Anda di halaman 1dari 21

Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6).
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput
paru (5,7).
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti
batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak
akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian (5).
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2
golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat
beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk
pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas
bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman
Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila ditemukan harus diobati dengan
antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus mendapat antibiotik (6).
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya (7).
Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian
atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada
lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim
dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk
penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian
antibiotik (8).
© 2004 Digitized by USU digital library 2
2.2.Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-


keluhan dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-
gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka
dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih
tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang
sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan
pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-
tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
• Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
• Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac
arrest.
• Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
• Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris
• hypoxemia,
• hypercapnia dan
• acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (4).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak
bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda
bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum
(kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa
diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin (4).

BAB III
PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar


merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian
karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang
tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang
kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang
pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting
bagi pederita ISPA (4). Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai
berikut :
© 2004 Digitized by USU digital library 3
3.1. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan


mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak (5).
Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis
akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku
oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju
anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat
tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan
auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklassifikasi (4).

3.2. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:


• Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
• Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
• Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis
tergolong bukan pneumonia (4).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA.
Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan
umur 2 bulan sampai 5 tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian
bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu
60 kali per menit atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
• Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam
keadaan tenang tldak menangis atau meronta).
• Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih.
• Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat.

3.3. Pengobatan

• Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan


sebagainya.
• Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin
diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol keadaan penderita
menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau
penisilin prokain.
• Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di
rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang
tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan,
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita
dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan
khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat pada lampiran.

3.4 Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang
menderita ISPA.

• Mengatasi panas (demam)


Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera
dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya,
tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering
dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap
diteruskan.

Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah
parah sakit yang diderita.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebih-
lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat
antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan
dengan benar selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang (4,5) .

Etiologi
Etiologi ISPA lebih 300 jenis bakteri dan virus.Bakteri penyebab antara lain dari genus
streptotokus, pnemokokokus, hemofilus influenza, boerdetela dan korinebaktorium,
sedangkan virus penyebabnya antara lain golongan mikro virus ,mikoplasma dan Herpes
virus. ( Harahap, 2010).
Gejala klinis
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan di mulai dengan keluhan-keluhan menjadi
lebih berat dan apabila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan tidak

1. pada system respiratorik adalah napas tak teratur (aprea),napas cuping hidung ,suara
napas lemah atau hilang .
2. pada system cardical adalah hipertensi dan hipotensi.
a. Pada cerebal adalah gelisah,mudah terangsang,sakit kepala,bingung.
b. Kejang-kejang dan koma.
c. Pada hal umum adalah letih dan banyak keringat.
3. Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 6 tahun adalah tidak
bisa minum , kejang-kejang kesadaran menurun sampai kurang dari setengah volume
yang bisa di minumnya ),kejang-kejang kesadaran menurun , dan gizi buruk
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah kurang
bisa minum (kemanpuan minumnya menurun sampai kurang dari setengah dari
setengah volume yang bisa diminumnya ),kejang kesadaran menurun,demam dan
dingin.

Masa inkubasi penyakit ISPA


Masa inkubasi adalah rentan hari dan waktu sejak bakteri atau virus masuk kedalam tubuh
sampai timbulnya gejalah klinis yang disertai dengan berbagai gejalah –gejalah.infeksi akut
ini berlangsung sampai dengan 14hari ,batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut
meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA berlangsung lebi
dari 14 hari.
Cara penularan

RONKITIS

A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Bronkitis adalah penyakit pernapasan obstruktif yang sering dijumpai yang disebabkan oleh
peradangan bronkus. Penyakit ini biasanya berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri atau inhalasi
iritan misalnya asap rokok dan zat-zat kimia yang terdapat dalam polusi udara.

Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru obstruktif yang ditandai oleh produksi
mukus berlebihan di saluran napas bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam
setahun untuk 2 tahun berturut-turut.

2. ETIOLOGI

 Bronkitis akut
Bronkitis akut mungkin sebagai akibat cedera bahan kimia secara langsung dari polutan udara,
seperti asap, sulfur dioksida dan klorin.
 Bronkitis kronik
Tidak dapat diingkari bahwa bronkitis kronik hampir seluruhnya disebabkan oleh merokok. Di Inggris,
sebelum Undang-undang Udara Bersih tahun 1956, polusi udara kota merupakan faktor yang
signifikan. Tetapi insiden bronkitis kronik dalam waktu lebih dari 10 tahun tetap sama walaupun
polusi udara telah berkurang.

