Back To Tarbiyah
Back To Tarbiyah
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya? (Q.S At Taubah : 122)
Closing Statement
“Saya percaya kekuatan ilmu. Saya juga yakin kekuatan pengetahuan. Namun saya jauh lebih yakin akan
kekuatan pendidikan, tarbiyah.” (Sayyid Quthb)
Sesungguhnya di dunia ada taman-taman surga. Barang siapa tidak memasuki taman surga di
dunia, maka dia tidak akan mendapati surga di akhirat. (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah)
Rasulullah Saw bersabda, “Apabila kamu melewati taman-taman surga, berlabuhlah di sana.”
Ada shahabat yang bertanya, “Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, “Majelis-
majelis ilmu.” (Hr. Thabrani)
Rindu. Sebuah kata yang menggerakkan. Kata yang meledakkan. Kata yang menginspirasi. Kata
yang menjadi energi orang beriman sehingga rela melakukan kebaikan tanpa paksaan. Kerinduan
yang membuat orang betah berlama-lama di dalamnya serasa tak ingin dipisahkan.
Ibnul Mubarak berkata, “Sesungguhnya orang-orang shalih dapat menghela nafas dirinya
kepada kebaikan secara sukarela, sementara kita tidak dapat menghela diri kita kecuali setelah
memaksanya.”
Yang bisa kita persiapkan dengan lebih baik agar taman surga itu hadir di tengah kita:
1. Menyadari kita semua sama, berangkat dari nol, tidak tahu apa-apa, tidak punya apa-apa.
Sebagai hamba Allah, kitalah yang harus meraih kemuliaan di hadapan Allah. Kemudian
mengikatkan diri dan menyepakati untuk berjalan bersama orang beriman.
2. Ikut berpartisipasi dalam setiap agenda untuk merasakan kebersamaan dan menikmati
kelezatan. Inilah yang menggerakkan kita untuk pro-aktif, memulai bukan menunggu,
memberi bukan meminta.
3. Kepekaan menangkap momentum sekecil apa pun sebagai jalan untuk meledakkan
potensi. Ini dihasilkan dari latihan yang panjang sehingga selalu siap untuk bergerak dan
meraih kebaikan.
Meski kita sama-sama memulai dalam berislam, mengaji, dan berdakwah, namun hasilnya
berbeda-beda tergantung bahan baku masing-masing dan cara cerdas mengolahnya. Meski
modalnya sama, hasilnya bisa berbeda-beda. Inilah pentingnya fastabiqul khairat. Maka kita
harus menikmati majelis surga ini dengan cara kita membuka diri, menggali inspirasi, dan
kemudian melakukan aksi.
Di dalam tarbiyah ini kita mengubah paradigma, cara berpikir dan cara memandang
kehidupan dengan cara positif dan cerdas sehingga tidak meremehkan ilmu, informasi, inspirasi,
dan nasihat sekecil apa pun dan dari mana pun. Tidak semua langsung ditelan begitu saja dan
tidak pula ditolak mentah-mentah. Perlu diolah.