Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang disebabkan oleh adanya pendarahan saluran cerna bagian atas. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya pendarahan sehingga menyebabkan berwarna
kehitaman sepert kopi atau kemerah-merahan dan berbentuk gumpalan. Sedangkan,
melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, serta lengket yang
menunjukan perdarahan saluran cerna bagian atas serta dicernanya oleh darah pada
usus halus. Warnanya merah gelap atau hitam disebabkan dari konversi Hb menjadi
hematin oleh bakteri selama 14jam. Sumber perdarahnya biasanya berasal dari saluran
cerna bagian atas.1,2
Anamnesis
Identitas. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, nama orang tua atau suami isteri atau penanggung jawab, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan karena
dengan data identitas, seorang dokter dapat juga memperkuat diagnosis, kemungkinan
terapi yang akan diberikan atau kemungkinan akan terjadinya komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien tersebut.
Keluhan Utama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang
membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan
keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami
hal tersebut.
Riwayat Pribadi. Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan. Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan kehidupan
sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan sebagainya. Kebiasaan pasien
yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, minum alkohol, termasuk
penyalahgunnaan obat-obatan terlarang (narkoba). Yang tidak kalah pentingnya
adalah anamnesis mengenai lingkungan tempat tinggalnya, termasuk keadaan
rumahnya, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat pembuangan sampah dan
sebagainya.1
Pada anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami nyeri ulu hati yang hilang timbul
sejak 2 tahun, berkurang saat meminum obat maag, BAB berwarna hitam dan berbau
busuk sejak 2 hari lalu, nyeri pada saat makan.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan
berbaring dan relaks, kedua lengan berada disamping, dan pasien bernapas melalui
mulut. Pasien diminta untuk menekukan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-
otot abdomen menjadi relaks. Dokter yang memeriksa harus merasa nyaman dan
relaks, dan oleh sebab itu ranjang harus dinaikkan arau pemeriksa berlutut disamping
tempat tidur. Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks
tahanan otot oleh pasien. 2
Distensi yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau
udara, sedangkan penyebab dari bengkakan yang terlokalisasim antara lain hernia atau
pembesaran organ tertentu. Pada distensi abdomen yang menyeluruh, terutama jika
disebabkan oleh asites, umbilicus dapat menonjol keluar.Kelainan-kelainan lainnya
pada inspeksi dapat meliputi bercak-bercak kecil makulopapular berwarna merah
yang tidak bermakna (bercak Campbell de Morgan), dan tanda-tanda pancreatitis,
seperti memar periumbilikus (tanda Cullen) atau memar pada bagian belakang
abdomen (tanda Gray Turner).
Palpasi
Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri
abdomen. Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan
periksa bagian tersebut paling akhir. Isi abdomen dapat bergerak, semi-solid,
tersembunyi dibalik organ lain, pada dinding posterior abdomen, dapat diraba melalui
otot-otot abdomen, atau kelima-limanya. Namun, hasil pemeriksaan palpasi yang baik
sulit untuk dicapai (bahkan pada dokter yang berpengalaman sekalipun seirngkali
menyembunyikan ketidakpastian mereka dengan menggunakan istilah seperti
organomegali “samar”).Relaksasi pada tangan yang sedang melakukan palpasi adalah
yang penting: hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan salah satu tangan
diabdomen dan tangan yang lain melakukan salah satu tangan di abdomen dan tangan
yang lain melakukan palpasi dengan menekan tangan yang ada dibawahnya.2
Perkusi
Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya
pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan
selalu perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang
sejajar dengan bagian tepi organ.Shifting dullness (pekak beralih) adalah suatu daerah
pekak yang terdapat dibawah permukaan horizontal cairan intra-peritoneal (asites).
Shifting dullness paling baik dihasilkan pada sisi yang berlawanan dari hati atau limpa
yang mengalami pembesaran dengan tujuan agar tidak menganggu temuan yang
didapatkan dari perkusi akibat pembesaran organ tersebut: untuk alasan yang sama,
kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
asites.
Auskultasi
Hanya pengalaman klinis yang dapat mengajarkan anda bising usus yang normal.
Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum
dapat mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar.Bising usus yang
meningkat dapat ditemukan pada: setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan
peristaltik , obstruksi usus ,diare ,jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal
dari saluran cerna atas (menyebabkan peningkatan gerakan peristaltik) .Bising usus
menurun atau menghilang ditemukan pada: paralisis usus (ileus) , perforasi dan
peritonitis generalisata.1,2
Pemeriksaan Penunjang
Endoskopi
Ulkus gaster
Ulkus atau tukak gaster merupakan defek berukuran diatas 5mm, kedalaman
mencapai lapisan submukosa. Ulkus peptik berbatas tegas, dapat menembus
muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Ulkus
peptik terdiri dari ulkus lambung dan ulkus duodenum. Ulkus peptik dipengaruhi oleh
faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif yang utama adalah Haemophilus
pylori dan OAINS. Selain itu, pengaruh rokok, stres, malnutrisi, diet tinggi garam,
defisiensi vitamin, genetik juga berperan. Sedangkan faktor defensif terdiri dari
preepitel, epitel, dan subepitel. Gejala klinis yang didapatkan juga sesuai dengan
sindrom dispepsia akan tetapi pada ulkus peptik keluhan nyeri ulu hati dan muntah
lebih menonjol. Nyeri epigastrik pada tukak duodeni biasanya menghilang setelah
makan atau pemberian antasida. Pada tukak gaster, nyeri biasanya tidak hilang setelah
makan. Tukak akibat OAINS biasanya asimptomatik. Patogenesis terjadinya tukak
peptik adalah ketidakseimbangan antara faktor agresif yang dapat merusak mukosa
dan faktor defensif yang memelihara keutuhan mukosa lambung dan duodenum.4,6
Manifestasi Klinis
Diagnosis banding
Tumor lambung
Gejala klinis
Keluhan utama tumor ganas adalah berat badan menurun (82%), nyeri
epigastrium (63%), muntah (41%), anoreksia (28%), keluhan umum (25%), disfagia
(18%), nausea (18%), kelemahan (17%), sendawa (10%), hematemesis (7%),
regurgitasi (7%) dan cepat kenyang (5%). Sedangkan, kanker gaster dini jarang
mempunyai keluhan dan sulit untuk dideteksi. Gejala yang ditimbulkan oleh
metastasis dapat berupa perut membesar (asites), icterus obstruktif, nyeri tulang,
gejala neurologis dan sesak nafas, dan dapat juga berupa obstruktif ileus.7
Sekitar 3000 kematian setiap tahun di Amerika Serikat disebabkan oleh ulkus
gaster. Ada bukti bahwa merokok, penggunaan rutin aspirin, dan penggunaan steroid
yang lama menyebabkan ulkus gaster.7
Patofisiologi
Efek samping obat anti inflamasi non steroid (OAINS) pada saluran cerna
tidak terbatas pada lambung. Efek samping pada lambung memang paling sering
terjadi. OAINS merusak mukosa lambung melalui dua mekanisme, yaitu topikal dan
sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan
lipofilik, sehingga mempermudah trapping ion hydrogen masuk mukosa dan
menimbulkan kerusakan. 8
Komplikasi
Perdarahan gastrointestinal
Insiden 15-25% meningkat pada usia lanjut (>60th ) akibat adanya penyakit
degenerative dan tanda adanya pemakaian OAINS (20% tanpa simtom dari penyakit
sebelumnya). Sebagian besar perdarahan berhenti spontan, sebagian memerlukan
tindakan endoskopi , bila gagal dialnjutkan tindakan operasi (5% memerlukan
transfuse darah). Pantozol/PPI 2 amp/100cc NACl 0,9 drips selama 10 jam secara
parenteral dan diteruskan beberapa hari dapat menurunkan kejadian ulang perdarahan,
pemberian transfusi dengan memperhatikan tanda-tanda hemodinamik. .7
Perforasi
Ditandai dengan rasa sakit tiba-tiba, sakit berat, sakit difus pada perut. Insiden 6-7%,
hanya 2-3% mengalami perforasi terbuka ke peritoneum, 10% tanpa keluhan/tanda
perforasi dan 10% ditandai dengan perdarahan tukak dengan mortalitas yang
meningkat. Kejadian meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan
meningkatnya penggunaan OAINS. Perforasi tukak gaster biasanya ke kiri lobus hati,
dapat menyebabkan fistula gastrokolik. Penetrasi adalah suatu perforasi yang tidak
terbuka/tanpa pengeluaran isi lambung karena tertutup oleh omentum/organ perut
sekitar. Terapi perforasi : dekompresi, pemasangan NGT,aspirasi cairan lambung
terus menerus, pasien dipuasakan, pemberian antibiotic oral dan dilanjutkan dengan
tindakan operasi.7
Penatalaksanaan
Medikamentosa
Antasida
Antasida merupakan obat yang paling umum dikonsumsi oleh penderita dispepsia,
merupakan suatu obat yang bekerja lokal, menetralkan asam lambung dengan
menurunkan aktivitas pepsin dan menaikkan pH lambung ≤ 4 dan merupakan suatu
basa lemah. Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasi akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na-bikarbonat, Al(OH)3, Mg
(OH)2, dan magnesium triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simptomatis untuk mengurangi rasa nyeri.4,5
Pencegahan
Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis seperti faktor umur,kadar
Hb,tekanan darah pasien selama perawatan dan lain-lain. Prognosis cukup baik bila
segera dilakukan penanganan yang tepat. Mengingat tingginya angka kematian dan
sukarnya menanggunglangi pendarahan,maka diperlukan tindakan-tidakan preventif
.Penyakit gastropati OAINS memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara cepat
dan tepat, sebelum terjadinya komplikasi yang berbahaya.8
Kesimpulan
Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hematemesis melena, seperti ulkus
peptikum, ulkus duodenum, dan gastritis erosive. Padakasus ini, hematemesis melena
yang terjadi disebabkan karena gastritis erosive. Hal ini dapat terjadi karena
penggunaan obat aspirin yang sifatnya mengiritasi lambung sehingga menyebabkan
perdarahan lambung. Banyak terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi
hematemesis melena ini, baik secara medikamentosa maupun non medikamentosa.
Jika kasus ini ditangani dengan baik maka prognosisnya juga akan baik.
DAFTAR PUSTAKA
2. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed.
Jakarta: EGC. 2006.p.50-2
3. Pierce A,Borley NR. Hematemesis melena in: at a glance ilmubedah 3 rd ed.
Jakarta :Erlangga . 2006.p.21-3
4. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk.
Editor edisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep
klinis penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta; 2005 : 235-40
5. Richter JM, Isselbacher KJ. Prinsip ilmu penyakitdalam Harrison. Jakarta :
EGC. 2004.p.259-70.
6. Hadi S. Pendarahan saluran makan in: Gastroenterologi. Bandung: PT
Alumni. 2005.p.281-305.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibirata M, Setiati S. Ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2011.h.509-12. (diagnosis )
8. Hirmawan S. Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.200.