3. PATOFISIOLOGI

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Karena iritasi yang
konstan ini, kelenjar-kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi
silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan. Sebagai akibat, bronkiolus menjadi
menyempit dan tersumbat. Alveoli yang berdekatan dengan bronkiolus dapat menjadi rusak dan
membentuk fibrosis, mengakibatkan perubahan fungsi makrofag alveolar, yang berperan penting
dalam menghancurkan partikel asing, termasuk bakteri. Pasien kemudian menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkial lebih lanjut terjadi sebagai akibat perubahan
fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya, mungkin terjadi perubahan paru yang
ireversibel, kemungkinan mengakibatkan emfisema dan bronkiektasis.

4. MANIFESTASI KLINIK

 Bronkitis akut
 Produksi mukus kental.
 Batuk produktif dengan dahak purulen.
 Dispneu
 Demam
 Suara serak
 Ronki (bunyi paru diskontinyu yang halus atau kasar) terutama sewaktu inspirasi.
 Nyeri dada kadang-kadang timbul.
 Bronkitis kronik
 Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan, udara, atau
infeksi.
 Sesak napas dan dispneu.

5. KOMPLIKASI

 Hipertensi paru akibat vasokonstriksi hipoksik paru yang kronik, yang akhirnya dapat
menyebabkan kor pulmonale.
 Dapat timbul kanker paru akibat metaplasia dan displasia.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Bronkitis akut
 Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan bronkitis akut.
 Bronkitis kronik
 Analisis gas darah memperlihatkan penurunan oksigen arteri dan peningkatan karbon dioksida
arteri.
 Polisitemia (peningkatan konsentrasi sel darah merah) terjadi akibat hipoksia kronik yang disertai
sianosis, menyebabkan kulit berwarna kebiruan.
 Pemeriksaan sinar-X toraks dapat membuktikan adanya bronkitis kronik.

7. PENATALAKSANAAN

 Bronkitis akut
 Antibiotik untuk mengobati infeksi.
 Peningkatan asupan cairan dan ekspektoran untuk mengencerkan dahak.
 Istirahat untuk mengurangi kebutuhan oksigen.

 Bronkitis kronik
 Penyuluhan agar pasien menghindari pajanan iritan lebih lanjut, terutama asap rokok.
 Terapi antibiotik profilaktik, terutama pada musim-musim dingin, untuk mengurangi insidens
infeksi saluran napas bawah, karena setiap infeksi akan semakin meningkatkan pembentukan mukus
dan pembengkakan.
 Karena banyak pasien yang mengalami spasme saluran napas akibat bronkitis kronik yang mirip
dengan spasme pada asma kronik, maka sering diberikan bronkodilator.
 Ekspektoran dan peningkatan asupan cairan untuk mengencerkan mukus.
 Mungkin diperlukan terapi oksigen.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Bronkitis adalah suatu peradangan pada cabang tenggorok (bronchus) (saluran udara
ke paru-paru).Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh
sempurna. Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit
jantung atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke
dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari
oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang
kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan
CO2 hasil dari metabolism. Anatomi pernafasan : Hidung, Faring, Laring, Trakea, Bronkus,
Paru-paru.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Mengetahui tentang definisi bronkitis

2. Mengetahui tentang anatomi bronkitis

3. Mengetahui patofiologi bronkitis

4. Mengetahui tentang tanda-gejala bronkitis

5. Memahami komplikasi bronkitis

6. Mengetahui penatalaksanaan bronkitis

7. Memahami askep asuhan keperawatan bronkitis.

BAB II
ISI
A. KONSEP MEDIS

1. Definisi
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus.
Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan.Ini berarti bahwa
bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi
bronkitis ikut memegang peran.( Ngastiyah, 1997 ).
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi
biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan
penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis
pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994).
Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat
akut maupun kronis. Bronchitis akut adlah peradangan bronki dan kadang-kadang mengenai
trakea yang timbul secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh perluasan infeksi saluran
napas atas seperti common cold atau dapat juga disebabkan oleh agen fisik atau kimia
seperti: asap, debu, atau kabut yang menguap. Sedangkan bronchitis kronis adalah gangguan
klinis yang ditandai dengan pembentukan mucus
yang berlebihan pada bronkus dan bermanifestasi sebagai batu kronik dan pembentukan
sputum selam sedikitnya tiga bulan dalam setahun, sekurang-kurangny dalam dua tahun
berturut-turut pembahasan selajutnya akan mmenekankan pada kasus bronchitis kronik.

