Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PANCASILA

“ PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA “

DISUSUN OLEH :

1. REIZA OKTAVIA (201801006)


2. ASMAUL KHUSNAH (201801009)
3. HENI NUR AFIFA (201801014)
4. DEWI MUSLIMATUL QORIN (201801018)
5. INDAH NURRAHMAWATI (201801030)
6. BUNGA AMELIA (201801035)
7. YOGA WAHYU R. (201801183)

STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO


TAHUN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara mempunyai ideologi
tersendiri yang sesuai dengan negaranya.Karena ideologi merupakan dasar atau ide atau cita-cita
negaratersebut untuk semakin berkembang dan maju. Namun, dengansemakinberkembangnya
zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap
tertanam pada setiap warganya.

Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini dijadikan sebagai
pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan negara Indonesia dalam
berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia bisa mencapai kemerdekaan dan
bertambah maju baik dari potensi sumber daya alam maupun sumberdaya manusianya. Namun,
dengan seiring berjalannya waktu, semakin maju zaman, dan semakin maju teknologi seolah-
olah ideologi pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia
merupakan sebuah negara yang merdeka dan mandiri. Banyak tingkah laku baik kalangan
pejabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi pancasila. Ada beberapa faktor
mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari ideologi pancasila. Oleh karena itu penulis membuat
makalah ini dengan judul “Pancasila Sebagai Ideologi Negara” agar kita mengenal ideologi kita
dan bertindak sesuai dengan ideologi kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ideology?
2. Apa pengertian Pancasila dan ideologi Dunia?
3. Apa hubungan pancasila dan agama ?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujua dari makalah ini adalah untuk menjelaskan
macam-macam ideologi yang ada di Dunia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri diciptakan oleh Destus
de Tracypada akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan “sains tentang ide“. Ideologi dapat
dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah
filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan
pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat
konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah
ideologi walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi ideologi
Marxisme).

Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian. Kata kerja
Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang berasal dari bahasa Yunani
logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita.

B. Ideologi – ideologi di Dunia

Pada pembahasan ini dikemukakan tentang beberapa ideologi besar, yaitu ideology yang
mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat kuat kepada masyarakat termasuk para
penganutnya. Sebetulnya tidak mutlak pembahasan ideologi besar, tetapi walaupun demikian
pertimbangannya secara eksistensi dalam kehidupan masyarakat menunjukkan eksis atau tidak
eksistennya suatu ideologi, pembahasan ini pula sebagai ilustrasi atau paparan historis ideologi-
ideologi di dunia.
Ideologi dalam hal inilah tidak dipandang secara abstrak tetapi harus mampu terukur
terhadap kiprah eksistensinya, sehingga tidak heran apabila Soekarno pernah mengatakan
tentang perseteruan ideologi besar dunia. Beliau mengutif mengemukakan: “Bertrand Russel
pernah menulis, bahwa di dalam sejarah manusia adalah dua dokumen historis yang sampai
sekarang menguasai alam-hati dan alam-fikirannya bagian-bagian besar dari umat manusia, dan
yang bersaingan hebat satu sama lain. Dan dokumen historis itu ialah ‘declaration of
independence’ Amerika tulisan Thomas Jafferson, dan ‘Manifes Komunis’ tulisan Karl Marx.”
(Dibawah Bendera Revolusi. 1965. Hal: 329).

Untuk mengenal lebih lenjut tentang ideologi di dunia, berikut akan dikemukakan
beberapa faham di dunia, baik yang masih bertahan membasis di masyarakat dunia maupun yang
hanya tercatat dalam sejarah politik dunia.

1) Kapitalisme

Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa sekitar abad ke-16
sampai abad ke-19an, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa. Menurut
faham kapitalis, individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang
dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal
seperti tanah dan tenaga manusia, pada sebuah pasar bebas di mana harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, demi menghasilkan keuntungan di mana statusnya dilindungi oleh
negara melalui hak pemilikan serta tunduk kepada hukum negara atau kepada pihak yang sudah
terikat kontrak yang telah disusun secara jelas kewajibannya baik eksplisit maupun implisit serta
tidak semata-mata tergantung pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan oleh
kepenguasaan feodal. Dengan demikian kapitalisme sangat berkeyakinan meraih keuntungan
dengan kekuatan kepemilikan modalnya dan menghegemoni para pekerja atau konsumen untuk
selalu tunduk dan memberikan keuntungan terhadap para kapitalis. Negara yang menganut
paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia, Portugis, dan Perancis.
2) Marxisme

Marx memandang suatu masyarakat komunis memiliki segala sesuatunya untuk suatu
kehidupan yang produktivitas dasarnya maksimal. Yang utama, kebutuhan dasar untuk makan,
tempat tinggal, dan pakaian akan disediakan oleh masyarakat. Barang dan jasa akan diproduksi
dengan cara tidak menggunakan semua energi produktif orang-orang atau merusak motivasi
mereka untuk menjadi kreatif. Marx juga menyebutkan kenapa perilaku akan merubah sesuatu,
sehingga orang-orang akan berpartisipasi dengan sukarela dalam suatu sistem: setiap orang akan
bekerja bersama-sama untuk bagian dalam hari kerja sekarang ini. Marx meyakini bahwa
organisasi produksi yang rasional dalam suatu sistem komunis akan mengatasi penurunan dan
akan mengijinkan pemenuhan potensi sosial orang-orang. Namun, dalam perkembangannya
ajaran Marx atau Marxisme telah menjadi pembenaran untuk sentralisasi kekuasaan negara
ditangan penganut Partai Komunis.

3) Sosialisme

Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan akibat-akibatnya.


Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19 dikenal sebagai sosialis utopia.
Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis
berkeyakinan perubahan dapat dan seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan
demokratis. Paham sosialis juga lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara
bertahap.

Istilah sosialisme mencakup berbagai jenis teori ekonomi dan sosial, mulai dari teori
yang menyerukan pemilikan publik dari monopoli kekayaan alam tertentu sampai teori
sepenuhnya Marxis. Banyak jenis sosialisme yang mempunyai kesamaan dalam seruan mereka
akan kepemilikan dan kontrol bersama, paling tidak terhadap beberapa alat produksi tertentu.
Orang-orang sosialis berpendapat bahwa keperluan bersama akan terpenuhi dengan baik melalui
pembagian kerja dan pembagian yang adil dari hasil kerja tersebut. Mereka menambahkan
gagasan tentang pembagian ekonomis dalam konsep politis yang sederajat. Mereka yang kecewa
dengan kondisi sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri, seperti dapat ditemukan dalam
beberapa tulisan penulis perancis dan inggris abad ke-19 mulai yang mempertanyakan keadilan
dan validitas sistem kapitalis. Di Perancis kembali pada revolusi tahun 1781 dan pada Francois
Babeuf (1760-1797) yang berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada
kekayaan diatas bumi ini. Gagasan bahwa persamaan politik tidak mencukupi bahwa paling tidak
harus ada tingkat persamaan ekonomi tertentu menyebar alam pemikiran perancis ketika dampak
teknologi dirasakan di Benua Eropa. Henri Saint Simon (1760-1825), aristokrat yang bertempur
dengan Lafayette di Amerika, menyarankan bahwa hak waris seharusnya dihapuskan, bahwa
setiap orang seharusnya bekerja, dan bahwa resep bagi distribusi hasil-hasil produksi adalah
“dari tiap-tiap orang menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kebutuhannya”

Ajaran tentang Ideologi Sosialisme yaitu :

1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan kejelasan


argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.

2. Permasalahan seyogyanya diselesaikan dengan cara demokratis.

Adapun tokoh dan pemikir kaum sosialisme, diantaranya: Francois-Noel Babeuf (1760-
1797), seorang inspirator bagi kaum sosialis aliran keras, Saint-Simon, Robert Owen (1771-
1858), Charles Fourier (1772-1837), seorang sosialis yang paling utopis, dan seorang feminisme
radikal, Etienne Cabet (1788-1856), seorang pengacara, Louis-Auguste Blanqui (1805-1881),
seorang revolusioner yang hendak mencapai sosialisme melalui pemberontakan kaum buruh.
Negara yang menganut Ideologi Sosialisme adalah negara-negara di Eropa Barat seperti Kuba
dan Venezuela.

4) Komunisme

Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi lainnya.
Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19, yang mana mereka itu
mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan buruh. Secara umum komunisme sangat
membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang
berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan nyata Komunisme
merupakan faham dari perkembangan pemikiran Marxisme. Dalam pandangan Marx terdapat
beberapa yang menandai transisi dari Kapitalisme menuju Komunisme yang sebenarnya
pencapaian dan konsolidasi supremasi politik oleh kaum proletariat, sosialisasi alat-alat produksi,
dan akhirnya masyarakat Komunis. Langkah pertama adalah membawa kaum proletariat pada
posisi kelas yang berkuasa dengan merampas kontrol negara. Pemerintahan oleh proletariat harus
menggantikan pemerintahan Borjuis. Paham komunis lahir sebagai bentuk reaksi atas
perkembangan masyarakat kapitalis. Masyarakat kapitalis merupakan hasil dari suatu ideologi
ideologi liberal. Berkembangnya liberalisme sebagai awal munculnya kapitalisme,
mengakibatkan penderitaan rakyat kecil sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas
penindasan terhadap rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung oleh pemerintah.
Memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak individu itu tidak ada. Ideologi komunisme
mendasarkan pada sebuah keyakinan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial
saja. Manusia pada hakikatnya adalah sekumpulan relasi sehingga yang mutlak adalah komunitas
dan bukan individualitas. Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara dianggap sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Mengubah masyarakat secara revolusioner
(perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada
gilirannya pemerintahan negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakan
kepentingannya pada kelas proletar. Demikian juga dengan hak asasi manusia dalam negara
hanya berpusat pada hak kolektif sehingga hak individual pada hakikanya tidak ada. Atas dasar
pamahaman ini sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.
Komunisme: manusia pada hakikatnya adalah hanya sebagai makhluk sosial, manusia pada
hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan
bukannya individualitas, hak milik pribadi tidak ada, karena hal itu akan menimbulkan
kapitalisme. Dengan demikian hak milik individu harus diganti dengan hak milik kolektif,
individualisme diganti dengan sosialisme komunis, suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi
keuntungan kelas masyarakat secara keseluruhan dan negara adalah manifestasi dari manusia
sebagai makhluk sosial, mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan
kemenangan proletar. Pemerintah negara harus dipegang oleh orang-orang yang meletakan
kepentingan pada kelas proletar. Selain itu negara yang menganut komunisme bersifat atheis
bahkan bersifat antitheis, sehingga melarang dan menekan kehidupan agama.

Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis, tidak
mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia berpikir Tuhan tidak
ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan ada. Maka, keberadaan Tuhan
terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai individu.
Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan tidak berguna seperti
rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai individu, terbukti dari ajarannya yang
tidak memperbolehkan ia menguasai alat-alat produksi.

Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba
dan Laos.

5) Anarkisme

Istilah anarkisme berasal dari bahasa Yunani an-archos yang artinya tanpa pemimpin.
Orang-orang anarkis percaya bahwa pengesahan atas penggunaan pemaksaan oleh negara adalah
bukan solusi tetapi masalah dalam masyarakat. (Hendry J. Schmandt. 2005. hal 76). Sedangkan
Anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti
faham atau ajarannya Jadi, secara keseluruhan Anarkisme yaitu sesuatu faham yang
mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya adalah lembaga-
lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap kehidupan, oleh karena itu negara,
pemerintahan, beserta perangkatnya harus dihilangkan/dihancurkan. Anarkisme adalah sebuah
sistem sosialis tanpa pemerintahan. Anarkis adalah teori politik yang bertujuan untuk
menciptakan masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para
anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah sebuah format
yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan kebebasan individu dan
kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir dari kebebasan dan kebersamaan
sebagai sebuah kerjasama yang saling membangun antara satu dengan yang lainnya. Orang-
orang anarkis memperluas pemberontakan mereka terhadap dominasi dari bidang teknologi.
Orang-orang anarkis yang modern tidak menolak teknologi, tetapi mereka melihat teknologi
sebagai suatu fenomena yang berbahaya yang harus digunakan dengan hati-hati pada tingkat
pengijinan kontrol individu dan pemeliharaan nilai-nilai kemanusiaan.

6) Fasisme

Istilah fasisme membangkitkan kenangan tentang Adolf Hitler dan Benito Mussolini dan
gambaran tentang kediktatoran totaliter di negara Jerman, Italia dan Jepang selama Perang Dunia
II. Fasisme merupakan gabungan dari rasisme, nasionalisme, dan otoritarisme yang berpusat
pada suatu keyakinan mistis terhadap superioritas sekelompok orang tertentu. Definisi ini
diilustrasikan dengan fasisme di negara Jerman dengan doktrinnya tentang superioritas bangsa
Arya dan keyakinan pada prinsip kediktatoran Fuhrer yang absolut, (hal 168).

Orang-orang fasis percaya bahwa setiap orang mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda-beda. Intinya yaitu bahwa setiap orang harus melakukan usaha yang terbaik untuk setiap
tugas yang diberikan oleh negara kepadanya, (hal 171).

Fasisme berusaha menggabungkan suatu seruan terhadap persatuan dengan


otoritarianisme. Dalam impian orang-orang fasis hanya terdapat solidaritas tetapi tidak terdapat
persamaan, Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan pejabat pemerintah. Negara yang
menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman dan Jerman.

7) Liberalism

Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh
kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan,
khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme menghendaki adanya, pertukaran gagasan
yang bebas, ekonomi pasar yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif
bebas, dan suatu sistem pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan
terhadap pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar bagi
tumbuhnya kapitalisme.

Orang-orang liberal klasik bertindak berdasarkan keyakinan bahwa setiap orang berbagi
kapasitas untuk berpikir dan menuntut atas haknya dalam kebebasan berekspresi. Setiap orang
mampu untuk berpikir dan tidak ada seorangpun yang lebih cocok untuk mengatur seseorang
selain dirinya sendiri.

Ideologi liberal berpangkal pada pemikiran, bahwa manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu yang bebas (liberty). Menurut paham liberalisme, manusia merupakan pribadi
yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya. Manusia sebagai individu mempunyai
potensi yang senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam
hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi ancaman
bagi manusia lainnya yang menurut istilah Thomas Hobbes disebut homo homini lupus (manusia
menjadi srigala bagi manusia lainnya). Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin
kebebasan individu, dan untuk itu manusia secara bersama-sama mengatur negara.

Dalam hal hubungan agama dengan negara menurut liberalisme, negara harus
memberikan kebebasan bagi warganya untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, bahkan bebas untuk tidak bertuhan (atheis)
sekalipun. Selain itu, ada pemisahan antara nilai-nilai agama dengan negara, nilai-nilai agama
tidak boleh dicampuradukan dengan nilai-nilai duniawi atau kenegaraan, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Ciri-cirinya adalah Manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas, manusia merupakan pribadi yang utuh dan
lengkap dan terlepas dari manusia lainnya, manusia sebagai individu memiliki potensi yang
senantiasa berjuang untuk dirinya, negara harus tetap menjamin kebebasan bagi warganya untuk
memeluk dan beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya dan negara bersifat sekuler,
yakni memisahakan urusan beragama dengan urusan bernegara.Liberalisme dianut oleh negara-
negara di berbagai benua.

Benua amerika: Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba, Kolombia,
Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay, Peru, Uruguay, Venezuela
Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland, Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico Suriname.

Benua eropa: Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Cyprus, Republik
Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Islandia, Italia,
Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia, Moldova, Netherlands, Norwegia, Polandia,
Portugal, Romania, Rusia, Serbia Montenegro, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia,
Switzerland, Ukraina dan United Kingdom Belarusia, Bosnia-Herzegovina, Kepulauan Faroe,
Georgia, Irlandia dan San Marino.

Benua Asia: India, Iran, Israel, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan, Thailand, Turki
Myanmar, Kamboja, Hong Kong, Malaysia dan Singapura.

Kepulauan Oceania: Australia dan Selandia Baru.


Benua Afrika: Mesir, Senegal dan Afrika Selatan, Aljazair, Angola, Benin, Burkina Faso,
Mantol Verde, Côte D'Ivoire, Equatorial Guinea, Gambia, Ghana, Kenya, Malawi, Maroko,
Mozambik, Seychelles, Tanzania, Tunisia, Zambia dan Zimbabwe.

8) konservatsme

Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai tradisional.


Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin, conservāre, melestarikan; "menjaga, memelihara,
mengamalkan". Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda,
kaum konservatif di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian
pihak konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali
kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif memusatkan konsentrasi
mereka pada pembentukan institusi-institusi sosial dan politis yang akan menghasilkan kekuatan
dan meminimalkan kelemahan yang terdapat pada setiap kepribadian yang berbeda. Mereka
memandang masyarakat sebagai suatu jaringan rencana, otoritas dan keyakinan tertentu yang
timbul dari kebiasaan, perbedaan kemampuan, dan pembatasan pada rasionalitas manusia.
Daripada memandang individu-individu sebagai alat pemikiran kepentingan pribadi, orang-orang
konservatif lebih berpendapat bahwa orang-orang telah menghabiskan hidupnya untuk berjuang
karena adanya dorongan kemauan yang besar. Kebebasan akademis merupakan konsep yang
relatif untuk orang-orang konservatif, dan kebenaran yang utama tentang kebudayaan tidak boleh
disangkal dengan pengajaran “yang salah”.

9) indivisualisme

Kaum individualis dikenal sejak jaman konservatif. Dalam masyarakat yang ideal dari
konservatif individualis, terdapat pajak yang kecil, kesejahteraan yang minimal dan tidak ada
wajib militer. Tidak ada keyakinan atau agama yang dipaksakan. Milik pribadi tidak dapat
diganggu gugat.

Mereka para konservatif individualis meyakini akan kebebasan secara individual.


Alasannya didasarkan karena menurutnya setiap individu sangat berbeda dan unik. Karena
pemahaman yang menempatkan kepentingan individu sebagai yang utama, maka mereka
cenderung menginginkan minimalisasi peran pemerintahan, sebagai tujuan politik utama.
Dengan demikian konservatif individualis lebih memandang pemindahan bahwa kekuasaan
pemerintahan harus memberikan bantuan yang riil terhadap kepentingan pribadi sifat manusia.

Para Individualis akan benar-benar membatasi kemampuan pemerintah dalam


menggunakan kekuasaan politiknya. Mereka memandang pemerintah sebagai sarana dimana
bisnis yang besar bisa memperoleh suatu posisi. Mereka akan memperkenalkan kompetisi
kedalam sistem sekolah tingkat dasar dan menengah. Mendorong kompetisi antara sekolah-
sekolah akan menghasilkan kualitas yang lebih tinggi. Konservatif individualis percaya pada
ketidaksempurnaan. Dan mereka percaya bahwa harapan terbaik untuk kehidupan manusia
terletak pada kebebasan individual.

10. Nasionalisme

Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan


sebuah negara (“nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas bersama untuk sekelompok
manusia. Para kaum nasionalis berasumsi bahwa negara adalah berdasarkan beberapa
“kebenaran politik” (political legitimacy). Bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas
budaya”, debat liberalisme yang menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak
rakyat, atau gabungan kedua teori itu.

Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat pola pikirnya mulai merosot.
Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan
kebebasan. Penyelenggaraan sebuah “national state” adalah suatu argumen yang ulung, seolah-
olah membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contohnya nasionalisme Turki dan
Belgia.

11. Pancasila

Negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Manusia pada hakikatnya adalah
makhluk individu dan makhluk sosial, Manusia merupakan bagian dari seluruh anggota
masyarakat organis, Mengutamakan kepentingan masyarakat sebagai suatu kesatuan, Semua
golongan berada dalam kesatuan masyarakat yang integral dalam naungan negara, Negara tidak
memihak satu golongan atau kelas yang kuat, kepentingan dan keselamatan hidup bangsa
seluruhnya sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan perlu diutamakan.
C. SILA PERTAMA SEBAGAI DASAR PANCASILA

Ketuhanan Yang Maha Esa menjiwai, mendasari dan memimpin perwujudan


kemanusiaan yang adil dan beradap , persatuan Indonesia yang berdaulat penuh dan bersifat
kerakyataan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan nilai
luhur bangsa Indonesia. Karena itu, nilai yang terkandung dalam sila-silanya merupakan
petunjuk yang harus kita ikuti dan kita kerjakan agar menjadi warga negara yang baik. Juga nilai-
nilai itu juga harus dikembangkan agar tidak menjadi hiasan negara saja. Nilai pengembangan
Pancasila antara lain percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, masing-masing atas
kemanusiaan yang beradap. Membina adanya kerjasama dan toleransi antara sesama pemeluk
agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pengembangannya pada
sila Ketuhanan Yang Maha Esa antara lain percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
masing-masing atas dasar kemanusiaan yang beradab, membina adanya kerjasama dan toleransi
antara sesama pemeluk agama dan penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yang erat kaitannya dengan agama mengandung nilai-nilai religius
antara lain keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esadengan sifat-sifatnya yang maha
sempurna, yakni Maha Pengasih, Maha Kuasa, Maha Adil, dll Ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa yakni menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala larangannya, dan sila ini
menjiwai sila II, III, IVdan V.

Mewujudkan Negara yang Berbasis Agama dan Pancasila Sekarang ini kita merasakan
Pancasila dan agama itu terasa tidak diterapkan dalam kehidupan.. Hal ini bisa karena faktor
perubahan zaman yang sekarang ini menjadi era globalisasi. Dimana semua informasi dari luar
masuk ke dalam negara Indonesia setiap saat dan membawa pengaruh besar di Indonesia. Dalam
perkembangan globalisasi, bangsa Indonesia tentunya selalu berkomitmen dalam memajukan
dari berbagai aspek kehidupan. Selalu mengamalkan apa yang ada dalam nilai-nilai Pancasila
dan pendidikan agama yang kuat. Tak akan ketinggalan pendidikan untuk semua orang baik
yang berpendidikan formal atau non formal untuk tetap mempelajari agama sebagai landasan
hidup yang kuat yang menjadi benteng, filter dalam segala tindakan karena dalam agama
mengatur seluruh tatanan kehidupan manusia untuk menjadi insan yang takwa dan menjalankan
ajaran agama dengan baik. Pada hakekatnya agama mengajarkan pada pemelukpemeluknya
untuk menjadi orang yang jauh dari kejahatan, menuntun ke arah kedamaian, keharmonisan
sesama makhluk ciptaan Tuhan semesta alam. Peran Agama dalam kehidupan sangatlah penting
di samping pendidikan Pancasila yang telah diajarkan oleh semua orang yang diajarkan secara
formal maupu non formal. Pengajaran agama dan Pancasila tidaklah dijaduikan sebagai
pemenuhan kurikulum pendidikan, namun harus benar-benar ditanamkan kepada pelajar.
Sebenarnya terdapat unsur-unsur hukum yang mengatur manusia dalam setiap tindakan dan
perbuatannnya. Manusia itu dinilai baik berdasarkan akal, pikiran, dan budi pekerti yang luhur
bukan dinilai dimana ia menuntut ilmu, namun bagaimana ia menjalankan ilmu tersebut. Dan
tidaklah berarti orang yang memiliki kedudukan tinggi itu tidak memiliki akal, pikiran, dan budi
pekerti yang baik. Apalagi sebagai orang yang banyak dipandang oleh masyarakat tidak
menjalankan ajaran agama yang dianutnya. Terlebih lagi masalah ketaatannya yang berkitan
denagan ibadahnya. Hal ini adalah cerminan bagaimana agama itu ada dalam unsur Pancasila
terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Cara-cara beribadah telah diatur dan ditentukan oleh
norma-norma yang sesuai dengan ajaran agama dan kepercayaan masing-masing. Ketaatan
menjalankan ibadah sangat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara orang yang taat beribadah akan mamiliki budi pekerti yang luhur. Seseorang yang
dalam kehidupan sehari harinya patuh menjalankan ibadah akan tercermin dalam tingkah laku
serta tindakannya. Kadang kita sulit untuk menghindarkan diri dari pengaruh teman. Bahkan kita
sering terbujuk untuk bertindak negative, misalnya merokok, mabuk-mabukan, penyalahgunaan
narkotik, dan sebagainya. Dan apabila sebagai generasi penerus bangsa yang masih muda saja
seperti itu mungkin di masa depannya nanti bisa lebih negative lagi misalnya korupsi yang
merugikan masyarakat, bermain politik yang tidak sehat dan pelanggaran dalam lingkup
kenegraan yang hukumannya itu lebih berat. Namun, apabila keimanan dan ketakwaan kita
kepada Tuhan Yang Maha Esa kuat, kita tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal tersebut.
Sebaliknya justru kita harus dapat mempengaruhi teman kita untuk berbuat yang benar. Dengan
demikian, kita mampu menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain. Karena itulah agama dan Pancasila harus benar benar ditanamkan dengan
cara mempelajari agama. Dewasa ini telah banyak sarana yang dapat menunjang kita belajar
masalah agama. Banyaknya media, baik media cetak maupun media elektronik, mampu
mempermudah dan membantu kita dalam mendalami masalah agama. Televisi dan radio telah
memprogramkan acaranya secara khusus. Bahkan, kaset-kaset rekaman, Koran, majalah,
bulletin, dan buku-buku keagamaan banyak tersedia. Yang penting bagi kita adalah menimbulkan
niat dan kemauan yang kuat dan kesadaran diri sendiri untuk mempelajarinya. Pemerintah juga
telah berusaha meningkatkan keimanan, dan ketakwaan umat Bergama dengan memasukkan
pendidikan agama ke dalam kurikulum setiap jenjang pendidikan. Kepedulian pemerintah sangat
besar dalam pendidikan agama. Hal ini menunjukkkan betapa pentingnya peranan agama dalam
pembangunan umat. Timbulnya kesadaran untuk taat beribadah tentu tidak terjadi secara tiba-
tiba. Sejak dini ketika usia anak-anak masih balita, mereka diberikan latihan secara
perlahanlahan. Dari latihan inilah lambat laun akan menjadi suatu kebiasaan. Dan pendidikan
pada anak usia dini sangat permanen dan akan membentuk pikiran di masa dewasa.

D. AGAMA DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Agama yang ada dalam kehidupan manusia itu yang membuat manusia memiliki sebuah
landasan-landasan dalam segala tingkah laku. Agama juga memiliki nilai yang luhur dan sangat
erat kaitannya dengan kehidupan beragama, kerukunan antar umat dan nilai-nilai. Tak ada
manusia yang bisa lepas dari segala aturan yang dipercayainya karena keyakinannya yang ia
miliki dalam hidupnya yang mereka tanamkan dalam hati mereka. Sebenarnya agama itu dalam
ajarannya memperlihatkan hukum-hukum yang lebih berat dari hukum negara. Jika orang-orang
sangat meyakini hal ini sebenarnya juga sangat baik untuk menjadi pondasi perilaku dan
ketetapan-ketetapan yang ada. Agama dalam kenyataanya menjadi sebuah hal yang sangat kuat
melekat dalam segala aspek kehidupan. Menjadi pemikiran-pemikiran manusia yang menjadi
bagian dari batasan-batasan tingkah laku. Apabila tidak ada batasannya, maka kita harus tahu apa
yang akan terjadi. Pemikiran kita harus bisa menerawang ke masa depan, harus tahu segala
tindakan dan segala akibat yang kita perbuat dari diri kita sendiri. Jika kita berbuat kejelekan
maka kita juga akan dapat menuai kejelekan pula, dan begitu pula sebaliknya. Adapun contoh
untuk hal ini misalnya, jika kita sebagai kamu penerus bangsa sudah rusak karena ulah kta
sendiri maka masa depan bangsa juga tidak akan sesuai yang diharapkan. Bangsa ini
membutuhkan orang-orang yang baik secara lahir dan batinnya. Secara intelektual dan secara
spiritual haruslah seimbang. Indonesia sangat mambutuhkan orang-orang yang terampil dalam
berbagai hal, tapi ketrampilan secara penampilan, intelektualitas itu belum lengkap tanpa adanya
nilai tambah perilaku yang baik.

Anda mungkin juga menyukai