Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN TUTORIAL

Makassar,6 Mei 2013

MODUL KEPUTIHAN
SISTEM REPRODUKSI

Pembimbing : Dr Indria Sari


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 8A

1. Ratih Nurani 1102100102


2. Ikhsan Ramadhan 1102100103
3. Radiatul Indatil 1102100040
4. Nabiella Ullywafira 1102100122
5. Sartika Steffany Putri 1102100064
6. Muthia Rachma 1102100046
7. Hardiyanti 1102100123
8. M.Taufan 1102100044
9. April Yani 1102100072
10. Fadhila Rianty 1102100049

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2013
KEPUTIHAN

Skenario
Seorang wanita,usia 22 tahun, PIA0, datang ke puskesmas deluhan keputihan
sejak 2 bulan lalu. Cairan yang keluar dari vagina berwarna putih dan
menggumpal disertai gatal dan kemerahan di daerah sekitar kemaluan. Saat ini
menggunakan kontrasepsi suntikan 12 minggu.
Kata Sulit

1. Keputihan: Istilah medisnya disebut Fluor albus (fluor=cairan kental,


albus=putih) atau Leukorhoea, secara umum adalah keluarnya cairan kental
dari vagina yang bisa saja terasa gatal, rasa panas atau perih, kadang
berbau, atau malah tidak merasa apa-apa.
2. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah/menghalangi
dan konsepsi yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dan
sperma. Sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilansebagai
akibat pertemuan antara sel telur dan sperma.

Kata Kunci
1. Wanita 22 tahun PIAo
2. Keputihan 2 bulan yang lalu
3. Cairan berwarna putih dan bergumpal
4. Gatal dan kemerahan disekitar kemaluan
5. Menggunakan kontrasepsi suntikan 12 minggu

Pertanyaan
1. Jelaskan anatomi dan histologi berdasarkan skenario?
2. Apa saja yang menjadi etiologi keputihan yang patologis?
3. Jelaskan mikroorganisme yang menyebabkan keputihan?
4. Bagaimana patofisiologi keputihan,gatal,dan merah disekitar vagina?
5. Bagaimana hubungan kontrasepsi dan keputihan?
6. Jelaskan perbedaan keputihan fisiologis dan patologis?
7. Jelaskan langkah-langkah diagnosis?
8. Jelaskan DD?
9. Jelaskan penanganan keputihan berdasarkan perspektif islam?
JAWABAN:

1. Jelaskan anatomi dan histologi berdasarkan skenario?

A. ANATOMI ORGAN YANG TERKAIT1

UTERUS

Uterus berbentuk seperti buah advokat atau buah peer yang sedikit gepeng kea rah
muka belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.
Dindingnya terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7–7,5 cm,
lebar di atas 5, 25 cm, tebal 2,5 cm dan tebel dinding uterus adalah 1,25 cm.
Bentuk dan ukuran uterus sangat berbeda-beda, tergantung pada usia dan pernah
melahirkan anak atau belumnya. Terletak di rongga pelvis antara kandung kemih
dan rectum. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah anteversiofleksio
(serviks ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri).
Bagian-bagian uterus terdiri atas :
1. Fundus uteri, adalah bagain uterus proksimal di ats muara tuba uterina
yang mirip dengan kubah , di bagian ini tuba Falloppii masuk ke uterus.
Fundus uteri ini biasanya diperlukan untuk mengetahui usia/ lamanya
kehamilan
2. Korpus uteri, adalah bagian uterus yang utama dan terbesar. Korpus uteri
menyempit di bgaian inferior dekat ostium internum dan berlanjut sebagai
serviks. Pada kehamilan, bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai
tempat janain berkembang. Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut
kavum uteri ( rongga rahim ).
3. Serviks uteri, serviks menonjol ke dalam vagina melalui dinding
anteriornya,dan bermuara ke dalamnya berupa ostium eksternum. Serviks
uteri terdiri dari : Pars vaginalis servicis uteri yang dinamakan porsio dan
Pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas
vagina
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikal berbentuk sebagai
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks, berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum
reminis. Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum dan
pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum. Secara histologis, dinding uterus
terdiri atas :
1. Endometrium ( selaput lendir ) di korpus uteri
Endometrium terdiri atas epitel pubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah. Endometrium terdiri atas epitel selapis silindris,
banyak kelenjar tubuler bersekresi lendir. Dua pertiga bagian atas kanal servikal
dilapisi selaput lendir dan sepertiga bawah dilapisi epitel berlapis gepeng,
menyatu dengan epitel vagina.Endometrium melapisi seluruh kavum uteri dan
mempunyai arti penting dalam siklus haid. Endometrium merupakan bagian
dalam dari korpus uteri yang membatasi cavum uteri. Pada endometrium terdapat
lubang-lubang kecil yang merupakan muara-muara dari saluran-saluran kelenjar
uterus yang dapat menghasilkan secret alkalis yang membasahi cavum uteri.
Epitel endometrium berbentuk seperti silindris.
2. Myometrium / Otot-otot polos
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman, lapisan ini paling kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh
darah yang berada di sana. Myometrium merupakan bagian yang paling tebal.
Terdiri dari otot polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mnedorong
isinya keleuar saat persalinan. Di antara serabut-serabut otot terdapat pembuluh-
pembuluh darah, pembuluh lympa dan urat saraf. Otot uterus terdiri dari 3 bagain:
a. Lapisan luar, yaitu lapisan seperti kap melengkung melalui fundus menuju
ke arah ligamenta
b. Lapisan dalam, merupakan serabut-serabut otot yang berfungsi sebagai
sfingter dan terletak pada ostium internum tubae dan orificium uteri
internum
c. Lapisan tengah, terletak antara ke dua lapisan di atas, merupakan anyaman
serabut otot yang tebal ditembus oleh pembuluh-pembuluh darah. Jadi,
dinding uterus terutama dibentuk oleh lapisan tengah ini.
3. Perimetrium , yakni lapisan serosa / terdiri atas peritoneum viserale yang
meliputi dinding uterus bagian luar. Ke anterior peritoneum menutupi
fundus dan korpus, kemudian membalik ke atas permukaan kandung kemih.
Lipatan peritoneum ini membentuk kantung vesikouterina. Ke posterior,
peritoneum menutupi menutupi fundus, korpus dan serviks, kemudian
melipat pada rektum dan membentuk kantung rekto-uterina. Ke lateral,
hanya fundus yang ditutupi karena peritoneum membentuk lipatan ganda
dengan tuba uterina pada batas atas yang bebas. Lipatan ganda ini adalah
ligamentum latum yang melekatkan uterus pada sisi pelvis.

Gambar 1. Rongga Pelvis


Dari Kepustakaan 1

Uterus sebenarnya terapung dialam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan
ligamenta yang menyokongnya, sehingga terfiksasi dengan baik. Ligamenta yang
memfiksasi uterus adalah ( Ilmu Kebidanan ):
1. Ligamentum kardinale sinistrum et dekstrum ( Mackenrodt ) yakni
ligamentum yang trepenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri
atas jaringan ikat tebal dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah
lateral dinding pelvis.
2. Ligamentum sakro- uterinum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum
yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang, kiri dan kanan, kea rah os sacrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang
menhaan uterus dalam antefleksi dan berjalan dari sudut fundus uteri kiri
dan kanan, ke daerah inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-
kadang terasa sakit di daerah inguinal pada waktu berdiri cepat karena
uterus berkontraksi kuat dan ligamentum rotundum menjadi kencang serta
mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan ia pun terba
kencang dan terasa sakit bila dipegang.
4. Ligamentum latum sinistrum et dekstrum, yakni ligamentum yang
meliputi tuba, berjalan dari uterus kea rah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah bagian dari peritoneum
viserale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan berbentuk sebagai
lipatan. Di bagian dorsal, ligamentum ini ditemukan indung telur (
ovarium sinistrum et dekstrum ). Untuk memfiksasi uterus, ligamentum
latum ini tidak banyak artinya.
5. Ligamentum infundibulo-pelvikum, yakni ligamentum yang menahan tuba
Falloppii berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya
ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarica.
Gambar 1. Uterus
Dari Kepustakaan 1

