Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pencemaran suara terjadi akibat peningkatan kebisingan yang disebabkan
aktivitas alam maupun aktivitas manusia. Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas
bunyi melebihi 70 desibel (dB). Pencemaran suara berakibat buruk bagi kesehatan
tubuh terutama gangguan fungsi pendengaran. Tingkat kebisingan terus meningkat
seiring dengan perubahan gaya hidup yang semakin modern (Handoko, 2004).
Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan
bermotor, terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda
dengan jalan. Kendaraan berat seperti truk, bus, dan mobil merupakan sumber
kebisingan utama di jalan raya (Djalante, 2010).
Kebisingan menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No.48
Tahun 1996 adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan
kenyamanan lingkungan (Feidihal, 2007). Kebisingan akibat lalu lintas adalah salah
satu bunyi yang tidak dapat dihindari dari kehidupan modern dan juga salah satu
bunyi yang tidak dikehendaki (Wardika et al, 2012).

Menurut Bridger, (dalam Yadat T.,2014) kebisingan biasanya didefinisikan


sebagai suara atau suara pada amplitudo tertentu yang dapat menyebabkan
kejengkelan atau mengganggu komunikasi. Suara dapat diukur secara objektif
sedangkan kebisingan merupakan fenomena yang subjektif.
Semua bunyi yang mengalihkan perhatian, menganggu, atau berbahaya bagi
kesehatan sehari-hari ( kerja, istirahat, hiburan, atau belajar ) di anggap sebagai
bising. ( Doelle L.L.,1993 ).
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 48/MENLH
/11/1996 definisi bising adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan
dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan
kenyamanan lingkungan.
Menurut menteri kesehatan Republik Indonesia bahwa bising adalah semua
suara yang tidak dikehen daki yang bersumber dari alat-alat produksi dan atau alat-
alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan adalah semua bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang dapat
mengganggu kesehatan dan keselamatan.Satuan dari kebisingan adalah decibell (dB).
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari praktikum lapangan pencemaran lingkungan tentang

pencemaran suara adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kebisingan di Jalan Gadjah Mada,

Pontianak, di Jalan Tanjungpura, Pontianak, dan di Bundaran Digulis Pontianak?

2. Bagaimana perbandingan tingkat kebisingan yang paling tinggi diantara ketiga

lokasi tersebut?

3. Apa akibat yang ditimbulkan dari pencemaran suara dalam jangka waktu lama

maupun sementara terhadap kesehatan tubuh?

1.3 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum pencemaran lingkungan tentang pencemaran suara
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat kebisingan di tiga lokasi sumber kebisingan suara yaitu di di
Jalan Gadjah Mada, Pontianak, di Jalan Tanjungpura, Pontianak, dan di Bundaran
Digulis Pontianak
2. Mengetahui perbandingan tingkat kebisingan mana yang lebih tinggi diantara
ketiga lokasi tersebut.
3. Mengetahui akibat terkena paparan kebisingan suara dalam jangka waktu lama
maupun sementara.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum lapangan pencemaran lingkungan tentang pencemaran

suara bagi praktikan adalah untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah
pencemaraan ligkungan tentang pencemaran suara dan penunjang media belajar baik
dikelas maupun dilapangan. Manfaat bagi pembaca dan masyarakat adalah sebagai
sumber wawasan tambahan megenai pencemaran suara terhadap kesehatan tubuh
serta sebagai sumber referensi penelitian mengenai pencemaran suara di Kota
Pontianak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori kebisingan

Kebisingan berasal dari kata bising yang artinya semua bunyi yang mengalihkan
perhatian, mengganggu, atau berbahaya bagi kegiatan seharihari, bising umumnya
didefinisikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan dan juga dapat menyebabkan
polusi lingkungan.(Davis Cornwell.1998).

Suara adalah sensasi atau rasa yang dihasilkan oleh organ pendengaran manusia
ketika gelombang-gelombang suara dibentuk di udara sekeliling manusia melalui
getaran yang diterimanya. Gelombang suara merupakan gelombang longitudinal yang
terdengar sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada frekuensi 20 – 20.000 Hz
atau disebut jangkauan suara yang dapat didengar.

2.2 Kebisingan lalu lintas

Kebisingan lalu lintas berasal dari suara yang dihasilkan dari kendaraan
bermotor,terutama dari mesin kendaraan, knalpot, serta akibat interaksi antara roda
dengan jalan.Kendaraan berat (truk, bus) dan mobil penumpang merupakan sumber
kebisingan utama di jalan raya.Secara garis besar strategi pengendalian bising dibagi
menjadi tiga elemen yaitu pengendalian terhadap sumber bising, pengendalian
terhadap jalur bising dan pengendalian terhadap penerima bising.

3.1 Dampak Pencemaran Suara


Tingkat pencemaran didasarkan pada kadar zat pencemar dan waktu
(lamanya) kontak. Menurut WHO, tingkat pencemaran dibedakan menjadi 3, yaitu
sebagai berikut (Regnault, 1990):
1. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan) ringan pada panca
indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada ekosistem lain.
2. Pencemaran yang sudah mengakibatkan reaksi pada faal tubuh dan
menyebabkan sakit yang kronis.
3. Pencemaran yang kadar zat-zat pencemarnya demikian besarnya sehingga
menimbulkan gangguan dan sakit atau kematian dalam lingkungan.
Menurut penelitian musik berirama keras hingga 'berlimpah ruah' berdampak
dramatik pada psikologi. Selain itu juga berakibat merusak gendang pendengaran.
Menurut Dr. Luther Terry, mantan peneliti di Badan Bedah AS yang melakukan
penelitian adanya akibat negatif terkait suara yang bising, proses pendengaran
melibatkan kontruksi jantung, peredaran darah, meningkatkan kerja hati, pernafasan
yang meningkat, menghambat penyerapan kulit dan tekanan kerangka otot, sistem
pencernaan berubah, aktivitas yang berhubungan dengan kelenjar yang memberi
pertanda pada zat-zat kimia dalam tubuh termasuk darah dan air seni, efek
keseimbangan organ. Juga keseimbangan efek perasa dan perubahan kimia di otak.
Itu semua merupakan sebagian dari efek suara bising pada tubuh manusia. Terry juga
mengungkapkan adanya efek negatif suara gaduh dalam perkembangan janin.
Penelitian menemukan pula, kalau setelah terpapar suara berkekuatan tinggi, seperti
suara pesawat yang tinggal landas atau tempat kerja yang sangat ramai, tekanan darah
meningkat hingga 30%. Pengaruh negatif bertambah dengan adanya kenyataan
tekanan darah meningkat dalam tingkat yang tinggi, bahkan saat paparan suara bising
berakhir. Polusi suara juga membawa dampak pada tingkah laku anak-anak dan orang
dewasa (Suriatmadja, 1999).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum lapangan pencemaran lingkungan tentang pencemaran suara
dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 6-7 April 2019. Pengambilan sampel
suara berada ditiga lokasi sumber kebisingan dijalan raya simpang empat Gadjah
Mada, Bundaran di Gulis, dan di jalan Tanjungpura. Waktu pengambilan sampel
dilaksankan tujuh kali pengulangan masing-masing pengulangan mengambil sampel
selama 10 menit dan tiap 5 detik pengukuran interval kebisingan dicatat. Pengulangan
pertama dilaksanakn pada tanggal 6 April 2019 pada pukul 07.00 WIB, pengulangan
kedua pada pukul 20.00 WIB, pengulangan ketiga pada pukul 10.00 WIB,
pengulangan keempat pada pukul 23.00 WIB, Pengulangan kelima tanggal 7 April
2019 pada pukul 01.00 WIB, pengulangan keenam pada pukul 01.00 WIB, dan
pengulangan ketujuh pada pukul 05.00 WIB.
3.2 Deskripsi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum Pencemaran Lingkungan “Pengukuran
Kebisingan di Beberapa Jalan di Kota Pontianak, Kalimantan Barat” ini sebagai
berikut.
Tabel 4.1.1 Hasil Pengukuran Kebisingan pada Siang Hari (LS)
No. Lokasi Nilai Kebisingan (dBA)
1. Jalan Gajah Mada 73,24
2. Jalan Tanjungpura 78,08
3. Bundaran Digulis 77,47

Tabel 4.1.2 Hasil Pengukuran Kebisingan pada Malam Hari (LM)

No. Lokasi Nilai Kebisingan (dBA)


1. Jalan Gajah Mada 62,94
2. Jalan Tanjungpura 78,98
3. Bundaran Digulis 68,74

Tabel 4.1.3 Hasil Pengukuran Kebisingan Selama Aktivitas 24 Jam (L SM)

No. Lokasi Nilai Kebisingan (dBA)


1. Jalan Gajah Mada 68,20
2. Jalan Tanjungpura 81,01
3. Bundaran Digulis 76,54
4.2 Pembahasan

Kebisingan yang terjadi dijalan raya merupakan kebisingan yang tidak tetap
dan mempunyai periode yang terputus-putus (unsteady noise). Intensitas bunyi
diantara ketiga lokasi pengambilan sampel suara hampir sama yaitu 72 dB dengan
perbedaan angka yang tipis yaitu 0,1 dB antara lokasi pertama dan ketiga (72,46 dB)
dengan lokasi yang kedua (72,36 dB). Menurut Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, intensitas
bunyi yang diperbolehkan untuk fasilitas umum seperti jalan raya adalah 60 dB
melebihi angka tersebut berarti termasuk polusi suara. Sedangkan intensitas bunyi
sebesar >70 dB melebihi batas maksimum tingkat kebisingan suara yang boleh
didengar dan hanya boleh terpapar dibawah 7 jam per harinya. Hal ini menunjukkan
bahwa tiga lokasi tersebut mengalami pencemaran suara yang melebihi baku tingkat
kebisingan yang telah ditetapkan (Handoko, 2004).
Polusi suara berakibat buruk bagi kesehatan terutama untuk pendengaran.
Kebisingan >70 dB dapat menyebabkan hipertensi sedangkan >90 dB dapat membuat
otot menjadi tegang dan stress (Regnault, 1990). Normalnya manusia dapat
mendengar suara dengan intensitas bunyi 0-25 dB. apabila terjadi peningkatan
pendengaran 26-40 dB maka dipastikan seseorang tersebut menderita tuli ringan, jika
peningkatan pendengaran mencapai 41-60 dB disebut tuli sedang,
peningkatan pendengaran pada 61-90 dB disebut tuli berat, dan >90 dB
disebut tuli sangat berat. Pemanfaatan alat-alat yang menggunakan mesin yang
berbunyi bising maupun penggunaan gadget yang menunjang penggunaan earphone
yang langsung mengenai gendang telinga meningkatkan resiko terhadap pencemaran
suara. Tingkat kebisingan di daerah perkotaan yang dipadati bangunan perumahan,
kantor, pusat perbelanjaan, serta pabrik-pabrik jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah perkampungan yang tingkat pembangunannya masih belum berkembang.
Selain itu kebisingan di jalan lalu lintas yang padat kendaraan, belum lagi suara tv,
suara hewan peliharaan maupun pembangunan proyek yang berada didekat daerah
pemukiman juga tinggi terlebih jika kawasan hijau dan perhutanan kota minim
sehingga tidak ada yang menjadi peredam kebisingan. Secara garis besar strategi
pengendalian bising dibagi menjadi tiga elemen yaitu pengendalian terhadap sumber
bising, pengendalian terhadap jalur bising dan pengendalian terhadap penerima bising
(Djalante, 2010).
Walaupun masalah polusi suara kurang begitu familiar dimasyarakat tetapi hal
ini memerlukan perhatian yang serius, karena pola hidup sehat tidak hanya
bergantung dari kebersihan makanan dan tempat tinggal saja. Polusi suara memang
tidak langsung memberikan efek negativ yang signifikan. Namun hal tersebut tetaplah
menjadi penyumbang kerusakan kesehatan tubuh apabila terpapar dalam waktu yang
lama. Beberapa gejala yang ditimbulkan akibat berlama-lama berada di lokasi yang
terpapar suara bising adalah berkurangnya pendengaran akibat bising sementara (efek
jangka pendek) seperti kenaikan ambang pendengaran sementara, apabila suara bising
berakhir maka pendengaran akan kembali normal. Selain itu faktor yang
mempengaruhi kebisingan adalah intensitas dan frekuensi bising, lama pemaparan
dan lama waktu istirahat dari pemaparan, tipe bising dan kepekaan individual.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum pencemaran lingkungan tentang pencemaran
suara di tiga lokasi perempatan dijalan raya simpang Gadjah Mada, Bundaran di
Gulis, dan di jalan Tanjungpura disimpulkan
bahwa:
1. Intensitas bunyi yang terjadi sebesar 81,01 dB dan melebihi baku mutu kebisingan
yang tertera di Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan yakni untuk fasilitas umum seperti jalan raya
adalah 60 dB sehingga ketiga lokasi tersebut termasuk kedalam area yang
mengalami polusi suara.
2. Diantara ketiga lokasi tersebut tingkat pencemaran suara yang terjadi hampir sama
besarnya yakni 78,98 dB.
3. Permasalahan polusi suara memang tidak begitu memberikan dampak signifikan
terhadap kesehatan tubuh secara langsung. Terapar dalam jangka waktu yang
sebentar dapat menimbulkan efek jangka pendek seperti kenaikan ambang
pendengaran sementara, apabila suara bising berakhir maka pendengaran akan
kembali normal. Namun apabila terpapar dalam waktu yang lama maka akan
berakibat fatal terhadap gangguan pola tidur, gangguan pencernaan, peningkatan
nilai ambang pendengaran, hipertensi bahkan tubuh mengalami stress.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum lapangan pencemaran lingkungan tentang pencemaran
suara selanjutnya adalah dalam pemilihan lokasi pengambilan suara dapat juga
dilakukan di tempat-tempat umum yang rentan terpapar polusi suara dalam jangka
waktu yang kontinyu (steady noise) seperti di beberapa lokasi perbelanjaan mall
(tempat bermain anak-anak, super market, bioskop, kafe dan lain sebagainya).
Daftar Pustaka
Djalante, S, 2010, Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya Yang Menggunakan
Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL), Jurnal SMARTek, Volume 8 No.
4: 280-300
Doelle L.L. (1993). Akustik Lingkungan (Lea Prasetio). Jakarta : Penerbit Erlangga
Feidihal. 2007. Tingkat Kebisingan dan Pengaruhnya terhadap Mahasiswa di Bengkel
Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 4 No.
1 : (31-41). Juni 2007. ISSN: 1829-8958
Handoko, S, 2004, Kebisingan dan Pengaruhnya Pada Lingkungan Hidup, Jurnal
FKIP UNLA, Volume 2 No. 2
Menteri Lingkungan Hidup, 1996, Kep-48/MENKLH/1996 tentang Baku Tingkat
Kebisingan Peruntukan Kawasan/Lingkungan
Regnault, MA, 1990, The Decibel Inferno, WHO
Suriatmadja, A, 1999, Ilmu Lingkungan, ITB, Bandung
Yadat T., (2014) Studi Power Level Kebisingan Kendaraan Ringan di Kota Makassar.
Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar
Wardika, K., Suparsa, G.P., Priyantha, D.M. 2012. Analisis Kebisingan Lalulintas
pada Ruas Jalan Arteri
LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN
PENCEMARAN SUARA
PENGUKURAN TINGKAT PENCEMARAN SUARA DI JALAN RAYA
PUSAT KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

DISUSUN OLEH:
Emilia Kontesa H1041151078

DOSEN PENGAMPU:
DIAH WULANDARI ROUSDY, S.Si., M.Sc
TRI RIMA SETYAWATI, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019

Anda mungkin juga menyukai