Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare diartikan sebagai suatu gejala klinis gangguan pada saluran

pencernaan (usus), yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi dan

perubahan bentuk (konsistensi) feses Secara umum diare dapat terjadi karena

meningkatnya motilitasusus dan gangguan absorbsi yang menyebabkan tinja

menjadi encer sehingga diperlukan obat yang dapat menurunkan motilitasusus

dan yang dapat mengentalkan tinja Penyakitdiare di Indonesia merupakan

salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama. Berdasarkan data

World Health Organization (WHO) pada tahun 2009, secara global setiap

tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka kematian 1,5 juta

pertahun.

WHO juga menyatakan diare merupakan penyakit mematikan balita

nomor dua di dunia (WHO, 2009). Data Kemenkes RI dari tahun 2000-2010

memperlihatkan adanya kenaikan pada insiden diare. Pada tahun 2000

Incidance Rate (IR) diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi

374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun

2010 menjadi 411/1000 penduduk (Kemenkes RI, 2011). Hasil

RisetKesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyatakan, angka


prevalensinasional untuk diare adalah sebesar 3,5%. Diare dapat bersifat akut

atau kronik. Diare akut ditandai dengan munculnya secara tiba-tiba tinja

berbentuk cair, sering diiringi dengan demam, saki tperut, muntah dan badan

lemas.

Diare akut biasanya. disebabkan oleh bakteri misalnya bakteri Salmonella

thypi, Shigella, Campylobacter dan jenis coli tertentu atau dapat juga

disebabkan karena keracunan makanan. Bahaya utama dari diare akut adalah

dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolittubuh, terutama pada bayi dan

anak. Penyebab diare kronik diantaranya adalah keadaan sekunder dari

penyakit lain, adanya parasit, kelebihan hormone atau pun cair anempedu

serta sebab sebab kejiwaan. Terapi untuk mengatasi gejala diare adalah

rehidrasi, pemberianobat yang bekerja secara selektif pada saluran cerna dan

pengobatan dengan menekan motilitas usus (Anwar, 2000).

Adapun beberapa jenis terapi yang digunakan untuk mengobati diare

antara lain kemoterapeutika, obstipansia, adstringensia dan adsorbensia.

Kemoterapeutika merupakan terapi untuk memberantas bakteri-bakteri

pembangkit dengan menggunakan antibiotika, sulfonamid, furazolidon dan

kliokinol. Terapiobstipansia dapat menghentikan diare dengan menggunakan

zat-zat penekan peristal tikmisalnya difenoksilat danloperamid. Terapi

adstringensia dapat mengecilkan selaput lender usus, misalnya asam samak

(tanin) dan garam-garam bismuth serta aluminium.


Terapi adsorbensia menggunakan karbon dapat menyerap zat-zat racun

yang dihasilkan bakteri pada permukaan usus atau yang adakalanya berasal

dari makanan. Terapi spasmolitika dapat melepaskan kejang-kejang otot yang

sering menyebabkan nyeriperut pada diare seperti atropin dan papaverin (Tan

dan Raharja, 2002). Tingginya angka kejadian diare dan efek samping obat

antidiare yang ada saat ini mendorong para peneliti untuk terus berusaha

dalam menemukan pengobatan diare. Efeksamping obat antidiare yang sering

ditemukan misalnya, pada penggunaan loperamid HCl berupa nyeri perut,

Gangguan saluran cerna, keracunan usus besar, mulut kering, pusing,

kelelahan dan racun pada kulit. Penggunaan loperamid HCl juga harus hati-

hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati sebab loperamid HCl

mengalami metabolism lintas pertama di hati, juga penggunaan pada anak-

anak karena memberikan respon sangat bervariasi serta tidak dianjurkan

penggunaannya pada bayi.

Pengobatan diare dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan kekayaan

alam yang tersedia. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak

memanfaatkan kekayaan alam sebagai bahanbaku obat. Penggunaan obat

tradisional mempunyai keuntungan antara lain bahan bakunya mudah

diperoleh sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat terutama oleh masyarakat

menengah kebawah. Akan tetapi penggunaan obat masih berdasarkan warisan

secara turun temurun dan belum diketahui manfaatnya secara ilmiah, sehingga
perlu dilakukan penelitian secara ilmiah terhadap obat tradisional agar benar-

benar dapat dimanfaatkan secara tepat dan aman untuk dikonsumsi oleh

masyarakat (Lodion, 2001).

B. Maksud dan Tujuan Percobaan

1. Maksud Percobaan

a. Pemberian oral untuk mengetahui efek anti diare pada hewan uji dan

mekanisme anti diare hewan uji

2. Tujuan Percobaan

a. Mengetahuiefek anti diaresuatuobat

b. Mengetahui mekanisme terjadinya diare terhadap hewan uji

C. Prinsip Percobaan

Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot

feses, dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat loperamid yang dapat

memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan

memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi terhadap diare oleh

oleum ricini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum

Diare adalah suatu keadaan meningkatnya berat dari fases (>200

mg/hari) yang dapat dihubungkan dengan meningkatnya cairan, frekuensi

BAB, tidak enak pada perinal, dan rasa terdesak untuk BAB dengan atau

tanpa inkontinensiafekal (Daldiyono, 1990).

Diare atau diare merupakan kondisi rangsangan buang air besar yang

terus menerus disertai keluarnya feses atau tinja yang kelebihan cairan, atau

memiliki kandungan air yang berlebih dari keadaan normal. Umumnya diare

menyerang balita dan anak-anak. Namun tidak jarang orang dewasa juga bias

terjangkit diare. Jenis penyakit diare bergantung pada jenis klinik

penyakitnya (Anne, 2011).

Klinis tersebu tdapat diketahui saat pertama kali mengalami sakit

perut. Ada lima jenis klinis penyakit diare, antara lain:

1. Diare akut, bercampur dengan air. Diare memiliki gejala yang dating

tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Bila mengalami diare

akut, penderita akan mengalami dehidrasi dan penurunan berat

badan jika tidak diberi makan dam minum.


2. Diare kronik. Diare yang gejalanya berlangsung lebih dari 14 hari

yang disebabkan oleh virus, Bakteri dan parasit, maupun non infeksi.

3. Diare akut bercampur darah. Selain intensitas buang air besar

meningkat, diare ini dapat menyebabkan kerusakan usus halus,

spesisya itu infeksi bakteri dalam darah, mal nutrisi atau kurang gizi

dan dehidrasi.

4. Diare persisten. Gejalanya berlangsung selama lebih dari 14 hari.

Dengan bahaya utama adalah kekurangan gizi. Infeksi serius tidak

hanya dalam usus tetapi menyebar hingga keluar usus.

5. Diare dengan kurang gizi berat. Diare ini lebih parah dari diare yang

lainnya, karena mengakibatkan infeksi yang sifatnya sistemik atau

menyeluruh yang berat, dehidrasi, kekurangan vitamin dan mineral.

Bahkan bias mengakibatkan gagal jantung.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan diare antara lain (National

Digestive Diseases Information Clearinghouse, 2007) :

Infeksi bakteri

Beberapa jenis bakteri dikonsumsi Bersama dengan makanan atau

minuman, contohnya Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan Escherichia

coli (E. coli).

Infeksi virus

beberapa virus menyebabkan diare, termasuk rotavirus, Norwalk virus,

cytomegalovirus, herpes simplex virus, and virus hepatitis.


Intoleransi makanan

beberapa orang tidak mampu mencerna semua bahan makanan,

misalnya pemanis buatan dan glukosa.

Parasit

parasite dapat memasuki tubuh melalui makanan atau minuman dan

menetap di dalam system pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare

misalnya Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, and Cryptosporidium.

Reaksi atau efek samping pengobatan

antibiotik, penurun tekanan darah, obat kanker dan antasida

mengandung magnesium yang mampu memicu diare.

Gangguan intestinal

Kelainan fungsi usus besar

Pada anak-anak dan orang tua diatas 65 tahun diare sangat berbahaya. Bila

penanganan terlambat dan mereka jatuh kedalam dehidrasi berat maka bias

berakibat fatal. Dehidrasi adalah suatu keadaan kekurangan cairan,

kekurangan kalium (hipokalemia) dan ada kalanya acidosis (darah menjadi

asam), yang tidak jarang berakhir dengan shock dan kematian. Keadaan ini

sangat berbahaya terutama bagibayi dan anak-anak kecil, karena mereka

memiliki cadangan cairan intrasel yang lebih sedikit sedangkan cairan ekstra-

selnya lebih mudah lepas dari pada orang dewasa (Adnyana, 2008).
Mekanisme timbulnya diare.

Berbagai mikroba seperti bakteri, parasit, virus dan kapang bias

menyebabkan diare dan muntah. Keracunan dan pangan yang menyebabkan

diare dan muntah, disebabkan oleh pangan dan air yang terkontaminasi oleh

mikroba. Pada tulisan ini akan dijelaskan mekanisme diare dan muntah yang

disebabkan oleh mikroba melalui pangan terkontaminasi. Secara klinis, istilah

diare digunakan untuk menjelaskan terjadinya peningkatan likuiditas tinja

yang dihubungkan dengan peningkatan berat atau volume tinja dan

frekuensinya. Seseorang dikatakan diare jika secara kuantitatif berat tinja per-

24 jam lebih dari 200 gram atau lebih dari 200 ml dengan frekuensi lebih dari

tiga kali sehari (Anne, 2011).

Diare yang disebabkan oleh pathogen enteric terjadi dengan beberapa

mekanisme. Beberapa pathogen menstimulasi sekresi dari fluida dan

elektrolit, seringkali dengan melibatkan enterotoksin yang akan menurunkan

absorpsi garam dan air dan/atau meningkatkan sekresi anion aktif. Pada

kondisi diare ini tidak terjadi gap osmotic dan diarenya tidak berhubungan

dengan isi usus sehingga tidak bisa dihentikan dengan puasa. Diare jenis ini

dikenal sebagai diare sekretory. Contoh dari diare sekretori adalah kolera dan

diare yang disebabkan oleh enterotoxigenic E coli (Anne, 2011).


Beberapa pathogen menyebabkan diare dengan meningkatkan daya

dorong pada kontraksi otot, sehingga menurunkan waktu kontak antara

permukaan absorpsi usus dan cairan luminal. Peningkatan daya dorong ini

mungkin secara langsung distimulasi oleh proses patofisiologis yang

diaktivasi oleh patogen, atau oleh peningkatan tekanan luminal karena adanya

akumulasi fluida. Pada umumnya, peningkatan daya dorong tidak dianggap

sebagai penyebab utama diare tetapi lebih kepada factor tambahan yang

kadang-kadang menyertai akibat-akibat patofisiologis dari diare yang

diinduksi oleh patogen (Anne, 2011).

Pada beberapa diare karena infeksi, pathogen menginduksi kerusakan

mukosa dan menyebabkan peningkatan per meabilitas mukosa. Sebaran,

karakteristik dan daerah yang terinfeksi akan bervariasi antar organisme.

Kerusakan mukosa yang terjadi bisa berupa difusi nanah oleh pseudo

membran sampai dengan luka halus yang hanya bisa dideteksi secara

mikroskopik. Kerusakan mukosa atau peningkatan permeabilitas tidak hanya

menyebabkan pengeluaran cairan seperti plasma, Diare jenis ini dikenal

sebagai diare eksudatif. Penyebabnya adalah bakteri patogen penyebab

infeksi yang bersifat invasive (Shigella, Salmonella) (Anne, 2011).

Malabsorpsi komponen nutrisi di usus halus seringkali menyertai

kerusakan mucosal yang diinduksi oleh patogen. Kegagalan pencernaan dan

penyerapan karbohidrat (CHO) akan meningkat dengan hilangnya hidrolase

pada permukaan membrane mikrovillus (misalnya lactase, sukrase-isomaltase)


atau kerusakan membran microvillus dari enterosit. Peningkatan solute di

dalam luminal karena malabsorbsi CHO menyebabkan osmolaritas luminal

meningkat dan terjadi difusi air ke luminal. Diare jenis ini dikenal sebagai

diare osmotik dan bias dihambat dengan berpuasa (Anne, 2011).

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kumanentero

patogen meliputi penempelan bakteri pada selepitel dengan atau tanpa

kerusakan mukosa, invasimukosa, dan produksi enterotoksin atau sitotoksin.

Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme tersebut untuk

dapat mengatasi pertahanan mukosa usus (Anne, 2011).

Penggolongan obat diare :

1. Kemoterapeutika

Walaupun pada umumnya obat tidak digunakan pada diare,

adabeberapa pengecualian dimana obat antimikroba diperlukan pada

diare yang disebabkan oleh infeksi beberapa bakteri dan protozoa.

Pemberian anti mikroba dapat mengurangi parah dan lamanya diare

dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi

digunakan untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab

diare dengan antibiotika (tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin,

sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon) (Harkness, 1984).

2. Zat penekan peristal tikusus Obat golongan ini bekerja

memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot


sirkuler dan longitudinal usus. Contoh: Candu dan alkaloidnya,

derivatpetidin (definoksilat dan loperamin), dan anti kolinergik

(atropin dan ekstrak beladon) (Departemen Farmakologi dan Terapi

UI, 2007).

3. Adsorbensia

Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini

adalah mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil

metabolisme serta melapisi permukaan mukosa usus sehingga toksin

dan mikroorganisme tidak dapat merusak serta menembus mukosa

usus. Obat-obat yang termasuk kedalam golongan ini adalah karbon,

musilage, kaolin, pektin, garam-garam bismut, dan garam-garam

alumunium ) (DepartemenFarmakologi dan Terapi UI, 2007).

4. Obat diare yang dapat dibeli bebas mengandung adsorben atau

gabungan antara adsorben dengan penghilang nyeri (paregorik).

Adsorben mengikat bakteri dan toksin sehingga dapat dibawa melalui

usus dan dikeluarkan Bersama tinja. Adsorben yang digunakan dalam

sediaan diare antara lain attapulgitaktif, karbonaktif, garam bismuth,

kaolin dan pektin (Harkness, 1984).

B. Uraian Tanaman

Daun Jambu Air

Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Subkelas: Rosidae

Ordo: Myrtales

Famili: myrtaceae

Genus: Syzygium

Spesies: Syzygium aqueum

Morfologi Jambu Air

Morfologi jambu air dapat dilihat berdasarkan bagian-bagiannya yaitu

terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

Akar (radix) Tanaman

Tanaman jambu air memiliki akar tunggang atau disebut dengan akar radik

primaria. Perakaran memiliki percabangan yang berukuran relatif kecil, yang

merupakan bagian dari akar tunggang tersebut.

Batang (Caulis) Tanaman

Batang tanaman jambu air merupakan batang berkayu, memiliki

struktur keras dan kuat, tekstur kasar, berwarna kecoklatan dan terdapat
bercak coklat. Batang tumbuh dengan tegak dan mencapai ketinggian

berkisar 3 m-10 m atau bahkan lebih.

Daun (Folium) Tanaman

Daun tanaman jambu adalah jenis daun tunggal, berhadapan dan

bertangkai. Panjang daun berkisar 15-20 cm dan lebar 4-6 cm atau lebih

dengan pertulangan menyirip dan berwarna hijau. Pada bagian ujung daun

tumpul, dan bagian pangkal bulat, selain itu permukaan daun sebagian besar

mengkilap.

Bunga Tanaman

Bunga tanaman jambu adalah bunga jenis majemuk, karangan bunga

berbentuk malai serta memiliki bunga berwarna kuning keputihan. Bunga

tanaman jambu air terletak di ketiak daun, bagian kelopaknya berbentuk

corong, benang sari berukuran 3-3,5 cm berwarna putih dan terdapat lebih

dari 20 benang sari dengan ukuran putik 4-5 cm berwarna hijau pucat. Bunga

tanaman jambu air juga disebut dengan bunga lengkap.

Kandungan kimia

Kandungan senyawa yang terdapat pada daun jambu air adalah, Air, Nitrogen,

Protein, Lemak, Mineral anorganik, Fruktosa, Glukosa, Kalsiumm Besi (Fe),

Magnesium, Potasium, Seng (Zn), Thiamin, Riboflavin, Niacin, Vitamin C, Asam

Sitrat dan Asam Malik


Manfaat

Daun jambu air mengandung senyawa aktif steroid, fenolik dan

triterpenoid. Di masyarakat daun jambu air dapat dimanfaatkan sebagai

astringent, demam, menghentikan diare, diabetes, batuk dan sakit kepala.

Bubuk daun jambu dapat digunakan untuk lidah pecah-pecah dan jus daun

digunakan dalam mandi dan lotion

C. Uraian Obat

Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara

memeperlambat motilitas salurancerna dengan mempengaruhi otot sirkuler

dan longitudinal usus. Obat diare ini berikatan dengan reseptor opioid

sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamide

dengan reseptor tersebut. Efek samping yang sering dijumpai ialah kolik

abdomen, sedangkan toleransi terhadap efek konstipasi jarang sekali terjadi.

D. Uraian bahan

1. Aquadest (Depkes RI, 1979 Halaman 96)

Nama resmi : AQUADESTILLATA

Nama lain : Air suling, Aquadest

Rumus kimia : H2O


Berat molekul : 18,02

Pemerian :cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup

Oleum Ricini/Minyak Jarak (FI IV, Hal : 631)

Pemerian : Cairan kental, transparan kuning pucat atau hampir

tidak berwarna, bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik; rasa khas.

Kelarutan : Larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol

mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan eter.

RM/BM : C57O9H110/939,50

Khasiat : Laksativum, iritasi kulit

BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang Digunakan

a. Spuit oral
b. Timbangan berat badan hewan uji

c. Kapas

d. Erlenmeyer

e. Tissue

f. Batang pengaduk

g. Gelas ukur

h. Kertas saring

2. Bahan Yang Digunakan

a. Mencit

b. Aquadest

c. Asam pikrat 10%

d. Infus atau ekstrak tanaman obat (di bagi kelompok )yang

digunakan sebagai obat diare

e. Larutan koloidal Na.CMC 1%

f. Loperamide

g. Oleum ricini

3. Cara kerja

1. Bagi kelompok hewan uji, obat dan ekstrak atau infus termasuk

control puasakan hewan uji 4 sebelum perlakuan

2. Timbang berat badang hewan uji mencit.


3. Beri tanda pada hewan uji pada punggung dengan asam pikrat

atau bahan lain yang tidak berbahaya/yang aman pada hewan uji

tidak dapat menghilangkan tanda tersebut sesuai dengan replikasi

dengan perlakuan.

4. Mencit yang telah ditimbang kemudian dihitung dosis pemberian

obat (1 ml/20 g berat badan).

5. Siapkan dosis pemberian hewan uji pada spuit oral (perlakuan dan

control).

6. Memasukkan kedalam mulut spuit atau perlahan-lahan pastikan

obat masuk kedalam saluran pencernaan ( bukan di paru ),setelah

obat sudah masuk Tarik perlahan-lahan spuit tersebut.

7. Hewan uji diletakkan di atas kertas saring atau metode lain untuk

menampung dan mengamati feses yang di keluarkan, meliputi wak

keluanensi keluarnya feses dan volume feses yang keluar.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel pengamatan efek diare


pengamatan
Aplikasi
hewan uji Waktu pertama Frekuensi Konsistensi
pengeluaran
feses
I _ _ _

II 20 menit,30 10 menit >padat berlendir


menit >padat cair
III 50 menit 50 menit padat

I 15 m4nit,22 8 menit cair


menit
II 5 detik,3 menit,6 28 menit 3 padat cair
menit 32 menit 1 lunak
III 15 menit, 29 14 menit Padat cair
menit
I 12 menit _ padat

II 17 menit _ padat

III _ _ _

B. Pembahasan

Tujuan percobaan pada praktikum kali ini adalah mengetahui sejauh

mana aktivitas obat antidiare yaitu diapet dapat menghambat diare dengan

metode proteksi.
Diare merupakan keadaan buang-buang air dengan banyak cairan

(mencret) dan

merupakan gejala dari penyakit-penyakit tertentu. Diare disebabkan oleh

adanya rangsangan pada saraf otonom di dinding usus sehingga dapat

menimbulkan reflek yang mempercepat peristaltic sehingga timbul diare.

Diare ditandai dengan frekuensi defekasi yang jauh melebihi frekuensi

normal, serta konsistensi feses yang encer. Penyebab diare pun bermacam-

macam. Pada dasarnya diare merupakan mekanisme alamiah tubuh untuk

untuk mengeluarkan zat-zat racun yang tidak dikehendaki dari dalam usus.

Bila usus sudah bersih maka diare akan berhenti dengan sendirinya.

Diare pada dasarnya tidak perlu pemberian obat, hanya apabila terjadi

diare hebat dapat digunakan obat untuk menguranginya. Obat antidiare yang

banyak digunakan diantaranya adalah diapet yang daya kerjanya dapat

menormalisasi keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu

memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi pada keadaan

resorpsi normal kembali. Diapet dengan khasiat obstipansi yang 2-3 lebih kuat

tanpa khasiat SSP, jadi tidak mengakibatkan ketergantungan.

Hewan percobaan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah

mencit. Selain karena anatomi fisiologinya sama dengan anatomi fisiplogi

manusia, juga karena mencit mudah ditangani, ukuran tubuhnya kecil

sehingga waktu penelitian dapat berlangsung lebih cepat. Sebelum digunakan

untuk percobaan, mencit dipuasakan selama 18jam sebelum percobaan tetapi


minum tetap diberikan. Hal tersebut dikarenakan makanan dalam usus akan

berpengaruh terhadap kecepatan peristaltic.

Tiap kelompok diberi 4 ekor mencit. Prosedur pertama dilakukan

adalah menimbang masing-masing mencit untuk menentukan banyaknya

dosis sediaan uji yang akan diberikan pada tiap mencit, yang sebelumnya

sudah diberi tanda pada tiap ekor mencit.

Mencit yang puasa diberi norit sebagai metode transit intestinal untuk

mengetahui sejauh mana norit didalam usus (motilitas usus). Dan mencit yang

tidak puasa diberi induksi yaitu oleum ricini sebagai metode proteksi. Mencit

pertama diberi control dengan CMC Na dan mencit yang kedua diberi diapet

diakukan pada tiap mencit yang puasa dan tidak puasa.

Loperamid berfungsi sebagai adstringensia yaitu akan menciutkan

usus sehingga feses tidak mudah keluar dan mengurangi frekuensi defekasi..

Adanya perbedaan frekuensi dan jumlah feses pada mencit yang diberi control

yaitu CMC Na dan yang diberi diapet membuktikan bahwa diapet memiliki

efek antidiare yaitu mengurangi jumlah feses dan memberikan konsistensi

feses yang lebih padat.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat di

simpulkan sebagai berikut:

1. Sebelum pemberian obat, mencit harus di pegang dengan benar agar

jarum suntik tidak melukain organ karena gerakan dari mencit.

2. Jarum oral harus di arahkan dengan benar dan perlahan menuju

lambung bukan di paru-paru karena dapat menyebabkan mencit mati.

3. Pemberian oral berhasil jika mencit aktif bergerak setelah di lepas.

4. Obat yang paling efektif untuk mengatasi diare yaitu loperamide

B. Saran

Disarankan kepada praktikan pada saat pemberian oral hewan uji

agar memperlakukan hewan uji dengan lembut di khawatirkan pada saat

pemberian oral terjadi kesalahan hingga menyebabkan hewan mati

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, Ketut. 2004. Sekilas Tentang Diare.

http://www.blogdokter.net/2008/10/30/sekilas-tentang-diare/.htm

Anne, Ahira. 2011. Penyakit Diare Akut. http://www.anneahira.com/diare-akut.htm.

Daldiyono. 1990. Diare, Gastroenterologi-Hepatologi. Jakarta : Infomedika. Hal : 14-

4.

Departemen Farmakologi dan Terapi UI, 2007. Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta

: Penerbit UI Press.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Departemen

Kesehatan RI.

Harkness, Richard. 1984. Interkasi Obat . Bandung : Penerbit ITB.

National Digestive Diseases Information Clearinghouse. 2007.

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
EFEK DIARE

DISUSUN OLEH :

ABD. KADIR JAELANI PO713251171002


AINUN ISMAYANTI PO713251171005
DAHRIAH YUSUF PO713251171011
DWI SATYA GEMINASTITI PO713251171012
ELLY IRMA SUNARYO PO713251171014
HUSNAYAIN PO713251171021
ISMA WATI PO713251171022
MERY LUSI TANIA PO713251171023
KELAS/ KELOMPOK : D. III.IIA/ III (TIGA)
PEMBIMBING :Drs. H. TAHIR AHMAD, M. Kes, Apt

JURUSAN FARMASI
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
2019
LAMPIRAN
Perhitungan
Perhitungan loperamide

Loperamide 10 tab = 1,676 g

Berat /tab = 0,1676 g

Konsentrasi 0,004 → 50 ml

Dosis 2 x 2 x 0,0026 = 0,0104 mg /20 g tts

0.004 g /100 ml → 50 → 0.0049 = 4 mg

50
Uth 50 → 100x 4 mg = 2 mg (1 tab)

0,0104
Vol yang diberikan = 0,04
x 1 ml = 0,26 ml/20 g

Perhitungan yang diberikan

24
u/bat modern 20 x 0,26 = 0,3

25
u/obat tradisional 20 x 0,52 = 0,65

u/aquadest = 0,5

Anda mungkin juga menyukai