2. Anatomi dan Fisiologi Pernapasan


Saluran pernafasan atau tractus respiratorius(respiratory rate) adalah bagian tubuh manusia
yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk
proses pernafasan. Saluran ini berpangkal pada hidung, faring, laring, trakhea, bronkus
utama, bronkus lobaris, bronkiolus dan paru-paru (Wibowo, 2005 : 68).
Sistem pernafasan berfungsi sebagai pendistribusi udara dan penukaran gas sehingga
oksigen dapat disuplai ke dan karbon dioksida dikeluarkan dari sel-sel tubuh, karena sebagian
besar dari jutaan sel tubuh kita letaknya terlalu jauh dari tempat terjadinya pertukaran gas,
maka udara pertama-tama harus bertukaran
dengan darah, darah harus bersirkulasi dan akhirnya darah dan sel-sel harus melakukan
pertukaran gas (Asih, 2003 : 20).
Saluran pernafasan terbagi menjadi saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah:
Saluran pernafasan atas.
a. Hidung
Merupakan pintu masuk pertama udara yang kita hirup yang terbentuk dari dua tulang
hidung dan beberapa kartilago. Terdapat dua pintu pada dasar hidung yaitu nostril (lubang
hidung), atau neres eksternal yang dipisahkan oleh septum nasal di bagian tengahnya
b. Faring
Faring atau tenggorokan adalah tuba muskular yang terletak di posterior rongga nasal dan
oral dan di anterior vertebra servikalis. Faring dapat dibagi menjadi tiga segmen :
1) Nasofaring : terletak di belakang rongga nasal. Adenoid atau tonsil faringeal terletak pada
dinding posterior nasofaring, yaitu nodus limfe yang mengandung makrofag. Nasofaring
adalah saluran yang hanya dilalui oleh udara, tetapi bagian faring lainnya dapat
dilalui baik oleh udara maupun makanan.
2) Orofaring : terletak di belakang mulut. Tonsil adenoid dan lingual pada dasar lidah,
membentuk cincin jaringan limfatik mengelilingi faring untuk menghancurkan
patogen yang masuk ke dalam mukosa.
3) Laringofaring : merupakan bagian paling inferior dari faring. Laringofaring ke arah anterior
ke dalam laring dan ke arah posterior ke
dalam esofagus. Kontraksi dinding muskular orofaring dan laringofaring merupakan bagian
dari refleks menelan.
c. Laring
Fungsinya yaitu berbicara adalah saluran pendek yangmenghubungkan faringdengan trakhea.
Laring menjadi sarana pembentukan suara. Dinding laring terutama dibentuk oleh tulang
rawan(kartilago) dan bagian dalamnya dilapisi oleh membran mukosa bersilia.
d. Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang terdiri dari tulang
rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan napas
agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut
sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama
dengan udara pernapasan.
e. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis
IV dan V. Mempunyai struktur serupa dengan trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.
Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin
dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang.
Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat
gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah
tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

3. Klasifikasi
a. Bronkitis Akut
Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan
penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. (berakhir dalam masa 3 hari
hingga 3 minggu)
b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang.
Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai
sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-
turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala
respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981).
Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk
dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai
Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat
ditegakkan setelah menyingkirkan semua penyebab lainnya dari BKB. (boleh berakhir
sehingga 3 bulan dan menyerang semula untuk selama 2 tahun atau lebih).

4. Epidemiologi
Di negara barat,kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3%
diantara populasi.Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakansalah
satu penyebab kematian dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu
ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.
Bronkitis Kronik : Bronchitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi
daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji padi-padian,
pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang terusmenerus terpapar pada
debu. Namun penyebab utama adalah merokok sigaret yang berat dan berjangka panjang,
yang mengiritasi tabung-tabung bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir
yang berlebihan
Bronkitis Akut : Resiko terkena bronkitis akut meningkat seiring dengan :
o Merokok
o Dingin, musim dingin
o Area yang banyak polusi
o COPD
o U m u r tertentu : bronkitis akut lebih sering terjadi pada anak umur 0-4 tahun dan orang tua
lebih dari 65 tahun.
5. Etiologi
Bronkitis Akut
Virus yang menyebabkan flu atau pilek seringkali menyebabkan juga bronkitis akut.
Bronkitis akut dapat disebabkan karena non infeksi karena paparan asap tembakau karena
polutan pembersih rumah tangga dan asap. Pekerja yang terkena paparan debu dan uap dapat
juga menyebabkan bronkitis akut. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas
dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut.
Bronkitis Kronik
Bronkitis akut dapat menyebabkan bronkitis kronik jika tidak mengalami penyembuhan.
Hal ini terjadi karena penebalan dan peradangan pada dinding bronkus paru – paru yang
sifatnya permanen. Disebut bronkitis kronis jika batuk terjadi selama minimal 3 bulan dalam
setahun di dua tahun berturut. Yang termasuk penyebab bronkitis kronik adalah :
Spesifik :
1. Asma.
2. Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3. Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia,
pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4. Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5. Sindrom aspirasi.
6. Penekanan pada saluran napas

Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,infeksi, dan
polusi. Selain itu terdapat pula hubungannya dengan faktor keturunan dan status sosial :
1. Rokok
Menurut buku REPORT OF THE WHO EXPERT COMITE ON SMOKINGCONTROL,
rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis terdapat hubungan yang antara merokok
dan penurunan VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik.
Secara patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus bronkus dan
metaplasia skuamus epitel saluran pernapasan juga dapat menyebabkan bronchitis akut.
2. Infeksi Eksasebasi
Bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi vius yangkemudian menyebakan
infeksi sekundr bakteri. Bakteri yang isolasi paling banyak adalah hemophilus influenza dan
sterptococus pnemoniae.
3. Polusi
Polusi tidak begitu pengaruhnya sebagai factor penyebab tetapi bila di tambahmerokok resiko
akan lebih tinggi. Zat-zat kimia dapat juga adalah zat-zat pereduksi 02, zat-zat pengoksidasi
seperti N20, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah factor keturunan berperan atau tidak, kecuali pada
penderita defisiensi alfa -1 antitripsin yang merupakan suatu problem, dimana kelainan ini
diturunkan secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan paru.
5. Factor social ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan sosial ekonomi rendah,
mungkin disebabkan factor lingkungan dan ekonomi yang lebih baik.
Asap mengiritasi jalan napas mengakibatkan hipersekresi lendir
dan imflamasi. Adanya iritasi yang terus menerus menyebabkan kelenjar. Kelenjar
mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin banyak peningkatan jumlah sel
goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini menyebabkan terjadinya penyempitan dan
penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli yang terletak dengan bronkiolus dapat mengalami
kerusakan dan
membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri.
Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.
Penyempitan bronchial lebih lanjut dapat terjadi perubaha fibrotik yang terjadi dalam jalan
napas. pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang irreversible.

6. Patofisiologi
Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir dan inflamasi. Adanya iritasi
yang terus menerus menyebabkan kelenjar-kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang
diproduksi semakin banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini
menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus. Alveoli yang
terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan dan membentuk fibrosis
sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan
terhadap infeksi pernapasan. Penyempitan bronkhial lebih lanjut dapat terjadi perubahan
fibrotik yang terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru yang
irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan
bronkiektatis.(manurung,2008)
WOC: :
7. Manifestasi klinis
Gejala utama bronkhitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan
normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira -kira
beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru
(bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak
yang akan memicu timbulnya batuk.Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas
dapat menimbulkan shortness of breath.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu :
- Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
- Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
- Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
- Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut Ngastiyah (1997), manifestasinya juga bisa berupa :
- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)
- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan
- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)
- Bengek
- Lelah
- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan
- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan
- Pipi tampak kemerahan
- Sakit kepala
- Gangguan penglihatan
- Sedikit demam.
- Dada merasa tidak nyaman.

8. Pemeriksaan diagnostik
a. Bronkitis akut
Pemeriksaan sinar-X toraks mungkin memperlihatkan bronkitis akut.
b. Bronkitis kronik
 Pemeriksaan fungsi paru
Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna sebagai suatu siklus
inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang dewasa normal berkisar 12 - 16 kali
permenit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang
lebih rendah dari kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume dan
kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak 500
ml disebut dengan volume tidal, sedang volume tidal pada tiap orang sangat bervariasi
tergantung pada saat pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal
secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli
yang aktif dalam proses pertukaran gas.
 Analisa gas darah
Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa),
oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau
kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai
pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut dan menahun.
Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang
dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas
darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat
penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:
- PH normal 7,35-7,45
- Pa CO2 normal 35-45 mmHg
- Pa O2 normal 80-100 mmHg
- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l
- HCO3 normal 21-30 mEq/l
- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3
- Saturasi O2 lebih dari 90%.
 Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai derajat progresivitas
penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif menahun.
 Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada peningkatan eosinofil
(berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum diperiksa secara makroskopis untuk
diagnosis banding dengan tuberculosis paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan menimbulkan sputum sangat
berbau, pada kasus yang sudah berat, misalnya pada saccular type bronchitis, sputum
jumlahnya banyak sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah
menjadi 3 bagian:
- Lapisan teratas agak keruh
- Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
- Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari bronkus yang rusak
(celluler debris).(mutaqin, 2008)

9. Pengobatan / penatalaksaan
Tindakan Perawatan :
 Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir.
 Berjemur di pagi hari.
 Sering mengubah posisi.
 Banyak minum.
 Inhalasi
 Nebulizer
 Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan
minum susu atau makanan lain
Tindakan Medis :
 Jangan beri obat antihistamin berlebih.
 Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial
 Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari
 Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

10. Komplikasi
Bronkitis akut yang tidak ditangani cenderung menjadi bronkitis kronik.
 Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat
terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.
 Bronkitis kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.
 Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasis atau bronkietaksi.

11. Pencegahan
 Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah.
 Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
 Langkah-langkah ini juga dapat membantu menurunkan risiko bronkitis dan melindungi
paru-paru secara umum:
a. Hindari merokok dan menjadi perokok pasif. Asap tembakau meningkatkan risiko bronkitis
kronis dan emphysema.
b. Cobalah untuk menghindari orang-orang yang telah pilek atau flu. Semakin sedikit Anda
terkena virus yang menyebabkan bronkitis, semakin rendah risiko Anda mendapatkannya.
Hindari kerumunan orang selama musim flu.
c. Hindari keluar malam karena saat malam kondisi udara dingin dan sangat lembab sehingga
membuat bronkhus mengalami vasokontriksi dan peningkatan produksi secret.
d. Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya telur, susu,
daging dan sebagainya.
e. Dapatkan vaksin flu tahunan. Banyak kasus bronkitis akut hasil dari influenza, virus.
Mendapatkan vaksin flu tahunan dapat membantu melindungi Anda dari flu, yang pada
gilirannya, dapat mengurangi risiko bronkitis.

12. Prognosis
Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada
bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi
kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa.
B. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Identitas klien
Nama : tuan G
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Kristen
Sukubangsa : Jawa,Indonesia
Diagnosa Medis : Bronkitis
Pendidikan : SMA
Alamat : Lumpang
Tanggal Masuk RS : 15 November 2012
A. Anamnesis
Keluhan utama pada klien dengan bronchitis meliputi batuk kering dan produktif dengan
sputum purulen, demam dengan suhu tubuh da[at mencapai >40 oC, dan sesak napas.
B. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama:
Batuk persisten,produksi sputum seperti warna kopi,disnea dalam beberapa keadaan,weizing
pada saat ekspirasi,sering mengalami infeksi pada system respirasi.
 Riwayat kesehatan dahulu:
Batuk atau produksi sputum selama beberapa hari kurang lebih 3 bulan dalam 1 th.dan paling
sedikitdalam 2 th berturut-turut.adanya riwayat merokok.

 Riwayat kesehatan keluarga:

Anda mungkin juga menyukai