VAGINA
Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di
belakng kandung kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna
di vestibulum di antara labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri,
vagina condong ke arah belakang.Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas
dan bawah. Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen
memeprtahankan keasaman. Apabila pH naik > 5, insiden infeksi vagina
meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina mempertahnakan kebersihan
relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke vagina dalam lingkaran
normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.
Secara anatomis vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa,
muskularis dan adventisia. Mukosa pada vagina berikatan kuat dengan lapisan
muskularis. Di lapisan epithelial mukosa terdapat 2 lipatan utama longitudinal.
Salah satunya di anterior sedangkan sisanya di posterior. Masing-masing lipatan
ini membentuk lipatan-lipatan yang lebih kecil yang meluas secara transversal
pada vagina dengan kedalaman lipatan yang berbeda-beda. Lipatan-liptaan ini
berkembang baik ketika seorang wanita belum pernah melahirkan.
OVARIUM
Ovarium homolog dengan testis pada pria. Ovarium berbentuk oval dan terletak
pada dinding panggul bagian lateral yang disebut fossa ovarium. Ovarium ada dua
yaitu terletak di kiri dan kanan uterus. Ovarium dihubungkan oleh ligamentum
ovarii propium dan dihubungkan dengan dinding panggul dengan perantara
ligamentum infundibulo pelvikum.
Fungsi ovarium adalah sebagai berikut:
1. Mengeluarkan hormon progesteron dan esterogen
2. Mengeluarkan telur setiap bulan
Ukuran ovarium sekitar 2,5-5 cm x 1,5-3 cm x 0,9-1,5 cm. Berat ovarium kurang
lebih 4-8 gram. Pada seorang wanita, terdapat 100.000 folikel primer. Folikel
tersebut setiap bulan akan matang dan keluar, terkadang dua folikel matang dan
keluar bersamaan. Folikel primer ini akan berkembang menjadi folikel sekunder
dan bila matang menjadi folikel tertier atau folikel de graaf. Folikel de graaf yang
matang terdiri atas: ovum, stratum granulosum, teka internus, dan teka eksternus.

Gambar 3. Ovarium
Dari Kepustakaan 1
TUBA FALOPII
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
sampai cavum uteri. Dinding tuba terdiri tiga lapisan: serosa, muskular
(longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars
interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan
fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada
setiap bagiannya (gambar).
1. Pars isthmica (proksimal/isthmus) Merupakan bagian dengan lumen
tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
2. Pars ampularis (medial/ampula) Tempat yang sering terjadi fertilisasi
adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik)
sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
3. Pars infundibulum (distal) Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae
abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae
berfungsi "menangkap" ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan
ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
4. Mesosalping Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium
pada usus).

Gambar 4. Tuba Fallopi


Dari Kepustakaan 1
B. HISTOLOGI 2
OVARIUM

- Epitel germinativum di bagian permukaan disusun oleh selapis sel kubis


- Tunika albuqinea merupakan lapisan berikutnya, disusun oleh jaringan
- ikat bercampur dengan stroma ovarium (jaringan stroma tampak banyak
mengandung sel)
- Lapisan berikutnya merupakan jaringan ikat yang lebih pada sel-selnya,
dimana merupakan stroma dari ovarium, mengandung folikel primer
dalam folikel tersebut nampak :
1. Oocyt yang terbesar (sel ovum), inti juga besar, terlentak eksentri (bahkan
sering tidak terlihat intinya )
2. Folikel II (sekunder) sudah mengandung zona pellucida. Zona pellucida
merupakan suatu lapisan homogen diantara oocyt dengan sel folikel.
3. Foliker III (folikel de graf) sudah mengandung antrum folikel : suatu ruang
agak besar berisi cairan
4. Ovum sekarang terletak di sudut pada suatu kelompok sel-sel folikel :
cumulus oophorus
5. Membrana granulosa (membrana granulosa) yaitu sisa-sisa sel-sel folikel
yang mengelilingi ruang cairan
6. Zona pellucida: suatu bagian yang jelas dikelilingi ovum
7. Corona radiata : sel-sel yang melekat pada ovum, menyerupai suatu cincin,
yang akan dilepaskan (ikut melepaskan diri) pada waktu ovulasi
8. Sel theca : sel-sel jaringan ikat sekitar folikel, ada 2 jenis:
 theca interna, langsung melekat pada sel-sel folikel dan
mengandung pembuluh darah
 theca eksternal, disebelah luarnya, lebih padat (fibreus)
mengandung sel-sel agak gepeng

Batas antara keduanya tidak jelas, hanya satu folikel dari sekian banyak folikel
yang akan menjadi matang (folikel de graf) yang kemudian dilepaskan pada saat
ovulasi. Yang sisa akan mengalami regresi menjadi folikel atretika. Oocyt
mengalami degenerasi, sel theca akan mengalami proliferasi, sekarang akan
menjadi jaringan parut, menyerupai struktur corpus luteum.

Gambar 5. Folikel III


Dari Kepustakaan 2

TUBA UTERINA

Tuba uterina (oviduct) menghubungkan uterus dengan ovarium, merupakan


tempat dimana fertilisasi dari ovum terjadi, tuba akan mengalami perubahan
struktur sesuai siklus haid, seperti halnya dengan uterus. Diameter tuba berbeda-
beda pada beberapa tempat, demikian halnya dengan banyaknya lipatan-lopatan
mukosanya. Umumnya lipatan lebih banyak didaerah infundibulum, dan
berkurang atau sangat sedikit dengan uterus (isthmus). Saluran yang paling sempit
terdapat di isthmus , 2/3 bagian yang terluas adalah : ampulla. Pada ujung
infundibulum terdapat ujung-ujung yang berlipat-lipat: fimbriae. Gambar
potongan melintang melalui suatu ampulla :

- Epitel selapis torak dengan sel-selnya ada yang bersilia, ada juga yang
tanpa cilia
- Yang bercilia : intinya bundar, sitoplasma jernih dan cilianya jelas
- Yang tidak bercilia : peg cells mempunyai inti yang lonjong
- Lamina propria penuh pembuluh darah, ikut membentuk lipatan
mukosatidak mengandung muskularis mukosa
- Muskularis ada 2 lapisan, namun, namun sangat tipis dan batas-batas
keduanya belum jelas
- Adventisia: suatu anyaman penyambung jarang

Gambar 6. Oviduct
Dari Kepustakaan 2

UTERUS (AUFBAU + PROLIFERASI)

Uterus adalah suatu organ yang akan menampung janin. Lapisan endometrium
mengalami perubahan struktur sesuai siklus haid.

Dan bila terjadi suatu kehamilan , lapisan endometrium ini bersama jonjot koiron
akan membentuk : plasenta

- Mukosa, yaitu membran mukosa uterus


- Epitel adalah selapis torak, berwarna agak kebirubirauan
- Lamina propria banyak mengandung kelenjar uterus, berbentuk panjang,
lurus, lumennya mempunyai batas yang jelas
- Myometrium merupakan suatu lapisan otot polos dalam uterus. Arah
lapisan otot kurang jelas, demikian juga batas-batasnya
- Perimetrium, suatu anyaman penyambung jarang, mempunyai pembuluh
darah yang mempunyai dinding tidak lapisan dinding biasa, suatu
pembuluh darah

UTERUS (umbau)

Dalam stadium umbau (proliferasi) mempunyai :

a. Endometrium yang agak jelas


b. Epitelnya serupa dengan tuba uterina
c. Kelenjar uterus banyak, dalam sediaan nampak potongan lebar
mengandung sekret didalamnya
d. Epitel dari kelenjar ialah torak tinggi

Gambar 7. Uterus
Dari Kepustakaan 2

VAGINA
Vagina memiliki 3 lapisan yakni lapisan mukosa, muskularis dan adventisia.
Mukosa pada vagina berikatan kuat dengan lapisan muskularis. Di lapisan
epithelial mukosa terdapat 2 lipatan utama longitudinal. Salah satunya di anterior
sedangkan sisanya di posterior. Masing-masing lipatan ini membentuk lipatan-
lipatan yang lebih kecil yang meluas secara transversal pada vagina dengan
kedalaman lipatan yang berbeda-beda. Lipatan-liptaan ini berkembang baik ketika
seorang wanita belum pernah melahirkan. Secara histologis, epitel yang terdapat
pada vagina adalah epitel squamosa tidak bertanduk.

Gambar 8. Vagina
Dari Kepustakaan 2

2. Etiologi3
Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada
daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan
anterior vagina.
Fluor albus fisiologik ditemukan pada :
a). Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
b) Menjelang atau setelah haid.
c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebelum dan pada waktu koitus,
disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini
berkaitan dengan kesiapan vagina untuk menerima penetrasi pada
senggama.
d) Ovulasi, sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer.
e) Kehamilan
f) Stres, kelelahan
g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal
h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita
dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis
uteri.
Pada keputihan patologis :
1). Infeksi
a. Jamur
Keputihan yang disebabkan oleh infeksi jamur Candida albicans umumnya dipicu
oleh faktor dari dalam maupun luar tubuh seperti Pemakaian pil KB, Obat-obatan
tertentu seperti steroid, antibiotic, daya tahan tubuh rendah, Iklim, panas,
kelembaban. Sekret yang keluar biasanya berwarna putih kekuningan, seperti
kepala susu (cottage cheese), berbau khas dan menyebabkan rasa gatal yang hebat
pada daerah intim-vulva dan sekitarnya sehingga disebut vulvovaginitis. Rasa
gatal sering merupakan keluhan yang dominan dirasakan.
b. Bakteri
Pada vagina terdapat flora normal yang terdiri dari bakteri ”baik” yang
berfungsi dalam keseimbangan ekosistem sekaligus menjaga keasaman / pH yang
normal serta beberapa bakteri lain dalam jumlah kecil seperti Gardnerella
vaginalis , mobiluncus, bacteroides dan Mycoplasma hominis.
Beberapa keadaan seperti kehamilan, penggunaan spiral / IUD (intra
uterine device), hubungan seksual, promiskuitas dapat memicu
ketidakseimbangan flora normal vagina dimana pertumbuhan bakteri ”jahat”
menjadi berlebihan. Keputihan yang disebabkan oleh bakteri Gardnerella dsb
disebut sebagai bacterial vaginosis / BV. Sebanyak 50% dari wanita dengan
bacterial vaginosis bersifat asimtomatik yaitu tidak memberikan gejala yang
berarti.
Keputihan biasanya encer, berwarna putih keabu-abuan dan berbau amis
(fishy odor). Bau tercium lebih menusuk setelah melakukan hubungan seksual dan
menyebabkan darah menstruasi berbau tidak enak. Jika ditemukan iritasi daerah
vagina seperti gatal biasanya bersifat lebih ringan daripada keputihan yang
disebabkan oleh Candida albicans atau Trichomonas vaginalis.
c. Parasit
Infeksi parasit Trichomonas vaginalis termasuk dalam golongan penyakit menular
seksual (PMS) karena penularan terutama terjadi melalui hubungan seksual
namun juga dapat melalui kontak dengan perlengkapan mandi, bibir kloset yang
telah terkontaminasi.Keputihan berupa sekret berwarna kuning-hijau, kental,
berbusa dan berbau tidak enak (malodorous). Kadang keputihan yang terjadi
menimbulkan rasa gatal dan iritasi pada daerah intim.

2). Iritasi :
Yang menyebabkan iritasi seperti sperma, pelicin, kondom, sabun, cairan
antiseptic untuk mandi., pembersih vagina, celana yang ketat dan tidak menyerap
keringat kertas tisu toilet yang berwarna.

3) Tumor atau jaringan abnormal lain


Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat
gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel
bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi
pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah
untuk memberikan makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut.

Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau
busuk akibat terjadinya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai
adanya darah yang tidak segar.

4). Benda asing


Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita
dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara
berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi
infeksi penyerta dari flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul fluor
albus.
e) Radiasi
f) Fistula
g) Penyebab lain :
1. Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik
2. Tidak diketahui : “ Desquamative inflammatory vaginitis”

3. Mikroorganisme yang menyebabkan keputihan3

Yang menyebabkan keputihan patologis


a) Infeksi
a. Bakteri:
1. Gonococcus
Penyebab Gonococcus adalah coccus gram negative “Neisseria gonorrhoeae”
ditemukan oleh Neisser in 1879. Famili Neisseriacea meliputi spesies Neisseria dan
Moraxella catarrhalis seperti acinetobacter dan kingella serta spesies moraxella
lainnya. Neisseria adalah cocci gram negatif yang biasanya berpasangan.
Neisseria gonorrhoeae (gonococci) dan neisseria meningtidis (meningococci)
adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung atau di dalam
sel polimorfonuklear. Beberapa neisseriae berhabitat di saluran pernafasan
manusia, jarang menimbulkan penyakit dan terjadi secara ekstraseluler.
Gonococci dan meningococci saling berhubungan erat, dengan 70 % DNA
homolog, dan dapat dibedakan melalui beberapa tes laboratorium dengan ciri-ciri
spesifik: meningococci memiliki kapsul polisakarida sedangkan gonococci tidak,
dan meningococci jarang memiliki plasmid dimana kebanyakan gonococci
memilikinya. Yang paling penting, kedua spesies tersebut dapat dibedakan dengan
presentasi klinis dari penyakit yang disebabkannya: meningococci biasanya
ditemukan pada saluran pernafasan atas dan menyebabkan meningitis, sementara
gonococci menyebabkan infeksi alat kelamin.

Ciri organisme: Secara umum ciri-ciri neisseriae adalah bakteri gram


negatif, diplokokus non motil, berdiameter mendekati 0,8 µm. Masing-masing
cocci berbentuk ginjal; ketika organisme berpasangan sisi yang cekung

Gambar 9. Morfologi Neisseria gonorrhoeae


Dari Kepustakaan 3

2. Gardanerrella vaginalis
Gardnerella adalah salah satu genus dari bakteri gram-variabel yang mana merupakan suatu
spesies. Gardnerella vaginalis dapat menyebabkan bacterial vaginosis pada wanita. Salah satu dari
spesies Haemophilus, tumbuh, berukuran kecil, sirkuler, koloni abu-abu, di bawah mikroskop
terlihat gram negative, namun sebenarnya memiiki dinding sel gram positive, dengan sel clue, sel
epitel yang menyelimuti bakteri. Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang
tidak spesifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal
dalam vagina karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel
epitel vagina dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell.
Pertumbuhan yang optimal pada pH 5.0-6.5. Gardanerrella menghasilkan asam
amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan bau amis seperti
ikan. Infeksi ini menyebabkan rasa gatal dan mengganggu. Warna cairan keabuan,
berair, berbuih dan bermau amis. bakteri ini juga dapat memicu munculnya
penyakit kelamin seperti sifilis dan gonorhea
Gambar 10. Morfologi Gardanerrella vaginalis
Dari Kepustakaan 3
3. Treponema Pallidum (= Spirochaeta pallida)
Ciri-ciri khas dari Treponema pallidum ini berbentuk spiral langsing,

berukuran lebar kira-kira 0,2 µm dan panjang 5-15 µm. Spiralnya melilit teratur

berjarak 1 µm satu sama lain. Organisme ini bergarak secara aktif, terus menerus

berputar mengelilingi sumbu panjangnya. Sumbu panjang spiral biasanya lurus

tetapi kadang-kadang dapat bengkok, sehingga pada suatu saat organisme ini

membentuk lingkaran lurus yang normal. Karena begitu tipis, mikroorganisme

ini tidak jelas terlihat, kecuali dengan penerangan lapangan gelap atau dengan

pewarnaan imunofluoresensi.

Gambar 11. Morfologi Treponema Pallidum


Dari Kepustakaan 3
b. Jamur
Candida albicans
Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah
atau seperti keju, dan sering disertai gatal, vagina tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu
(pseudohifa). Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemakai pil
kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan menderita penyakit jamur ini.
Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebagai
phenomena ping-pong.

Gambar 12. Morfologi Candida albicans


Dari Kepustakaan 3

c. Parasit
Trichomonas vaginalis
Parasit ini berbetuk lonjong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak
berputar-putar dengan cepat. Gerakan ini dapat dipantau dengan mikroskop. Cara
penularan penyakit ini dengan senggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan
melalui perlengkapan mandi, seperti handuk atau bibir kloset.
Gambar 13. Morfologi Trichomonas vaginalis
Dari Kepustakaan 3

d. Virus
1.Virus Herpes simpleks
Virus herpes yang paling sering > 95% adalah virus herpes simpleks tipe 2 yang
merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Namun 15-35% dapat
juga disebabkan virus herpes simpleks tipe 1. Pada awal infeksi tampak kelainan
kulit seperti melepuh seperti terkena air panas yang kemudian pecah dan
meimbulkan luka seperti borok. Pasien merasa kesakitan.

2. Human Papilloma Virus


.Human Papilloma Virus merupakan penyebab dari kondiloma akuminata.
Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutil-kutil yang kadang sangat banyak
dan dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar. Cairan di vagina
sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui senggama dengan
gambaran klinis menjadi lebih buruk bila disertai gangguan sistem imun tubuh
seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada pasien dengan
gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS.
4. Patomekanisme dari gejala9
Bila sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh mengalai cedera atau mati, selama
pejamu masih bertahan hidup, jaringan hidup di sekitarnya membuat suatu respon
mencolok yang disebut peradangan. Yang lebih khusus, peradangan adalah reaksi
vaskular yang menimbulkan pengiriman cairan, zat-zat terlarut, dan sel-sel dari
sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstsial di daerah cedera atau nekrosis.

Gambaran makroskopis peradangan digambarkan pada 2000 tahun lalu


dan masih dikenal sebagai tanda-tanda pokok peradangan; yang mencakup
kemerahan, panas, nyeri, dan pembengkakan. Pada abad terakhir ditambahkan
tanda pokok yang kelima, yaitu perubahan fungsi, atau fungsio laesa.

Rubor (kemerahan)

Rubor atau kemerahan, biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di


daerah yang mengalami peradangan. Seiring dengan dimulainya reaksi
peradangan, arteriol yang memasok darah tersebut berdilatasi sehingga
memungkinkan lebih banyak darah mengalir ke dalam mikrosirkulasi lokal.
Kapiler-kapiler yang sebelumnya kosong, atau mungkin hanya sebagian, secara
cepat terisi penuh oleh darah. Keadaan ini disebut hiperemi atau kongesti,
menyebakan kemerahan lokal pada peradangan akut. Tubuh mengotrol produksi
hiperemia pada awal reaksi peradangan, baik secara neurologis maupun kimiawi
melalui pelepasan zat-zat seperti histamin.

Patofisiologi Pruritus

Menurut Twcross, jenis penyebab pruritus dapat digolongkan menjadi:


1) Pruritoseptif
2) Neuropati
3) Neurogenik
4) Psikogenik
Gatal pruritoseptif adalah gatal yang berasal dari kulit dan terjadi akibat adanya
pruritogen, seperti kulit yang kering, terjadi inflamasi, serta terjadi kerusakan
kulit. Gatal neuropatik adalah gatal yang terjadi akibat terdapat lesi di jaras aferen
penghantaran impuls, seperti neuralgia dan gangguan serebrovaskuler. Gatal
neurogenik adalah gatal yang berasal dari pusat (sentral) tanpa disertai keadaan
patologis. Contohnya adalah sumbatan kantung empedu yang akan meningkatkan
kadar senyawa opioid yang akan memicu timbulnya pruritus. Sementara itu, gatal
psikogenik adalah gatal yang cenderung ditimbulkan akibat aktivitas psikologis
dan kebiasaan berulang. Misalnya, ketakutan terhadap parasit (parasitofobia)
dapat menyebabkan sensasi gatal.
Invasi mikrorganisme pada skenario dapat menyebabkan terjadinya cedera
dermal. Hal ini menghasilkan zat pruritogen salah satunya histamin 1. Histamin 1
inilah yang dapat memicu timbulnya gatal. Pruritogen menyebabkan ujung serabut
saraf C pruritoseptif teraktivasi. Ketika C-Fibers teraktivasi, transmitter akan
dilepaskan ke jaringan. Transmitter yang berperan adalah Substansi P, calcitonin
gene related peptide (CGRP) dan kalsitonin. Seperti yang kita ketahui substansia
P akan menyebabkan sel mast menghasilkan histamin, sehingga akan tersedia
lebih banyak histamin untuk memungkinkan C fiber menghantarkan impuls
sepanjang serabut saraf sensoris sampai pada ganglion dorsalis. Neuron yang
berperan dalam mekanisme gatal akan berpindah kontralateral pada medulla
spinalis yang berakhir pada thalamus lateral. Konduksi ini memiliki jalur
langsung menuju ventral medial nukleus dan medial dorsal nukleus pada
thalamus. Lalu impuls ini akan diproses di korteks serebri sehingga timbulah
suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk menggaruk
bagian tertentu tubuh.

5. Hubungan kontrasepsi dan keputihan


Mukosa vagina merupakan lapisan epitel berlapis gepeng yang tidak
memiliki kelenjar-kelenjar. Sel-sel pada lapisan luar menjadi pipih selama tahun-
tahun reproduktif dan dapat mengandung granula-granula keratohialin, namun
pertandukan sejati tidak terjadi. Sel-sel epitel vaginal seperti halnya jaringan lain
dan saluran reproduksi wanita, berespons terhadap perubahan kadar steroid-
steroid seks ovarium. Estrogen merangsang proliferasi dan pematangan sel-sel
epitel, menyebabkan mukosa vagina menebal dan kandungan glikogen epitel
menjadi meningkat. Glikogen ini kemudian difermentasikan menjadi asam laktat
oleh flora bakteria normal vagina, dan bertanggungjawab atas pH cairan vagina
yang agak asam. Perubahan-perubahan histologik dan sitologik epitel vagina
wanita selama siklus menstruasi normal nyaris tidak nyata jika dibandingkan
dengan perubahan-perubahan pada siklus estrus binatang pengerat.
Sedangkan pada Keputihan yang keluar dari vagina disebabkan oleh progesteron
sintetik merubah flora normal dan pH vagina, sehingga jamur dan
mikroorganisme patogen lain mudah tumbuh di dalam vagina dan menimbulkan
keputihan.

6. Perbedaan keputihan fisiologis dan patologis

Klasifikasi Keputihan4
1) Keputihan Fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri atas cairan yang kadang– kadang berupa mukus yang
mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedang pada keputihan
patologis terdapat banyak leukosit.
Dalam keadaan normal ada sejumlah sekret yang mempertahankan kelembaban
vagina yang mengandung banyak epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih.
Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak terlalu
kental, jernih, berwarna putih atau kekuningan jika terkontaminasi oleh udara,
tidak disertai rasa nyeri, dan tidak timbul rasa gatal yang berlebih.
Hal-hal yang menyebabkan terjadinya keputihan fisiologis antara lain bayi baru
lahir hingga berusia 10 hari yang disebabkan pengaruh hormon estrogen dari
ibunya, masa sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang, seorang wanita
yang mengalami gairah seksual, masa sekitar ovulasi karena adanya produksi
kelenjar-kelenjar pada mulut rahim, pada wanita hamil disebabkan karena
meningkatnya suplai darah ke vagina dan mulut rahim sehingga terjadi penebalan
dan melunaknya selaput lendir vagina, akseptor kontrasepsi pil dan IUD, serta
seorang wanita yang menderita penyakit kronik atau pada wanita yang mengalami
stress.
2) Keputihan Patologis
Pada keputihan patologis cairan yang keluar mengandung banyak leukosit. Tanda-
tanda keputihan patologis antara lain cairan yang keluar sangat kental dan berubah
warna, bau yang menyengat, jumlahnya yang berlebih dan menyebabkan rasa
gatal, nyeri serta rasa sakit dan panas saat berkemih. Faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya keputihan patologis antara lain benda asing dalam
vagina, infeksi vaginal yang disebabkan oleh kuman, jamur, virus dan parasit serta
tumor, kanker dan keganasan alat kelamin juga dapat menyebabkan terjadinya
keputihan.

Gejala keputihan
Gejala yang timbul pada keputihan bisa bermacam-macam
tergantung penyebabnya.Cairan yang, keluar bisa sedikit atau sedemikian
banyaknya sehingga memerlukan ganti celana dalam berulang kali atau bahkan
memerlukan pembalut.Warna cairan bisa kehijauan, kekuningan, keabu-abuan
atau jernih tanpa warna. Kekentalannya pun bervariasi, bisa encer, kental, berbuih
atau bergumpal kecil menyerupai susu (Dalimartha, 2002, p.2).
Keputihan juga bisa tanpa bau, namun bisa juga berbau busuk atau anyir yang
menyebabkan penderitanya menjadi stres dan rendah diri.Keputihan juga bisa
disertai dengan keluhan gatal di kemaluan dan lipat paha, rasa panas di bibir
kemaluan, rasa pedih sewaktu kencing, atau rasa sakit sewaktu sanggama.Gatal
bisa terasa kadang-kadang, atau malam hari saja, namun bisa terasa terus menerus.
Bila cairan yang keluar cukup banyak, maka keadaan basah di sekitar lipat paha
akan menimbulkan kelembapan yang tinggi sehingga kulit mudah lecet
(ekskoricasi). Akibat rasa gatal, maka garukan di alat kelamin dan sekitarnya akan
menambah peradangan dan lecet-lecet yang menimbulkan rasa pedih bila kencing
dan tersiram air.
7. Langkah Diagnosis6
Anamnesis
Beberapa anamnesis tambahan yang dapat diberikan pada pasien ini untuk dapat
menegakkan diagnosis antara lain:
a. Onset:
Untuk mengetahui sejak kapan gejala seperti ini dialami dan apakah ini
merupakan gejala berulang atau pertama kalinya.
b. Warna dan konsistensi:
Hal ini sangat penting ditanyakan sebab warna sekret dan konsistensi dapat
menjadi petunjuk patogen penyebab timbulnya gejala. Namun untuk
memastikannya harus dilakukan pemeriksaan sekret vagina.
c. Gejala lain:
Keputihan patologis biasanya selain ditandai bau amis, ada juga sejumlah gejala
lain yang menyertai seperti rasa gatal pada daerah trigonum genitalia. Gejala lain
yang perlu ditanyakan adalah ada tidaknya rasa panas pada saat buang air kecil
dan nyeri abdomen. Hal ini untuk memastikan apakah penyebaran penyakit telah
mencapai organ urinarius atau viseral. Selain itu perlu juga ditanyakan apakah
pada sekret vagina terdapat nanah ataupun darah.
d. Siklus haid:
Pada umumnya sekret vagina mengalami peningkatan pada saat ovulasi dan akhir
masa menstruasi sehingga penting ditanyakan pada pasien apakah saat ini dia
sedang haid atau tidak, dan apakah siklus haidnya teratur.
e. Aktivitas seksual:
Pertanyaan yang menyangkut hal ini cukup sensitif namun harus ditanyakan
karena banyak penyakit kelamin menular melalui aktivitas seksual yang tidak
sehat.
f. Perilaku menjaga kebersihan organ genitalia:
Sangat penting menanyakan perilaku higienitas pasien sebab salah satu faktor
yang dapat memicu meningkatnya penyakit kelamin adalah ketidaktepatan saat
membersihkan organ genitalia.
g. Riwayat penyakit sebelumnya dan penggunaan obat antibiotik.
h. Riwayat keluarga
Pemeriksaan fisis
1. Inspeksi : kekentalan, bau dan warna leukore
a. Warna kuning kehijauan berbusa : parasit ( trichomonas)
b. Warna kuning, kental : GO
c. Warna putih : jamur
d. Warna merah muda : bakteri non spesifik
e. Palpasi : pada kelenjar bartolini
2. Pemeriksaan Ginekologi
a. Inspekulo
b. Pemeriksaan bimanual

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Pemeriksaan PH vagina pH normal vagina : 3,8 – 4,5
b. Pulasan dengan pewarnaan gram
c. Pemeriksaan dengan larutan garam fisiologis dan KOH 10%
d. Kultur
e. Apusan Pap

8.Differential Diagnose

a. KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS 7

PENDAHULUAN

Infeksi candida pertama kali didapatkan di dalam mulut sebagai thurst yang
dilaporkan oleh FRANCOIS VALLEIX (1836). LANGERBACH (1839)
menemukan jamur penyebab thrust, kemudian BERHOUT (1923) memberi nama
organisme tersebut sebagai Kandida.
DEFINISI

Kandidosisadalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut disebabkan oleh
spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida albicans dan dapat mengenai
mulut, vagina, kulit, kuku, bronkiatau paru, kadang-kadang dapat menyebabkan
septikemia, endokarditis, atau meningitis.

EPIDEMOIOLOGI

Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-
laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai
saprofit. Gambaran klininsnya bermacam-macam sehingga tidak dapat
diketahuidata-data penyebarannya dengan tepat.

ETIOLOGI

Yang tersering sebagai penyebab adalah Candida albicansyang dapat diisolasi


dari kulit,mulut, selaput mukosa vagina, dan feses orang normal.
Sebagaipenyebab endokarditis kandidosis ialah C. Parapsilosis dan penyebab
kandidosis septikemia adalah C. Tropicalis.

KLASIFIKASI

Berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk. (1971), membaginya sebagai


berikut:

KANDIDOSIS SELAPUT LENDIR

1. Kandidosis oral
2. Perleche
3. Vulvovaginitis
4. Balanitis atau balanopostitis
5. Kandidosis mukokutan kronik
6. Kandidosis bronkopulmonar paru
KANDIDOSIS KUTIS

1. Lokalisata : daerah intertriginosa dan perianal


2. Generalisata
3. Paronikia dan onikomikosis
4. Kandidosis kutis granulomatosa

KANDIDOSIS SISTEMIK

1. Endokarditis
2. Meningitis
3. Pielonefritis
4. Septikemia

PATOGENESIS

Infeksi kandida dapat terjadi,apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun
eksogen

FAKTOR ENDOGEN :

1. PERUBAHAN FISIOLOGIK :
a. Kehamilan, karena perubahan pH dalam vagina
b. Kegemukan, karena banyak keringat
c. Debilitas
d. Iatrogenik
e. Endokrinopati, gangguan gula darah kulit.
f. Penyakit kronik: tuberkulosis, lupus eritomatus dengan keadaan umum
yang buruk
2. UMUR : orang tua dan bayi lebih mudah terkena infeksi karena status
immunologiknya tidak sempurna
3. IMMUNOLOGIK : penyakit genetik

FAKTOR EKSOGEN

a. Iklim, panas, dan kelembapan menyebabkan prespirasi meningkat


b. Kebersihan kulit
c. Kebiasaan berendam kaki dalam air yang terlalu lama menimbulkan
maserasi dan memudahkan masuknya jamur
d. Kontak dengan penderita, misalnya pada thrust , balanoposititis

GEJALA KLINIS

VULVOVAGINITIS
Biasanya sering terjadi pada penderita diabetes melitus karena kadar gula darah
dan urin yang tinggi dan pada wanita hamil karena penimbunan glikogen dalam
epitel vagina. Keluhan utama ialah gatal didaerah vulva. Pada yang berat terdapat
pula rasa yang panas, nyeri sesudah miksi, dan dispaneuria.
Pada pemeriksaan yang ringan tampak hiperemia di labia minora, introitis vagina,
dan vagina terutama 1/3 bagian bawah. Sering pula terdapat kelainan yang khas
ialah bercak-bercak putih kekuningan. Pada kelainan yang berat juga terdapat
edema pada labia minora dan ulkus-ulkus yang dangkal pada labia minora dan
sekitar introitus vaginal
Fluor albus pada kandidosis vagina berwarna kekuningan. Tanda yang khas ialah
disertai gumpalan-gumpalan sebagai kepala susu berwarna putih kekuningan.
Gumpalan tersebut berasal dari massa yang terlepas dari dinding vulva atau
vagina terdiri dari atas bahan nekrotik, sel-sel epitel. Dan jamur.

PEMBANTU DIAGNOSIS

1. PEMERIKSAAN LANGSUNG
Kerokan kulit atau usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10% atau
dengan pewarnaan Gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
2. PEMERIKSAAN BIAKAN
Bahan yang diperiksa ditanam dalam agardestrosa glukosa Sabouraud, dapat pula
agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37 derajat C,
koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony. Identifikasi Candida
albicans dilakukan dengan membiakkan tumbuhan tersebut pada com meal agar.
DIAGNOSIS BANDING

Kandidosis kutis lokalisata dengan :

a. Eritrasma : lesi di lipatan, lesi lebih merah, batas tegas, kering tidak ada
satelit, pemeriksaan dengan sinar wood positif.
b. Dermatitis intertriginosis
c. Dermatofitosis (tinea)

Kandidosis kuku dengan tinea unguium

Kandidosis vulvovaginitis dengan :

a. Trikomonas vaginalis
b. Gonore akut
c. Leukoplakia
d. Liken planus

PENGOBATAN

1. Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi


2. TOPIKAL:
- Larutan ungu gentian ½-1% untuk selaput lendir, 1-2% untuk kulit,
dioleskan sehari 2 kali selama 3 hari
- Nistatin : berupa krim, salep,emulsi
- Amfoterisin B
- Grup azol antara lain :
a. Mikonazol 2% berupa krim atau bedak
b. Klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim
c. Tiokonazol, bufonazol, isokonazol
d. Siklopiroksolamin 1% larutan, krim.
e. Antimikotik yang lain yang berspektrum luas
3. SISTEMIK :
- Tablet nistatin untuk menghilangkan infeksi lokal dalam saluran cerna,
obat ini tidak diserap oleh usus
- Amfoterisin B diberikan intravena untuk kandidosis sistemik
- Untuk kandidosis vaginalis dapat diberikankotrimazol 500mg pervaginam
dosis tunggal, sistemik dapat diberikan ketokonazol 2x200mg dosis
tunggal atau dengan flukonazol 150mg dosis tunggal
- Itrakonazol : bila dipakai untuk kandidosis vulvovaginalis dosis untuk
orang dewasa 2x100 mg sehari, selama 3 hari

PROGNOSIS

Umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor predisposisi.

b. TRIKOMINIASIS7

DEFINISI

Trikominiasis merupakan infeksi saluran urogenital bagian bawah pada wanita


maupun pria, dapat bersifat akut ataukronik, disebabkan oleh Trichomonas
vaginalis dan penularannya biasa melalui hubungan seksual

ETIOLOGI

Penyebab trikomoniasis ialah T.vaginalis yang pertama kali ditemukan oleh


DONNE pada tahun 1836. Merupakan flagelaat berbentuk filiformis, berukuran
15-18 mikron, mempunyai 4 flagela, dan bergerak sepertigelombang. Parasit ini
berkembang biak secara belah pasang memanjang dan dapat hidup dalam suasana
pH 5-7,5. Pada suhu 50 derajat akan mati dalam beberapa menit, tetapi pada suhu
0 derajat dapatbertahan sampai 5 hari. Ada dua spesies lainnya yang dapat
bertahan sampai 5 hari. Ada 2 spesies lainnya yang dapat ditemukan pada
manusia, yaitu T.Tenax yanghidup di rongga mulut dan pentatrichomonas
hominis yang hidup dalam colon, yang pada umunya tidak menimbulkan penyakit.

INSIDENS

Penularan umumnya melalui hubungan kelamin tetapi dapat juga melalui pakaian,
handuk, atau karena berenang.oleh karena itu trikominiasis ini terutama
ditemukan pada orang dengan aktivitas seksual tinggi tetapi dapat juga ditemukan
pada bayi dan penderita setelah menopause. Penderita wanita lebih banyak
dibandingkan pria.

PATOGENESIS

T. vaginalis mampu menimbulkan peradangan pada dinding saluran urogenital


dengancara invasi sampai mencari jaringan epitel dan su-epitel. Masa tunas rata-
rata 4 hari sampai 3 minggu. Pada kasus lanjut terdapat bagian-bagian dengan
jaringan granulasi yang jelas. Nekrosis dapat ditemukan dilapisan subepitel yang
menjalar sampai di permukaan epitel.di dalam vagina dan urethra parasit hidup
dari sisa-sisa sel, kuman-kuman, dan benda lain yang terdapat dalam sekret.

GEJALA KLINIS

TRIKOMONIASIS PADA WANITA

Yang diserang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronik. Pada
kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kuning-kekuningan,
kuning-hijau, berbau tidak enak (malodorous), dan berbusa. Dinding vagina
tampak kemerahan dan sembab. Kadang-kadang terbentuk abses kecil pada
dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan
dikenal sebagai “strawberry appreance” dan disertai gejala dispareuria,
pendarahan pasca koitus, dan perdarahan intemenstrual. Bila sekret banyak yang
keluar dapat timbul iritasi pada lipat paha atau disekitar genitalia eksterna. Selain
vaginitis dapat pula terjadi uretritis. bartholitis, skenitis, dan sistisis yang pada
umumnya tanpa keluhan. Pada kasus yang kronik gejalalebih ringan dan sekret
vagina biasanya tidak berbusa.
DIAGNOSIS

Selain pemeriksaan langsung dengan mikroskopik sediaan basah dapat juga


dilakukan dengan pemeriksaan dengan pewarnaan giemsa, akridin oranye,
leishman, Gramdan papanicolau. Akan tetapi penngecatan tersebut dianggap sulit
karena proses fiksasi dan pengecatan diduga dapat mengubah morfologi kuman.

Pada pembiakan pemilihan media merupakan hal penting, mengingat banyak jenis
media merupakan hal penting, mengingat banyak jenis media yang digunakan.
Media modifikasi diamond, misalnya In Pouch TV digunakan secara luas dan
menurut penelitian yang dilakukan media ini yang paling baik dan mudah di
dapat.

PENGOBATAN

Pengobatan dapat diberikan secara topikal atau sistemik

Secara topikal, dapat berupa:

1. Bahan cairan berupa irigasi, misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan


larutan asam laktat 4%
2. Bahan berupa supositoria, bubukyang bersifat trikomoniasidal
3. Jel dan krim yang berisi zat trikomoniasidal

Secara sistemik (oral)

Obat yang sering digunakan tergolong derivat nitromidazol seperti:

1. Metronidasol : dosis tunggal 2 gram atau 3x500 mg per hari selama 7 hari
2. Nimorazol : dosis tunggal 2 gram
3. Tinidazol : dosis tunggal 2 gram
4. Omidazol : dosis tunggal 1,5 gram

Padawaktu pengobatan perlu beberapa anjuran pada penderita :


1. Pemeriksaan dan pengobatan terhadap pasangan seksual untuk mencegah
jangan terjadi infeksi pingpong
2. Jangan melakukan hubungan seksual selama pengobatan dan sebelum
dinyatakan sembuh
3. Hindari pemakaian barang-barang yang mudah menimbulkan transmisi

3. VAGINOSIS BAKTERIAL4,5

Definisi :

Vaginosis bakterial adalah suatu keadaan abnormal pada ekosistem vagina


yang disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob
(terutama Bacteroides sp., Mobilincus sp., Gardnerella vaginalis, dan
Mycoplasma hominis) menggantikan Lactobacillus yang mempunyai konsenterasi
tinggi sebagai flora normal vagina. Jadi vaginosis bakterial bukan suatu infeksi
yang disebabkan oleh satu organisme, tetapi timbul akibat perubahan kimiawi dan
pertumbuhan berlebih dari bakteri yang berkolonisasi di vagina. Perlu diketahui,
pada vagina wanita sehat dapat ditemukan beberapa jenis mikroorganisme antara
lain: Mycoplasma hominis, Ureaplasma urealyticum, Lactobacillus,
Streptococcus agalactiae (Streptococcus grup B), Bacteroides bivius,
Peptostreptococcus, Mobilincus, Gardnerella vaginalis, dan Fusobacterium
nucleatum

Prevalensi :

Menurut Amsel & Hoist BV banyak ditemukan pada wanita yang


memakai penggunaan alat intrauterin . Penyakit vaginosis bakterial sering juga
ditemukan pd wanita yang memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis
lainnya. Pada pasien hamil, prevalensi vaginosis bakterial mencapai 16%.

Patogenesis :

Pada keadaan normal, cairan vagina bersifat asam (pH <4,5), akibat
peningkatan kolonisasi Lactobacillus (flora normal vagina) yang memproduksi
asam laktat . Keadaan asam yang berlebih ini mencegah pertumbuhan berlebihan
bakteri patogen. Keadaan ini tidak selalu dapat dipertahankan, karena apabila
jumlah bakteri Lactobacillus menurun, maka keasaman cairan vagina berkurang
dan akan mengakibatkan pertambahan bakteri lain, yaitu antara lain Gardnerella
vaginalis, Mycoplasma hominis, dan Bacteroides sp. ; keadaan ini juga dapat
terjadi pada wanita dengan Lactobacillus yang tidak menghasilkan H2O2.
Terdapat hubungan timbal balik antara dihasilkannya H2O2 dengan terjadinya
vaginosis bakterial meskipun jumlah Lactobacillus tidak menurun. Dapat terjadi
simbiosis antara Gardnerella vaginalis sebagai pembentuk asam amino dan
kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam
amino menjadi amin sehingga menaikkan sekret pH vagina sampai suasana yang
menyenangkan bagi pertumbuhan Gardnerella vaginalis. Setelah pengobatan
efektif, pH cairan vagina menjadi normal. Beberapa amin diketahui menyebabkan
iritasi kulit dan menambah pelepasan sel epitel dan menyebabkan duh tubuh
keluar dari vagina berbau.

Kriteria Diagnostik :

Diagnosis klinis vaginosis bakterial menurut Amsel dkk adalah jika tiga dari
empat kriteria berikut ditemukan , yaitu:

1. Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah;


2. Adanya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina (whiff
test);
3. Duh yang homogen, kental, tipis, dan berwarna seperti susu;
4. pH vagina > 4.5 dengan menggunakan phenaphthazine paper (nitrazine
paper).
Sedangkan diagnosis klinis vaginosis bakterial menurut Spiegel dkk dengan
menggunakan pewarnaan gram adalah sebagai berikut:

1. Derajat 1: normal, didominasi oleh Lactobacillus;


2. Derajat 2 : intermediate, jumlah Lactobacillus berkurang;
3. Derajat 3: abnormal, tidak ditemukan Lactobacillus atau hanya ditemukan
beberapa kuman tersebut, disertai dengan bertambahnya jumlah
Gardnerella vaginalis atau lainnya.
Akhir-akhir ini tingkat kepercayaan dan reproducibility dalam mengenal berbagai
morfologi kuman dari pulasan vagina dievaluasi. Ternyata diagnosis vaginosis
bakterial menggunakan kriteria Spiegel dkk. tingkat kepercayaannya tidak terlalu
tinggi , karena morfologi kuman berdasarkan pewarnaan Gram sangat variabel
dan sangat tergantung pada kemampuan interpretasi hasil pewarnaan Gram.
Sistem skoring yang digunakan untuk melihat flora vagina pada pewarnaan Gram
adalah berdasarkan pengenalan morfologi kuman yang paling dapat dipercaya,
yaitu: bentuk batang Gram positif ukuran besar (Lactobacillus), Gram negatif
halus/batang dengan ukuran bervariasi (Bacteroides atau Gardnerella), dan Gram
negatif bengkok/ batang dengan ukuran bervariasi (Mobilincus)

Meskipun demikian sistem skoring ini masih tetap mempunyai


keuntungan, yaitu dapat untuk menyingkirkan flora normal atau dengan perkataan
lain dapat untuk membantu menentukan apakah yang terlihat dengan pewarnaan
Gram merupakan gambaran flora normal atau vaginosis bakterial

Manajemen Pengobatan :

Regimen yg direkomendasikan oleh CDC adalah:

• Metronidazole 500 mg 2 kali sehari peroral selama 7 hari, atau


• Metronidazole gel 0.75%, dosis tunggal (5 gr) intravaginal, sekali sehari
selama 5 hari atau Clindamycin cream 2%, dosis tunggal (5 gram) intravaginal
sebelum tidur selama 7 hari.
Regimen alternatif lain adalah :

• Clindamycin 300 mg 2 kali sehari peroral selama 7 hari, atau


• Clindamycin ovules 100 g intravaginal sebelum tidur selama 3 hari.
Untuk mencegah rekurens dari vaginosis bakterial dapat digunakan metronidazole
gel 2 kali seminggu selama 6 bulan.
Untuk wanita hamil dengan gejala vaginosis bakterial dapat diberikan:

 Metronidazole 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari, atau


 Metronidazole 250 mg 3 kali sehari peroral selama 7 hari, atau
 Clindamycin 300 mg 2 kali sehari peroral selama 7 hari
Komplikasi : Komplikasi yang timbul dari vaginosis bakterial adalah
endometritis, PID, KPD, serta dapat menyebabkan kelahiran prematu

9. Bagaimana hukum islam terhadap keputihan yang berlebihan? 9

Cairan putih sebab keputihan hukumnya najis, karena keluar dari dalam farji.
Untuk masalah shalat bagi wanita yang menderita keputihan, apabila cairan itu
keluar terus menerus seperti orang beser, maka berlaku hukum seperti orang yang
beser.
Hasyiyah Jamal II hal. 149
) ٍ‫طوبَ ٍةفَ ْرج‬ ُ ‫قَ ْولُ ُه َو ُر‬ (
ِ ٌ ‫سة‬
ُ ‫؛ِل َ َّن َه‬
‫ار‬ َ ‫فَإ ِ ْن َخ َر َجتْ ِم ْن َم ِح ٍِّل ََل َي ِجبُ َغ ْسلُ ُهفَ ِه َين َِج‬،ُ‫ض ُمت ََر ِدِّد ٌ َب ْين َْال َمذْ ِي َو ْال َع َر ِق َو َم ِحلُّذَ ِلكَإذَاخ ََر َجتْ ِم ْن َم َح ٍ ِّل َي ِجبُغَ ْسلُه‬
ُ ‫ِه َي َما ٌءأ َ ْب َي‬
‫س‬ َ ‫طاه ِِرتَنَ َّج‬ َّ ‫ش ْي ٌء ِم ْنال‬ َ ‫س ِت َه َاوإِذَ َالقَاهَا‬ َ ‫ظاه ِِريُحْ َك ُمبِنَ َجا‬ َّ ‫طوبَةٌ َج ْوفِيَّةٌ َو ِهيَإذَاخ ََر َجتْإلَىال‬ ُ
(pernyataan cairan dalam kemaluan) yaitu cairan putih yang ambigu
antara madzi dan keringat. Titik tekan masalah ini, yaitu ketika cairan itu
keluar dari tempatnya yang wajib membersihkannya. Apabila cairan itu
keluar dari tempat yang tidak wajib dibersihkan maka dihukumi najis,
karena hal itu merupakan cairan dari dalam. Apabila cairan itu keluar
dari anggota dzahir, maka dihukumi najis. Apabila sesuatu yang suci
bersentuhan dengannya maka menjadi mutanajis.
Minhaj al Tullab I hal 26
‫والستحاضةكسلسفَلتمنعمايمنعهالحيضفيجبأنتغسلمستحاضةفرجهافتحشوهفتعصبهبشرطهمافتطهرلكلفر‬
‫ضوقتهوتبادربهوليضرتأخيرهالمصلحةكستروانتظارجماعة‬
Istihadzah (darah penyakit) itu seperti orang yang beser, maka orang
yang istihadzah tidak tercegah melakukan sesuatu yang tidak boleh
dilakukan oleh orang yang haid. Maka wajib bagi seorang yang
istihadzah untuk mensucikan farjinya, menyumpal dan membalutnya
sesuai dengan syarat-syaratnya, kemudian berwudlu. Hal ini wajib
dilakukan setiap akan menjalankan shalat fardlu dan bersegera
menjalankannya. Mengakhirkan shalat (setelah wudlu) diperboleh bila
untuk kemaslahatan seperti menutup aurat atau menunggu jamaah. (
http://solusinahdliyin.net)
Pendapat yang lebih kuat dikemukakan oleh Syaikh Mushthafa al-
Adawy dalam Jami’ Ahkam an-Nisa’ ( hlm. 67-68 ). Beliau berpendapat,
cairan keputihan tersebut tidak termasuk najis. Alasannya, pertama : tidak
ditemukannya dalil yang menajiskan cairan tersebut. Kedua, keterangan
bahwa setiap yang keluar dari dua jalan ( dubur dan kelamin ) adalah najis
hanyalah kesimpulan para ulama. Tak ada keterangan dari al-Quran dan
Sunnah yang tegas menyebutkan bahwa setiap yang keluar dari dua jalan
itu najis. Ketiga, cairan jenis tersebut keluar dari saluran rahim dan bukan
keluar dari saluran kencing yang sifatnya najis. Keempat, menganalogikan
keputihan dengan darah istihadhah. Darah istihadhah hukumnya tidak
membatalkan shalat. Wanita hanya diharuskan untuk berwudhu setiap kali
hendak shalat atau mandi dengan menjama’ shalatnya. Jika darah
istihadhah saja yang juga merupakan penyakit tidak membatalkan shalat,
demikian pula halnya dengan darah keputihan.

1. Perspektif islam dalam rangka preventif terjadinya keputihan?


Hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
‫ف‬ ِ ‫ار َو َغ ْس ُل ْالبَ َر‬
ُ ْ‫اج ِم َونَت‬ ْ َ ‫ص ْاِل‬
ِ َ‫ظف‬ ُّ َ‫اء َوق‬ ِ ‫َاق ْال َم‬ ِّ ‫ب َوإِ ْعفَا ُء اللِِّحْ يَ ِة َوال‬
ُ ‫س َِواكُ َوا ْستِ ْنش‬ ِ ‫ار‬ َّ ‫ص ال‬
ِ ‫ش‬ ُّ َ‫ط َرةِ ق‬ ْ ‫َع ْش ٌر ِم ْن ْال ِف‬
َ‫ضة‬َ ‫ض َم‬ ْ ‫ص َعبٌ َونَ ِسيتُ ْال َعا ِش َرة َ ِإ َّل أ َ ْن ت َ ُكونَ ْال َم‬ ْ ‫اء قَا َل زَ ك َِريَّا ُء قَا َل ُم‬ ِ ‫اص ْال َم‬
ُ َ‫اْل ِب ِط َو َح ْل ُق ْال َعانَ ِة َوا ْنتِق‬
ِْ
“Ada sepuluh macam fitrah, yaitu memotong kumis, memelihara jenggot,
bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung,-pen), memotong kuku,
membasuh persendian, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, istinja’
(cebok) dengan air.” Zakaria berkata bahwa Mu’shob berkata, “Aku lupa yang
kesepuluh, aku merasa yang kesepuluh adalah berkumur.” (HR. Muslim no.261,
Abu Daud no. 52, At Tirmidzi no. 2906, An Nasai 8/152, Ibnu Majah no. 293)

ً ‫س ِّب‬
‫يل‬ َ ‫احشَةً َو‬
َ ‫سا َء‬ ِّ َ‫الز َنا ۖ إِّنَّهُ كَانَ ف‬
ِّ ‫َو ََل ت َ ْق َربُوا‬
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. Al Israa'(17):32

Perspektif islam
Berdasarkan diskusi dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputihan yang patologis pada wanita
adalah kebiasaan seksual dan higiene (kebersihan). Karena 2 faktor inilah yang
paling memberikan dampak kepada keadaan patologis yang menyebabkan
pengeluaran sekret yang abnormal.
Karena itulah, salah satu pencegahan utama yang dapat dilakukan adalah
dengan memperhatikan kebiasaan seksual dan memperhatikan kebersihan pada
daerah genitalia.
Namun, jika kembali ditinjau dari perspektif Islam, disinilah patut bagi
kita seorang muslim untuk lebih merenungi dan mensyukuri berbagai nikmat yang
telah Allah berikan dan tunjukkan. Sudah sejak beribu tahun yang lalu, berbagai
firman Allah dan tausiyah dari Rasulullah Shallalllahu ‘alaihi wa sallam
menunjukkan mengenai pencegahan terhadap 2 faktor di atas. Yakni :

o Larangan seks bebas


Seperti penjelasan sebelumnya, fluor albus yang patologis dapat terjadi karena
kebiasaan seksual yang berlebihan, seperti seringnya berganti pasangan. Allah
Subhanahu Wa Ta’ala telah menunjukkan mengenai bahaya dari seks bebas (Zina)
ini. Dalam firman Allah :
[QS. Al-Isra (17) :32] Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.

Firman yang lain :

Dan orang-orang yang selalu menjaga faraj (kelamin) mereka. Kecuali


terhadap isterinya atau hambasahayanya, maka tidaklah mereka tercela.(QS.
Al-Mu’minun (23) : 5-6)

o Faktor kebersihan
Salah satu pencetus fluor albus patologis adalah kebersihan. Mengenai ini
telah dijelaskan dalam salah satu hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, yaitu seorang muslim sebaiknya selalu mencukur bulu kemaluan setiap
40 hari. Kaidah hadits ini dapat dibuktikan dengan patogenesis dari
perkembang biakan jamur dan bakteri. Bulu pada kemaluan dapat
meningkatkan faktor kelembaban pada daerah genitalia disebabkan waktu
pengeringan yang lebih lama dari biasanya, selain itu bakteri dapat lebih
mudah berkoloni pada bulu kemaluan saat buang air, juga dikarenakan
kebiasaan cebok yang kurang bersih. Hal ini sudah dijelaskan pada beberapa
hadits Rasulullah :

‫عن عائشة قالت قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عشر من الفطرة قص الشارب وإعفاء اللحية والسواك‬
‫واالستنشاق بالماء وقص األظفار وغسل البراجم ونتف اإلبط وحلق العانة وانتقاص الماء يعني االستنجاء‬
‫بالماء‬
Dari A’isyah radliallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Ada sepuluh hal dari fitrah (manusia); Memangkas kumis, memelihara
jenggot, bersiwak, istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), potong kuku,
membersihkan ruas jari-jemari, mencabut bulu ketiak, mencukup bulu pubis dan
istinjak (cebok) dengan air. ” (HR. Muslim, Abu Daud, Turmudzi, Nasa’i, dan Ibn
Majah).

Mengenai masa mencukurnya :

‫وقت لنا في قص الشارب وتقليم األظفار ونتف اإلبط وحلق العانة أن ال نترك أكثر من أربعين ليلة‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan batasan waktu kepada


kami untuk memotong kumis, memotong kuku, mencabuti bulu ketiak, dan
mencukur bulu kemaluan, agar tidak dibiarkan lebih dari empat puluh hari.”
(H.r. Muslim, Abu Daud, dan An-Nasa’i)

o Faktor pembersihan
Sering kita lihat, banyak wanita yang menggunakan pembersih untuk
membersihkan daerah vagina, seperti antiseptik, karena kekhawatiran akan
kebersihan dan faktor kosmetik. Namun sebenarnya keadaan tersebut dapat
memberikan dampak buruk pada flora normal yang berada dalam vagina.
Antiseptik tersebut dapat membasmi sebagian besar flora normal dalam
vagina seperti lactobacillus. Berkurangnya kadar flora normal tersebut dapat
mengganggu proses keasaman dalam vagina menyebabkan infeksi lebih
mudah terjadi.
Mengenai cara pembersihan yang benar, telah dijelaskan oleh istri Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya :

"Sesungguhnya keputihan itu (al Wadii) yang keluar setelah kencing, maka
cucilah kemaluannya, berwudhu dan tidak perlu mandi." (HR. Ibnu Al Mundzir)

Perspektif islam terhadap scenario Keputihan


Para ulama mengatakan bahwa keputihan itu pada hakikatnya adalah darah
penyakit. Di dalam bab darah wanita, keputihan termasuk ke dalam kelompok
darah istihadhah. Darah istihadhah adalah satu jenis darah dari tiga jenis darah
wanita. Darah yang lain adalah darah haidh dan darah nifas.

Berbeda dengan haidh dan nifas, darah istihadhahtidak mewajibkan mandi


janabah, tetapi hanya mewajibkan wudhu'. Namun di sisi lain, darah istihadhah
itu sendiri adalah benda najis, sehingga selain wajib berwudhu' juga wajib untuk
dibersihkan sebagaimana layaknya air kencing.

Kalau darah keputihan itu ke luar dan membasahi pakaian, berarti pakaian
itu menjadi najis. Tidak sah hukumnya bila dipakai untuk shalat. Perlu diganti
dengan pakaian lain yang suci. Untuk menghindari gonta ganti pakaian, biasanya
para wanita menggunakan pembalut wanita. Sehingga begitu akan shalat, cukup
diganti atau dibuka pembalutnya saja.

Keputihan ini umum dialami oleh wanita. Dalam kitab shahih Bukhari disebutkan,
suatu ketika ada beberapa sahabat perempuan datang bertanya kepada Aisyah
radhiallahu ‘anha tentang batasan berakhirnya haidh.

Beliau menjawab :
َّ ‫اال ت ا ْع اج ْلنا احتَّى ت ااريْنا ْالقا‬
‫صة ا‬
‫ْالبا ْي ا‬
‫ضا اء‬
“Jangan kalian tergesa-gesa (menetapkan akhir haidh) hingga kalian melihat
cairan putih”
Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya fathul bari menjelaskan bahwa cairan
putih sebagaimana di sebut hadits di atas menjadi salah satu tanda akhir masa
haidh.

Selain jenis keputihan di atas, ada pula keputihan yang terjadi dalam keadaan
tidak normal, yang umumnya dipicu kuman penyakit dan menyebabkan infeksi.
Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat mengganggu, seperti berubahnya
warna cairan menjadi kekuningan hingga kehijauan, jumlah berlebih, kental,
lengket, berbau tidak sedap, terasa sangat gatal atau panas. Dalam khazanah
Islam, keputihan jenis ini biasa disebut dengan cairan putih kekuningan (sufrah
‫ )صفرة‬atau cairan putih kekeruhan (kudrah ‫)كدرة‬. Terkait dengan kedua hal ini, di
kitab shahih Bukhari disebutkan bahwa Sahabat bernama Ummu ‘Athiyyah
radhiallahu ‘anha berkata:
ُّ ‫ُكنَّا اال ناعُدُّ ْال ُكد اْرةا اوال‬
‫ص ْف ارة ا ا‬
‫ش ْيئًا‬
“Kami tidak menganggap al-kudrah (cairan keruh) dan as-sufrah (cairan
kekuningan) sama dengan haidh”

Berdasarkan kedua hadis tersebut dapat disimpulkan :


1. Hukum orang yang mengalami keputihan tidak sama dengan hukum orang yang
mengalami menstruasi. Orang yang sedang keputihan tetap mempunyai kewajiban
melaksanakan shalat dan puasa, serta tidak wajib mandi.
2. Cairan keputihan tersebut hukumnya najis, sama dengan hukumnya air kencing.
Oleh karenanya, apabila ingin melaksanakan shalat, sebelum mengambil wudhu,
harus istinjak (cebok), dan membersihkan badan atau pakaian yang terkena cairan
keputihan terlebih dahulu.

Sedangkan apabila cairan keputihan keluar terus-menerus, maka orang yang


mengalaminya dihukumi dharurah/terpaksa, artinya orang tersebut tetap wajib
melaksanakan shalat walaupun salah satu syarat sahnya shalat tidak terpenuhi,
yakni sucinya badan dan pakaian dari najis. Menurut ulama Syafi’iyah, ketentuan
tersebut bisa dilaksanakan dengan syarat diawali dengan proses membersihkan,
istinjak, wudhu dan kemudian shalat dilakukan secara simultan setelah waktu
shalat masuk.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gray, Henry. 1918. Anatomy of the Human Body. XI. Splanchnology. 3d.
2. Kierszenbaum. Vagina. Histology and Cell Biology. Mosby;
3. Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2008. Edisi 23.
EGC:Jakarta
4. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
5. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fiologi/Obstetri Patologi
Edisi 2. Jakarta: ECG
6. Swartz.H.Mark. Buku Ajar Diagnostik Fisik. EGC. Jakarta.1995
7. Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 1. Jakarta : Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, 1987.
8. Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Volume 1, Edisi 6. Jakarta:2008. EGC, hal: 56-57
9. Dorland. Edisi 25. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai