Anda di halaman 1dari 22

PENGGUNAAN HARMONIC SUPPRESSION SYSTEM

BERBASIS FUZZY LOGIC CONTROLLER UNTUK


MENGURANGI RUGI-RUGI DAYA PADA TRANSFORMATOR
DISTRIBUSI DI PENYULANG DINOYO

Disusun Oleh :
Agus Fernando F B

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIAH MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trasformator merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam suatu
sistem pembangkitan, transmisi maupun distribusi tenaga listrik. transformator terdiri
dari beberapa jenis diantaranya Potential Transformer (PT), Current Transformer (CT),
Measurrement Transformer, dan Protection Transformer. Transformator yang paling
berpengaruh dalam proses transmisi maupun distribusi distribusi tenaga listrik adalah
transformator PT, PT merupakan salah satu jenis transformator yang berfungsi untuk
menurunkan dan menaikan besaran tegangan pada sistem tenaga listrik menjadi
besaran tegangan dengan nilai yang dibutuhkan, juga sebagai sistem pengukuran, dan
penghubung antara rangkaian sisi primer (sumber pembangkitan) dengan rangkaian sisi
sekunder (Beban)[1]. Namun, dalam sebuah sistem pendistribusisan tenaga listrik,
terutama pada komponen transformator, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan
munculnya rugi-rugi daya. sehingga dalam proses transmisi tenaga listrik menjadi
kurang efisien.
Pada analisis-analisis terdahulu telah ditemukan beberapa masalah yang dapat
menyebabkan tingginya nilai rugi-rugi daya yang terjadi dalam sebuah transformer,
diantaranya adalah Harmonisa, arus netral dan beban non-linear. Arus Netral yaitu
berupa cacat gelombang sinus sistem dengan gelombang lain yang mempunyai
frekuensi kelipatan integer (bilangan bulat) dari frekuensi fundamentalnya (di
Indonesia adalah 50Hz)[2]. Harmonisa adalah gangguan yang timbul akibat distorsi
antara gelombang arus dan tegangan. Harmonisa merupakan fenomena yang timbul
dari pengoperasian beban listrik yang sebagian besar diakibatkan dari beban non-
linear [3].
Perlu diketahui bahwa harmonisa terjadi karena adanya beberapa factor yang
mempengaruhi, dan beberapa factor tersebut saling berhubungan antara factor satu
dengan factor yang lainnya, factor utama yang menjadi penyebab harmonisa disini
antara lain adalah arus netral yang terjadi akibat beban yang tidak seimbang sehingga
muncul harmonisa, dari beberapa factor tersebut dapat dilihat bahwa harmonisa sering
terjadi pada tempat-tempat atau penyulang-penyulang yang memiliki banyak beban
elektronik dan juga komputer, seperti perumahan padat penduduk, gedung-gedung
perkantoran dsb. Perlu diketahui bahwa harmonisa menjadi salah satu masalah yang
sangat intim pada sistem transmisi dan distribusi daya listrik, karena harmonisa tidak
dapat dihilangkan dan hanya bisa dikurangi, sehingga keluaran dari sistem tersebut atau
kualitas daya listrik yang dihasilkan dari transformator tidak sama dengan input yang
diberikan.
Penggunaan Harmonic Suppression System dapat mengurangi tingginya nilai
harmonisa yang diakibatkan oleh penyebab inti yaitu arus netral dan beban yang tidak
seimbang[4]. Penggantian beban yang tidak seimbang[5]. Pemasangan Kapasitor Bank
pada transformator sebagai filter juga dapat digunakan untuk mengurangi besarnya
nilai harmonisa[6]. Pemasangan multiple VFDs juga dapat mengurangi tingginya nilai
armonisa[7]. Penggunaan Filter Pasif Frekuensi (Single-Tuned) juga dapat mengurangi
arus harmonisa pada sistem tenaga listrik[8]. Pemasangan Pasif Filter dengan tipe
Induktor dan Kapasitor pada area welding juga dapat mereduksi besarnya nilai
harmonisa yang timbul pada sistem ditribusi[9].
Arus Netral dapat diperkecil dengan menggunakan teknik arus injeksi, teknik
ini dapat menetralisir arus harmonic pada transformator, dan dapat membatalkan arus
netral[10], pemasangan active power filter juga bisa digunakan untuk mengurangi arus
netral dengan tidak mengurangi daya nyata[10]. Autotrafo zig-zag dapat meminimisasi
arus netral dengan pengurangan sebesar 99,68 % sehingga autotrafo zig-zag sangat
efektif untuk meminimisasi arus netral[11], Transformator wye-delta menunjukkan
kinerja yang stabil dalam mengurangi arus rms yang mengalir pada penghantar netral
yaitu dengan persentase pengurangan sebesar 40,4% saat kondisi beban seimbang dan
40,2% saat kondisi beban tidak seimbang[12].

Beban tidak seimbang juga dapat meningkatkan besarnya harmonisa dan


bertambahnya arus netral, metode Seimbang Beban Seharian (SBS) dengan
memperhatikan data Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dan Waktu Beban Puncak
(WBP) sehingga hasil penyeimbang jadi lebih akurat[13], penggantian kaawat fasa dan
netral dengan ukuran yang sama rata dapat mengurangi arus netral yang diakibatkan
ketidak seimbangan beban[14].
Namun, dari beberapa penelitian terdahulu dan bagaimana cara
penyelesaiannya terhadap harmonisa, masih ada kekurangan seperti, penentuan nilai
dari setiap variable atau komponen yang digunakan untuk meminimalisasi nilai
harmonisa masih dilakukan secara manual sehingga, ketika terjadi perubahan nilai
harmonisa harus diimbangi dengan penggantian nilai komponennya juga. Maka dari
itu dengan metode Harmonic Suppresion System, yang dikombinasikan dengan
metode fuzzy logic controller, diharapkan dapat menjadi salah satu cara untuk
mengurangi tingginya nilai harmonisa secara otomatis. Penggunaan HSS yang dapat
mencakup beberapa penyebab yang dapat menimbulkan harmonisa dapat diatasi
dengan memperhatikan penyebab inti yang paling berpengaruh pada besarnya nilai
harmonisa sehingga penyebab-penyebab lainnya juga dapat diatasi secara bersamaan.
Penggunaan metode Fuzzy Logic controller bertujuan untuk melakukan perubahan
nilai atau variable actuator dari HSS yaitu RLC secara otomatis untuk mengimbangi
nilai harmonisa agar kualitas output dari transformator tetap berada pada nilai yang
diinginkan. Dari penggunaan metode ini nantinya akan dibandingkan dengan beberapa
metode sebelumnya, bagaimana efisiensi serta output dari transformator.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah yang ada pada tulisan ini sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang metode yang mampu untuk diterapkan pada sistem
transmisi dan distribusi agar dapat mengurangi besarnya nilai harmonisa?
2. Bagaimana implementasi dari metode tersebut agar dapat mengurangi Rugi-
rugi daya ?
3. Bagaimana hasil dari metode tersebut walaupun hanya sebatas simulasi?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengembangkan metode HSS untuk mengurangi besarnya nilai harmonisa.
2. Meningkatkan efisiensi transformator pada penyulang landungsari.
3. Membandingkan hasil dari output transformator sebelum dan sesudah
menggunakan HSS berbasis fuzzy logic controller.
1.5 Manfaat Penelitian
Penulis berharap pada penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa kalangan,
khususnya kalangan berikut ini:
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan
pengetahuan penulis sekaligus untuk memenuhi syarat perkuliahan.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi tambahan sumber pengetahuan
serta menjadi referensi karya ilmiah lainnya.
3. Bagi Lembaga Institusi khususnya PLN dan Lembaga Listrik Lainnya,
diharapkan menjadi sebuah inovasi dan jalan keluar dalam menyelesaikan
beberapa masalah mengenai harmonisa.

1.5 Batasan Masalah


Mengingat Luasnya pembahasan tentang transformator, maka penulis perlu membatasi
masalah yang dibahas, dalam tulisan ini ada beberapa batasan-batasan diantaranya:
1. Proses pengambilan data tidak dilakukan secara real time, hanya dilakukan
pada saat beban minimum dan pada saat beban maksimum atau beban puncak.
2. Standard Harmonisa yang dipakai berlandaskan pada IEEE 519-1992.
3. Penelitian dilakukan pada transformator distribusi dengan kapasitas 20kV /
380 / 220 volt.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Trafo distribusi adalah merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam
penyaluran tenaga listrik dari gardu distribusi ke konsumen. Kerusakan pada trafo
distribusi menyebabkan kontiniutas pelayanan terhadap konsumen akan terganggu
(terjadi pemutusan aliran listrik atau pemadaman). Pemadaman merupakan suatu
kerugian yang menyebabkan biaya-biaya pembangkitan akan meningkat tergantung
harga kwh yang tidak terjual. Pemilihan rating trafo distribusi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan beban akan menyebabkan efisiensi menjadi kecil, begitu juga penempatan
lokasi trafo distribusi yang tidak cocok mempengaruhi drop tegangan ujung pada
konsumen atau jatuhnya/turunnya tegangan ujung saluran/konsumen.
Transformator atau trafo adalah komponen elektromagnet yang dapat merubah
tegangan tinggi ke rendah atau sebaliknya dalam frekuensi sama. Trafo merupakan
jantung dari distribusi dan transmisi yang diharapkan beroperasi maksimal (kerja terus
menerus tanpa henti). Agar dapat berfungsi dengan baik, makan trafo harus dipelihara
dan dirawat dengan baik menggunakan sistem dan peralatan yang tepat. Trafo dapat
dibedakan berdasarkan tenaganya, trafo 500/150 kv dan 150/70 kv biasa disebut trafo
interbus transformator (ibt) dan trafo 150/20 kv dan 70/20 kv disebut trafo distribusi.
Trafo pada umumnya ditanahkan pada titik netral sesuai dengan kebutuhan untuk
sistem pengamanan atau proteksi. Sebagai contoh trafo 150/20 kv ditanahkan secara
langsung di sisi netral 150 kv dan trafo 70/20 kv ditanahkan dengan tahanan rendah
atau tahanan tinggi atau langsung di sisi netral 20 kv. Inti besi berfungsi untuk
mempermudah jalan fluksi, magnetik yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui
kumparan. Dibuat dari lempengan-lempengan besi tipis yang berisolasi, untuk
mengurangi panas (sebagai rugi-rugi besi) yang ditimbulkan oleh Eddy Current.
Harmonik adalah gangguan yang terjadi pada sistem distribusi tenaga listrik
akibat terjadinya distorsi gelombang arus dan tegangan. Pada dasarnya, harmonik
adalah gejala pembentukan gelombang-gelombang dengan frekuensi berbeda yang
merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi dasarnya. Hal ini disebut
frekuensi harmonik yang timbul pada bentuk gelombang aslinya sedangkan bilangan
bulat pengali frekuensi dasar disebut angka urutan harmonik. Misalnya, frekuensi dasar
suatu sistem tenaga listrik adalah 50 Hz, maka harmonik keduanya adalah gelombang
dengan frekuensi sebesar 100 Hz, harmonik ketiga adalah gelombang dengan frekuensi
sebesar 150 Hz dan seterusnya. Gelombang-gelombang ini kemudian menumpang
pada gelombang murni/aslinya sehingga terbentuk gelombang cacad yang merupakan
jumlah antara gelombang murni sesaat dengan gelombang hormoniknya. Dalam sistem
tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban non linier. Beban
linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran yang linier artinya
arus yang mengalir sebanding dengan impedensi dan perubahan tegangan. Sedangkan
beban non linier adalah bentuk gelombang keluarannya tidak sebanding dengan
tegangan dalam setiap setengan siklus sehingga bentuk gelombang arus maupun
tegangan keluarannya tidak sama dengan gelombang masukannya (mengalami
distorsi). Beban non linier yang umumnya merupakan peralatan elektronik yang
didalamnya banyak terdapat komponen semi konduktor, dalam proses kerjanya berlaku
sebagai saklar yang bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan. Proses
kerja ini akan menghasilkan gangguan atau distorsi gelombang arus yang tidak
sinusoidal.
Harmonic Suppression System adalah alat yang dapat menekan tingginya nilai
harmonisa dengan mencakup beberapa sub masalah dengan memperhatikan penyebab
inti munculnya harmonisa dari system distribusi 3 fasa, yang dimaksud penyebab inti
disini adalah, beban non-linear dan arus netral, yang disebabkan oleh operasi peralatan-
peralatan elektronik terutama komputer. Keuntungan dari penggunaan HSS dapat
menambah umur pakai peralatan peralatan listrik, HSS juga dapat mengurangi biaya
panel dan konsumsi energy sehingga trafo menjadi lebih efisien. Seperti yang
disebutkan pada paragraph sebelumnya, HSS adalah komponen eletronika yang berisi
RLC Paralel, dimana RLC disini adalah Reaktansi, induktansi dan kapasitansi, dengan
nilai yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan agar dapat menekan nilai harmonisa
yang ditimbulkan akibat adanya arus netral dan beban yang tidak seimbang. Sehingga
output daya akan mendekati nilai input dengan nilai harmonisa yang lebih kecil.
2.2 Jenis Jenis Connections pada Transformator 3 Phase.
2.2.1 Trafo dengan Sambungan WYE-Delta
Jenis ini memiliki ciri khas input dengan 4 buah konduktor dan Output dengan
3 konduktor. Setiap fasa voltase akan terpisah sebesar 120 derajat waktu. Jenis
sambungan ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu harganya yang
lebih murah karena menggunakan jumlah lilitan yang lebiuh sedikit dibandingkan
dengan sambungan delta, selain itu pada sambungan ini juga memungkinkan
menghasilkan 2 buah voltase berbeda sehingga dapat lebih flexible.

Gambar 2.1 Trafo dengan sambungan WYE-Delta


2.2.2 Trafo dengan sambungan Delta-Delta
Jenis Ini memiliki kelebihan jika salah satu fasa rusak maka, trafo ini tetap bisa
digunakan sebagai sumber listrik dengan daya 2/3 daro total daya trafo. Pada
konekksi ini tidak memiliki kabel netral dan hanya memiliki 1 jenis voltase.
Kekkurangan dari trafo jeni ini adalah material bahannya yang lebih banyak
membuat trafoi dengan sambungan jebis ini menjadi lebih mahal.

Gambar 2.2 Trafo dengan sambungan Delta-Delta


2.2.3 Trafo dengan sambungan WYE-WYE.
Jenis sambungan ini memiliki sebuah konduktor N. jenis sambugan ini merupan
sambungan yang paling hemat karena menggunakan jumlah lilitan yang lebih
sedikit,jan juga jenis trafo ini lebih efisien karena kelebihan dari kedua jenis
sambungan sebelumnya dimiliki oleh sambungan jenis ini. Untuk mendapatkan
voltase yang lebih tinggi cukup menggunakan fasa RST tanpa menggunakan
kondukto N. memiliki rasio voltase per putaran yang sama antara gulungan primer
dan sekunder. Kelemahan dari jenis gulungan ini adalah jika terjadi short circuit
pada salah satu belitan maka, seluruh sistem sudah tidak bisa digunakan.

Gambar 2.3 Trafo dengan sambungan WYE-WYE


2.2.4 Transformaror dengan sambungan Delta-WYE

Koneksi delta-wye meimilik rasio tegangan 3φ lebih tinggi dibandingakn


dengan koneksi delta-delta ataupun wye-wye, hal ini dikarenakan tegangan yang
meilntas pada 2 belitan wye sekunder sama dengan √3 kali dari tegangan saluran
primer 3φ [15].
Gambar 2.4 Trafo dengan sambungan WYE-Delta
Berdasarkan judul penelitian oleh penulis mengenai “Penggunaan Harmonic
Suppression System Berbasis Fuzzy Logic Controller untuk Mengurangi Rugi-rugi
Daya Pada Transformator di Penyulang Landungsari” maka perlu dijelaskan beberapa
hal yang menyangkut penelitian tersebut diatas
Perhitungan THD (Total Harmonic Distortion) adalah cara untuk mengetahui
kualitas daya listrik pada suatu sistem transmisi dan distribusi daya listrik. Dari
perhitungan tersebjut dapat diketahui besarnya distorsi yang ditimbulkan oleh
komponen-komponen penyebab harmonisa.
THD dapat dinyatakan sebagai suatu nilai potensi pemanasan akibat harmonisa
relative terhadap gelombang frekuensi dasar. Perhitungan ini tidak sama untuk setiap
negara, tergantung standar mana yang dipakai. Berdasarkan kesepakatan yang
disepakati negara-negara di dunia, THD yang dapat diterima adalah apabila THD-nya
bernilai di bawah 5% dari tegangan atau arus fundamentalnya. Apabila di atas batas
tersebut maka alat elektronik tersebut tidak boleh digunakan[16].

THD tegangan dan arus dapat dinyatakan dalam persamaan berikut :

√∑∞ 2
ℎ=2 𝑉ℎ
THD = x 100% (1)
𝑉1
√∑∞ 2
ℎ=2 𝐼ℎ
THD = x 100% (2)
𝐼1

Dimana : V1 dan I1 adalah komponen fundamental tegangan dengan arus.


Vh dan Ih adalah adalah komponen harmonik dari tegangan dan arus.
TDD adalah Distorsi harmonic arus total yang dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut :
√∑∞ 2
ℎ=2 𝑉ℎ
TDD = x 100% (3)
𝐼𝐿
Ada dua cara untuk mengukur nilai IL, pertama yaitu pada beban yang telah terpasang
pada sistem lalu dihitung nilai rata-rata dari arus beban maksimum dari 12 bulan
sebelumnya. Sedangkan untuk sistem yang baru, IL harus diperkirakan berdasarkan
profil beban yang akan dipasang. Nilai IL dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
𝑘𝑊
𝐼𝐿 = 𝑃𝐹√3𝑘𝑉 A (4)

Dimana : kW = Permintaan rata-rata kilowatt


PF = Rata-rata factor daya
kV = Tegangan line-to-line di PCC

2.3 Rugi-rugi yang diakibatkan Harmonisa pada Transformator

Beberapa kerugian yang ditimbulkan akibat adanya harmonisa yang pertama


adalah
a. Rugi-rugi tembaga yang diakibatkan harmonisa arus dimana dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut :

𝑃𝐶𝑈 = ∑∞ 2
𝑛=1 𝐼𝑁 .𝑅𝑁 (5)

Dimana PCU = rugi-rugi daya (watt)


IN = Arus pada belitan trafo (A)
RN = resistan belitan trafo (ohm)

b. Harmonisa tegangan dapat menimbulkan rugi-rugi besi, seperti arus pusar dan
rugi-rugi hysteresis. Eddy current (arus pusar) terjadi apabila inti dari sebuah
material jenis ferromagnetik (besi) secara elektrik bersifat konduktif.
Kosentrasi arus pusar lebih tinggi pada ujung-ujung belitan transformator
karena efek kerapatan medan magnet bocor pada kumparan yang
menyebabkan fenomena terjadinya arus pusar. Bertambahnya rugi-rugi arus
pusar karena harmonisa berpengaruh pada temperature kerja transformator
yang terlihat pada besar rugi-rugi daya nyata (watt) akibat arus pusar tersebut.

𝑃𝐸𝐶 =𝑃𝐸𝐶−𝑅 ∑∞ 2 2
ℎ=1 𝐼ℎ .ℎ (6)

Dimana : 𝑃𝐸𝐶 = Rugi-rugi arus pusar


h = Bilangan bulat orde harmonisa
𝑃𝐸𝐶−𝑅 = Faktor rugi-rugi arus pusar, (ANSI/IEEE standard
C57; 𝑃𝐸𝐶−𝑅 =1%)
Ih = Arus rms harmonisa ke-h

2.4 Standar Batas Distorsi Tegangan dan Arus


Batas atau standar untuk besarnya tegangan dan arus harmonik yang diijinkan
disesuaikan dengan standard IEEE 519-1992.

Tabel 2.1 Standart Batas Maximum Distorsi tegangan Menurut Standar IEEE 519-1992
Tabel 2.2 Satndart Batas Maximum Distorsi Arus Menurut Standar IEEE 519-1992

dengan : 𝐼𝑆𝐶 = nilai maksimum arus hubung singkat


𝐼𝐿 = arus permintaan maksimum h adalah orde harmonik
TDD = Total Demand Distortion (%)
2.5 Fuzzy Logic
Fuzzy Logic merupakan peningkatan dari logika bolean, dimana pada logika
bolean keanggotaan hanya dinyatakan dengan “iya” dan “tidak”. Fuzzy Logic salah
satu pendekatan dimana representasi suatu kejadian didistribusikan kedalam sejumlah
istilah bahasa (yang menyatakan level kualitatif). Fuzzy logic memiliki pendekatan
kepada intuisi manusia yang menyatakan sesuatu dengan tingkatan seperti menyatakan
kondisi suhu dengan tingkatan “sangat dingin”, “dingin”, “sedang”, “tidak dingin”,
“panas”. Sistem fuzzy logic digambarakan dalam diagram pada Error! Reference
source not found., dimana pada digram tersebut terdapat 4 bagian utama yaitu 1).
Fuzzification 2). Inference Mechanism 3). Rule-Base 4). Defuzzification.
Fuzzy System

Inference

defuzzification
Fuzzification

Mechanism

Input Output

Rule-Base

Gambar 2.5 Struktur Sistem Fuzzy


2.5.1 Fuzzification
Fuzzifikasi merupakan proses penggolongan atau perubahan nilai pada variable
input kedalam fuzzy set (himpunan fuzzy). Input pada fuzzy bisa terdiri dari banyak
variable, dimana pada masing masing variable akan digolongkan pada masing masing
himpunan fuzzy. Contoh 3.1:
Masukan fuzzy berupa variable suhu dan kecepatan motor, dengan himpunan
variable input tersebut adalah sebagai berikut:
𝑠𝑢ℎ𝑢 = {"sangat dingin", "dingin", "sedang", "panas", "sangat panas"}
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟 = {"sangat cepat", "cepat", "sedang", "lambat", "sangat lambat"}

a. Fuzzy Set
Fuzzy set atau himpunan fuzzy adalah suatu himpunan yang beranggotakan
sejumlah istilah dalam pengertian bahasa yang menyatakan level kualitatatif dari
semesta pembicaraan X, seperti pada contoh 3.1 semesta suhu digolongkan
menjadi 5 tingkatan himpunan. Keanggotaan dalam fuzzi set dengan logika
manusia sangat kompleks, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk tertentu
dan berbeda untuk tiap individu.
b. Fuzzy Membership function
Fungsi keanggotaan fuzzy adalah suatu fungsi yang didefinisikan untuk suatu
anggota himpunan fuzzy yang menggambarkan derajat kebenaran suatu kejadian
dalam semesta pembicaan X, dinyatakan dalam tingkat keanggotaan (grade of
membership) dengan nilai antara 0 s/d 1. Untuk menggambarkan bagaimana fingsi
keanggotaan fuzzy perhatikan contoh 3.2:
Perbandingan Nilai Kebenaran antara Logika Bolean dengan Logika
Fuzzy dalam kasus kejadian tertentu.
X: Semesta Pembicaraan “Kecepatan Putaran Motor (rpm)”
Kejadian x: kecepatan 1200 rpm
Tabel 2.3 Derajat keanggotaan bolean
dan fuzzy

Gambar 2.6 Perbandingan keanggotaan


bolean dan fuzzy
Pada Gambar dan Tabel menggambarkan perbandingan keanggotaan dari
logika bolean dan fuzzy dimana pada kejadian kecepatan motor berputar 1200 nilai
derajat keanggotaan sedang pada bolean bernilai 1 sedangkan pada fuzzy dinyatakan
dalam tingkatan derajat keanggotaan yang berbeda. Pada kondisi tersebut nilai
derajat keanggotan 0.8 pada himpunan sedang, 0.2 pada keanggotan lambat dan 0.6
pada keanggotan lambat.

c. Fuzzy Membership function Representation


Dalam bentuk representasi umum Himpunan dinyatakan dalam bentuk
sebagai berikut:
S :{himpunan fuzzy semesta pembicaraan}
Si E S, i=1,2 ..n ; Si : himpunan pendukung ke i, dan n jumlah himpunan
pendukung.
Nilai Logika Fuzzy X dapat dinyatakan dalam representasi umum himpunan:
X={µx1/S1; µx1/S1 ....... ; µxn/Sn}
Pada contoh 3.2 Kecepatan Putaran Motor dinyatakan dalam 5 keanggotaan
𝑘𝑒𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑚𝑜𝑡𝑜𝑟
= {"sangat cepat", "cepat", "sedang", "lambat", "sangat lambat"}
Dimana pada kondisi 1200 nilai keanggotaanya adalah sebagai berikut:
𝑥(1200) = {0.0, 0.2, 0.8, 0.6, 0.0}
d. Bentuk-Bentu Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan fuzzy memiliki bentuk yang beragam. Meskipun beragam
fungsi keanggotaan tersebut tetap menyatakan derajat keanggotaan pada nilai 0 s/d
1. Bentuk bentuk fungsi keanggotaan tersebut diantaranya:
1. Distribusi-s
2. Distribusi-Z
3. Distribusi-Pi
4. Distribusi Trapesium
5. Distribusi Segitiga
6. Distribusi Gaussian

Fungsi keanggotaan dengan distribusi segitiga adalah yang paling umum


digunakan karena kemudahanya. Fuzzifikasi dengan fungsi keanggotaan dengan
distribusi segitiga dilakukan dengan persamaan :
uX
1

0 X
a b c
Gambar 2.7 grafik fungsi keanggotaan segitiga
(𝑥 − 𝑎)
𝑖𝑓(𝑎 < 𝑥 ≤ 𝑏)
𝑏−𝑎
𝜇𝑥 = (𝑐 − 𝑥) (7)
𝑒𝑙𝑖𝑓 (𝑏 < 𝑥 ≤ 𝑐)
𝑐−𝑏
{ 0 𝑒𝑙𝑠𝑒
Contoh 3.3:
Berikut perhitungan pada fungsi keanggotaan LB, SD, dan CP pada contoh 3.2,
dimana kondisi x=1200
𝜇𝑥1 = 0; 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑑𝑖𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎𝑎𝑛
1400 − 𝑥 1400 − 1200 200
𝜇𝑥2 = = = = 0.2
1400 − 400 1000 1000
2000 − 𝑥 2000 − 1200 800
𝜇𝑥3 = = = = 0.8
2000 − 1000 1000 1000
𝑥 − 600 1200 − 600 600
𝜇𝑥4 = = = = 0.6
1600 − 600 1000 1000
𝜇𝑥5 = 0; 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 𝑑𝑖𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑘𝑒𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎𝑎𝑛
2.5.2 Rule Base
Basis Aturan fuzzy menyatakan hubungan kejadian yang ada pada input fuzzy
dengan keputusan apa yang ada pada output fuzzy. Hubungan tersebut dapat
dinyatakan dengan hubungan “jika” “maka” atau “if” “then”. Contoh 3.4, sebuah
system control fuzzy dengan input fuzzy berupa nilai error (𝑒) dan nilai delta error (𝑑𝑒)
dan output berupa sinyal control (𝑢)
jika istilah istilah dalam nilai error dan delta error
{"nb", "n", "z", "p", "pb"} =
{"negatif besar", "negatif", "zero", "positif", "positif besar"}
𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = {"nb", "n", "z", "p", "pb"}
𝑑𝑒𝑙𝑡𝑎 𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 = {"nb", "n", "z", "p", "pb"}
Dengan himpunan output sinyal control adalah sebagai berikut:
𝑠𝑖𝑛𝑦𝑎𝑙 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 = {"𝑁𝐵", "𝑁", "𝑍", "P", "𝑃𝐵"}
Maka basis aturan dari hubungan input dan output dapat dinyatakan dengan fungsi
berikut:
𝒊𝒇 𝑒 𝑖𝑠 𝑛𝑏 𝒂𝒏𝒅 𝑑𝑒 𝑖𝑠 𝑛𝑏 𝒕𝒉𝒂𝒏 𝑢 𝑖𝑠 𝑁𝐵 (1)
𝒊𝒇 𝑒 𝑖𝑠 𝑛𝑏 𝒂𝒏𝒅 𝑑𝑒 𝑖𝑠 𝑛 𝒕𝒉𝒂𝒏 𝑢 𝑖𝑠 𝑁𝐵 (2)
Dan seterusnya hingga semua kondisi terpenuhi.
Selain disajikan dengan logika “if” “then”, basis aturan juga dapat disajikan
dengan table sebagai berikut:
Tabel 2.4 contoh tabel basis aturan fuzzy
Error
nb n z p pb
Delta error

nb NB NB NB N Z
n NB NB N Z P
z NB N Z P PB
p N Z P PB PB
pb Z P PB PB PB

2.5.3 Inference Mechanism (Operasi Himpunan)


Infrensi fuzzy dilakukan untuk menghitung berapa nilai keanggotaan output
berdasarkan nilai keanggotaan input dan basis aturan yang didefinisikan. Terdapat
beberapa metode infrensi fuzzy diantaranya sebagai berikut:
a. Metode Generalize Modul Ponens (GMP) atau metode Mamdani:
𝜇𝑢(𝑘) = max[𝜇𝑢(𝑘), min{𝜇𝑒(𝑗), 𝜇𝑑𝑒(𝑖)}] (3)
b. Metode Larsent
𝜇𝑢(𝑘) = 0.5[𝜇𝑢(𝑘) + {𝜇𝑒(𝑗) ∙ 𝜇𝑑𝑒(𝑖)}] (4)
2.5.4 Defuzzification
Defuzzifikasi adalah bagian terakhir dari system fuzzy yang digunakan untuk
menghitung besar nilai nyata berdasarkan hasil perhitungan infrensi dan membership
output yang didefinisikan terdapat beberapa metode defuzzifikasi diantaranya
Maximum of Mean (MOM), Center of Area (COA) atau center of gravity (COG).
Metode COG diskrit sering digunakan untuk defuzzifikasi karena mudah dalam
mengimplementasikan dalam bahas a pemrograman. Persamaan defuzzifikasi COG
dinyatakan dalam persamaan
∑𝑚
𝑘=1 𝑏(𝑘) ∙ 𝜇𝑢(𝑘)
𝑢=
∑𝑚𝑘=1 𝜇𝑢(𝑘) (5)
𝑏 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎𝑎𝑛 𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
2.6 Fuzzy Logic Control
Pada sub bab ini akan menjelaskan bagaimana implementasi fuzzy untuk
permasalaahan control. Sebagai contoh fuzzy digunakan untuk mengontrol kecepatan
putar motor DC dimana model motor dc dijabarkan dalam persamaan berikut
𝐽𝜃̈ + 𝑏𝜃 = 𝐾𝑖 (6)
𝑑𝑖
𝐿 + 𝑅𝑖 = 𝑉 − 𝐾𝜃̇ (7)
𝑑𝑡
Hasil transformasi laplace dari persamaan (6) dan (7)
𝑠(𝐽𝑠 + 𝑏)𝜃 = 𝐾𝑖 (8)
𝑠𝐿𝑖 + 𝑅𝑖 = 𝑉 − 𝐾𝑠𝜃 (9)
Untuk menghilangkan i pada model substitusi i pada persamaan (8) ke persamaan (9)
(𝑠𝐿 + 𝑅)(𝐽𝑠 + 𝑏)𝜃̇
( ) = 𝑉 − 𝐾𝜃̇ (10)
𝐾
Kumpulkan variable sehingga menjadi
(𝑠𝐿 + 𝑅)(𝐽𝑠 + 𝑏) 𝐾2
[( ) + ] 𝜃̇ = 𝑉 (11)
𝐾 𝐾
Dari persamaan (11) didapatkan transfer function:
𝜃̇ 𝐾
= = (𝐿𝐽 + (𝑅𝐽 + 𝐿𝐵) + 𝐾 2 + 𝑅𝐵 (12)
𝑉 (𝑠𝐿 + 𝑅)(𝐽𝑠 + 𝑏) + 𝐾 2
Dimana:
𝐾 = 𝐾𝑒 = 𝐾𝑡
𝜔 = 𝜃̇
Symbol keterangan Nilai parameter
(J) moment of inertia of the rotor 0.0167 kg.m^2
(b) motor viscous friction constant 0.0167 N.m.s
(Ke) electromotive force constant 0.2 V/rad/sec
(Kt) motor torque constant 0.2 N.m/Amp
(R) electric resistance 0.6 Ohm
(L) electric inductance 0.012 H
𝜔 Motor angular velocity rad/s
Sehingga didapatkan transfer function pada persamaan (13) berikut:
𝜔 0.2
= (13)
𝑉 0.0002004𝑠 2 + 0.01022𝑠 + 0.05

Pada model motor tersebut masukan berupa tegangan dan keluaran berupa
kecepatan angular motor. Motor tersebut memiliki tegangan kerja maksismum 24 volt
dan kecepatan maksimum 96 𝑟𝑎𝑑/𝑠 atau 916 rpm. Pada contoh ini menggunakan
struktur fuzzy dengan pendekatan control PD yaitu error dan delta error sebagai
masukan system fuzzy yang digambarkan pada blok diagram control fuzzy berikut:
e
ref u Omega
Fuzzy Motor DC
d/dt
de

Gambar 2.8 block diagram Fuzzy logic control


Sehingga membership fuzzy input fuzzy terdiri dari dua membership yaitu error dan
delta error:
uE
1
NB N Z P PB

0
E
- 1 - 0.1 0 0.1 1
Gambar 2.9 membership function error
uDE
1
NB N Z P PB

0
DE
- 1 - 0.1 0 0.1 1
Gambar 2.10 membership function delta error
Dengan satu variable membership output yaitu sinyal control u.
uU
1
NB N Z P PB

0
U
- 24 - 12 0 12 24

Gambar 2.11 membership function sinyal control


Pada input maupun output jumlah membership yaitu 5 buah, sehingga basis aturan dari
system fuzzy tersebut memiliki 25 kemungkinan seperti pada table berikut:
Tabel 2.5 Tabel basis aturan fuzzy logic control
Error
nb n z p pb
nb NB NB NB N Z
Delta error

n NB NB N Z P
z NB N Z P PB
p N Z P PB PB
pb Z P PB PB PB

Dengan metode infrensi yaitu menggunakan metode Mamdani karena memiliki


perihitungan yang lebih mudah serta defuzzifikasi menggunakan metode COG.
Sebagai contoh untuk mensimulasikan system fuzzy perhatikan contoh berikut:
Saat waktu t nilai error = 0.06 dan nilai delta error adalah -0.2 maka kita hitung dulu
nilai keanggotaan pada masing masing membership function:
𝜇𝐸1 (0.06) = 0 𝜇𝐸2 (0.06) = 0
(0.1−0.06) 0.04 (0.06−0) 0.06
𝜇𝐸3 (0.06) = = = 0.4 𝜇𝐸4 (0.06) = = = 0.6
0.1−0 0.1 0.1−0 0.1
𝜇𝐸5 (0.06) = 0
𝜇𝐷𝐸1 (−0.2) = 1 𝜇𝐷𝐸2 (−0.2) = 0
𝜇𝐷𝐸3 (−0.2) = 0 𝜇𝐷𝐸4 (−0.2) = 0
𝜇𝐸5 (−0.2) = 0
Sehingga 𝜇𝐸(0.06) = {0, 0, 0.4, 0.6, 0} & 𝜇𝐷𝐸(−0.2) = {1, 0, 0, 0, 0};
Setelah itu kita hitung nilai keanggotaan berdasarkan rule base menggunakan inferensi
Mamdani, diawali dengan menghitung operasi minimum pada nilai keanggotaan input
Error
nb n z p pb
Delta error (0) (0) (0.4) (0.6) (0)
nb NB NB NB N Z
(1 min(0,1)= min(0,1)= min(0.4,1)=0. min(0.6,1)=0. min(0,1)=
) 0 0 4 6 0
n NB NB P
N Z
(0 min(0,0)= min(0,0)= min(0,0)=
min(0.4,0)=0 min(0.6,0)=0
) 0 0 0
z NB N PB
Z P
(0 min(0,0)= min(0,0)= min(0,0)=
min(0.4,0)=0 min(0.6,0)=0
) 0 0 0
p N Z PB
P PB
(0 min(0,0)= min(0,0)= min(0,0)=
min(0.4,0)=0 min(0.6,0)=0
) 0 0 0
pb Z P PB
PB PB
(0 min(0,0)= min(0,0)= min(0,0)=
min(0.4,0)=0 min(0.6,0)=0
) 0 0 0

Menghhitung nilai keanggotaan output dengan operasi max


𝜇𝑈1 = max(0, 0, 0.4, 0, 0) = 0.4
𝜇𝑈2 = max(0.6, 0, 0, 0, 0) = 0.6
𝜇𝑈3 = max(0, 0, 0, 0, 0) = 0
𝜇𝑈4 = max(0, 0, 0, 0, 0) = 0
𝜇𝑈5 = max(0, 0, 0, 0, 0) = 0
Sehingga 𝜇𝑈 = {0.4, 0.6, 0, 0, 0}
Selanjutnya proses terakhir pada system fuzzy adalah deffuzifikasi untuk menghitung
nilai output nyata:
∑𝑚
𝑘=1 𝑏(𝑘) ∙ 𝜇𝑢(𝑘) −24 ∗ 0.4 + (−12 ∗ 0.6) + 0 ∗ 0 + (12 ∗ 0) + (24 ∗ 0)
𝑢= =
∑𝑚𝑘=1 𝜇𝑢(𝑘) 0.4 + 0.6 + 0 + 0 + 0
−9.6 + (−7.2) + 0 + 0 + 0
𝑢= = −16.8
0.4 + 0.6 + 0 + 0 + 0
BAB III
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini software yang digunakan adalah software Matlab dengan type
R2016B, software ini digunakan untuk membuat pemodelan atau simulasi dari sistem
distribusi transformator 3 fasa dengan beban non-linear dan juga digunakan untuk
membuat pemodelan dari metode fuzzy logic control.
Pada kontroler logika fuzzy (fuzzy logic) untuk memperoleh performansi yang
diinginkan diperlukan pengetahuan yang cukup tentang plant yang akan dikontrol
sehingga dapat menentukan aturan (rule) yang tepat dan variabel linguistik yang sesuai.
Berdasarkan pengetahuan tentang metode tersebut, pada penilitan ini akan dirancang
sebuah sistem yang mengimplementasikan metode Fuzzy Logic Controller pada sebuah
sistem ketenagalistrikan yaitu RLC. Dari penggunaan fuzzy logic controller ini
diharapkan adanya feedback dari sistem yang telah dirancang, fuzzy logic controller
akan mengatur nilai dari RLC yang mana RLC ini adalah komponen di dalam HSS
yang berperan sebagai actuator, berdasarkan adanya perubahan beban yang tidak
seimbang atau penurunan kualitas daya yang dihasilkan oleh sistem akan secara
otomatis diperbaiki oleh fuzzy logic controller dengan mengatur nilai Reactansi,
Inductance dan capacitance sehingga output atau daya listrik yang dihasilkan dari
sistem tersebut tetap ada pada nilai yang diinginkan. Input dari fuzzy logic controller
ini adalah nilai atau data penurunan kualitas daya listrik, dalam arti penurunan nilai
tegangan dan arus yang dikeluarkn oleh transformator, dan Outputnya adalah
perubahan nilai reaktansi, induktansi, dan kapasistansi dari actuator (RLC).
Matlab disini digunakan sebagai simulasi dan pemodelan dari sistem atau
hubungan wye-wye connection transformator 3 phase, dari simulasi tersebut dipadukan
dengan rangkaian HSS yaitu RLC paralel yang dihubungkan pada setiap fasa
transformator dan terhubung terhadap beban. Sistem fuzzy logic controller juga
dipadukan dengan rangkaian sebelumnya, sehingga aka nada feedback dari
penggunaan fuzzy logic controller ini dan membuat sistem tetap berada pada keadaan
yang seharusnya dalam arti daya yang dihasilkan oleh transformator memiliki kualitas
yang lebih baik dan mendekati nilai inputnya. Penelitian ini juga dilakukan dengan
menggunakan data real time yang diambil dari penyulang landungsari. Pemilihan
penyulang landungsari karena pada wilayah landungsari sendiri adalah wilayah padat
penduduk dan perkantoran yang terdapat banyak sekali beban elekronik khususnya
computer. Berikut adalah pemodelan pada matlab untuk rangkaian 3 phase dengan
hubungan wye-wye connection:
Jenis Sambungan WYE-WYE Connection dipilih karena pada sambungan jenis
ini memiliki kelebihan yang dimiliki oleh sambungan Wye-Delta dan Delta-Delta,
sehingga sambungan ini lebih efisien dan lebih murah.
DAFTAR PUSTAKA

[1] I. S. Wardhana and I. Hermawan, “Transformator Tegangan Dan Pemeliharaannya


Pada Gardu Induk 150 kV Srondol PT. PLN ( Persero ) P3BJB Region Jawa Tengah
Dan DIY,” J. Tek. Elektro Undip, 2010.
[2] 林伸行, “病院・介護施設におけるノロウイルス感染症の拡大防止対策を 目的
とした吐物の飛散状況に関する研究No Title,” 感染症誌, vol. 91, pp. 399–404,
2017.
[3] I. Zulkarnain, “Analisis Pengaruh Harmonisa Terhadap Arus Netral , Rugi-Rugi Dan
Penurunan,” no. August, 2017.
[4] M. Z. Lowenstein, “Eliminating harmonic neutral current problems,” Transm. Distrib.
Expo. Conf. 2008 IEEE PES Powering Towar. Futur. PIMS 2008, pp. 1–34, 2008.
[5] W. N. Dale and D. Ph, “The E ects of Harmonics in Power Systems and Methods to
Reduce or Eliminate Them,” 2012.
[6] R. Dhavitra, “Analisis Dampak Total Harmonic Distortion Terhadap Losses Dan
Derating Pada Transformator Universitas Riau,” vol. 2, no. 1, pp. 1–16, 2015.
[7] J. H. John and A. Impact, “Eliminating Harmonics Problems,” pp. 1–8.
[8] “jiunkpe-ns-s1-2010-23405042-19495-filter_pasif-extras1.” 2010.
[9] M. Rochibi, “Analisa Perancangan Filter Pasif Untuk Meredam Harmonisa Dan
Perbaikan Faktor Daya Pada Beban Area Welding,” pp. 89–95.
[10] V. Jayalakshmi, “A method to reduce neutral current in three phase four wire electric
distribution systems by using active power filter,” Middle - East J. Sci. Res., vol. 20,
no. 11, pp. 1561–1564, 2014.
[11] J. Sipayung, I. Z. Pane, S. Yana, and K. Kunci, “Minimisasi Arus Netral Dengan
Menggunakan Autotrafo Zig-Zag Pada Sistem Distribusi Tiga Fasa Empat Kawat,”
Univ. Sumatera Utara, vol. 4, pp. 82–87, 2013.
[12] D. R. Hermando and Z. Pane, “Pengurangan Arus Netral pada Sistem Distribusi Tiga
Fasa Empat Kawat Menggunakan WYE-DELTA,” Univ. Sumatera Utara, vol. 9, pp.
19–24, 2014.
[13] F. Abdillah, M. Pujiantara, and Soedibjo, “Penyeimbang Beban Pada Gardu Distribusi
Dengan Metode Seimbang Beban Seharian Di PT . PLN Area Bukittinggi,” Tek.
Pomits, vol. 1, no. 1, pp. 1–6, 2014.
[14] M. Dahlan, “Akibat Ketidakseimbangan Beban Terhadap Arus Netral Dan Losses
Pada Transformator Distribusi,” Dosen Fak. Tek. Univ. Muria Kudus Sist., vol. 1, pp.
1–8, 1979.
[15] S. Manual, No Title. 2002.
[16] F. A. Samman, R. Ahmad, and M. Mustafa, “Perancangan , Simulasi dan Analisis
Harmonisa Rangkaian Inverter Satu Fasa,” no. September, 2018.

Anda mungkin juga menyukai