Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

“Perilaku Kekerasan”

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Mia Silviana (21116046)
2. Aprianti rosidah (21116061)
3. Apriliyanti safitri (21116008)
4. Sri wahyuni (21116023)
5. Nirmala (21116032)
6. Arif yuliansyah (21116020)
7. Adi sanjaya (21116006)

Dosen Pembimbing : Siti Romadoni S.Kep.,Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
Stikes MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas segala rahmat dan
karunia-nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan ini. Laporan ini akan membahas
tentang “Perilaku Kekerasan”.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam laporan yang kami buat. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik maupun saran dari semua pihak untuk perbaikan sehingga laporan ini
dapat menjadi lebih baik.
Demikianlah laporan ini kami buat semoga dapat bermanfaat bagi yang membaca
khususnya mahasiswa STIkes Muhammadiyah Palembang.
Wassalamualaikum wr.wb

Palembang, April 2019

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang ................................................................................. 1
B. Tujuan .............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi ............................................................................................ 3
B. Jenis Perilaku Kekerasan ................................................................. 3
C. Respon Perilaku............................................................................... 3
D.Pengkajian ........................................................................................ 4
E.Mekanisme Koping .......................................................................... 5
F.Perencanaan ...................................................................................... 5
G.Rentang Respon ............................................................................... 6
H.Pohon Masalah ................................................................................. 7
I. Diagnose Keperawatan ..................................................................... 7
J. Tanda Dan Gejala ............................................................................. 7
K. Faktor Resiko. ................................................................................ 8
L. Penatalaksanaan ............................................................................... 10
M. SP Perilaku Kekerasn ..................................................................... 11
N. Evaluasi ........................................................................................... 13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 14

B. saran ................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi akibat seseorang stress berat membuat
orang marah bahkan kehilangan control kesasaran diri, misalnya : memaki – maki orang
disekitarnya, membanting- banting barang, menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan
membakar rumah, mobil dan sepeda motor.
Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa kerumah sakit jiwa.
Sering klien tampak diikat dengan tidak manusiawi disertai dengan bentakan dan “pengalaman”
oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisi. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu
yang ditujukan untuk melukai atau mencidrai individu lain yang tidak menginginkan datangnya
tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008). Menurut Stuart dan Laraia (1998), perilaku kekerasan
dapat dimanifestasikan secara fisik (menciderai diri sendiri, peningkatan mobilitas tubuh),
psikologis (emosional, marah, mudah tersinggung dan menentang), spiritual (merasa dirinya
tidak beharga, tidak bermoral). Perilaku kekerasan merupakan suatu tanda dan gejala dari
gangguan skizofrenia akut yang tidak lebih dari 1% (Purba dkk, 2008).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. WHO (2001) menyatakan,
paling tidak ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah mental. WHO
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Pada
masyarakat umum terdapat 0,2 – 0, 8% penderita skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di
Negara Indonesia terdapat kira – kira 2.400.000 orang anak y7ang mengalami gangguan jiwa
(Maramis, 2004 dalam Carilona, 2008). Data WHO tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta
penduduk Indonesia atau kira – kira 12 – 16% menngalami gangguan jiwa. Berdasarkan data
Departemen Kesehatan, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia mencapai 2,5 juta orang
(WHO, 2006).
B. Tujuan
a. Untuk mengetahui dan memahami Definisi Perilaku Kekerasan
b. Untuk mengetahui dan memahami Jenis Perilaku Kekerasan
c. Untuk mengetahui dan memahami Respon Perilaku
d. Untuk mengetahui dan memahami Pengkajian
e. Untuk mengetahui dan memahami Mekanisme Koping
f. Untuk mengetahui dan memahami Perencanaan
g. Untuk mengetahui dan memahami Rentang Respon
h. Untuk mengetahui dan memahami Pohon Masalah
i. Untuk mengetahui dan memahami Diagnosa Keperawatan
j. Untuk mengetahui dan memahami Tanda Dan Gejala
k. Untuk mengetahui dan memahami Faktor Resiko
l. Untuk mengetahui dan memahami Penatalaksanaan
m. Untuk mengetahui dan memahami SP Perilaku Kekerasan
n. Untuk mengetahui dan memahami Evaluasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Kemarahan adalah suatu perasaan atau emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap
kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman.
Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu beresiko menimbulkan bahaya
langsung pada dirinya sendiri ataupun orang lain.
Resiko perilaku kekerasan adalah perilaku seseorang yang menunjukkn bahwa ia dapat
membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan. Baik secara fisik, emosional,
seksual, dan verbal (NANDA, 2016)
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik, baik pada diri sendiri, maupun orang lain (Yosep, 2014).

B. Jenis perilaku kekerasan


- Verbalistik : teriak-teriak, mengancam, membuat gaduh lingkungan sekitar
- Simbolik : melukai orang lain, melukai diri sendiri, merusak lingkungan, merasa
terancam, dendam, marah, jengkel, muka merah, mata melotot, agresif, tangan kaku,
mengepal, mondar mandir, tampak teriak-teriak, memukul atau melukai orang lain.

C. Respons Perilaku
Perilaku kekerasan didefinisikan sebagai bagian dari rentan respon marah yang paling
maladaptif, yaitu amuk, marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
ansietas (kebutuhan yang tidak terpenuhi) yang dirasakan sebagai ancaman (Stuart&Sudden
2013). Hal ini disertai dengan hilangnya kontrol dimana individu dapat merusak diri sendiri,
orang lain atau lingkungan. Berikut ini beberapa istilah perilaku kekerasan :
Asertif : kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain
Frustasi : kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis atau terhambat
Pasif : respon lanjut klien tidak mampu ungkapkan perasaan
Agresif : perilaku dekstruksi masih terkontrol
Amuk : perilaku dekstruktif dan tidak terkontrol
D. Pengkajian
1. Faktor predisposisi
Menurut Stuart (2013), masalah perilaku kekerasan dapat disebabkan oleh adanya
faktor predisposisi ( faktor yang melatarbelakangi ) munculnya masalah da faktor
presifitasi ( faktor yang memicu adanya masalah ). Didalam faktor predisposisi,
terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya masalah perilaku kekerasan,
seperti faktor biologis, psikologis, dan sosiokultural.
a. Faktor biologis
1) Teori dorongan naluri
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang kuat
2) Teori psikomatik
Pengalaman marah dapat disebabkan oleh respon psikologis terhadap stimulus
eksternal maupun internal. Sehingga, system limbic memiliki peran sebagai
pusat untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa marah.
b. Faktor psikologis
1) Teori agresif frustasi
Teori ini menerjemahkan prilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi. Hal ini dapat terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai
sesuatu gagal atau terhambat. Keadaan frustasi dapat mendorong individu
untuk berprilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
2) Teori perilaku
Kemarahan merupakan bagian dari proses belajar, hal ini dapat dicapai
apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung. Reinforcement yang
diterima saat melakukan kekerasan sering menimbulkan kekerasan didalam
maupun diluar rumah.
3) Teori eksistensi
Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah bertindak sesuai perilaku. Apabila
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi melalui perilaku konstruktif, maka
individu akan memenuhi kebutuhannya melalui perilaku destruktif.
c. Faktor presipitasi
Faktor presifitasi ini berhubungan dengan pengaruh stressor yang mencetuskan
perilaku kekerasan bagi setiap individu. Stressor dapat disebabkan dari luar
maupun dari dalam. Stressor yang berasal dari luar dapat berupa serangan fisik,
kehilangan, kematian dan lain-lain. Stressor yang berasal dari dalam dapat berupa,
kehilangan keluarga atau sahabat yang dicintai, ketakutan terhadap penyakit fisik,
penyakit dalam, dan lain-lain. Selain itu, lingkungan yang kurang kondusif,
seperti penuh penghinaan, tindak kekerasan, dapat memicu perilaku kekerasan.
d. Stressor prepitasi
- Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik
- Ancaman terhadap konsep diri : frustasi, harga diri rendah
- Ancaman eksternal : serangan fisik, kehilangan orang atau benda berarti

E. Mekanisme Koping
a. Denial, mekanisme perubahan ini cenderung meningkatkan marah seseorang karena
sering digunakan untuk mempertahankan harga diri akibat ketidakmampuan.
b. Sublimsi, dengan mengalihkan rasa marah pada aktivitas lainnya
c. Proyeksi, cenderung meningkatkan ekspresi marah karena individu berusaha
mengekspresikan marahnya terhadap orang atau benda tanpa dihalangi.
d. Formasi, perilaku pasif-gresif karena perasaan nya tidak dikeluarkan akibat
ketidakmampuannya mengekspresikan kemarahannya atau memodifikasi perilakunya.
Pada saat-saat tertentu individu dapat menjadi agresif secara tiba-tiba.
e. Represi, merupakan mekanisme pertahanan perubahan yang dapat menimbulkan
permusuhan yang tidak disadari sehingga individu bersifat eksploaitatif, manipilatif,
dan ekspresi lainnya yang mudah berubah.

F. Perencanaan
Rencana intervensi yang dapat digunakan untuk mengatasi diagnosis keperawatan yaitu :
a) Kesadaran diri perawat dan klien sangat penting karena akan mempengaruhi
intervensi dan interaksi antara klien dan perawat. Bila secara emosi belum siap
sebaiknya interaksi ditunda.
b) Merumuskan batasan marah bersama klien untuk mengenalkan pada klien arti dan
makna marah sehingga klien dapat mengukur dirinya
c) Pengendalian terhadap kekerasan dengan melibatkan lingkungan sekitar dan terapi
psikofarmaka latihan asertif dengan cara menurunkan energy dan emosi kemarahan
dengan cara yang biasa dilakukan klien setelah itu dilakkukan komunikasi secara
asertif untuk menyelesaikan permasalahan.

Intervensi yang lain diberikan :


a) Aspek biologis : melakukan intervensi kearah aktifitas dengan membutuhkan energy
cukup banyak seperti olahraga, kerja baksi, dan lain-lain
b) Aspek emosi : mengurangi sumber penyebab cemas atau meningkatkan kecemasan
c) Aspek intelektual : membatasi focus konsentrasi klien hanya pada hal yang menjadi
focus permasalahan, jauhkan dari pikiran-pikiran lain yang mempengaruhi kondisi
emosi. Selesaikan permasalahan tanpa demi tahap dengan urutan skala prioritas
d) Aspek social : mengajarkan klien menyalurkan marah secara sehat seperti latihan
asertif
e) Aspek spiritual berperan penting dalam menurunkan emosi individu karena aspek
spiritual merupakan salah satu mekanisme koping yang efektif digunakan sebagau
individu dewasa. ( sholat, berdoa atau ibadah meminta kepada tuhan untuk diberikan
kesabaran, mengadu pada tuhan kekesalan atau kejengkelan )

G. Rentang Respon
(Direja, 2011)

Repon Respon
Adaptif Maladaprif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan


Keterangan :
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain dan member
ketegangan
2. Frutasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan
alernatif
3. Pasif : individu tidak mengungkapkan perasaan nya
4. Agresif : perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut tetapi masih
terkontrol
5. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya control.

H. Pohon Masalah
Resiko Perilaku Kekerasan : Amuk

Resiko Tinggi Isolasi Sosial Gangguan Konsep Diri : HDR


: Menarik Diri
Tidak Mampu Mengekspresikan

Ketidaktahuan Cara Mengekspresikan Marah

I. Diagnosa keperawatan
a. Ansietas
b. Koping tidak efektif
c. Gangguan konsep diri : HDR
d. Resiko cidera

J. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala perilaku kekerasan dapat dinilai dari ungkapan pasien dan didukung
dengan hasil observasi.
a. Data subyektif
1) Ungkapan berupa ancaman
2) Ungkapan kata-kata kasar
3) Ungkapan ingin memukul/melukai
b. Data Objektif
1) Wajah memerah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mondar mandir
8) Melempar atau memukul benda/orang lain

K. Faktor Resiko
NANDA (2016) menyatakan faktor-faktor resiko dari perilaku kekerasan terhadap diri
sendiri (risk for self directed violence) dan resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain
(risk for other-directed violence).
a. Risiko perilaku kekerasan faktor-faktor risiko dari risiko perilaku kekerasan terhadap
diri sendiri (risk for self-directed violence)
1) Usia ≥ 45 tahun
2) Usia 15-19 tahun
3) Isyarat tingkah laku (menulis catatan cinta yang sedih, menyatakan pesan bernada
kemarahan kenapa orang tertentu yang telah menolak individu tersebut, dll)
4) Konflik mengenai orientasi seksual
5) Konflik dalam hubungan interpersonal
6) Pengangguran atau kehilangan pekerjaan
7) Terlibat dalam tindakan seksual autoerotic
8) Sumber daya personal yang tidak memadai
9) Status Perkawinan (sendiri, menjanda, bercerai)
10) Isu kesehatan mental (depresi, psikosis, gangguan kepribadian, penyalahgunaan zat)
11) Pekerjaan (profesional, eksekutif, administrator atau pemilik bisnis, dll).
12) Pola kesulitan dalam keluarga (riwayat bunuh diri, sesuatu yang bersifat kekerasan
atau konfliktual)
13) Isu kesehatan fisik
14) Gangguan psikologis
15) Isolasi sosial
16) Ide bunuh diri
17) Rencana bunuh diri
18) Riwayat upacara bunuh diri berulang
19) Isyarat verbal (membicarakan kematian, menanyakan tentang dosis mematikan suatu
obat, dll)

b. Risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence)
1) Akses atau ketersediaan senjata
2) Alterasi (gangguan) fungsi kognitif
3) Perlakuan kejam terhadap binatang
4) Riwayat kekerasan masa kecil, baik secara fisik, psikologis, maupun seksual
5) Riwayat penyalahgunaan zat
6) Riwayat menyaksikan kekerasan dalam keluarga
7) Impulsif
8) Pelanggaran atau kejahatan kendaraan bermotor (seperti, pelanggaran lalu lintas,
penggunaan kendaraan bermotor untuk melampiaskan amarah)
9) Bahasa tubuh negatif (seperti kekakuan, mengepalkan tinju/pukulan, hiperaktivitas,
dll)
10) Gangguan neurologis (trauma kepala, gangguan serangan, kejang, dll)
11) Intoksikasi patologis
12) Riwayat melakukan kekerasan tidak langsung (kencing dilantai, menyobek objek di
dinding, melempar barang, memecahkan kaca, membanting pintu, dll)
13) Pola perilaku kekerasan terhadap orang lain (menendang, memukul, menggigit,
mencakar, upaya perkosaan, memperkosa, pelecehan seksual, mengencingi orang, dll)
14) Pola ancaman kekerasan (ancaman secara verbal terhadap objek atau orang lain,
menyumpah serapah, gestur atau catatan mengancam, ancaman seksual, dll)
15) Komplikasi perinatal
16) Komplikasi prenatal
17) Menyalakan api
18) Gangguan psikosis
19) Perilaku bunuh diri

- Chlorpromazine : obat anti psikotik tipikal untuk menenangkan klien


- Haloperidol : obat antipsikotiktipikal untuk mengendalikan perilaku agitasi, agresif
- Diazepam : obat anti anxietas : untuk menenangkan dan merelaksasi otot karena
menurunkan kecemasan
- Olanzapine : obat antipsikotik atipikal : untuk mengatasi agitasi dan kegelisahan
motorik
- Risperidon : obat antipsikotik atipikal : untuk menghilangkan gejala positif dan
negative skizofrenia

L. Penatalaksanaan
Non farmokologi
a. Menjauhkan benda tajam dari klien
b. Mengikat pasien untuk menghindari amukan berkelanjutan (pengekangan fisik)
c. Meminta bantuan petugas keamanan untuk mengontrol amukan klien yang berlebihan
d. Membawa klien ketempat yang tenang dan aman
e. Rujuk ke pelayanan kesehatan jika diperlukan

Farmakologi
- Chlorpromazine : obat anti psikotik tipikal untuk menenangkan klien
- Haloperidol : obat antipsikotiktipikal untuk mengendalikan perilaku agitasi, agresif
- Diazepam : obat anti anxietas : untuk menenangkan dan merelaksasi otot karena
menurunkan kecemasan
- Olanzapine : obat antipsikotik atipikal : untuk mengatasi agitasi dan kegelisahan
motorik
- Risperidon : obat antipsikotik atipikal : untuk menghilangkan gejala positif dan
negative skizofrenia
M. Strategi Pelaksanaan Perilaku Kekerasan
Pada pasien
SP 1 :
1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, Perilaku Kekerasan yang dilakukan, akibat Perilaku
Kekerasan.
2. Jelaskan cara mengontrol Perilaku Kekerasan : Fisik, Obat, Verbal, dan Spiritual.
3. Latihan cara mengontrol Perilaku Kekerasan secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur
dan bantal
4. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik.
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol Perilaku Kekerasan dengan obat (jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
frekuensi, kontinuitas minum obat).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat.
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol PK secara verbal ( 3 cara, yaitu : mengungkapkan, meminta, menolak
dengan benar)
3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan verbal).

SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat, dan verbal. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal, dan spiritual.
SP 5 s.d 12 :
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1,2, obat, verbal, spiritual. Beri pujian
2. Nilai kemampuan yan telah mandiri
3. Nilai apakah Perilaku Kekerasan terkontrol

Pada Keluarga
SP 1 :
1. Diskusikan masalah yg dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya Perilaku Kekerasan (gunakan
booklet)
3. Jelaskan cara merawat Perilaku Kekerasan
4. Latih satu cara merawat Perilaku Kekerasan dengan melakukan kegiatan fisik: tarik nafas
dalam dan pukul kasur dan bantal.
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian.
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik. Beri pujian
2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat
3. Latih cara memberikan/membimbing minum obat
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian
SP 3 :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik dan memberikan obat. Beri
pujian.
2. Latih cara membimbing: cara bicara yang baik.
3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual.
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian.

SP 4 :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik, memberikan obat, latihan
bicara yang baik & kegiatan spiritual. Beri pujian
2. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh, rujukan
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian
SP 5 s.d 12 :
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik, memberikan obat, cara
bicara yang baik & kegiatan spiritual dan follow up. Beri pujian
2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM
N. Evaluasi
Pada klien
1. Klien mampu menggunakan cara yang sehat jika kesal, jengkel (fisik, verbal, social,
spiritual)
2. Klien tidak melakukan perilaku kekerasan
3. Klien menggunakan obat dengan benar
4. Klien mampu melakukan kegiatan sehari-hari
Pada keluarga :
1. Keluarga mampu merawat klien
2. Keluarga mengetahui kegiatan yang perlu klien lakukan dirumah ( boleh diluar
jadwal )
3. Keluarga mengetahui cara pemberian obat dengan benar dan waktu follow-up
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku kekerasan adalah sutu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secarafisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang ekstrim dari marah dan ketakutan atau
panic. Perilaku agresid dan perilaku kekerasan itu sendiri dipandang sebagainsuatu rentang,
dimana agrsif verbal disuatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) disisi lain.
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindari ()
2. Menyatakan secara asertif ()
3. Memberontak ()
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk ditunjukkan kepada diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan.

B. Saran
Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku
kekerasan sehingga bias membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya.
Perawat yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan tentang kegawatdaruratan
psikiatrik pada perilaku kekerasan, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
sehingga kepuasan klien dan perawat secara bersama-sama dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, Ade Herman. 2011. “Buku Ajar Asuhan Keperawatan”. Yogyakarta : Nuha Mustika

Sutejo. 2018. “Keperwatan Jiwa”. Yogyakarta : Pustaka Baru Press

Stuart & sudden. 2013. “Buku Saku Keperawatan Jiwa”. Jakarta : EGC

Yosep & Sutini. 2014. “Buku Ajar Jiwa Dan Advance Mental Health Nursing”. Bandung : PT
Refika

Musliha. 2010. “ Keperawatan Gawat Darurat “ . Yogyakarta : Nuha Medika

Krisanty paula, dkk. “ Asuhan Keperawatan Gawat Darurat”. Jakarta : CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai