APENDIKSITIS

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN APENDIKSITIS


DI RUANG DAHLIA
RS WIJAYA KUSUMA

PERIODE TANGGAL 28 APRIL – 4 MEI 2019

Oleh:

NAMA : PINGKAN MAULIDA YULIA HAPSARI


NIM : 172303101080

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA
TANGGAL ................................. 2019

MAHASISWA

..................................................
NIM. ......................................

MENGETAHUI,
PEMBIMBING KLINIK PEMBIMBING AKADEMI

....................................................... .......................................................
NIP. .............................................. NIP. ..............................................

KONSEP PENYAKIT
A. Definisi
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi),
melekat pada sekum tepat dibawah katup ileosekal. Apendiks mengosongkan diri secara
teratur kedalam sekum. Karena tidak aktif dan lumennya kecil, apendiks cenderung tersumbat
dan terutama rentan terhadap infeksi (Smeltzer, 2002).
Apendisitis merupakan penyakiti bedah minor yang sering terjadi di usia remaja dan
dewasa muda. Kejadian ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat
dalam menu sehari-hari (Linseth, 2005).
Appendictomy merupakan peningkatan apendiks terinflamasi, dapat dilakukan pada
pasien rawat jalan dengan menggunakan pendekatan endoskopis. Adanya perlengketan
multipel, posisi reteroperitonial dari apendiks atau robek perlu dilakukan pembukaan
(Doengoes, 2000).

B. Etiologi
Apendiksitis menurut (Sjamsuhidayat, 2004) merupakan infeksi bakteri yang disebabkan
karena adanya obstruksi atau penyumbatan akibat :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid
b. Adanya fabilit dalam lumen apendiks
c. Tumor appendiks
d. Adanya benda asing seperti cacing askariasis
e. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica

C. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
Apendisitis disebabkan oleh adanya penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, febilit, benda asing, struktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya
atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa
mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas
dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema. Pada saat itulah terjadi apendiks akut lokal yang ditandai oleh nyeri
epigastrium. Bila sekresi mukus terus berlanjut tekanan terus meningkat, hal tersebut
menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah dan bakteri menembus dingin peradangan
yang timbul meluas dan mengenai perinonium.
Sehingga menimbulkan nyeri daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut apendisitis akut.
Bila aliran arteri terganggu maka akan terjadi infark dinding apendik yang diikuti dengan
gangren, stadium ini disebut dengan apendiks gangrenosa. Bila dinding rapuh maka terjadi
apendiksitis perforasi.
Bila semua berjalan lambat, usus yang berdekatan akan bergerak kearah apendiks
hingga timbul suatu massa lokal disebut infiltrat. Peradangan apendiks dapat menjadi abses
atau bisa menghilang (Willson, 2005).

2. Pathway
Fekalit, bolus ascaris, benda asing, jaringan parut
Obstruksi pada lumen apendiks

Ketidakseimbangan antara Migrasi bakteri dari kolon


produksi, ekresi mukus ke Apendiks

Peningkatan intra abdomen

Arteri terganggu Aliran limfe Obstuksi vena


terhambat

Infark pada usus Edema dan


Edema intralumen
Nekrosis
Nyeri akut pada Inflamasi pada
epigastrium dinding
Gangren pada Apendiks Mekanisme
Apendiks kompensasi
Inflamasi
peritonium Mual, muntah
Cemas
Peningkatan
Pembedahan Absorbsi leukosit dan
Kurang makanan tidak suhu tubuh
pengetahuan adekuat
Luka insisi post
bedah Hipertermi
Resiko Nutrisi
kurang dari
Resiko infeksi
kebutuhan tubuh

Nyeri Resiko
ekstremitas kekurangan
volume cairan
Intoleransi
aktivitas

D. Manifestasi Klinis
Gejala khas yang didasari olrh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda
setempat. Nyeri terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney
bila dilakukan tekanan. Nyeri tekan derajatnya tidak bergantung pada beratnya infeksi
khususnya pada adanya infeksi yang menyebabkan konstipasi. Bila apendiks melingkar di
belakang sekum, nyeri terasa pada bagian lumbal bila tanda-tanda terdapat pada pelvis akan
diketahui ketika dilakukan pemeriksaan fisik.
Nyeri pada defekasi menunjukkan ujung apendiks dekat dengan kandung kemih/ureter.
Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum terjadi. Tanda rousing dapat timbul dengan
melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri. Apabila
apendiks telah ruptur nyeri dapat lebih menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus
paralitik dan kondisi pasien memburuk (Smeltzer, 2002).

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnesa ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lain. Pemeriksaan menurut Bela
(2002) antara lain :
1. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi pada foro tidak dapat menolong untuk menegakkan apendisitis akut
kecuali bila terjadi peritonitis tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut :
a. Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan
b. Kadang ada fecolit (sumbatan), pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Leuokosit ringan umumnya apendisitis sederhana lebih dari 13.000/mm3 umumnya pada
apendisitis perforasi, tidak adanya leukosit tidak menyingkirkan apendisitis.
b. Pemeriksaan urin
Sediment dapat normal atau terdapat leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila
apendiks yang meradang menempel menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan
leukosit meningkat sebagai respons fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap
mikroorganisme yang menyerang.
Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis yang lebih tinggi lagi. Hb
(hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
apendisitis infiltrat. Urine retina penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
3. Pemeriksaan Lain
a. Lokalisasi
Jika sudah terjadi perforasi nyeri terjadi pada seluruh perut, terapi paling nyeri terletak
pada titik Mc. Burney
b. Test Rectal
Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan merasa nyeri pada daerah
prolitotomi

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut (Mansjoer, 2002) :
1. Sebelum operasi
a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
b. Pemasangan katether untuk kontrol produksi urin
c. Rehidrasi
d. Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberkan secara intravena
e. Obat-obatan penurun panas sebagai anti menggigil, largaktis untuk membuka pembuluh
darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai
f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi
2. Operasi
a. Apendiktomi
b. Apendiks diobati dengan antibiotika IV, massa mungkin mengecil atau abses dibuang
yang mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi
dilakukan bila abses dilakukan operasi selektif sesudah 6 minggu – 3 tahun
3. Pasca operasi
a. Observasi TTV
b. Angkat sonde lambung jika pasien sudah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat
dicegah
c. Baringkan pasien dalam kondisi semui fowler
d. Pasien dikatakan baik jika 12 jam tidak terjadi gangguan
e. Bila tindakan operasi besar, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus normal kembali
f. Berikan minum 15/ml jam selama 4-5 jam lalu makan 30ml/jam
g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan duduk 20-3- menit
h. Pada hari ke-7 jahitan dapat diangkat
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat
ditempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak,
lebih-lebih jika merasa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit
perut. Pembedahan dilakukan segera bila demam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa
peritonitis umum
Dan sebaiknya, pembedahan dilakukan sesegera mungkin setelah klien dipersiapkan,
karena dikhawatirkan terjadi abses. Persiapan dan pembedahan dilakukan sebaik-baiknya
mengingat penyakit infeksi luka lebih tinggi.

G. Komplikasi
Komplikasi utama apendiksitis adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang
menjadi peritonitis atau abses. Insidens perforasi adalah 10% - 30%. Insidens lebih sering
pada anak-anak dan lansia. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala
mencakup demam dengan demam suhu 37,7oC atau lebih tinggi, penampilan toksik dan nyeri
atau nyeri tekan abdomen yang kontinu
Sedangkan menurut Hartman dalam Nelson 1994, komplikasinya dapat sebagai berikut :
1. Perforasi
2. Peritonitis
3. Infeksi luka
4. Abses intraabdomen
5. Obstruksi intestinum

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian 10 pola Gordon :
1. Pengkajian persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pandangan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pentingnya kesehatan bagi pasien dan
keluarga.
2. Pola tidur dan istirahat
Insisi pembedahan dapat menimbulkan nyeri yang sangat sehingga dapat mengganggu pola
tidur.
3. Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien dengan apendiktomi biasanya terjadi pembatasan aktivitas akibat nyeri/luka
post operasi.
4. Pola hubungan dan peran
Dengan keterbatasan penderita tidak bisa menjaga emosi (tidak stabil).
5. Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan apendiktomi merasakan nyeri pada abdomen kuadran kanan bawah.
6. Pola penanggulangan stress
Kebiasaan pasien yang digunakan untuk memecahkan masalah.
7. Pola eliminasi
Terjadi penurunan daya kontraksi kandung kemih.
8. Pola nutrisi dan metabolik
Pasien biasanya mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat pembatasan makanan
minuman sampai fungsi abdomen normal.
9. Pola terhadap keluarga
Perawatan dan pengobatan memerlukan biaya yang banyak harus ditanggung sehingga
muncul rasa cemas.
10. Pola nilai dan kepercayaan
Bagaimana keyakinan pasien terhadap agamanya.

B. Prioritas Masalah Keperawatan (Sesuai dengan Pathway)


1. Nyeri Akut
2. Resiko Infeksi

C. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan 1 (Tuliskan judul masalah keperawatan sesuai prioritas di atas)
a. Definisi
Nyeri Akut
Pengalaman sensori dam emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial yang digambarkan sebagai kerusakan, awitan
tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat
diantisipasi atau prediksi dengan durasi <3 bulan.
b. Batasan karakteristik
- Perubahan selera makan
- Perubahan parameter fisiologis
- Perilaku distraksi
- Bukti nyeri dengan standar penilaian nyeri
- Perilaku ekspresif
- Ekspresi wajah nyeri
- Sikap tubuh melindungi
- Putus asa
- Fokus menyempit
- Perilaku protektif
- Laporan nyeri
- Dilatasi pupil
- Fokus pada diri sendiri
- Keluhan tentang intensitas skala nyeri
- Keluhan tentang karakteristik nyeri
c. Faktor yang berhubungan
Agens-agens penyebab cedera biologis, kimia, fisik.
d. Rencana tindakan
NOC NIC
1) Tujuan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara menyeluruh
Setelah dilakukan tindakan
meliputi lokasi, durasi, kualitas, keparahan
keperawatan diharapkan Nyeri
nyeri dan faktor pencetus nyeri.
berkurang. 2. Observasi ketidaknyamanan non verbal.
2) Kriteria hasil 3. Ajarkan teknik nonfarmakologi misal
- Nyeri berkurang/hilang
relaksasi, guide imajeri, terapi musik,
- Pasien rileks
distraksi.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien terhadpa
ketidaknyamanan misal suhu, lingkungan,
cahaya, kegaduhan.
5. Kolaborasi : pemberian analgetik sesuai
indikasi.
6. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan setelah
pembrian analgetik.

2. Masalah Keperawatan 1 (Tuliskan judul masalah keperawatan sesuai prioritas di atas)


a. Definisi
Risiko Infeksi
Rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang mengganggu
kesehatan.
b. Batasan karakteristik
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
.................................................................................................................................................
c. Faktor yang berhubungan
- Gangguan penstaksis
- Gangguan integritas kulit
- Vaksinasi tidak adekuat
- Kurang pengetahuan
- Malnutrisi
- Obesitas
- Merokok
- Statis cairan tubuh
d. Rencana tindakan
NOC NIC
3) Tujuan 1. Monitor tanda-tanda infeksi
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi tanda dan gejala infeksi
3. Cuci tangan 6 langkah
keperawatan diharapkan klien
4. Kolaborasi pemberian analgesik dan antibiotik
terhindar dari tanda gejala infeksi.
4) Kriteria hasil
- Terbebas dari tanda dan gejala
infeksi
- Mengidentifikasi status
pernapasan, imun dalam batas
normal
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L, J., 2000. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. 10th ed. Jakarta: EGC.
Doengoes, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
Linseth, 2005. Gangguan Usus Halus Dalam Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A., 2002. Askariasis. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.
Sjamsuhidayat, 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.
Smeltzer, B.&., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Willson, P., 2005. Proses Penyakit. 6th ed. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai