secara

bersama-sama (kolaborasi) dalam lingkungan interprofesional. Model ini

berfungsi untuk mempersiapkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan

berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dalam sistem kesehatan yang

kompleks. (Becker, dkk 2014). Sehingga strategi pendidikan komunikasi melalui

IPE antara perawat dengan bidan dan tenaga kesehatan lainnya dapat membangun

budaya komunikasi dan kolaborasi yang efektif dalam memberikan pelayanan

kepada pasien (Liaw, dkk 2014).

Meskipun IPE ini dapat membangun budaya komunikasi dan kolaborasi

yang efektif dalam memberikan pelayanan kepada pasien, namun ada beberapa

tantangan dalam pelaksanaannya. Tantangan tentang pelaksanaan IPE menurut

World Health Organization tahun (2010) menyatakan bahwa banyak sistem

kesehatan di negara-negara di dunia yang sangat terfragmentasi pada akhirnya

tidak mampu menyelesaikan masalah kesehatan di negara itu sendiri. Hal ini

kemudian disadari karena permasalahan kesehatan sebenarnya menyangkut


banyak aspek dalam kehidupan, dan untuk dapat memecahkan satu persatu

permasalahan tersebut atau untuk meningkatkan kualitas kesehatan itu sendiri,

tidak dapat dilakukan hanya dengan sistem uniprofessional. Kontribusi berbagi

disiplin ilmu ternyata memberi dampak positif dalam penyelesaian berbagai

masalah kesehatan (Pfaff, 2014). Selain itu, beberapa penelitian menyebutkan

bahwa terdapat hambatan dalam penyelenggaraan IPE. Hambatan ini terdapat

dalam berbagai tingkatan dan terdapat pada pengorganisasian, pelaksanaan,

komunikasi, budaya ataupun sikap. Sangat penting untuk mengatasi hambatan-

hambatan ini sebagai persiapan mahasiswa dan praktisi profesi kesehatan yang

lebih baik demi praktik kolaborasi hingga perubahan sistem pelayanan kesehatan

(Becker, Hanyok, & Moss, 2014).

Hambatan-hambatan yang mungkin muncul adalah penanggalan

akademik, peraturan akademik, struktur penghargaan akademik, lahan praktek

klinik, masalah komunikasi, bagian kedisiplinan, bagian profesional, evaluasi,

pengembangan pengajar, sumber keuangan, jarak geografis, kekurangan pengajar

interdisipliner, kepemimpinan dan dukungan administrasi, tingkat persiapan

peserta didik, logistik, kekuatan pengaturan, promosi, perhatian dan penghargaan,

resistensi perubahan, beasiswa, sistem penggajian, dan komitmen terhadap waktu

(Pfaff, 2014). Selain itu menurut Sedyowinarso (2011) hambatan yang terjadi

pada penyelenggaraan IPE adalah dari ego masing masing profesi, beragamnya

birokrasi dan kurikulum di tiap institusi pendidikan profesi kesehatan, fasilitas

fisik dan konsep pembelajaran yang belum jelas, paradigma terhadap profesi

kesehatan , kekaburan identitas dan peran masing-masing profesi, belum adanya

kejelasan payung hukum tiap profesi kesehatan, serta budaya.


Kemampuan bekerjasama secara interprofesi (interprofessional teamwork)

tidak muncul begitu saja, melainkan harus ditemukan dan dilatih sejak dini mulai

dari tahap perkuliahan agar mahasiswa mempunyai bekal pengetahuan dan

keterampilan. Dalam dunia kesehatan, IPE dapat terwujud apabila para

mahasiswa dari berbagai program studi di bidang kesehatan serta disiplin ilmu

terkait berdiskusi bersama mengenai konsep pelayanan kesehatan dan bagaimana

kualitasnya dapat ditingkatkan demi kepentingan masyarakat luas. Secara

spesifik, IPE dapat dimanfaatkan untuk membahas isu-isu kesehatan maupun

kasus tertentu yang terjadi di masyarakat supaya melalui diskusi interprofesional

tersebut ditemukan solusi-solusi yang tepat dan dapat diaplikasikan secara efektif

dan efisien. Penerapan IPE diharapkan dapat membuka mata masing-masing

profesi, untuk menyadari bahwa dalam proses pelayanan kesehatan, seorang

pasien menjadi sehat bukan karena jasa dari salah satu profesi saja, melainkan

merupakan konstribusi dari tiap profesi yang secara terintegrasi melakukan

asuhan kesehatan.

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari

konsep berubah. Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan

atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis.

Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi

untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.

Kurt Lewin (1951) dalam Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa seseorang yang

akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang tercantum dalam

tahap proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah dan mencapai

tujuan yang ada. Tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing.
Tahap Pencairan (Unfreezing) merupakan tahap awal. Pada kondisi ini mulai

muncul persepsi terhadap hal yang baru.Persepsi mencakup penerimaan stimulus,

pengorganisasian stimulus dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang

telah terorganisir yang akhirnya mempengaruhi pembentukan sikap. Walgito

(2004) mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

Faktor internal terdiri dari karakteristik individu, pengalaman dan

pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan lingkungan sosial.

Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

respon. Sikap dosen yang positif terhadap IPE mendorong untuk berperilaku

mendukung sistem IPE yang baru. Berikutnya merupakan tahap bergerak

(Moving). Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan ke arah sesuatu

yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi

yang cukup serta kesiapan untuk berubah, juga memiliki kemampuan dalam

memahami masalah serta mengetahui langkah-langkah dalam menyesuaikan

masalah atau hambatan dalam penerapan IPE.Akhirnya, tahap pembekuan

(freezing), yaitu ketika telah tercapai tingkat atau tahapan yang baru. Proses

pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan selalu terdapat upaya

mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Tahap ini merupakan tahap

terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap model pembelajaran

terintegrasi setelah dilakukan pergerakan dan merasakan adanya manfaat dari

pembelajaran IPE ini.


B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk melatih mahasiswa agar lebih mengenal peran dan tanggung

jawab profesi kesehatan yang lain, sehingga diharapkan mahasiswa akan

mampu untuk berkolaborasi dengan baik saat melakukan upaya preventif,

promotif dan kuratif dalam masalah kesehatan yang ada di masyarakat.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan pengalaman kepada mahasiswa dalam memahami etik

pelayanan kesehatan yang melibatkan interdisipliner berbagai profesi

dibidang kesehatan.

b. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam memahami tugas dan

tanggung jawab masing masing profesi dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

c. Memberikan pengalaman membangun komunikasi antar profesi dalam

memberikan pelayanan kesehatan masyarakat.

d. Memberikan pengalaman membina kerjasama yang kompeten dalam tim

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat

e. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam menggunakan konsep

IPE dengan pendekatan praktik kerjasama dan Pendidikan antar profesi,

serta membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien

f. Untuk membantu program kesehatan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang komprehensif di wilayah kerja.


C. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

a. Dapat menambah pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan dan

terinovasi untuk bertindak sesuai dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

b. Dapat meminimalisir permasalahan yang ditemukan masyarakat.

c. Dapat meningkatkan potensi masyarakat mengenal dalam masalah

kesehatannya sendiri dan merencanakan pemecahannya.

2. Bagi Mahasiswa

a. Mahasiswa dapat menerapkan ilmu yang sudah diperoleh ditempat kuliah

secara nyata di wilayah lokasi PKL.

b. Mahasiswa dapat pengalaman yang berharga terutama dalam

penyelenggaraan tahap-tahap manajemen selama PKL serta memperoleh

pengetahuan dan keterampilan dalam menanggulangi masalah kesehatan

yang ada di masyarakat.

c. Dapat bekerjasama dengan berbagai bidang profesi, baik sesama

mahasiswa maupun dengan instansi terkait baik lintas program maupun

lintas sectoral dalam rangka menanggulangi masalah kesehatan.

d. Dapat meningkatkan komunikasi antar profesi untuk menjalin kerjasama

untuk membentuk komunikasi yang efektif

3. Bagi Intitusi Pendidikan

a. Laporan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan pikiran untuk

pengembangan ilmu dalam penerapan PKL dengan Konsep IPE.

b. Sebagai bukti nyata terhadap penerapan salah satu capaian pembelajaran

melalui kegiatan IPE.


D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan (PKL) dengan konsep IPE tahun

2019 ini adalah Keluarga Tn.M RT 19 Kelurahan Muara Rapak Balikpapan

Utara, yang terdiri dari Ayah, Ibu, anak, menantu, balita, baik yang sehat maupun

sakit.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA IPE

A. Pengertian IPE

Inter Professional Education (IPE) menurut WHO (2010), IPE merupakan

suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau

profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi dan

melakukan pembelajaran, bersama dalam periode tertentu. Adanya interaksi

sebagai tujuan utama dalam IPE untuk berkolaborasi dengan jenis pelayanan

meliputi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif.

Tujuan IPE :

1. Medudukkan secara bersama mahasiswa dari berbagai profesi kesehatan

dalam satu kelas yang sama.

2. Mendatangkan pengajar dari berbagai profesi kesehatan untuk mengajar

pada kelas yang sama.

3. Memaparkan mahasiswa dari berbagai profesi pada pasien yang sama

Pengembangan IPE di institusi pendidikan kesehatan tidak terlepas dari

konsep berubah. Perubahan merupakan suatu proses di mana terjadinya peralihan

atau perpindahan dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis.

Perubahan dapat mencakup keseimbangan personal, sosial maupun organisasi

untuk dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai tujuan tertentu.

Kurt Lewin (1951) dalam Hidayat (2008) mengungkapkan bahwa

seseorang yang akan berubah harus memiliki konsep tentang perubahan yang

tercantum dalam tahap proses perubahan agar perubahan tersebut menjadi terarah

dan mencapai tujuan yang ada.


Tahapan tersebut meliputi unfreezing, moving dan refreezing. Tahap

Pencairan (Unfreezing) merupakan tahap awal. Pada kondisi ini mulai muncul

persepsi terhadap hal yang baru. Persepsi mencakup penerimaan stimulus,

pengorganisasian stimulus dan penterjemahan atau penafsiran stimulus yang

telah terorganisir yang akhirnya mempengaruhi pembentukan sikap. Walgito

(2004) mengungkapkan bahwa persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor

internal dan faktor eksternal.

Faktor internal terdiri dari karakteristik individu, pengalaman dan

pengetahuan. Sedangkan faktor eksternal yaitu stimulus dan lingkungan sosial.

Sikap dapat diartikan sebagai kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek

tertentu, apabila dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya

respon. Sikap dosen yang positif terhadap IPE mendorong untuk berperilaku

mendukung sistem IPE yang baru. Berikutnya merupakan tahap bergerak

(Moving). Pada tahap ini sudah dimulai adanya suatu pergerakan ke arah sesuatu

yang baru. Tahap ini dapat terjadi apabila seseorang telah memiliki informasi

yang cukup serta kesiapan untuk berubah, juga memiliki kemampuan dalam

memahami masalah serta mengetahui langkah-langkah dalam menyesuaikan

masalah atau hambatan dalam penerapan IPE.

Akhirnya, tahap pembekuan (freezing), yaitu ketika telah tercapai tingkat

atau tahapan yang baru. Proses pencapaian yang baru perlu dipertahankan dan

selalu terdapat upaya mempertahankan perubahan yang telah dicapai. Tahap ini

merupakan tahap terakhir dari perubahan yaitu proses penerimaan terhadap

model pembelajaran terintegrasi setelah dilakukan pergerakan dan merasakan

adanya manfaat dari pembelajaran IPE ini.


Bagan 1.1 Pengembangan IPE

(Sumber : Hidayat 2008)

B. Tujuan dan Manfaat IPE

Menurut (freeth & reeves, 2004) tujuan dari interprofessional education

adalah untuk mempersiapkan mahasiswa profesi kesehatan dengan ilmu,

keterampilan, sikap dan perilaku profesional yang penting untuk praktek

kolaborasi interprofesional.

Sedangkan menurut (Cooper, 2001) tujuan dari IPE yaitu :

1. Meningkatkan pemahaman interdispliner dan meningkatkan kerjasama.

2. Membina kerjasama yang kompeten

3. Membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien

4. Meningkatkan kualitas perawatan pasien yang comprehensif.


Manfaat dari interprofessional education yaitu :

1. Memberikan mahasiswa kesempatan untuk mendapatkan pengalaman seperti

dalam kehidupan kerja yang nyata.

2. Mahasiswa dapat berinteraksi lebih luas dalam lingkungan fakultas sebagai

suatu lingkungan kerja

3. Mahasiswa belajar menghargai profesi lainnya

4. Memahami lebih jelas peran profesi masing-masing

5. Mahasiswa belajar saling melengkapi sebagai tim dan dapat memanage

konflik dengan baik.

Pendidikan interprofesional ini pun terjadi apabila :

1. Terdapat interaksi dan refleksi aktif antar mahasiswa dan institusi dari

berbagai profesi kesahatan.

2. Tujuan dan srategi pendidikan diarahkan pada pencapaian :

a. keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjalankan kerja

tim dalam penanganan pasien.

b. pemahaman dan sikap saling menghormati karakter khusus dan fungsi

berbeda yang dimiliki oleh masing-masing profesi.

C. Gambaran Pelaksanaan IPE

Pelaksanaan IPE yang ideal harus dimulai dengan persamaan paradigma

bahwa IPE hanyalah langkah awal dari tujuan utama dalam upaya meningkatkan

pelayanan kesehatan yang berpusat pada pasien. Pendekatan interprofessional

akan memfasilitasi dengan lebih baik mahasiswa dari satu disiplin ilmu untuk

belajar dari disiplin ilmu lainnya. Pembelajaran bersama antardisiplin ilmu dapat
meningkatkan keterampilan baru mahasiswa yang akan memperkaya

keterampilan khusus yang dimiliki masing-masing disiplin dan mampu bekerja

sama lebih baik dalam lingkungan tim yang terintegrasi. Selama ini penerapan

IPE masih tidak konsisten, untuk itu harus dibuat sebuah komitmen sehingga

pembelajaran interprofesional dapat diterapkan di institusi pendidikan dan

diterapkan dalam kurikulum pendidikan di semua program pelayanan kesehatan

untuk memastikan keberadaan jangka panjang IPE yang berkelanjutan (ACCP,

2009).

Kompetensi IPE Tujuan akhir pada pembelajaran IPE adalah

mengharapkan mahasiswa mampu mengembangkan kompetensi yang diperlukan

untuk berkolaborasi. Freeth, dkk., (2005) mengungkapkan kompetensi dosen

atau fasilitator IPE antara lain :

1. Sebuah komitmen terhadap pembelajaran dan praktik interprofesional,

2. Kepercayaan dalam hubungan pada fokus tertentu dari pembelajaran

interprofesional di mana staf pendidik berkontribusi,

3. Model peran yang positif,

4. Pemahaman yang dalam terhadap metode pembelajaran interaktif dan

percaya diri dalam menerapkannya,

5. Kepercayaan dan fleksibilitas untuk menggunakan perbedaan profesi

secara kreatif

6. Menghargai perbedaan dan kontribusi unik dari masing-masing anggota

kelompok,

7. Menyesuaikan kebutuhan individu dengan kebutuhan kelompok, dan

8. Meyakinkan dan memiliki selera humor dalam menghadapi kesulitan.


Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh mahasiswa dengan metode

pembelajaran IPE adalah kemampuan untuk mengembangkan kompetensi yang

diperlukan untuk berkolaborasi.

D. Kompetensi dan Sikap yang Diharapkan dari IPE

Kompetensi terdiri atas :

1. Pengetahuan

Paham otonomi tiap profesi dan paham peran masing-masing dalam

keterpaduan.

2. Keterampilan

Profesionalisme terjaga, bukan untuk berebut, bertentangan tetapi untuk

bersinergi, saling melengkapi dan terpadu dalam pelayanan holistik,

manusiawi, etis dan bermutu. Kemampuan komunikasi yang baik,

mengutamakan keselamatan klien/pasien.

Sikap terdiri atas :

1. Professional, saling menghormati, keikhlasan untuk bekerja sama dalam

kesejajaran, saling percaya dengan profesi lain, keterbukaan disiplin jujur dan

bertanggung jawab.

2. Kompetensi kemampuan tim.


E. Hambatan dan Cara Penanggulangan IPE

Selain manfaat dari IPE banyak kendala-kendala yang ditemui dalam

pelaksanaan IPE, antara lain yaitu :

1. Penanggalan akademik,

2. Peraturan akademik,

3. Struktur penghargaan akademik,

4. Lahan praktek klinik,

5. Masalah komunikasi,

6. Bagian kedisiplinan,

7. Bagian profesional,

8. Evaluasi,

9. Pengembangan pengajar,

10. Sumber keuangan,

11. Jarak geografis,

12. Kekurangan pengajar interdisipliner,

13. Kepemimpinan dan dukungan administrasi,

14. Tingkat persiapan peserta didik,

15. Logistik,

16. Kekuatan pengaturan,

17. Promosi,

18. Perhatian dan penghargaan,

19. Resistensi perubahan, beasiswa,

20. Sistem penggajian, dan

21. Komitmen terhadap waktu (Pfaff, 2014).


Tindakan yang diperlukan untuk mengatasi hambatan-hambatan yang

muncul dapat dilakukan dengan penyesuaian jadwal antar profesi yang

bersangkutan, adanya sikap disiplin dan saling memahami untuk terciptanya

komunikasi dan kedisiplinan yang baik, menyiapkan bahan diskusi di hari

sebelumnya, financial yang cukup untuk pengadaan fasilitas pendukung dalam

IPE.
BAB III

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DALAM KONTEKS KELUARGA

Tn.M Kelurahan Muara Rapak RT 19

A. Pengkajian

A. Data Dan Pengkajian

a. Biodata

Nama KK : Tn. M

Umur : 48 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Suku Bangsa : Banjar

Alamat : JL.Inpres IV No 18 Rt 19 Kel. Muara Rapak

Balikpapan Utara

b. Nama Anggota Keluarga

Tsbel 3.1 Nama Anggota Keluarga


L/
No Nama Umur Hub Pendidikan Pekerjaan Agama
P
1. Tn.M 67th L Suami SLTA Pensiunan Islam
2. Ny. M 66th P Istri SLTA IRT Islam
Karyawan
3. An.H 40th L Anak D-IV Islam
Swasta
Menant
4. Mn.A 36th P SLTA IRT Islam
u
Belum Belum
5. An.A 1th P Cucu Islam
Sekolah bekerja
Genogram

Garis Kelahiran

Garis Keturunan

Klien Laki-laki

Istri

Anak Laki-laki

Klien Prempuan (Menantu)

Cucu Perempuan
B. Keadaan Kesehatan

a. Kebiasaan Sehari-hari

1) Kebiasaan Tidur

a) Tn.M tidur malam ± 7 jam

b) Ny.M tidur malam ± 7-8 jam

c) An.H tidur malam ± 7-8 jam

d) Mn.A tidur malam ± 7-9 jam

e) Cucu.A tidur siang ± 2 jam, tidur malam 7-9 jam

2) Kebiasaan Makan

Pengadaan makan masak sendiri, semua anggota keluarga makan 3

kali/hari dengan makanan pokok nasi, lauk pauk sesuai kemampuan

keluarga yaitu tahu, tempe, ikan dan sayur, dalam keluarga memiliki

kebiasaan makan bersama, namun terkadang makan sendiri cara

penyajian makan selalu tertutup, pantangan makan tidak ada, kebiasaan

dalam mengolah makanan/sayur dicuci dulu baru dipotong, kebiasaan

dalam mengelola air minum yaitu dari air galon yang langsung

diminum.

3) Pola eliminasi

Seluruh anggota keluarga menyatakan BAB 1 kali/hari dan BAK 4-

5x kali/hari.

4) Kebersihan perorangan/personal hygiene

Mandi,gosok gigi, cuci rambut dan ganti baju/pakaian dalam 2

kali/hari sewaktu sehabis mandi

5) Pola Kebiasaan Kesehatan


Olahraga dilakukan setiap minggu yaitu dengan senam.

6) Penggunaan waktu senggang

Tn.M berkegiatan menjadi pengurus masjid jam dan bantu istri

mengasuh Cucu, Ny.A seorang ibu rumah tangga, masak untuk makan

sehari-hari dan mengasuh anak.

7) Rekreasi keluarga

Keluarga seminggu 1X jalan-jalan bersama

8) Keadaan Social Ekonomi

Pensiunan Tn.M adalah ±2.000.000,-. tabungan ada, jaminan

kesehatan dari Asuransi.

9) Keluarga yang Merokok

Tn.M mengatakan bahwa dia tidak merokok.

10) Situasi lingkungan

Kamar 2 Dapur WC
Wc

Kamar 3

Ruang Keluarga Meja Makan


Kamar Tidur

Kamar 1 Ruang Tamu Ruang Tamu 2


Jarak rumah dari jalan utama 10 m, luas rumah ±16x8 m, yang

terdiri dari 4 kamar tidur , 1 dapur , dan 2 WC, 2 ruang tamu, 1 ruang

keluarga

a) Jenis rumah : Tembok

b) Atap rumah : Seng

c) Lantai Rumah : Keramik

d) Ventilasi : 85%

e) Kebersihan dan kerapian : Bersih dan Rapi

f) Pembuangan sampah : Setelah dikumpulkan dibuang di TPS

g) Sumber air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari : Air

PDAM

h) Penggunaan air minum : Air galon

i) Tempat penyimpanan air : Tertutup

j) Pengurasan tempat air minum : Tidak ada

k) Kualitas air : Tidak bau,warna jenih,rasa biasa

l) SPAL : Tertutup

m) Jarak pembuangan air limbah dari sumur : Tidak ada sumur

n) Keadaan : Terpelihara

o) Jamban : Tidak Ada

p) Kandang ternak : Tidak ada

q) Pemanfaatan Pekarangan : Taman

r) Pemanfaatan fasilitas kesehatan : Baik

s) Asuransi kesehatan : Ada

11) Riwayat penyakit


a) Jenis penyakit : Hipertensi

b) Lamanya sakit : 2 tahun

c) Tempat pelayanan kesehatan : Rs Pertamina

d) Anggota keluarga yang meninggal : Tidak Ada

12) Riwayat perkawinan

a) Status Pernikahan : Pertama

b) Lamanya : 52 Tahun

c) Keharmonisan perkawinan antara : Harmonis suami dan istri.

C. Sifat Dan Fungsi Keluarga

a. Anggota keluarga yang menonjol : Suami dalam mengambil keputusan

b. Kesiagaan suami : Suami siaga

c. Fungsi keluarga : Komunikasi Berjalan dengan baik

d. Bahasa yang digunakan sehari-hari : Bahasa Indonesia

e. Sarana Komunikasi : Handphone

f. Transportasi : Mobil

g. Pengkajian psikososial status emosi : Stabil

h. Respon keluarga jika ada salah satu anggota keluarga yang berhasil,

merasa bangga, karena merupakan suatu keberhasilan yang membanggakan

suatu keluarga.

i. Respon keluarga terhadap kehilangan, anggota keluarga akan ikut panik

serta berusaha menenangkan anggota keluarga lain yang kehilangan.


j. Konsep diri : Keluarga menerima dirinya sebagai sesuatu yang berharga

dan penting serta tidak ada konflik harga diri sehubungan dengan tahapan

tumbuh kembang.

k. Pola interaksi

1) Bahasa yang digunakan sehari-hari : Bahasa Indonesia

2) Paling sering terjadi interaksi dalam keluarga pada sore hari dan

malam hari

3) Gambaran pola interaksi keluarga : harmonis dan baik

4) Masalah keluarga dalam interaksi : tidak ada

5) Masalah/konflik interaksi dalam keluarga : tidak ada

l. Pola pertahanan dalam keluarga

Mekanisme penanggulangan masalah dalam keluarga diatasi secara

bersama, respon keluarga jika terdapat salah satu anggota keluarga yang

bermasalah yaitu dengan membantu mencari jalan keluar dan respon

keluarga jika masalah tidak tertangani keluarga akan berusaha mencari

jalan keluar dengan musyawarah keluarga.

D. Pengetahuan Tentang PMS

Ibu mengatakan mengetahui pengertian dari PMS, jenis-jenis PMS,

penyebab terjadinya PMS, cara penularan dari PMS, serta pencegahan

mengenai PMS.
E. Pengetahuan Tentang PAP SMEAR

Ibu mengatakan mengetahui pengertian dari PAP SMEAR, tujuan

dilakukannya PAP SMEAR, dan tempat pelaksanaan PAP SMEAR dan 1

tahun yang lalu ibu sudah melakukan PAP SMEAR.

F. Tanggapan Keluarga Terhadap Pelayanan Kesehatan

1. Kurang 2. Cukup 3. Baik

Jelaskan : Keluarga Tn.M beranggapan bahwa pelayanan kesehatan baik

karena petugas kesehatan bisa mengatasi dan memahami kondisi

masyarakat yang ada saat ini serta bersikap ramah dan sopan ketika

memberi pelayanan kepada masyarakat.

G. Keluarga Berencana

a) Pasangan usia subur : Tidak

b) Akseptor KB : Tidak

c) Jenis alat / metode kontrasepsi yang digunakan : -

d) Lamanya Penggunaan alat kontrasepsi : -

e) Tempat pelayanan / mendapatkan metode kontrasepsi : -

f) Siapa yang memotivasi ikut menjadi akseptor KB : -

g) Keluhan selama ber KB : -

h) Kepada siapa meminta pertolongan jika ada keluhan : -


H. Keadaan Bayi/anak Balita

N Anak Nama Imunisasi KN KN Pengawasan kes


Umur BBL (Gr)
o ke anak BCG DPT Polio Hepatitis Campak 1 2 :

1 2 3 1 2 3 4 1 2 3 1. RS

2. PKM

3. BPS

4. Posyandu

5. Dukun

6. Lain-lain

1 5 Zidane 5 tahun 3.1 gr           2,4

I. Kesehatan Remaja

a) Berapa usia remaja : -

b) Riwayat Menstruasi

1) Usia Menarche : -

2) Siklus Haid :-

3) Lamanya Haid : -

c) Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

1) Apakah anda tahu tentang Kesehatan reproduksi remaja : -

2) Dari mana anda mendapatkan informasi tentang kespro : -

3) Apakah anda tahu yang dimaksud masa subur : -

4) Apakah anda mengetahui tentang anatomi dan fisiologi

reproduksi : -

5) Tahukah bahwa sekali berhubungan seks dapat menyebabkan

kehamilan : -

6) Tahukah anda dampak kehamilan bagi remaja : -

7) Apakah anda mengetahui tentang penyakit menular

seksual/HIV/AIDS : -
8) Apakah anda tahu cara penularannya PMS/HIV/AIDS : -

J. Harapan Keluarga Terhadap Bidan

Keluarga Tn.M dan Ny.M mengharapkan agar petugas puskesmas

bidan lebih sabar, ramah dan teliti ketika melakukan pemeriksaan. Dan

petugas puskesmas sering melakukan penyuluhan kesehatan di lapangan

terutama pada ibu, anak dan lansia.

Nama Mahasiswa

(Tiffany Nabilla)

NIM : P07224116033
B. Analisa Data

Pada hari Jumat, 26 April 2019 bertempat dirumah Tn.M diperoleh data

keluarga dengan nama KK Tn.M usia 67 tahun, beragama Islam, pendidikan

terakhir SLTA, suku Jawa dan pekerjaan pensiunan. Anggota keluarga terdiri

dari istri, anak laki-laki 1 menantu perempuan 1 dan cucu perempuan 1.

Status kesehatan keluarga dalam 1 tahun terakhir baik, Tn.M

mengalami Hipertensi dan Rutin meminum obat. Pengambilan keputusan

dalam keluarga berdasarkan kesepakatan suami dan didalam 1 tahun terakhir

tidak ada yang meninggal. Ibu tidak mempunyai masalah dalam sistem

reproduksinya.

Berdasarkan data tentang kesehatan sekarang Ny.A (menantu)

Dilakukan pengkajian pada Ny.A telah di dapatkan bahwa Ny.A tidak

mengunakan alat kontrasepsi di usianya yang sudah 36 tahun dengan alas an

bahwa Ny. A sulit dalam mendapatkan anak yakni selama 8 tahun menikah

dan ingin memiliki anak lagi tetapi usia anak masih 1 th.

C. Diagnosa Masalah

Dari analisa data yang didapat, maka terdapat permasalahan yang

timbul dalam keluarga Tn.M / Ny.A (menantu) yang disebabkan oleh faktor

ketidaktahuan megetahui tentang kesehatan untuk keluarganya dan

pentingnya selalu menjaga kesehatan :

1. Tn.M sebagai penderita hipertensi.

Dasar : Tn.M mengatakan bahwa dia rutin mengkonsumsi obat hipertensi.


2. Ny.A tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Dasar : Ny. A sulit dalam mendapatkan anak yakni selama 8 tahun

menikah dan ingin memiliki anak lagi tetapi usia anak masih 1 th.

D. Prioritas Masalah

Untuk mengatasi masalah keluarga Tn. M dan Ny. A perlu dilakukan

prioritas masalah kesehatan, masalah kesehatan yang dapat mengancam

kehidupan, masyarakat serta keluarga yang menjadi prioritas utama. Agar

dapat melakukan prioritas keluarga secara tepat, maka dilakukan pembobotan

masalah dengan kriteria sebagai berikut.

1. Prioritas Masalah Dalam Defisit pengetahuan kurang

terpaparnya informasi

No. Kreteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah 2/3×1 2/3 Ancaman kesehatan

2. Kemungkinan 1/2×2 1 1/3 Hanya sebagian kemauan dari


masalah dapat keluarga untuk mengubah masalah
diubah
3. Potensi 2/3×1 2/3 Keluarga cukup mengerti tentang
masalah untuk bahaya merokok
diubah
4. Menonjolnya 0/2×1 1 Keluarga tidak menyadari akibat
masalah dari rokok tapi belum segera di
tangani

5. Jumlah Skor 3 2/3


2. Prioritas Masalah Dalam Memilih KB yang tepat

No. Kreteria Perhitungan Skor Pembenaran

1. Sifat masalah 2/3×1 2/3 Keadaan sakit/kurang sehat

2. Kemungkinan 2/3×2 1 Masalah hanya sebagian dapat di


masalah dapat ubah karena pengaruh banyaknya
diubah mitos

3. Potensi masalah 2/3×1 2/3 Keluarga cukup mengerti tentang


untuk diubah Kb yang aman untuk ibu di usia >
35 tahun

4. Menonjolnya 2/2×1 0 Keluarga menyadari masalah ini


masalah harus segera ditangani

5. Jumlah skor 2 1/3

Berdasarkan hasil pembobotan masalah di atas, skor permasalahan yang

tertinggi adalah :

Prioritas I : Defisit pengetahuan kurang terpaparnya informasi

Prioritas II : Kurangnya pengetahuan mengenai KB yang tepat untuk wanita

usia > 35 tahun

E. Perencanaan Dan Pelaksanaan Asuhan

1. Dilakukannya konseling pengetahuan tentang penyakit Hipertensi pada

keluarga

Masalah : Bapak menderita hipertensi

Tujuan

Jangka Pendek : Tn.M mengerti tentang penyakit hipertensi


Jangka Panjang :Agar hipertensi Tn.M bisa sembuh maka

dianjuran rajin meminum obat.

Kegitan : Penyuluhan tantang “Penyakit Hipertensi”

Tempat : Rumah Tn. M

Waktu dan Pukul : Tanggal 28 April 2019

Frekuensi : 1x kali

Pelaksana : Nurmalasari

2. Dilakukan konseling Tentang “Akseptor KB Alamiah”

Masalah :Terdapat Ny.A yang tidak menggunakan alat

kontrasepsi

Tujuan

Jangka Pendek :Ny.A mengerti tentang jenis-jenis KB alamiah.

Jangka Panjang : Ny.A dapat menggunakan metode KB alamiah

yang cocok dengannya.

Kegiatan : Penyluhan tentang “Jenis-jenis, Cara

Pemakaian serta Efek samping KB Alamiah”

Tempat : Rumah Tn.M

Waktu dan Pukul : Tanggal 28 April 2019

Frekuensi : 1x

Pelaksana : Tiffany Nabilla


F. Evaluasi

1. Penyakit Hipertensi

a. Psikologi dan sikap keluarga terhadap asuhan diberikan : Tn.M dapat

menjelaskan tentang penyakit Hipertensi

b. Perubahan perilaku : Tn.M mengerti mengenai penyakit yang

dialaminya

c. Keadaan Fisik : Tn.M dalam keadaan sehat dan stabil

2. Jenis-jenis, Cara Pemakaian serta Efek samping KB Alamiah

a. Psikologi dan sikap keluarga terhadap asuhan yang diberikan : Ny.A

dapat menjelaskan tentang KB alamiah.

b. Perubahan Prilaku : Ny.A mengerti akan jenis-jenis dan cara

pemakaian kb alamiah.

c. Keadaan fisik : Ibu tidak kaku saat dilakukan keadaan fisik, ibu sehat

dan stabil
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Keluarga Tn.M

Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada keluarga

Tn.M, maka didapatkan masalah pada Tn.M, dimana Tn.M tidak mengetahui

mengenai penyakit hipertensi dan Ny.A (Menantu) tidak memakai KB.

Penyakit Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan

darah berada pada nilai 130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi

berbahaya, karena jantung dipaksa memompa darah lebih keras ke seluruh

tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit, seperti gagal

ginjal, stroke, dan gagal jantung.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan masalah

kebidanan yaitu Ny. S tidak ingin menggunakan KB, dalam hal ini Ny. S

trauma akibat menggunakan KB karena tidak cocok dengan KB tersebut.

Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran

serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan

kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan

keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi

dan Kurniawati, 2013). Pada hakekatnya KB bertujuan untuk mewujudkan

keluarga dengan anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan

terpenuhi hak-hak reproduksinya. Secara garis besar dalam pelayanan

kependudukan atau KB mencakup beberapa komponen yaitu: (1) komunikasi,

informasi dan edukasi (KIE), (2) konseling, (3) pelayanan kontrasepsi, (4)

pelayanan infertilitas, (5) pendidikan seks, (6) konsultasi pra-perkawinan dan


konsultasi perkawinan, (7) konsultasi genetik, (8) tes keganasan, dan (9)

adopsi (Pinem, 2009).

Maka, profesi perawat dan bidan berkolaborasi dalam memberikan

konseling mengenai penyakit hipertensi untuk keperawatan dan jenis-jenis

KB Alamiah untuk kebidanan. Konseling pada Tn.M dan Ny. A (menantu)

dilakukan pada tanggal 28 April 2019. Hasil yang didapatkan setelah

konseling Tn.M mengetahui mengenai penyakit hipertensi dan Ny. A paham

dengan jenis-jenis KB Alamiah.

Hasil evaluasi dari implementasi pada kedua klien tersebut pada Tn.M

mengerti mengenai penyakit yang dialaminya dan berjanji akan meminum

rutin obat hipertensinya agar Tn. M selalu dalam keadaan stabil sedangkan

pada Ny. A mengerti akan jenis-jenis dan cara pemakaian kb alamiah dan

juga Ny. A telah menentukan pilihannya untuk memakai kb alamiah dengan

metode suhu basal.

Berdasarkan kondisi keluarga yang dibina terdiri dari susunan keluarga

yang tinggal serumah 5 orang yaitu suami, istri, 1 orang anak, 1 orang

menantu, dan 1 orang cucu . Rumah tangganya termasuk rumah tangga yang

sehat karena dilihat dari kebiasaan kepala keluarga yang tidak merokok. Dari

kesemuanya keluarga Tn.M maka intervensi yang dilakukan yaitu melakukan

konseling penyakit hipertensi dan jenis-jenis KB alamiah.


BAB V

PENUTUP

Proses pendidikan profesional. Metode yang dapat digunakan adalah

melalui Interprofessional Education (IPE) di RT 19 di Kelurahan Muara Rapak

Kecamatan Balikpapan Utara dengan ruang lingkup kegiatan pada bidang kesehatan

ibu dan anak serta KB dan usaha-usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

dengan banyak melibatkan peran serta masyarakat. Adapun kesimpulan dan saran

yang dapat ditarik dari kegaiatan ini adalah sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Pelayanan kesehatan komunitas yang komprehensif dapat dilakukan dengan

upaya-upaya kesehatan, yaitu : peningkatan pengetahuan KB ibu dalam

keluarga, peningkatan kesehatan masyarakat, pencegahan penyakit dan

pengendalian kesehatan masyarakat.

2. Peningkatan kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi peran serta masyarakat

dan instansi-instansi terkait.

3. Dengan adanya praktek lapangan kami dapat mengetahui kegiatan-kegiatan

kesehatan di komunitas yang dapat diterapkan dan masalah-masalah

kesehatan yang ada di masyarakat, sehingga dapat memberikan bimbingan

pada masyarakat sesuai dengan masalag kesehatan yang ada.

4. Telah di dapatkan pengalaman mahasiswa dalam memahami etik pelayanan

kesehatan yang melibatkan interdisipliner berbagai profesi dibidang

kesehatan.
5. Telah di dapatkan pengalaman mahasiswa dalam memahami tugas dan

tanggung jawab masing masing profesi dalam memberikan pelayanan

kesehatan.

6. Terjalinnya komunikasi antar profesi dalam memberikan pelayanan kesehatan

masyarakat.

7. Terjalinnya kerjasama yang kompeten dalam tim kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan masyarakat

8. Telah di dapatkan pengalaman pada mahasiswa dalam menggunakan konsep

IPE dengan pendekatan praktik kerjasama dan Pendidikan antar profesi, serta

membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien

9. Mahasiswa membantu program kesehatan dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan yang komprehensif di wilayah kerja.

B. Saran

1. Perlunya ditingkatkan peran serta masyarakat dan kader kesehatan wilayah

setempat dalam pembangunan kesehatan, seperti peningkatan pelayanan

posyandu dan pengingkatan pelayanan kesehatan di puskesmas

2. Diharapkan kepada petugas perlu adanya penyuluhan kesehatan masyarakat

yang berkelanjutan agar masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dalam

mengatasi kesehatan.

3. Perlu diadakan pendekatan secara berkelanjutan pada masyarakat dan tokoh

masyarakat untuk memeprbaiki pola hidup masyarakat agar sesuai dengan

nilai-nilai kesehatan.
4. Diharapkan adanya kerja sama lintas program dan lintas sektoral yang lebih

baik demi terciptanya derajat kesehatan secara optimal.

5. Perlunya sosialisasi dalam hal tempat fasilitas kesehatan dan petugas yang

ditempatkan ada di wilayah kerja Puskesmas Muara Rapak.


FOTO KEGIATAN IMPLEMENTASI IPE

Penyuluhan Keperawatan

Penyuluhan Kebidanan
Penyuluhan Kebidanan dan Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai