Anda di halaman 1dari 3

Taujih Rabbani

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya? (Q.S At Taubah : 122)

Closing Statement

“Saya percaya kekuatan ilmu. Saya juga yakin kekuatan pengetahuan. Namun saya jauh lebih yakin akan
kekuatan pendidikan, tarbiyah.” (Sayyid Quthb)

Buku ini dipersembahkan untuk kita…

Yang merindu kedekatan dengan Rabb-nya

Yang mencari ketenangan hakiki

Yang mendamba persahabatan sejati

Yang mencinta perubahan dari hari ke hari

Yang menyeru ke jalan Allah Rabbul ‘Izzati

Yang sedang dirundung masalah

Yang sedang ditempa ujian, fitnah, dan badai

Yang sedang goncang dalam keraguan

Yang sedang bimbang dalam kekhawatiran

Yang sedang galau menatap masa depan

Yang ingin menyembuhkan penyakit hati

Yang ingin segera melapangkan dada dan jiwanya

Imam al-Harits al-Muhasibi menasihati,


Jadilah pembelajar sejati:

Jika melihat, dia mengambil pelajaran

Jika diam, dia berpikir

Jika berbicara, dia berdzikir

Jika tidak diberi, dia bersabar

Jika diberi, dia bersyukur

Jika tertimpa musibah, dia berucap innalillah

Jika dikatai bodoh, dia tidak marah

Jika mengetahui, dia rendah hati

Jika mengajar, dia berlaku lembut

Dan jika diminta, dia memberi.

Dakwah yang Dirindukan

Sesungguhnya di dunia ada taman-taman surga. Barang siapa tidak memasuki taman surga di
dunia, maka dia tidak akan mendapati surga di akhirat. (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)

Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kamu melewati taman-taman surga, berlabuhlah di sana.”
Ada shahabat yang bertanya, “Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Majelis-
majelis ilmu.” (Hr. Thabrani)

Rindu. Sebuah kata yang menggerakkan. Kata yang meledakkan. Kata yang menginspirasi. Kata
yang menjadi energi orang beriman sehingga rela melakukan kebaikan tanpa paksaan. Kerinduan
yang membuat orang betah berlama-lama di dalamnya serasa tak ingin dipisahkan.

Ibnul Mubarak berkata, “Sesungguhnya orang-orang shalih dapat menghela nafas dirinya
kepada kebaikan secara sukarela, sementara kita tidak dapat menghela diri kita kecuali setelah
memaksanya.”

Bersiap Menikmati Taman Surga

Yang bisa kita persiapkan dengan lebih baik agar taman surga itu hadir di tengah kita:
1. Menyadari kita semua sama, berangkat dari nol, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa.
Sebagai hamba Allah, kitalah yang harus meraih kemuliaan di hadapan Allah. Kemudian
mengikatkan diri dan menyepakati untuk berjalan bersama orang beriman.
2. Ikut berpartisipasi dalam setiap agenda untuk merasakan kebersamaan dan menikmati
kelezatan. Inilah yang menggerakkan kita untuk pro-aktif, memulai bukan menunggu,
memberi bukan meminta.
3. Kepekaan menangkap momentum sekecil apa pun sebagai jalan untuk meledakkan
potensi. Ini dihasilkan dari latihan yang panjang sehingga selalu siap untuk bergerak dan
meraih kebaikan.

Meski kita sama-sama memulai dalam berislam, mengaji, dan berdakwah, namun hasilnya
berbeda-beda tergantung bahan baku masing-masing dan cara cerdas mengolahnya. Meski
modalnya sama, hasilnya bisa berbeda-beda. Inilah pentingnya fastabiqul khairat. Maka kita
harus menikmati majelis surga ini dengan cara kita membuka diri, menggali inspirasi, dan
kemudian melakukan aksi.

Di dalam tarbiyah ini kita mengubah paradigma, cara berpikir dan cara memandang
kehidupan dengan cara positif dan cerdas sehingga tidak meremehkan ilmu, informasi, inspirasi,
dan nasihat sekecil apa pun dan dari mana pun. Tidak semua langsung ditelan begitu saja dan
tidak pula ditolak mentah-mentah. Perlu diolah.

Anda mungkin juga menyukai