Anda di halaman 1dari 13

Pendahuluan

Sistem pencernaan merupakan sistem yang penting dalam tubuh manusia.


Sistem pencernaan berfungsi dalam melakukan pemecahan makanan yang masuk ke
dalam tubuh manusia dari bagian yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil, dapat
diserap tubuh dan berguna dalam kelangsungan hidup manusia. Sistem pencernaan
terdiri dari beberapa organ penting seperti, esofagus, lambung, usus, dan lain
sebagainya .Akan tetapi sistem pencernaan rentan dalam mengalami gangguan-
gangguan, salah satunya adalah hematemesis dan melena. 1

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau
tinja yang disebabkan oleh adanya pendarahan saluran cerna bagian atas. Warna
hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau kontak antara darah dengan
asam lambung dan besar kecilnya pendarahan sehingga menyebabkan berwarna
kehitaman sepert kopi atau kemerah-merahan dan berbentuk gumpalan. Sedangkan,
melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, serta lengket yang
menunjukan perdarahan saluran cerna bagian atas serta dicernanya oleh darah pada
usus halus. Warnanya merah gelap atau hitam disebabkan dari konversi Hb menjadi
hematin oleh bakteri selama 14jam. Sumber perdarahnya biasanya berasal dari saluran
cerna bagian atas.1,2

Anamnesis

Seorang dokter harus melakukan wawancara yang seksama terhadap


pasiennya atau keluarga dekatnya mengenai masalah yang menyebabkan pasien
mendatangi pusat pelayanan kesehatan. Wawancara yang baik seringkali sudah dapat
mengarahkan masalah pasien ke diagnosis penyakit tertentu. Wawancara terhadap
pasien disebut anamnesis. Anamnesis dapat langsung dilakukan terhadap pasien
(auto-anamnesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-anamnesis). Pada
pasien fraktur dengan kesadaran penuh anamnesis masih bisa dilakukan terhadap
pasien itu sendiri, apabaila pasien datang dengan kesadaran menurun, anamnesis bisa
dilakukan pada keluarga atau orang yang mengantar pasien tersebut. Anamnesis yang
baik akan terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat penyakit dalam keluarga, anamnesis susunan sistem dan
anamnesis pribadi.2

Identitas. Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, nama orang tua atau suami isteri atau penanggung jawab, alamat,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan karena
dengan data identitas, seorang dokter dapat juga memperkuat diagnosis, kemungkinan
terapi yang akan diberikan atau kemungkinan akan terjadinya komplikasi yang dapat
terjadi pada pasien tersebut.

Keluhan Utama. Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien yang
membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan
keluhan utama harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien mengalami
hal tersebut.

Riwayat Penyakit Sekarang. Riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang


kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum
keluhan utama sampai pasien datang berobat. Dalam melakukan anamnesis
diusahakan mendapatkan data-data sebagai berikut: 1) Waktu dan lamanya keluhan
berlangsung; 2) Sifat dan beratnya serangan, misalnya mendadak, perlahan-lahan,
terus menerus, hilang timbul, cenderung bertambah berat atau berkurang dan
sebagainya; 3) Lokalisasi dan penyebarannya, menetap, menjalar, berpindah-pindah,
contohnya tangan kiri ikut merasakan nyeri atau tidak; 4) Hubungannya dengan
waktu, misalnya nyeri timbul setiap saat atau hanya pada saat tertentu; 5)
Hubungannya dengan aktivitas, misalnya tangan bertambah nyeri apabila melakukan
gerakan atau tangan tidak bisa digerakkan sama sekali; 6) Keluhan-keluhan yang
menyertai serangan, atau keluhan lain yang bersamaan dengan serangan seperti
demam, penurunan berat badan atau gejala sistemik lainnya; 7) Apakah keluhan baru
pertama kali atau sudah berulang kali; 8) Faktor risiko dan pencetus serangan,
termasuk faktor-faktor yang memperberat atau meringankan serangan; 9) Apakah ada
saudara sedarah atau teman dekat yang menderita keluhan yang sama; 10) Riwayat
perjalanan ke daerah yang endemis untuk penyakit tertentu; 11) Perkembangan
penyakit, kemungkinan telah terjadi komplikasi atau gejala sisa; 12) Upaya yang telah
dilakukan dan bagaimana hasilnya, jenis-jenis obat yang telah diminum oleh pasien
juga tindakan medik lain yang berhubungan dengan penyakit yang saat ini diderita.
Setelah semua data terkumpul, usahakan untuk membuat diagnosis sementara dan
diagnosis diferensial. Bila mungkin, singkirkan diagnosis diferensial, dengan
menanyakan tanda-tanda positif dan tanda-tanda negatif dari diagnosis yang paling
mungkin.

Riwayat Penyakit Dahulu. Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan


adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang.
Di bagian ini, tanyakan pula apakah pasien pernah menderita penyakit yang berat dan
menjalani operasi tertentu, riwayat alergi obat dan makanan, lama perawatan, apakah
sembuh sempurna atau tidak. Obat-obat yang pernah diminum oleh pasien juga harus
ditanyakan.

Riwayat Penyakit Keluarga. Penting untuk mencari kemungkinan penyakit heredier,


familial atau penyakit infeksi.

Riwayat Pribadi. Riwayat pribadi meliputi data-data sosial, ekonomi, pendidikan dan
kebiasaan. Perlu ditanyakan pula apakah pasien mengalami kesulitan kehidupan
sehari-hari seperti masalah keuangan, pekerjaan dan sebagainya. Kebiasaan pasien
yang juga harus ditanyakan adalah kebiasaan merokok, minum alkohol, termasuk
penyalahgunnaan obat-obatan terlarang (narkoba). Yang tidak kalah pentingnya
adalah anamnesis mengenai lingkungan tempat tinggalnya, termasuk keadaan
rumahnya, sanitasi, sumber air minum, ventilasi, tempat pembuangan sampah dan
sebagainya.1

Pada anamnesis diketahui bahwa pasien mengalami nyeri ulu hati yang hilang timbul
sejak 2 tahun, berkurang saat meminum obat maag, BAB berwarna hitam dan berbau
busuk sejak 2 hari lalu, nyeri pada saat makan.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan abdomen paling baik dilakukan pada pasien dalam keadaan
berbaring dan relaks, kedua lengan berada disamping, dan pasien bernapas melalui
mulut. Pasien diminta untuk menekukan kedua lutut dan pinggulnya sehingga otot-
otot abdomen menjadi relaks. Dokter yang memeriksa harus merasa nyaman dan
relaks, dan oleh sebab itu ranjang harus dinaikkan arau pemeriksa berlutut disamping
tempat tidur. Tangan pemeriksa harus hangat untuk menghindari terjadinya refleks
tahanan otot oleh pasien. 2

INSPEKSI: Setelah melakukan inspeksi menyeluruh dan keadaan sekitarnya secara


cepat, perhatikan abdomen untuk memeriksa hal berikut ini:

Apakah abdomen dapat bergerak tanpa hambatan ketika pasien bernapas?


Apakah pasien menderita nyeri abdominal yang nyata?
Apakah pasien menderita iritasi peritoneum, yaitu pergerakan abdomen menjadi
terbatas? Apakah terdapat jaringan parut akibat operasi sebelumnya?
Apakah terdapat distensi abdominal yang nyata?
Apakah terdapat vena-vena yang berdilatasi?
Apakah terdapat gerakan peristaltic yang dapat terlihat?
Apakah terdapat kelainan-kelainan lain yang dapat terlihat?

Distensi yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh lemak, cairan, janin, atau
udara, sedangkan penyebab dari bengkakan yang terlokalisasim antara lain hernia atau
pembesaran organ tertentu. Pada distensi abdomen yang menyeluruh, terutama jika
disebabkan oleh asites, umbilicus dapat menonjol keluar.Kelainan-kelainan lainnya
pada inspeksi dapat meliputi bercak-bercak kecil makulopapular berwarna merah
yang tidak bermakna (bercak Campbell de Morgan), dan tanda-tanda pancreatitis,
seperti memar periumbilikus (tanda Cullen) atau memar pada bagian belakang
abdomen (tanda Gray Turner).

Palpasi

Abdomen harus diperiksa secara sistematis, terutama jika pasien menderita nyeri
abdomen. Selalu tanyakan kepada pasien letak nyeri yang dirasa maksimal dan
periksa bagian tersebut paling akhir. Isi abdomen dapat bergerak, semi-solid,
tersembunyi dibalik organ lain, pada dinding posterior abdomen, dapat diraba melalui
otot-otot abdomen, atau kelima-limanya. Namun, hasil pemeriksaan palpasi yang baik
sulit untuk dicapai (bahkan pada dokter yang berpengalaman sekalipun seirngkali
menyembunyikan ketidakpastian mereka dengan menggunakan istilah seperti
organomegali “samar”).Relaksasi pada tangan yang sedang melakukan palpasi adalah
yang penting: hal ini dapat dilakukan dengan meletakkan salah satu tangan
diabdomen dan tangan yang lain melakukan salah satu tangan di abdomen dan tangan
yang lain melakukan palpasi dengan menekan tangan yang ada dibawahnya.2

Perkusi

Perkusi berguna (khususnya pada pasien yang gemuk) untuk memastikan adanya
pembesaran beberapa organ, khususnya hati, limpa, atau kandung kemih. Lakukan
selalu perkusi dari daerah resonan ke daerah pekak, dengan jari pemeriksa yang
sejajar dengan bagian tepi organ.Shifting dullness (pekak beralih) adalah suatu daerah
pekak yang terdapat dibawah permukaan horizontal cairan intra-peritoneal (asites).
Shifting dullness paling baik dihasilkan pada sisi yang berlawanan dari hati atau limpa
yang mengalami pembesaran dengan tujuan agar tidak menganggu temuan yang
didapatkan dari perkusi akibat pembesaran organ tersebut: untuk alasan yang sama,
kandung kemih harus dikosongkan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan
asites.

Auskultasi

Hanya pengalaman klinis yang dapat mengajarkan anda bising usus yang normal.
Seorang pemeriksa mungkin membutuhkan waktu selama beberapa menit sebelum
dapat mengatakan dengan yakin bahwa bising usus tidak terdengar.Bising usus yang
meningkat dapat ditemukan pada: setiap keadaan yang menyebabkan peningkatan
peristaltik , obstruksi usus ,diare ,jika terdapat darah dalam pencernaan yang berasal
dari saluran cerna atas (menyebabkan peningkatan gerakan peristaltik) .Bising usus
menurun atau menghilang ditemukan pada: paralisis usus (ileus) , perforasi dan
peritonitis generalisata.1,2

Pemeriksaan Penunjang

Endoskopi

Pemeriksaan penunjang sebagai gold standar adalah dengan melakukan


pemeriksaan endoskopi. Endoskopi adalah alat untuk memeriksa organ dalam tubuh
secara visual dan langsung dilihat melalui layar monitor, sehingga dapat dilihat
dengan jelas setiap kelainan organ yang diperiksa. Alat ini berbentuk pipa kecil
panjang yang dapat dimasukkan ke dalam tubuh, misalnya ke lambung. Di dalam pipa
tersebut terdapat dua buah serat optic, satu untuk menghasilkan cahaya agar bagian
Jika hanya membahas dispepsia, tentu hal ini sangat luas. Dispepsia yang
belum diinvestigasi dinamakan uninvestigated dyspepsia (UD). Keluhan keluhan yang
ada disertai dengan pemeriksaan penunjang akan membawa UD menjadi jenis
dispepsia lain seperti dispepsia organik dan dispepsia fungsional. Bila didapatkan
tanda-tanda alarm, yaitu mual muntah yang tidak sembuh dengan terapi lazim, terapi
empiris gagal, anemia, melena, hematemesis, penurunan berat badan yang signifikan,
maka investigasi berupa pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan endoskopi harus
dijalankan. Namun, bila tidak ditemukan tanda alarm, maka tidak perlu melakukan
pemeriksaan penunjang. Pasien dapat diterapi secara empiris terlebih dahulu. Akan
tetapi, jika terapi empiris gagal dan pasien tidak merasakan perbaikan itu sudah
merupakan tanda alarm dan investigasi lanjut harus dilakukan.4

Setelah investigasi dilakukan dan ternyata ditemukan kelainan organik dalam


tubuh seperti gastritis, ulkus peptikum, karsinoma gaster, penyakit hepato-pankreato-
bilier, infark jantung, diabetes, gagal ginjal, dan efek samping obat seperti Obat Anti
Inflamasi non Steroid (OAINS), teofilin, antibiotik, aspirin, maka UD dapat berubah
menjadi dispepsia organik. Akan tetapi, jika tidak ditemukan kelainan maka dispepsia
fungsional dapat ditegakkan.4

Ulkus gaster

Ulkus atau tukak gaster merupakan defek berukuran diatas 5mm, kedalaman
mencapai lapisan submukosa. Ulkus peptik berbatas tegas, dapat menembus
muskularis mukosa sampai lapisan serosa sehingga dapat terjadi perforasi. Ulkus
peptik terdiri dari ulkus lambung dan ulkus duodenum. Ulkus peptik dipengaruhi oleh
faktor agresif dan faktor defensif. Faktor agresif yang utama adalah Haemophilus
pylori dan OAINS. Selain itu, pengaruh rokok, stres, malnutrisi, diet tinggi garam,
defisiensi vitamin, genetik juga berperan. Sedangkan faktor defensif terdiri dari
preepitel, epitel, dan subepitel. Gejala klinis yang didapatkan juga sesuai dengan
sindrom dispepsia akan tetapi pada ulkus peptik keluhan nyeri ulu hati dan muntah
lebih menonjol. Nyeri epigastrik pada tukak duodeni biasanya menghilang setelah
makan atau pemberian antasida. Pada tukak gaster, nyeri biasanya tidak hilang setelah
makan. Tukak akibat OAINS biasanya asimptomatik. Patogenesis terjadinya tukak
peptik adalah ketidakseimbangan antara faktor agresif yang dapat merusak mukosa
dan faktor defensif yang memelihara keutuhan mukosa lambung dan duodenum.4,6

Manifestasi Klinis

Secara umum pasien biasa mengeluh dyspepsia. Dispesia itu sendiri


merupakan suatu sindrom klinik atau kumpulan keluhan beberapa penyakit saluran
cerna seperti mual, muntah, nyeri ulu hati, sendawa/terapan, rasa terbakar, rasa cepat
kenyang. Dispepsia terbagi atas dispepsia akibat gangguan motilitas (kembung,rasa
penuh ulu hati setelah makan disertai sendawa), dispepsia akibat tukak(nyeri ulu hati,
perasaan tidak nyaman, disertai muntah bisa seperti kopi (hematemesis) atau
kemerahan (hematokezia)), dispepsia akibat refluks(perasaan nyeri ulu hati dan rasa
seperti terbakar), dispepsia akibat tidak spesifik. Rasa sakit tukak gaster timbul
setelah makan , rasa sakit sebelah kiri (anatomis gaster) , rasa sakit bermula pada satu
titik (pointing sign) akhirnya difus bisa menjalar kepunggung. Ini kemungkinan
disebabkan penyakit bertambah berat atau mengalami komplikasi berupa penetrasi
tukak ke pankreas. Adapun tukak akibat obat OAINS dan tukak pada usia
lanjut/manula biasannya tidak menimbulkan keluhan, hanya diketahui melalui
komplikasinya berupa perdarahan dan perforasi.6

Diagnosis banding

Tumor lambung

Karsinoma lambung yang terbanyak adalah jenis adenokarsinoma. Insidens


penyakit ini sangat bervariasi , berdasarkan lokasi 40% kanker gaster berlokasi
digaster bagian bawah, 40% tengah, 15% atas , dan 10% sisanya melibatkan lebih dari
1 gaster. Bakteri H.Pylori merupakan penyebab utama kanker gaster. Hp menginduksi
terjadi inflamasi kronis yang bersifat karsinogenik karena meninkatkan stress
oksidatif , pembentukan radikal bebas,sitokin proinflamasi, pergantian sel, dan
potensial terjadi perbaikan DNA yang tidak sempurna.Makanan merupakan faktor
presdiposisi lainnya. Makanan yang diawetkan meningkatkan risiko kanker gaster
karena peningkatan kandungan garam, nitrat dan amin aromatik polisiklik. Diet tinggi
garam juga meningkatkan resiko kanker karena meningkatkan kejadian gastritis
atrofi, yang merupakan faktor risiko adenokarsinoma gaster.7

Gejala klinis

Keluhan utama tumor ganas adalah berat badan menurun (82%), nyeri
epigastrium (63%), muntah (41%), anoreksia (28%), keluhan umum (25%), disfagia
(18%), nausea (18%), kelemahan (17%), sendawa (10%), hematemesis (7%),
regurgitasi (7%) dan cepat kenyang (5%). Sedangkan, kanker gaster dini jarang
mempunyai keluhan dan sulit untuk dideteksi. Gejala yang ditimbulkan oleh
metastasis dapat berupa perut membesar (asites), icterus obstruktif, nyeri tulang,
gejala neurologis dan sesak nafas, dan dapat juga berupa obstruktif ileus.7

Esofagitis dan tukak esofagus

Esofagitis bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering bersifat


intermittem atau kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena
daripada hematemesis. Tukak di esofagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan
jika dibandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.7

Sekitar 3000 kematian setiap tahun di Amerika Serikat disebabkan oleh ulkus
gaster. Ada bukti bahwa merokok, penggunaan rutin aspirin, dan penggunaan steroid
yang lama menyebabkan ulkus gaster.7

Patofisiologi

Efek samping obat anti inflamasi non steroid (OAINS) pada saluran cerna
tidak terbatas pada lambung. Efek samping pada lambung memang paling sering
terjadi. OAINS merusak mukosa lambung melalui dua mekanisme, yaitu topikal dan
sistemik. Kerusakan mukosa secara topikal terjadi karena OAINS bersifat asam dan
lipofilik, sehingga mempermudah trapping ion hydrogen masuk mukosa dan
menimbulkan kerusakan. 8

Efek sistemik OAINS tampaknya lebih penting yaitu kerusakan mukosa


terjadi akibat produksi prostaglandin menurun, OAINS secara bermakna menekan
pembentukan prostaglandin. Prostaglandin diproduksi melalui dua jalur yaitu jalur
Cox1 dan jalur Cox2. Seperti yang diketahui, prostaglandin merupakan substansi
sitoprotektif (yang berasal dari Cox1) yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek
sitoprotektif itu dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan
sekresi mukosa dan ion bikarbonat, dan meningkatkan ephitelial defense.
Prostaglandin yang dibentuk dari jalur Cox2 menimbulkan inflamasi, nyeri, dan
demam, sehingga OAINS yang selektif menghambat Cox2 relatif lebih aman
digunakan. Aliran darah mukosa yang menurun menimbulkan adhesi netrolit pada
endotel pembuluh darah mukosa dan memacu lebih jauh proses imunologis. Radikal
bebas dan protease yang dilepaskan akibat proses imunologis tersebut akan merusak
mukosa lambung.8

Komplikasi

Perdarahan gastrointestinal

Insiden 15-25% meningkat pada usia lanjut (>60th ) akibat adanya penyakit
degenerative dan tanda adanya pemakaian OAINS (20% tanpa simtom dari penyakit
sebelumnya). Sebagian besar perdarahan berhenti spontan, sebagian memerlukan
tindakan endoskopi , bila gagal dialnjutkan tindakan operasi (5% memerlukan
transfuse darah). Pantozol/PPI 2 amp/100cc NACl 0,9 drips selama 10 jam secara
parenteral dan diteruskan beberapa hari dapat menurunkan kejadian ulang perdarahan,
pemberian transfusi dengan memperhatikan tanda-tanda hemodinamik. .7

Perforasi

Ditandai dengan rasa sakit tiba-tiba, sakit berat, sakit difus pada perut. Insiden 6-7%,
hanya 2-3% mengalami perforasi terbuka ke peritoneum, 10% tanpa keluhan/tanda
perforasi dan 10% ditandai dengan perdarahan tukak dengan mortalitas yang
meningkat. Kejadian meningkat pada usia lanjut karena proses aterosklerosis dan
meningkatnya penggunaan OAINS. Perforasi tukak gaster biasanya ke kiri lobus hati,
dapat menyebabkan fistula gastrokolik. Penetrasi adalah suatu perforasi yang tidak
terbuka/tanpa pengeluaran isi lambung karena tertutup oleh omentum/organ perut
sekitar. Terapi perforasi : dekompresi, pemasangan NGT,aspirasi cairan lambung
terus menerus, pasien dipuasakan, pemberian antibiotic oral dan dilanjutkan dengan
tindakan operasi.7

Stenosis pilorik/Gastric Outlet Obstruksi


Obstruksi lambung adalah paling umum ulkus berhubungan dengan komplikasi,
terjadi pada 1-2% pasien. Seorang pasien mungkin memiliki obstruksi relatif sekunder
untuk ulkus terkait peradangan dan edema di wilayah peripiloric. Proses ini sering
sembuh dengan penyembuhan ulkus. Sebuah obstruksi, tetap mekanik sekunder untuk
pembentukan bekas luka di daerah peripyloric juga mungkin. Yang terakhir ini
membutuhkan intervensi endoskopi (pelebaran balon) atau bedah. Tanda dan gejala
obstruksi mekanik relatif terhadap dapat mengembangkan secara diam-diam. Onset
baru cepat kenyang, mual, muntah, sakit perut peningkatan postprandial, dan
penurunan berat badan harus membuat obstruksi lambung kemungkinan diagnosis.7,8

Penatalaksanaan

Non Medika Mentosa


Pada penatalakasanaan non medika mentosa, Pasien dapat diberikan edukasi dan
pengarahan agar sebisa mungkin menghindari makanan-makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung. Kemudian, selain menghindari makanan merangsang
asam lambung yang terutama dan terpenting adalah pasien harus menghindari faktor
resiko terjadinya dispepsia seperti alkohol, istirahat, diet makanan lunak, obat-obatan
yang berlebihan terutama golongan OAINS (jika memang harus mengkonsumsi
OAINS pilih jenis Cox2), nikotin pada rokok, dan stres fisik dan mental. Selain itu
dapat juga di edukasi pada pasien seputar pola makan yang teratur dan pasien harus
mengatur porsi dan pola makan dari makanan yang dimakannya sehari-hari.4,5,6

Medikamentosa
Antasida

Antasida merupakan obat yang paling umum dikonsumsi oleh penderita dispepsia,
merupakan suatu obat yang bekerja lokal, menetralkan asam lambung dengan
menurunkan aktivitas pepsin dan menaikkan pH lambung ≤ 4 dan merupakan suatu
basa lemah. Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasi akan menetralisir
sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na-bikarbonat, Al(OH)3, Mg
(OH)2, dan magnesium triksilat. Pemberian antasid jangan terus menerus, sifatnya
hanya simptomatis untuk mengurangi rasa nyeri.4,5

Antagonis reseptor Histamin H2


Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial
seperti tukak peptik, obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2 antara lain
simetidin 2 X 400 mg atau 800 gr malam hari, famotidine 1 X 40 mg malam hari ,
roksatidin 2 X 75mg atau 150mg malam hari, ranitidine 300 mg malam hari, dan
Nizatidine 1 X 300 mg malam hari .Dari data studi acak tersamar ganda, didapatkan
hasil yang kontroversi. Sebagian gagal memperlihatkan manfaatnya pada dispepsia
fungsional, dan sebgaian lagi berhasil. Secara metaanalisis diperkirakan manfaat
terapinya 20% diatas plasebo. Masalah pkok adalah kriteria inklusi pada berbagai
penelitian, dan juga kemungkinan masuknya kasus penyakit refluks gastroesofageal.
Umumnya manfaatnya untuk menghilangakn rasa nyeri ulu hati.6

Penghambat pompa proton (PPI)

Obat-obat yang termasuk dalam golongan PPI adalah omeprazole 2 X 20 mg,


lansoprazol 2 X 40mg, pantoprazole 2 X 40mg,. Obat ini tampaknya cukup superior
dibanding plasebo pada dispepsia fungsional. Respons baik terlihat pada dispepsia
fungsional tipe ulkus. Paling efektif menekan sekresi asam lambung dan merupakan
suatu pro-drug yang membutuhkan suasana asam sehingga harus diminum sebelum
makan. Efeknya akan menurun jika diberi bersama H2 – reseptor antagonis dan
antasida.6,7

Pencegahan

 Hindari faktor penyebab


 Hindari konsumsi obat yang mengiritasi lambung
 Makan teratur dan tepat waktu
 Kurangi makanan yang terlalu pedas dan berminyak
 Hindari merokok serta alcohol

Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis seperti faktor umur,kadar
Hb,tekanan darah pasien selama perawatan dan lain-lain. Prognosis cukup baik bila
segera dilakukan penanganan yang tepat. Mengingat tingginya angka kematian dan
sukarnya menanggunglangi pendarahan,maka diperlukan tindakan-tidakan preventif
.Penyakit gastropati OAINS memiliki prognosis yang baik jika ditangani secara cepat
dan tepat, sebelum terjadinya komplikasi yang berbahaya.8

Kesimpulan

Banyak hal yang dapat menyebabkan terjadinya hematemesis melena, seperti ulkus
peptikum, ulkus duodenum, dan gastritis erosive. Padakasus ini, hematemesis melena
yang terjadi disebabkan karena gastritis erosive. Hal ini dapat terjadi karena
penggunaan obat aspirin yang sifatnya mengiritasi lambung sehingga menyebabkan
perdarahan lambung. Banyak terapi yang dapat diberikan untuk mengatasi
hematemesis melena ini, baik secara medikamentosa maupun non medikamentosa.
Jika kasus ini ditangani dengan baik maka prognosisnya juga akan baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Sudoyo AW,


Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Edisi ke – 4. FKUI; 2007.h.285

2. Bickley S. Buku saku pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. 5th ed.
Jakarta: EGC. 2006.p.50-2
3. Pierce A,Borley NR. Hematemesis melena in: at a glance ilmubedah 3 rd ed.
Jakarta :Erlangga . 2006.p.21-3
4. Sylvia Anderson P, Lorraine McCarty W. Alih bahasa, Braham U, Pendit dkk.
Editor edisi bahasa indonesia, Huriawati H. Patofisiologi ; konsep-konsep
klinis penyakit. Edisi 6. EGC. Jakarta; 2005 : 235-40
5. Richter JM, Isselbacher KJ. Prinsip ilmu penyakitdalam Harrison. Jakarta :
EGC. 2004.p.259-70.
6. Hadi S. Pendarahan saluran makan in: Gastroenterologi. Bandung: PT
Alumni. 2005.p.281-305.
7. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibirata M, Setiati S. Ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2011.h.509-12. (diagnosis )
8. Hirmawan S. Kumpulan kuliah patologi. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2011.h.200.

Anda mungkin juga menyukai