ALjabar Proporsi
1. Konjungsi
Konjungsi ialah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang di tandai dengan kata "dan" atau di
lambangkan dengan "^".
Misal pernyataan pertama adalah “p” dan pernyataan kedua adalah “q”.
p : Ibu kota Indonesia adalah Jakarta
q : Makassar adalah Ibukota Sulawesi Selatan
Maka Konjungsi dari dua pernyataan di atas adalah :
p ^ q : Ibu kota Indonesia adalah Jakarta dan Makassar adalah Ibukota Sulawesi Selatan
(Benar)
Kalimat majemuk Konjungsi bernilai benar jika kedua kalimat bernilai benar.
2. Disjungsi
Disjungsi ialah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang ditandai dengan kata "atau" atau
dilambangkan dengan "v".
Contoh :
p : Anjing berkaki empat
q : Ayam berkaki empat
Maka disjungsi dari dua pernyataan di atas adalah :
p v q : Anjing berkaki empat atau ayam berkaki empat (Benar)
Kalimat majemuk disjungsi bernilai salah jika kedua pernyataan tersebut bernilai salah.
3. Implikasi
Impilikasi adalah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang ditandai dengan kata "maka" dan
dilambangkan dengan "→".
Contoh :
p : Kucing adalah herbivora
q : Kucing adalah hewan pemakan rumput.
Maka implikasi dari dua pernyataan di atas adalah :
p → q : Kucing adalah herbivora maka kucing adalah hewan pemakan rumput.
Kalimat majemuk implikasi bernilai salah jika pernyataan pertama bernilai benar tetapi
pernyataan kedua bernilai salah.
4. Biimplikasi
Biimplikasi adalah tanda hubung dalam kalimat majemuk yang ditandai dengan kata "jika maka"
dan dilambangkan dengan ""
Contoh :
p : Fawwaz juara satu di kelas
q : Fawwaz rajin belajar
Maka biimplikasi dari dua pernyataan di atas adalah :
p q : fajar juara satu di kelas jika dan hanya jika fajar rajin belajar.
Kalimat majemuk biimplikasi bernilai salah jika nilai kebenaran kedua pernyataan berbeda.
5. Pernyataan Berkuantor
Kuantor Umum atau kuantior universal adalah Penyataan yang mengandung kata setiap
atau semua
Contoh: Semua siswa melakukan upacara bendera pada hari Senin
Kuantor khusus adalah pernyataan yang mengandung kata ada atau beberapa
Contoh: Ibu akan memberi uang kepada beberapa anaknya
1. Modus Ponen
Modus ponen ialah konsep penarikan kesimpulan yang dimana apabila "p →q" dan diketahui
"p" maka dapat di tarik kesimpulan "q"
Contoh :
p →q : Jika hari ini hujan, maka tanah jadi basah
p : hari ini hujan
kesimpulan :
q : tanah jadi basah
2. Modus Tollens
Modus tollens ialah konsep penarikan kesimpulan apabila ada pernyataan majemuk "p →q" dan
diketahui "~q" maka dapat ditarik kesimpulan "~p"
Contoh :
p →q : Jika hari ini hujan, maka tanah jadi basah
~q : tanah tidak basah
kesimpulan :
~p : hari ini tidak hujan.
3. Sillogisme
Silogisme adalah konsep penarikan kesimpulan apa bila ada pernyataan "p →q" dan di ketahui
"q →r" maka dapat ditarik kesimpulan "p →r"
Contoh :
p →q :Jika hari ini hujan, maka tanah jadi basah
q →r : jika tanah jadi basah, maka tanaman jadi subur
kesimpulan :
p →r : jika hari ini hujan, maka tanaman jadi subur
Kalimat dan Pernyataan
Jika akan mengajarkan logika matematika, sebaiknya materi awal yang diajarkan adalah
kalimat kemudian dilanjutkan dengan pernyataan
Kalimat adalah rangkaian kata yang mengandung arti atau makna, dapat berupa kalimat
bernilai benar, bernilai salah, dapat pula berbentuk kalimat tanya atau seruan serta dapat
berbentuk kalimat terbuka yang mengandung variable.
Sedangkan pernyataan adalah kalimat yang memiliki nilai kebenaran apakah salah saja
atau benar saja dan tidak bernilai keduanya.
Contoh:
Kalimat:
1. 2x + 5 = 10 (kalimat terbuka)
2. Berapakah nilai 4 + 5? (kalimat tanya)
3. 4 – 7 = 3 (kalimat tertutup/pernyataan bernilai salah)
4. 5 + 2 = 7 (kalimat tertutup/pernyataan bernilai benar)
Pernyataan:
- Pernyataan benar : 12 – 5 = 7
- Pernyataan salah : 4 – 8 = 4
FD KB 2 Modul 1
Binomial
Penyelesaian:
1. Jika kelompok tidak memiliki anggota (0 orang), maka:
6! 6!
C06 = = =1 , ada 1 cara
0! ( 6−0 ) ! 0 ! × 6 !
2. Jika kelompok beranggotakan 1 orang, maka:
1 6! 6 ×5 ! 6
3. C6 = = = =6 , ada 6 cara
1 ! ( 6−1 ) ! 1 ! ×5 ! 1
4. Jika kelompok beranggotakan 2 orang, maka:
6! 6 ×5 × 4 ! 30
C26 = = = =15 , ada 15 cara
2 ! ( 6−2 ) ! 2 ! × 4 ! 2
5. Jika kelompok beranggotakan 3 orang, maka:
3 6! 6 ×5 × 4 ×3 ! 120
C6 = = = =20 , ada 20 cara
3 ! ( 6−3 ) ! 3 ! ×3 ! 3×2
6. Jika kelompok beranggotakan 4 orang, maka:
6! 6 ×5 × 4 ! 30
C64= = = =15 , ada 15 cara
4 ! ( 6−4 ) ! 4 ! × 2! 2
7. Jika kelompok beranggotakan 5 orang, maka:
6! 6 ×5 !
C56 = = =6 , ada 6 cara
5 ! ( 6−5 ) ! 5 ! ×1 !
8. Jika kelompok beranggotakan 6 orang, maka:
6 6! 6!
C6 = = =1 , ada 1 cara
6 ! ( 6−6 ) ! 6 ! × 0 !
9. Total jumlah kelompok yang dapat terbentuk
¿ 1+6+15+20+15+ 6+1=64 cara.
jika ada n orang akan dibuat kelompok dengan banyak anggota kelompok 0,1,2,3,4,…..n orang,
maka:
cara pembentukan kelompok :
n! n! n! n! n!
C0n +C 1n +C 2n+ …+C n−2 n−1 n
n +C n + C n = + + +…+ +
0 ! ( n−0 ) ! 1! ( n−1 ) ! 2 ! ( n−2 ) ! ( n−2 ) ! ( n−(n−2) ) ! ( n−1 ) ! ( n−(n−
n! n! n! n! n! n!
C0n +C 1n +C 2n+ …+C n−1 n
n +C n= + + + …+ + +
n ! ( n−1 ) ! 2 ! ( n−2 ) ! 2 ! ( n−2 ) ! ( n−1 ) ! n !
n!
n! n! n! n
¿ 2+2× + 2× + …+ 2× + n n , dengan r <
( n−1 ) ! 2 ! ( n−2 ) ! r ! ( n−r ) ! ( ) 2
! n−
2
! 2
n!
n! n! n! n
¿ 2(1+ + + …+ ) + n n , dengan r <
( n−1 ) ! 2 ! ( n−2 ) ! r ! ( n−r ) ! ( )
2
! n− !
2
2
Barisan, Multiset dan Fungsi Pembangkit 1
Fungsi pembangkit pada dasarnya berasal dari rumus penentuan nilai suatu deret bilangan,
atau dengan kata lain bahwa fungsi pembangkit digunakan untuk merepresentasikan barisan
secara efisien dengan mengkodekan unsur barisan sebagai koefisien dalam deret pangkat
suatu variable x, olehnya itu, sudah pasti harus paham dulu t barisan bilangan.
Sedangkan kaitannya dengan multiset (himpunan) adalah karena dalam membicarakan objek
diskrit, kita sering berhadapan dengan situasi yang berhubungan dengan sekumpulan objek
didalam suatu kelompok. Terminologi dasar tentang sekumpulan objek diskrit
adalah himpunan. Himpunan digunakan untuk mengelompokkan objek bersama-sama. Teori
himpunan merupakan konsep paling dasar dalam pembahasan objek-objek diskrit. Banyak
konsep Ilmu Komputer/Informatika yang diacu dalam terminologi himpunan. Kuliah Matematika
Diskrit ini kita mulai dari konsep himpunan ini.
Barisan dan Fungsi Pembangkit (2)
3. Adakah materi yang perlu ditambahkan dalam bahan ajar ini agar
uraiannya lebih lengkap?
Penyelesaian:
1. Fungsi pembangkit dari barisan bilangan real a1, a2, …, ak, …adalah sebuah deret tak
hingga. Artinya, barisan bilangan terlebih dahulu harus dibuat dalam bentuk tak hingga.
Pada deret tersebut, pangkat dari variable x merupakan indicator, sedemikian hingga
koefisien dari xn adalah nilai barisan ke-n.
Untuk sebuah barisan an digunakan nama G(x) untuk menyatakan fungsi pembangkitnya.
2. Mengubah bentuk P(x) menjadi bentuk fungsi pembangkit biasa atau dalam bentuk notasi
Zigma, ∑ a x n=a0 +a 1 x+ a2 x2 + a3 x 3 +…
n=0
Dengan an =a0 , a1 , a2 , a3
Selanjutnya mengubah bentuk Zigma menjadi bentuk deret (penjumlahan barisan bilangan)
yang kemudian bentuk deret diubah menjadi bentuk barisan bilangan.
3. Butuh penjelasan lebih terperinci dan uraian penyelesaian soal dengan lengkap dan jelas.
(butuh tatap muka)
Relasi Rekursif
Penyelesaian:
1. Suatu barisan disebut solusi dari sebuah relasi rekursif jika suku-suku pada barisan tersebut
memenuhi relasi rekursifnya, artinya semua suku-suku dari suatu barisan harus disubstitusi
satu persatu ke relasi rekrusif.
Contoh:
Untuk bilangan bulat nonnegatif �, apakah barisan �� = 3�, �� = 2� dan �� = 5 merupakan
solusi bagi relasi rekursi �� = 2��−1 −��−2 ?
Jawab:
(i) Misal �� = 3�, untuk bilangan bulat nonnegatif �. Maka
�� = 2��−1 −��−2
�� = 2(3(�−1))−3(�−2)
�� = 3�.
Maka �� = 3� merupakan solusi bagi relasi rekursi �� = 2��−1 − ��−2.
(ii) Misal �� = 2�, untuk bilangan bulat nonnegatif �. Maka
�� = 2��−1 −��−2
�� = 2(2(�−1))−2(�−2)
�� = 2� −2�−2
�� = 2� (1− ¼ ) = 2� ∙ ¾ ≠ 2�.
Maka �� = 2� bukan merupakan solusi bagi relasi rekursi �� = 2��−1 −��−2.
(iii) Misal �� = 5, untuk bilangan bulat nonnegatif �. Maka
�� = 2��−1 −��−2
�� = 2(5)−5
�� = 5
Maka �� = 5 merupakan solusi bagi relasi rekursi �� = 2��−1 − ��−2.
2. Langkah dasar dalam memecahkan relasi rekursif homogen linear berderajat k dengan
koefisien konstan adalah mencari solusi dalam bentuk an = rn dengan r konstan.
Contoh:
Tentukan barisan yang merupakan solusi dari relasi rekursi �� = 3��−1, jika diketahui �0 = 2.
Jawab
�� = 3��−1
�� = 3(3��−2) = 32 ∙��−2
�� = 3(3(3��−3)) = 33 ∙��−3
⋮
�� = 3 ∙��−� = 3� ∙�0
�
�� = 2∙3�
Sehingga barisan �� = 2∙3� merupakan solusi dari relasi rekursi �� = 3��−1 dengan nilai awal
�0 = 2.
FD KB 3 MODUL 1
Graf
Penyelesaian:
Sebuah percobaan yang dilakukan untuk menguji efek samping dari 5 jenis obat terhadap 5
subyek. Dimisalkan obat-obat yang ada diberi label 1,2,3,4,5 dan subyeknya diberi nama
A,B,C,D,E. Kemungkinan 1 : A B C D E 1 2 3 4 5 (Subyek A diberi
obat berlabel 1, subyek B diberi obat berlabel 2, dan seterusnya.) Apa yang salah dengan
kemungkinan 1 ?
8
Beberapa subyek mungkin alergi terhadap obat tertentu sehingga hasilnya akan bias.
Kemungkinan 2 : Memberi setiap subyek setiap jenis obat, 5 hari berturut-turut. HARI Senin
Selasa Rabu Kamis Jumat A 1 2 3 4 5 B 1 2 3 4 5 C 1 2 3 4 5 D 1 2 3 4 5
S U B Y E K E 1 2 3 4 5 Tabel 1.2
Apakah solusi ini benar ? Hasilnya dapat mengakibatkan bias, karena : (i) Hari-hari tertentu,
obat diberikan (Tiap hari sama obat) (ii) Efek dari obat pertama dapat mempengaruhi efek obat
terakhir Bagaimana cara menghilangkan bias ? Untuk menghilangkan bias, tidak ada 2 subyek
yang mendapatkan jenis obat yang sama pada hari yang sama. Jadi muncul tepat 1 kali pada
setiap baris dan kolom. HARI Senin Selasa Rabu Kamis Jumat A 1 2 3 4 5 B 2 3 4 5 1 C 3 4 5
12D45123
S U B Y E K E 5 1 2 3 4 Tabel 1.3 Inilah solusi yang terbaik. Sejumlah persoalan akan timbul,
seperti : 1. Apakah solusinya tunggal ? 2. Apa yang terjadi, jika kita hanya punya 4 subyek ?
Bentuk matriks yang diberikan di atas dapat disebut dengan istilah Latin Square. Latin square
didefinisikan sebagai suatu bentuk matriks di mana antara satu baris dan satu kolom tidak ada
yang sel yang sama.