Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1.1.1. PT. Caladi Lima Sembilan

A. Profil Perusahaan
C59 adalah singkatan dari Caladi Lima Sembilan, ini merupakan nama salah satu gang di kota
Bandung. Ditempat ini Marius Widyarto Wiwied yang lebih dikenal dengan nama Wiwied memulai
usahanya dalam bidang industri garmen khususnya t-shirt printing (kaos oblong sablon). Usaha
garmen ini dimulai pada tahun 1980, pada awalnya PT. Caladi Lima Sembilan berbentuk badan usaha
perseorangan dengan modal awal sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah). Modal
awal ini diperoleh dari hasil penjualan kado perkawinan Bapak Wiwied dengan Maria, yang nikah
pada tahun 1980.
Pada tahun 1989 PT. Caladi Lima Sembilan pertama kali mendapat pesanan dari Bank Niaga
untuk pembuatan kaos oblong. Bank Niaga melihat potensi yang dimiliki oleh PT. Caladi Lima
Sembilan untuk berkembang jauh lebih besar. Bank Niaga kemudian menawarkan pinjaman yang
dapat digunakan untuk investasi juga untuk tambahan modal kerja. Kesempatan ini diterima oleh PT.
Caladi Lima Sembilan sebagai bantuan yang sangat berharga. Dalam prakteknya, Bank Niaga bersedia
menempatkan salah satu staf-nya untuk duduk dalam kegiatan operasional sehari-hari sehingga
penggunaan dana yang dipinjamkan dapat lebih terjamin keamanannya.
Adanya bantuan tambahan dana investasi dan modal kerja, prioritas utama digunakan untuk
pembangunan fasilitas produksi. Fasilitas produksi ini dibangun di daerah Cigadung, tepatnya di Jalan
Cigadung Raya Timur No. 107 Sekemirung Bandung. Dengan luas tanah sekitar 8.000 M2, PT. Caladi
Lima Sembilan mempunyai keleluasaan dalam mengembangkan fasilitas pendukung lainnya, seperti
pengolahan limbah, generator pendukung daya listrik dan sebagainya. Pada tahun 1991 PT. Caladi
Lima Sembilan secara resmi menjadi perseroan terbatas (PT) yang disahkan oleh Departemen
Kehakiman. Pada tahun yang sama, PT. Caladi Lima Sembilan juga mulai memperbesar usahanya
melalui penjualan eceran (retail) dimana desain grafisnya dirancang sendiri oleh para designer dari
PT. Caladi Lima Sembilan. Penjualan secara retail ini dimulai dengan membuka showroom pertama
yang berlokasi di Jl. Tikukur No. 10 Bandung, dengan adanya penjualan melalui saluran retail ini,
berarti merubah strategi yang mendasar bagi PT. Caladi Lima Sembilan yang bermula hanya
menerima pesanan saja menjadi menggunakan teknik franchising, yang menerapkan gaya manajemen
dan format display showroom yang dirancang oleh pemberi franchise. Saat ini, PT. Caladi Lima
Sembilan melakukan ekpansi ke beberapa kota di Indonesia dan Negara tetangga, dengan mendirikan
toko sendiri dan menjalin kerja sama dengan Ramayana Department Store sebagai saluran distribusi.
Berikut daftar outlet PT. Caladi Lima Sembilan:

1
Tabel 1.1
Daftar Outlet PT. Caladi Lima Sembilan
Indonesia Luar Negeri
Bandung Surabaya Jakarta Slovakia Singapore
Balikpapan Makassar Lampung Polandia Malaysia
Medan Palembang Malang Czech Jerman
Yogyakarta Bali Cirebon Australia Jepang
(sumber :Internal Perusahaan)

Berdasarkan data dari perusahaan, produksi PT. Caladi Lima Sembilan mengalami
peningkatan dari jumlah produksi. Pada tahun 2010, jumlah produksi sebanyak 31.250 potong, pada
tahun 2011 sebanyak 34.500 potong dan pada tahun 2012 sebanyak 36.325 potong yang
didistribusikan ke seluruh outlet dan showroom yang ada di seluruh Indonesia dan beberapa Negara.

B. Logo Perusahaan
Berikut ini adalah logo dari Caladi 59:

Gambar 1.1
Logo PT. Caladi Lima Sembilan
(sumber: internal perusahaan)

C. Visi dan Misi


Visi dari PT. Caladi Lima Sembilan adalah sebagai clothing company yang menyediakan
produk-produk untuk semua umur dan memiliki kualitas yang baik. Sedangkan Misi PT. Caladi Lima
Sembilan adalah produk PT. Caladi Lima Sembilan dapat diterima oleh masyarakat dan dapat dikenal
oleh masyarakat dibandingkan dengan pesaing lainnya.

D. Struktur Perusahaan
Struktur PT. Caladi Lima Sembilan ada beberapa bagian, pada gambar 1.2 sebagai berikut :

2
Direktur Utama

General Manager

Manajer SDM Manajer Operasional Manajer Marketing Manajer Keuangan

Staff SDM Staff IT Desainer Staff Tax

Staff Produksi Staff Promosi Staff Accounting

Staff Finance

SBU Cab. Merak SBU Cab. Jakarta SBU Cigadung SBU Ritail

Gambar 1. 2
Struktur Perusahaan
(sumber: internal perusahaan)

Dalam perusahaan PT. Caladi Lima Sembilan membuka cabang di Bandung dan beberapa kota di
Indonesia dan Luar Negeri yang dipusatkan di Bandung.

1.1.2. Airplane Systm

A. Profil Perusahaan

Airplane Systm merupakan salah satu clothing company di Bandung. Airplane Systm yang
dahulu bernama Airplane diresmikan pada tanggal 8 Februari 1998. Airplane Apparel Systm secara
paten menjadi sebuah perusahaan komanditer yang bernaung di bawah CV. Arrasy Stylisindo
Aesthetic. Pada awal distribusinya, Airplane Systm hanya menawarkan design baju kepada rekan
sepermainan yang berjalan selama 2 tahun. Setelah itu, pada tahun 2001 showroom pertama Airplane
berdiri di Jalan Aceh No. 44 Bandung. Dengan dibukanya showroom ini, nama Airplane berubah
menjadi Airplane Systm.
Persaingan pasar yang belum ketat pada saat itu menjadi keuntungan bagi Airplane Systm
untuk berkembang. Perkembangan Airplane Systm ditunjukan dengan semakin banyaknya jenis
produk yang diproduksi seperti t-shirts, jackets, shirt, pants, wallet, denim, dan phone case. Airplane
Systm juga memiliki merek sub yang meliputi Airplane systm, Airplane systm For Her, Airplane systm
Roots DNM, Airplane systm Manchester Series.
Desain produk merupakan komitmen untuk kerja keras dan rasa hormat terhadap detail yang
rumit, kuat, dan modis, dengan desain dan bahan berkualitas tinggi. Semua ini diungkapkan dan
terintegrasi dalam keinginan untuk memberikan solusi kebutuhan gaya hidup remaja.
3
Dengan meningkatnya permintaan pasar, Airplane systm mulai meningkatkan kapasitas
produksi dan memperluas pemasaran dengan memasarkan produk ke berbagai kota di Indonesia dan
Negara tetangga. Saat ini, outlet Airplane Systm tersebar di 51 kota di Indonesia dan 9 negara. Daftar
outlet Airplane Systm, sebagai berikut :
Tabel 1.2
Daftar Outlet Airplane Systm
Indonesia
Bandung Cilegon Palopo Bogor
Jakarta Malang Garut Cianjur
Surabaya Padang Gresik Bekasi
Yogyakarta Purwokerto Palu Sukabumi
Makassar Balikpapan Jambi Bojonegoro
Banjarmasin Samarinda Amuntai Pekalongan
Palembang Bandar Lampung Papua Tasikmalaya
Serang Bone-bone Ternate Cibubur
Medan Lembang Cirebon Purwakarta
Pare-pare Cimahi Majalengka Kendari
Luwuk Pontianak Pekanbaru Jepara
Sidoarjo Manado Pandeglang
Denpasar Tenggarong Surakarta
Luar Negeri
Malaysia Japan New Zealand Brunei Darussalam
Singapore Germany United States Hongarie
Australia
(sumber :Internal Perusahaan)
Jumlah produk yang di produksi oleh Airplane Systm dalam tiga tahun kebelakang mengalami
peningkatan. Pada tahun 2010 memproduksi 25.632 potong, 2011 sebanyak 29.193 potong dan pada
tahun 2012 sebanyak 30.578 potong.

B. Logo Perusahaan
Berikut adalah logo dari Airplane Systm:

Gambar 1.3
Logo Airplane Systm
(sumber : Internal perusahaan)

4
C. Visi dan Misi Perusahaan
Visi dari Airplane Systm adalah menjadi pelopor clothing company di Indonesia yang mampu
memenuhi kebutuhan fashion masyarakat Indonesia dan dunia. Sedangkan Misi dari Airplane Systm
adalah membuat produk yang berkualitas tinggi, original, unik dan modern.

D. Struktur Perusahaan
Strukrtur Perusahaan perusahaan merupakan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian,atau posisi-posisi maupun orang-orang
dimana akan menunjukan kedudukan, tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu Perusahaan. Airplane Systm menetapkan sebagai Perusahaan bersistem garis dimana
wewenang dan tanggung jawab dimulai dari jenjang perusahaan yang tertinggi sampai karyawan yang
terendah dalam perusahaan.

Board of
Director

Production Creative Dir. Business


Dir. Dir.
Traffic Designer
M.I.S

Vendor

Inhouse Marcom Sales In Affair


m Man. Man.
PR. Promo Secretary

O.B

Shop Flat Client Distribution Inventory

Coord Coord
Coord
Admin Staff
Technition
Shopkeepers

Gambar 1.4
Struktur Perusahaan
(sumber : Internal perusahaan)

5
1.2 Latar Belakang Penelitian
Family business merupakan salah satu fenomena tersendiri dalam dunia bisnis. Selain
jumlahnya yang banyak, family business juga mempunyai andil besar bagi pendapatan negara. Family
business menguasai 80%-98% bisnis di dunia. Dari 200 perusahaan tersebut mampu mencetak
keuntungan kotor sebesar 2 miliar dolar Amerika setiap bulannya. Perusahaan-perusahaan ini
mempekerjakan hampir separuh angkatan kerja di dunia, dan menyumbang lebih dari separuh GDP
(Produk Domestik Bruto/PDB) dunia (Bank Mandiri, 2012).
Dibeberapa negara Eropa, perusahaan keluarga merupakan mayoritas dari semua perusahaan.
Berikut adalah komposisi family business dan non-family business di Negara-negara Eropa menurut
International Family Enterprise Research Academy (IFERA, 2003).

Tabel 1.3
Komposisi family dan non-family business Negara Eropa

Negara Family Business (%) Non-family Business (%)

Perancis 60 40
Jerman 60 40
Belanda 74 26
Portugal 70 30
Belgia 70 30
Inggris 70 30
Spanyol 75 25
Swedia 79 21
Finlandia 80 20
Yunani 80 20
Siprus 80 20
Italia 93 17
(Sumber: IFERA 2003)

Selain itu, menurut hasil penelitian Backard dan Dyes dalam Susanto (2005: 2), Di Amerika
Serikat, 90% dari 15 juta perusahaan besar adalah bisnis atau perusahaan yang didominasi oleh
kelompok-kelompok keluarga. Sepertiga dari 500 perusahaan kaya di Amerika dimiliki dan
dikendalikan oleh keluarga. Sebesar 40% dari Gross National Product (GNP) atau 59% dari Gross
Domestic Product (GNP) di Amerika disumbang oleh perusahaan keluarga. Di India dan negara-
negara Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Kuwait dan hampir seluruh negara Teluk yang melakukan
kegiatan komersial di Gulf Coorporation Council (GCC), 98 persennya adalah usaha yang dijalankan
keluarga (Marpa, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Family Firm Institute untuk jurnal Family Business Review
(2003) dalam Susanto (2005), mengungkap bahwa hanya 71% dari family business yang bisa bertahan

6
hingga generasi kedua, hanya 20% yang mampu bertahan pada generasi ketiga, dan hanya 9% yang
mampu berkembang sampai generasi keempat, dan seterusnya. Sehingga, muncul idiom: “Generasi
pertama yang mendirikan, generasi kedua yang membangun, dan generasi ketiga yang merusak”
(Susanto, 2005: 4). Dari hasil survei The Jakarta Consulting Group yang terdapat dalam Susanto
(2005) mengenai masalah suksesi dalam family business, sebanyak 45% perusahaan responden
menyatakan penerus perusahaan diutamakan anak kandung. Kriteria lain adalah keluarga yang
kompeten (8%), anggota keluarga pemegang saham (7%), anggota keluarga lain (3%), non-anggota
keluarga professional (2%), sesuai keputusan pemegang saham (2%), dan yang lainnya (2%) belum
memikirkan bahkan merencanakan suskesi.
Fenomena serupa juga berlaku di Indonesia, sampai sekarang penggerak utama perekonomian
dan bisnis negara ini masih didominasi oleh perusahaan keluarga. Biro Pusat Statistik mencatat, family
business di Indonesia merupakan perusahaan swasta yang punya kontribusi besar terhadap PDB, yaitu
mencapai 82,44 persen. Terbukti bahwa family business memiliki posisi dan peran vital dalam
perekonomian negara. Hal tersebut merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi
kesejahteraan keluarga yaitu dengan menjadi pemilik perusahaan (Bank Mandiri, 2012).
Selain mepunyai pengaruh besar dalam perekonomian negara, bisnis keluarga juga
mempunyai pengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan dan penciptaan lapangan pekerjaan.
Perusahaan keluarga mempekerjakan 85% pekerja di seluruh dunia. Sekitar 80% tenaga kerja di
Amerika Serikat dan 50% di Australia (Marpa, 2012). Fenomena tersebut juga terjadi di negara-negara
Asia, perusahaan keluarga menyerap 57% pekerja di Asia Selatan dan 32% di Asia Utara (Iskandar,
2011).
Secara umum, karakteristik perusahaan di Indonesia memiliki kesamaan dengan perusahaan-
perusahaan di Asia. Perusahaan-perusahaan di Asia secara historis dan sosiologis adalah perusahaan
yang dimiliki dan dikendalikan oleh keluarga. Meskipun perusahaan tersebut tumbuh dan
berkembang menjadi perusahaan publik, namun kendali tetap dipegang oleh keluarga (Claessens,
2000). Berikut adalah komposisi family business dan non-family business di negara-negara Asia
Tenggara:

Tabel 1.4
Komposisi family dan non-family business Negara Asia Tenggara

Negara Family Business (%) Non-family Business (%)

Indonesia 71,5 28,5


Malaysia 67,2 32,8
Singapura 55,4 44,6
Pilipina 44,6 55,4
Thailand 61,6 38,4
(Sumber : Claessens et, al 2000)

7
Susanto (2005:4) menjelaskan,
Bentuk usaha konglomerasi yang dibangun dari family business merupakan ciri khas
perusahaan menengah dan besar di Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis keluarga,
mereka banyak berekspansi ke dalam usaha yang bahkan sama sekali berbeda dengan bisnis
semula. Perusahaan tersebut biasanya dipimpin oleh sebuah holding company yang
membawahi berbagai anak perusahaan yang tersebar dalam berbagai segmen usaha. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya
merupakan perusahaan yang terdiversifikasi.

Pemahaman bahwa perusahaan yang dikontrol oleh keluarga berbeda dari perusahaan yang
dikelola secara professional sudah diterima secara umum. Yang membedakan keduanya adalah dari
segi kepemilikan perusahaan tersebut (McConaughy, 2001). Apabila dalam salah satu perusahaan
lebih dari 50% pengelolanya adalah masih satu garis keturunan maka perusahaan tersebut merupakan
family business atau bisnis keluarga. Begitu juga sebaliknya, apabila ada salah satu perusahaan yang
dimiliki lebih dari satu orang dalam bentuk saham dan dikelola secara professional tanpa melihat garis
keturunan, maka perusahaan tersebut merupakan non-family business (Sten, 2006).
Kebebasan berekspresi dan bereksperimen menjadi keunggulan family business dalam
melahirkan ide-ide bisnis yang segar, inovatif, dan orisinil. Dibanding dengan sebagian besar
perusahaan publik yang sering kali bertumpu pada pertimbangan-pertimbangan pendek berdasarkan
fluktuasi saham. Family business umumnya cenderung memiliki sudut pandang jangka panjang
terhadap bisnisnya (Susanto, 2006).
Dalam perkembangannya, family business dan non-family business tidak lepas dari pengaruh
faktor-faktor internal. Seperti yang dikemukakan Ireland, Hokisson dan Hitt (2008: 76), faktor internal
tersebut yaitu aspek sumber daya manusia, financial, operasional serta aspek pasar dan pemasaran.
Semua hal tersebut saling berkaitan dalam menentukan perkembangan family business maupun non-
family business di Indonesia. Dilihat dari sejarah yang ada, banyak family business yang dapat
bertahan dari badai krisis yang dipicu oleh faktor eksternal. Entrepreneurship yang ditanamkan dalam
keluarga, menjadikan mereka pantang menyerah dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk
krisis eksternal. Justru krisis yang dipicu oleh permasalahan internal, seperti konflik keluarga, suksesi
yang tidak mulus atau manajemen yang kurang profesional yang sering mengantarkan family business
ke jurang kehancuran (Grant Thornton Indonesia, 2010).
Saat ini, sebagian besar pertumbuhan family business berjalan lambat baik dari segi produksi,
pasar serta pendapatan dan hanya mampu bertahan sampai generasi ke tiga, salah satu penyebabnya
adalah kurang suksesnya generasi pertama mempersiapkan atau melakukan transfer pengetahuan
kepada generasi berikutnya. Butuh waktu yang cukup lama untuk berkembang dibandingkan dengan
non-family business (Soedibyo 2012: XXXVIII). Persaingan yang semakin ketat merupakan faktor
yang membuat family business semakin tertinggal jauh. Dengan demikian banyak permasalahan yang
dihadapi oleh family business. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan dengan cara benchmark antara
family business dan non-family business yang bertujuan untuk mengetahui masalah yang
menyebabkan lambannya perkembangan family business sehingga penelitian ini penting untuk

8
memberikan kontribusi berupa masukan dan saran yang nantinya berguna untuk memperbaiki
kekurangan dan kelemahan dari family business.
Di Indonesia, penelitian mengenai family business dan non-family business masih sedikit,
terutama dalam kontek ini. Selain itu, Indonesia merupakan sebuah negara dimana kepemilikan dan
keterlibatan family business yang tinggi (Tarmizi et al. 2009). Hal tersebut mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian mengenai faktor internal perusahaan dengan menjadikan produsen clothing
company baik yang dikendalikan keluarga dan yang tidak dikendalikan oleh keluarga sebagai obyek
penelitian. Lebih detail, obyek penelitian ini adalah PT. Caladi Lima Sembilan untuk family Business
dan Airplane Systm untuk non-family business. Dalam pemilihan obyek penelitian, yang menjadi
pertimbangan penulis adalah umur perusahaan, jumlah produksi dan area pemasaran yang sudah
dijelaskan dalan profil dari masing-masing perusahaan.
Dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul :
“ANALISIS PERBANDINGAN SMALL FAMILY DENGAN NON-FAMILY BUSINESS
BIDANG FASHION DITINJAU DARI ASPEK INTERNAL PERUSAHAAN (STUDI PADA
PT. CALADI LIMA SEMBILAN DAN AIRPLANE SYSTM BANDUNG).

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, penulis merumuskan permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil analisis aspek internal (Sumber daya manusia, operasional, financial,
pemasaran) perusahaan pada small family business ?
2. Bagaimana hasil analisis aspek internal (Sumber daya manusia, operasional, financial,
pemasaran) perusahaan pada small non-family business ?
3. Bagaimana hasil perbandingan small family dengan non-family business ditinjau dari aspek
internal (Sumber daya manusia, operasional, financial, pemasaran) perusahaan ?

1.4. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hasil analisis aspek internal perusahaan pada small family business.
2. Untuk mengetahui hasil analisis aspek internal perusahaan pada Small Non family business.
3. Mengetahui hasil perbandingan antara small family dengan non-family business ditinjau dari
aspek internal perusahaan.

1.5. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan hasil dan kegunanaan kepada pihak-pihak
yang membutuhkannya. Kegunaan penelitian ini diantaranya :

9
1. Aspek Teoritis (keilmuan)
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dan tambahan pengetahuan
untuk menguatkan teori yang ada, mengenai perbandingan antara small family dengan non family
business ditinjau dari aspek internal perusahaan.

2. Aspek Praktis (guna laksana)


Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi kedua perusahaan yaitu PT.
Caladi Lima Sembilan dan Airplane Systm untuk mengembangkan perusahaan dari segi internal
perusahaan sehingga mampu menghasilkan produk yg mempunyai keunikan dan kualitas tinggi.

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami materi yang terdapat dalam skripsi ini, maka
penulisan skripsi disusun sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab ini berisi tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang permasalahan,
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN


Pada Bab ini berisi landasan teori yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang dipilih
yang akan dijadikan landasan dalam penulisan skripsi ini. Teori-teori tersebut dikutip dari beberpa
liteatur seperti buku teks, jurnal, tesis atau skripsi.

BAB III METODE PENELITIAN


Pada Bab ini meliputi variabel penelitian dan definisi operasional, jenis dan sumber data,
metode pengumpulan data, serta metode analisis yang digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pada Bab ini berisi tentang penjelasan secara rinci tentang hasil penelitian yaitu data – data
yang sudah dikumpulkan dan diolah, setelah itu data dianalisis untuk mendapatkan solusi dari
permasalahan yang dihadapi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan akhir dari hasil dan analisis pembahasan serta berisi
saran – saran yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau rekomendasi tindakan yang
perlu dilakukan untuk kemajuan perusahaan.

10

Anda mungkin juga menyukai