Anda di halaman 1dari 20

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2016


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MENINGIOMA

OLEH :

MUH. RISWANDI

PEMBIMBING :
dr. A. WERY SOMPA, Sp.S. M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2016

1
PENDAHULUAN

Meningioma adalah tumor benigna yang timbul dari sel arachnoid. Pada orang
dewasa menempati urutan kedua terbanyak. Dijumpai 50% pada kompeksitas dan 40%
pada bassis cranii. Selebihnya pada foramen magnum, fossa posterior, dan system
fentriculus.

Meningioma terjadi 34% dari semua tumor otak primer. Mereka yang paling mungkin
didiagnosis pada orang dewasa yang lebih tua dari 60 tahun, dan kejadian yang tampaknya
meningkat dengan usia. Meningioma jarang ditemukan pada anak-anak. Mereka terjadi
sekitar dua kali lebih sering pada wanita sdaripada pria. Setiap tahun, sekitar 9000 orang di
Inggris yang didiagnosis dengan tumor dari sistem saraf pusat (SSP). Meningioma
membuat hampir seperempat (25%) dari ini. Mereka yang paling umum pada orang paruh
baya atau lebih tua.

Grade Meningioma dapat dinilai menurut WHO sebagai berikut:

grade 1 (jinak) adalah jenis yang paling umum. Ini adalah tumbuh lambat dan tidak
biasanya datang kembali setelah perawatan.

grade 2 (atipikal) tumbuh lebih cepat dari kelas 1 meningioma dan mungkin lebih
cenderung memiliki angka kekambuhan yang lebih tinggi setelah pengobatan.

gradee 3 (ganas) cenderung tumbuh lebih cepat dan sangat agresif yang kadang tampak
seperti sarcoma derajat tinggi dan memiliki kesempatan lebih tinggi datang kembali setelah
perawatan.

2
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. H
2. Umur : 30 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Pekerjaan : petani
5. Agama : Islam
6. Status pernikahan : Sudah menikah
7. Suku : Makassar
8. Tanggal masuk : 27 OKTOBER 2016
9. Bangsal : MELATI
10. No CM : 59 55 03
Diagnosa masuk :. Chepalgia kronik e.c susp. Tumor otak

B. ANAMNESIS
1. Keluhan utama : nyeri kepala dan tidak bias melihat

2. Riwayat penyakit sekarang :


Pasien laki-laki dibawa oleh keluarga dengan keluhan nyeri kepala dengan
penglihatan yang menurun disertai juga lemah leruh badan. Nyeri kepala sering
dirasakan sekitar 2 tahun terakhir. Penglihatan menurun sekitar 1 tahun terakhir.
tidak bisa duduk dan berjalan sejak 5 bulan yang lalu. Riwayat trauma (+) nyeri
kepala (+) lemah pada anggota gerak (+) BAK lancar, BAB lancar. Riwayat
penyakit HT (-) DM (-) kolesterol (+)

3. Riwayat penyakit dahulu: Tidak diketahui tetapi pasien ada riwayat kecelakaan
5 tahun yang lalu

4. Riwayat penyakit keluarga: tidak diketahui

5. Riwayat sosial ekonomi dan pribadi: Pasien berasal dari Kab. Bone dan tinggal
bersama keluarga

3
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
a. Keadaan umum : tampak sakit berat, GCS: E4,V5, M6
b. Gizi : baik
c. Tanda vital :
 Tekanan darah : 120/80mmHg
 Nadi : 27 x/menit
 Pernafasan : 20 x/menit
 Suhu : 36,5oC
 Anemia :-
 Ikterus :-
 Sianosis :-
d. Jantung :Bunyi jantung I dan II murni regular, bising (-)
e. Paru : bunyi nafas vesikular, ronki -/-, wheezing -/-
f. Abdomen : peristaltic usus normal

2. Status psikiatris
a. Perasaan hati : tidak dapat dinilai
b. Proses berfikir : tidak dapat dinilai
c. kecerdasan : tidak dapat dinilai
d. memori : tidak dapat dinilai
e. psikomotor : tidak dapat dinilai

3. Status neurologis
a. Kesadaran : compos mentis, GCS 15 (E4M6V5)
b. Sikap tubuh : berbaring terlentang
c. Cara berjalan : tidak dapat dinilai
d. Gerakan abnormal : tidak ada
e. Kepala :
 Bentuk : normocephal
 Simetris : simetris
 Pulsasi : dalam batas normal
 Nyeri tekan : tidak ada

4
f. Leher :
 Sikap : tegak
 Gerakan : dalam batas normal
 Kaku kuduk : (-)

4. Gejala rangsang meningeal:


(kanan/kiri)
a. Kaku kuduk : -/-
b. Laseque : -/-
c. Kernig : -/-
d. Brudzinsky I : -/-
e. Brudzinsky II : -/-

5. Syaraf kranialis:
a. Nervus I (N. olfactorius)
 Daya penghidu: normosmia/ normosmia
b. Nervus II (N. opticus)
 Ketajaman penglihatan : menurun / menurun
 Pengenalan warna : menurun / menurun
 Lapang pandang : 1/tak terhingga
 Funduskopi : tidak dilakukan
c. Nervus III, IV, VI (N. occulomotorius/ trochlearis/ abdusens)
 Ptosis : -/-
 Strabismus : -/-
 Nistagmus : -/-
 Eksoftalmus : -/-
 Enoptalmus : -/-
 Pupil:
- Ukuran pupil : 2,0 mm/ 2,0 mm
- Bentuk pupil : bulat/bulat
- Isokor/ anisokor : isokor
- Posisi : di tengah/ di tengah
- Refleks cahaya langsung : + menurun / + menurun

5
- Refleks cahaya tidak langsung : sulit dinilai
d. Nervus V (N. trigeminus)
 Menggigit : normal
 Membuka mulut : simetris
 Sensibilitas wajah : tidak dilakukan
 Refleks masseter : tidak dilakukan
 Refleks zigomatikus : tidak dilakukan
 Refleks kornea : tidak dilakukan
 Refleks bersin : tidak dilakukan
e. Nervus VII (N. fasialis)
 Mengerutkan dahi : simetris
 Menutup mata : simetris
 Gerakan bersiul : pasien tidak dapat bersiul
 Daya pengecapan lidah 2/3 depan : tidak dilakukan
 Hiperlakrimasi : tidak ada
f. Nervus VIII (N. acusticus)
 Suara berbisik : dalam batas normal
 Tes rinne : tidak dilakukan
 Tes weber : tidak dilakukan
 Tes swabach : tidak dilakukan
g. Nervus IX (N. glossopharyngeus)
 Daya pengecap lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan
 Refleks muntah : tidak dilakukan
h. Nervus X (N. vagus)
 Denyut nadi : teraba, reguler
 Arkus faring : tidak di evaluasi
 Bersuara : baik
 Menelan : baik
i. Nervus XI (N. assesorius)
 Memalingkan kepala : baik
 Mengangkat bahu : simetris
j. Nervus XII (N. hipoglosus)
 Pergerakan lidah : dalam batas normal
6
 Atrofi lidah : tidak ada
 Tremor lidah : tidak ada
 Fasikulasi : tidak dilakukan

6. Motorik:
a. Gerakan : Normal Menurun
Normal Menurun
b. Kekuatan : 5 4
5 4
c. Tonus otot : Normal Normal
Normal Normal
d. Refleks fisiologis:
a. Refleks tendon:
 Refleks biseps :+/ +
 Refleks triseps :+ /+
 Refleks patella :↑ / ↑
 Refleks archilles :+ /+
b. Refleks periosteum : tidak dilakukan
c. Refleks permukaan :
 Dinding perut : tidak dilakukan
 Cremaster : tidak dilakukan
 Spincter ani : tidak dilakukan

7. Refleks Patologis:
a. Hoffman tromner : -/-
b. Babinski : -/+
c. Chaddock : -/+
d. Oppenheim : -/-
e. Gordon : -/-
f. Schaefer : -/-

8. Sensibilitas:
a. Eksteroseptif:

7
 Nyeri :+/↓
 Suhu : tidak dilakukan
 Taktil :+/↓
b. Propioseptif:
 Posisi : tidak dilakukan
 Vibrasi : tidak dilakukan
 Tekanan dalam : tidak dilakukan

9. Koordinasi dan keseimbangan:


a. Tes Romberg : tidak dilakukan
b. Tes tandem : tidak dilakukan
c. Tes fukuda : tidak dilakukan
d. Disdiadokinesis : tidak dilakukan
e. Rebound phenomen : tidak dilakukan
f. Dismetri : tidak dilakukan
g. Tes telunjuk hidung : tidak dilakukan
h. Tes telunjuk telunjuk : tidak dilakukan
i. Tes tumit lutut : tidak dilakukan

10. Fungsi otonom:


a. Miksi
 Inkontinensia : tidak ada
 Retensi urin : tidak ada
 Anuria : tidak ada
 Hematuria : tidak ada
b. Defekasi
 Inkontinensia : tidak ada
 Retensi : tidak ada

11. Fungsi luhur:


a. Fungsi bahasa : dalam batas normal
b. Fungsi orientasi : dalam batas normal
c. Fungsi memori : dalam batas normal

8
d. Fungsi emosi : sulit dinilai
e. Fungsi kognisi : sulit dinilai

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium
Glukosa 2 PP :186 mg/dl
Kolesterol Tot : 228 mg/dl
SGPT : 82 mg/dl
Kreatinin : 0,50 mg/dl
Trigliserida : 186 mg/dl

2. CT SCAN KEPALA POTONGAN AKSIAL TANPA KONTRAS


- Tampak massa extra axial heterogen yang dominan hiperdens dengan lesi
hipodens didalamnya kemungkinan zona nekrotik, batas tegas, tepi reguler, disertai
perifokal edema, kesan berasal dari lapisan menings region parietalis. Massa
menyebabkan mid lie shift kekiri dan mendesak serta menyempitkan ventrikel
lateralis terutama kanan.
- tampak destruksi pada os parietalis dekat massa
- sulcy dan gyri kesan obilateral
- ruang subarachnoid kesan menyempit
- Pons, CPA dan cerebellum baik
- sinus paranasalis lainnya dan aircell mastoid baik
- bulbus oculi dan ruang retrobulber normal
- tulang – tulang intak

Kesan: - sugestif malignant meningioma disertai destruksi os parietalis

9
E. RESUME
Pasien laki-laki dibawa oleh keluarga dengan keluhan nyeri kepala dengan penglihatan
yang menurun disertai juga lemah leruh badan. Nyeri kepala sering dirasakan sekitar 2
tahun terakhir. Penglihatan menurun sekitar 1 tahun terakhir. tidak bisa duduk dan
berjalan sejak 5 bulan yang lalu. Riwayat trauma (+) nyeri kepala (+) lemah pada
anggota gerak (+) BAK lancar, BAB lancar. Riwayat penyakit HT (-) DM (-) kolesterol
(+) Pada pemfis di dapatkan tanda vital : Tekanan darah : 120/180 mmHg, Nadi
72x/menit, Pernafasan : 20x/menit, Suhu: 36.5oC. kaku kuduk (-) babinski (+)
chaddock (+).
Motorik:
Gerakan : Normal Menurun
Normal Menurun
Kekuatan : 5 4
5 4

Tonus otot : Normal Normal


Normal Normal

F. DIAGNOSIS
1. Diagnosis klinis: Hemiparese duplex + loss of vision e.c Meningioa
2. Diagnosis topis: derdapat massa pada lapisan menings region parietal
3. Diagnosis etiologis: susp Meningioma

G. PENATALAKSANAAN
1. Ivfd RL 20 tpm
2. Neurodex tab 2x1
3. Paracetamol tab 2x1
4. Ranitidine 1gr/12 jam
5. Piracetam 3gr/8 jam
6. Dexamethasone 1amp/8 jam
7. Simvastatin 20gr 1x1

10
H. PROGNOSIS
1. Qua Ad vitam : dubia ad malam
2. Qua Ad sanationem : dubia ad malam

Tanggal TTV Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter


27-10-2016 S : nyeri kepala (+) penglihatan R/ 1. RL 20 tpm
Td : 120/80 menurun (+) mual (-) muntah (-) 2. Ranitidin 1ap/12j/iv
N : 68x Riw. As, urat (+) riw. Kolesterol (+) 3. Dexamethasone
P : 28 O : GCS : E4 M6 V5 1ap/8j/iv
S : 36,7 °C FKL : DBN 4. Piracetam 3gr/8j/iv
Motorik 5. PCT tab 3x1
Kekuatan
5 5
5 5
A : Cephalgia kronik
e.c susp tumor otak

- Permintaan CT Scan kepala

28-10-2016 S : nyeri kepala (+) sekitar 2 tahun R/ 1. RL 20 tpm


td : 110/70 yang lalu, penglihatan menurun 2. Ranitidin 1ap/12j/iv
n : 80x sejak 1 tahun yang lalu, lemah

11
p : 20x seluruh tubuh, susah duduk dan 3. Dexamethasone
s : 36°C berjalan sekitar 5 bulan terakhir. 1ap/8j/iv
Riwayat trauma (+) sekitar 5 tahun 4. Piracetam 3gr/8j/iv
yang lau. Riwayat DM (-), Riwayat 5. PCT tab 3x1
HT (-), riwayat kolesterol dan asam 6 . Neurodex tab 2x1
urat (+)
O:
Gcs : E4M6V5
FKL : dbn
NnCr : pupil bulat isokor 2,5 mm
Rcl : +/+ Rctl : +/+
NnCrL : dbn
Motorik :

Kekuatan : 5 4
5 4
Pergerakan : n
n
Tonus : n n
n n
RF : n n
↑ ↑
RP : - -
- +

Sensoris : hemihipestesi sinistra


Otonom : BAB : dbn
BAK : dbn
A : hemiparese duplex + loss of
vision e.c Meningioma
31-10-16 S : nyeri kepala (+) menurun, R/ 1. RL 20 tpm
td : 100/80 penglihatan menurun, lemah 2. Ranitidin 1ap/12j/iv
n : 80x seluruh tubuh, susah duduk dan 3. Dexamethasone
p : 20x berjalan, mual (+), muntah (+) 1ap/8j/iv

12
s : 36°C Riwayat trauma (+) sekitar 5 tahun 4. Piracetam 3gr/8j/iv
yang lau. Riwayat DM (-), Riwayat 5. PCT tab 3x1
HT (-), riwayat kolesterol dan asam 6. Neurodex tab 2x1
urat (+) 7. simvastatin 20gr 1x1
O:
Gcs : E4M6V5
FKL : dbn
NnCr : pupil bulat isokor 2,5 mm
Rcl : +/+ Rctl : +/+
NnCrL : dbn
Motorik :
Kekuatan : 5 4
5 4

Pergerakan : n
n
Tonus : n n
n n

RF : n n
↑ ↑

RP : - -
- +
Sensoris : hemihipestesi sinistra
Otonom : BAB : dbn
BAK : dbn
A : hemiparese duplex + loss of
vision e.c Meningioma
2-11-16 S : nyeri kepala (+) menurun, 1. RL 20 tpm
td : 110/70 penglihatan menurun, sudah bisa 2. Ranitidin 1ap/12j/iv
n : 82x duduk dan, mual (-), muntah (-) 3. Dexamethasone
p : 20x Riwayat trauma (+) sekitar 5 tahun 1ap/8j/iv
s : 36°C yang lau. Riwayat DM (-), Riwayat 4. Piracetam 3gr/8j/iv
5. PCT tab 3x1

13
HT (-), riwayat kolesterol dan asam 6. Neurodex tab 2x1
urat (+) 7. simvastatin 20gr 1x1
O:
Gcs : E4M6V5
FKL : dbn
NnCr : pupil bulat isokor 2,5 mm
Rcl : +/+ Rctl : +/+
NnCrL : dbn
Motorik :
Kekuatan : 5 4
5 4
Pergerakan : n
n
Tonus : n n
n n
RF : n n
↑ ↑
RP : - -
- +
Sensoris : hemihipestesi sinistra
Otonom : BAB : dbn
BAK : dbn
A : hemiparese duplex + loss of
vision e.c Meningioma
4-11-16 S : nyeri kepala (+) menurun, 1. RL 20 tpm
td : 110/80 penglihatan menurun, sudah bisa 2. Ranitidin 1ap/12j/iv
n : 80x duduk dan, mual (-), muntah (-) 3. Dexamethasone
p : 20x Riwayat trauma (+) sekitar 5 tahun 1ap/8j/iv
s : 36°C yang lau. Riwayat DM (-), Riwayat 4. Piracetam 3gr/8j/iv
HT (-), riwayat kolesterol dan asam 5. PCT tab 3x1
urat (+) 6. Neurodex tab 2x1
O: 7. simvastatin 20gr 1x1
Gcs : E4M6V5
FKL : dbn

14
NnCr : pupil bulat isokor 2,5 mm
Rcl : +/+ Rctl : +/+
NnCrL : dbn
Motorik :
Kekuatan : 5 4
5 4
Pergerakan : n
n

Tonus : n n
n n

RF : n n
↑ ↑

RP : - -
- +

Sensoris : hemihipestesi sinistra


Otonom : BAB : dbn
BAK : dbn
A : hemiparese duplex + loss of
vision e.c Meningioma

15
BAB III
DISKUSI KASUS

TEORI KASUS
Faktor risiko pada meningioma:
Riwayat trauma pada kepala, riwayat Pasien adalah laki-laki 30 tahun. Pasien
paparan zat-zat kimia terutama daerah mengeluh nyeri kepala, dengan penglihatan
kepala, paparan radiasi juga merupakan yg menurun, lemah seluruh tubuh, terutama
factor resiko terjadinya tumor. Factor pada bagian lengan dan kaki kiri
hormone dan neurofibromatosis tipe 2 juga
merupakan bagian dari factor resiko.
1.
GEJALA KLINIS Pada pasien ini dijumpai nyeri kepala yang
Gejala klinis yang sering ditemukan pada diderita mulai sekitar 2 tahun lalu,
kasus meningioma antara lain sakit kepala, penglihatan menurun sekitar 1 tahun lalu,
perubahan kepribadian, bingung, dengan lemah pada seluruh tubuh kurang
kelemahan pada lengan atau kaki, gangguan lebih 5 bulan terakhir, lemah terutama

16
keseimbangan, kejang dan menyebabkan dirasakan pada tangan dan kaki kiri, disertai
masalah pada penglihatan. gangguan penglihatan

1.

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan: Tes Babinski (+) tes Chaddock (+)
1. Gambaran klinik
Pada pemeriksaan CT Scan kepala
2. Pemeriksaan Fisik
didapatkan :
3.Pemeriksaan Penunjang
a) Dengan pemeriksaan Pemeriksaan CT Scan Tampak massa extra axial heterogen yang
kepala ditemukan : dominan hiperdens dengan lesi hipodens
- Tampak massa extra axial heterogen yang didalamnya kemungkinan zona nekrotik,
dominan hiperdens dengan lesi hipodens batas tegas, tepi reguler, disertai perifokal
didalamnya kemungkinan zoa nekrotik, edema, kesan berasal dari lapisan menings
batas tegas, tepi reguler, disertai perifokal region parietalis. Massa menyebabkan mid
edema, kesan berasal dari lapisan menings lie shift kekiri dan mendesak serta
region parietalis. Massa menyebabkan mid menyempitkan ventrikel lateralis terutama
lie shift kekiri dan mendesak serta kanan.
menyempitkan ventrikel lateralis terutama
kanan.
- tampak destruksi pada os parietalis
dekat massa
- sulcy dan gyri kesan obilateral
-ruang subarachnoid kesan
menyempit
- Pons, CPA dan cerebellum baik
- sinus paranasalis lainnya dan
aircell mastoid baik
- bulbus oculi dan ruang retrobulber
normal
- tulang – tulang intak

17
Kesan: - sugestif malignant
meningioma disertai destruksi os
parietalis

PENATALAKSANAAN
Operasi Pasien ini telah diberikan :
 Ivfd RL 20 tpm
Bila memungkinkan, operasi adalah
 Neurodex tab 2x1
pengobatan utama untuk meningioma.
 Paracetamol tab 2x1
Dalam banyak kasus, meningioma dihapus
 Ranitidine 1gr/12 jam
sepenuhnya tanpa perawatan lebih lanjut.
 Piracetam 3gr/8 jam
Jika dokter bedah tidak dapat mengangkat
tumor sepenuhnya, akan dilakukan  Dexamethasone 1amp/8 jam

radioterapi untuk menyingkirkan sel-sel  Simvastatin 20gr 1x1

yang tersisa.

Radioterapi

Pengobatan radioterapi menggunakan sinar


berenergi tinggi untuk menghancurkan sel-
sel tumor. Jenis radiotherapy dan lamanya
proses terapi akan ditentukan oleh dokter.
Radioterapi dapat digunakan pada
meningioma jinak yang tidak dapat
sepenuhnya dihapus dan setelah operasi
untuk mengurangi kemungkinan dari
meningioma akan aktif kembali.

Perawatan untuk mengontrol gejala

Steroid membantu mengurangi


pembengkakan di sekitar tumor. akan
diberikan setelah operasi atau radioterapi.
Beberapa efek samping termasuk gangguan
pencernaan, berat badan, gelisah, agitasi dan
gangguan tidur. Jika terjadi kejang akan
18
diberikan antikonvulsan untuk mengurangi
resiko kejang.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Buku ajar neurologi klinis 2011. Gajah Mada University


2. American brain tumor association “meningioma”. www.abta.org (diakses pada
tanggal 31-10-2016)
3. Ulrich Roelcke. Prognostic Factors in Meningioma. Eur assoc neurooncol mag
2013
4. Joseph Wiemels • Margaret Wrensch •Elizabeth B. Claus. Epidemiology and etiology
of meningioma. J Neurooncol (2010)
5. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep klinis Proses- proses
Penyakit. Jakarta EGC 2005.
6. F. Charles Brunicardi et. All. Schwartz`c Principples of Surgery. Edisi 9.

20

Anda mungkin juga menyukai