Anda di halaman 1dari 3

Hukum Teknologi Informasi

1. Contoh kasus : Penipuan Jual Beli Online


Rabu 12 September 2018
Tipu Sosialita, Wanita Penjual Tas Bermerek di IG Ditangkap Polisi
Seorang wanita berinisial V (39) menipu sejumlah sosialita dengan mengaku
sebagai penjual tas bermerek via Instagram..
Argo menerangkan, wanita tersebut mempromosikan sejumlah tas bermerek
melalui akun Instagram bebebags21199. Namun rupanya, tas yang dia
promosikan tidak pernah dikirimkan ke si pemesan.
Menurut Argo, pelaku menjalankan aksinya sejak dua tahun lalu. Uang yang
diraup dari hasil kejahatan mencapai Rp 600 juta.
Kanit II Resmob Polda Metro AKP Resa Marasembesy menambahkan,
korban penipuan itu juga berasal dari sejumlah daerah. Namun kebanyakan di
antara mereka tak mau membuat laporan polisi.
Dalam kasus ini, polisi juga menyita sejumlah barang bukti berupa satu
bendel rekening koran, ponsel hingga ATM.

Dalam kasus tersebut tersangka dikenakan pasal 378 KUHP karena


menggunakan identitas palsu. Pasal tersebut berbunyi “ Barangsiapa dengan
maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum dengan memakai nama palsu atau martabat (hoedanigheid) palsu,
dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang
lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi
utang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena penipuan, dengan
pidana penjara paling lama empat tahun. “

dan pasal 28 ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik jo pasal 45A ayat (1) UU No. 19 Tahun 2016. Pasal tersebut
berbunyi “ Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan
berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen
dalam Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). “

2. Contoh kasus : Kasus Pencemaran Nama Baik


05 Juni 2009
Prita merupakan seorang ibu dua anak asal Tangerang. Ia menuliskan surat
elektronik tentang ketidakpuasannya saat menjalani pelayanan kesehatan di
RS Omni Internasional. Tulisannya tersebar luas di internet, dari milis ke
milis. Atas kejadian itu, pihak rumah sakit merasa dicemarkan nama baiknya
hingga melaporkan ke pihak kepolisian.
Dalam kasus tersebut ibu itu dikenakan pasal 27 ayat (3) UU No. 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronk jo pasal 45 ayat (3) UU No.
19 Tahun 2016. Pasal ini berbunyi “Setiap Orang yang dengan sengaja dan
tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama
4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus
lima puluh juta rupiah”.

3. Contoh kasus : Prostitusi Online


JAKARTA - Polres Pelabuhan Tanjung Priok kembali membongkar
kasus prostitusi online yang melibatkan anak di bawah umur di kawasan
Sunter, Jakarta Utara. Kalai ini seorang perempuan berinisial EGR (18)
dicokok polisi setelah ketahuan mencari mucikari prostitusi online.
Perempuan yang masih ABG itu nekat menjadi mucikari dengan menjajakan
perempuan lain yang lebih muda darinya kepada pria hidung belang.
Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok, AKBP Reynold Elisa Hutagalung,
mengatakan, EGR diciduk polisi dari sebuah hotel di Jalan Sunter Permai,
Jakarta Utara. Adapun perempuan yang hendak 'dijual' dalam prostitusi
online ini adalah gadis belia berinisial TW (17).
Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Tanjung Priok, AKP Faruk
Rozi, menyebutkan, pelaku biasa beraksi lewat media sosial Facebook. Di situ
pelaku menawarkan prostitusi online.
Di akun tersebut pelaku menawarkan perempuan muda dengan tarif Rp4 juta
sekali kencan. Dari harga itu pelaku mendapat bagian Rp500 ribu dari setiap
perempuan yang melayani nafsu bejat lelaki hidung belang. Kini pelaku tak
lagi bisa mendapatkan uang dari hasil jadi muncikari online lantaran harus
mendekam dibalik jeruji besi.

Dalam kasus tersebut mucikari itu dikenakan pasal 27 ayat (1) UU No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronk jo pasal 45 ayat (1)
UU No. 19 Tahun 2016. Pasal ini berbunyi “Setiap Orang yang dengan
sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki yang melanggar kesusilaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 27 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (empat)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah)”.
Dan dikenakan Pasal 2 ayat (1) UU No. 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang yang berbunyi “Setiap
orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman,
pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan,
penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi
bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang
tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
dan pidana denda paling sedikit Rp120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).”

4. Contoh kasus: Perjudian Online


Jumat 08 Maret 2019
Banyuwangi - Judi online beromzet miliaran rupiah dibongkar polisi. 3 orang
operator judi diamankan. Judi online itu sendiri beromset sekitar Rp 9 miliar.
Tiga orang yang diamankan adalah Atim Widodo, Sunardi, dan Eko Waluyo.
Ketiganya merupakan warga Desa Sraten, Kecamatan Cluring. Atim diketahui
adalah bandar dari judi online tersebut.
Berdasarkan pengakuan pelaku, kata Panji, omzet judi online ini senilai Rp
300 juta lebih dalam sehari. Peralatan yang digunakan dalam aksi judi tersebut
juga tergolong canggih. Antara lain 5 unit laptop, 2 unit Wi-fi, 6 modem, 7
handphone, 7 ATM, 12 buku tabungan, dan 2 kalkulator.

Dalam kasus ini Dani dikenakan pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronk telah jo UU No. 19 Tahun 2016
pasal 45 ayat (2). Pasal tersebut berbunyi “Setiap Orang yang dengan sengaja
dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat
dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang
memiliki muatan perjudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2)
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”

5. Contoh kasus :

Anda mungkin juga menyukai