Anda di halaman 1dari 2

2.

2 Perancangan dan Pengelolaan Agroekosistem yang baik

Pengelolaan manajemen agroekosistem yang baik, menghasilkan juga agroekosistem yang baik juga.
Peniaian baik dan buruknya manajemen agroekosistem dapat dilihat dari beberapa indicator indicator
sebagai berikut:

a. Sifat Fisika Tanah


Sifat fisika tanah meliputi tekstur tanah, struktur tanah, bulk density, porositas tanah, pori
drainase, dan permeabilitas tanah. Menurut Hardjowigeno (2007) tekstur tanah merupakan
perbandingan butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam fraksi tanah halus. Selanjutnya Hanafiah
(2007) menegaskan bahwasanya tanah yang memiliki banyak pori – pori makro merupakan tanah
yang didominasi oleh pasir, untuk banyaknya pori meso merupakan ciri tanah yang didominasi
debu, sedangkan tanah yang memiliki banyak pori mikro merupakan tanah yang didominasi liat.
Struktur tanah juga merupakan salah satu sifat fisika tanah. Menurut Arsyad (2005) struktur tanah
merupakan kumpulan butir-butir tanah disebabkan terikatnya butir-butir pasir, liat dan debu oleh
bahan organik, dan lain sebagainya. Struktur tanah ini akan mempengaruhi infiltrasi dimana
ukuran pori 19 dan kemantapan pori. Menurut Hardjowigeno (2007) Bulk Density (BD) adalah
berat tanah kering per satuan volume tanah. Bobot tanah yang besar akan berpengaruh pada
sulitnya air menembus akar tanaman begitupun sebaliknya. Sifat fisika tanah yang lainnya yaitu
porositas. Menurut Hanafiah (2007) porositas merupakan besarnya ruang pori total yang berisi air
dan udara dan terdapat dalam satuan volume tanah. Besarnya bahan organik berbanding lurus
dengan tingginya porositas tanah. Daya infiltrasi dipengaruhi oleh ukuran pori dimana semakin
besar dan mantap pori tersebut maka daya infiltrasinya pun semakin besar. Tanah yang memiliki
pori-pori kasar akan sulit menahan air sehingga tanaman mudah kekeringan yang berarti tidak
baik untuk tanaman. Menurut Hardjowigeno (2003) permeabilitas merupakan kecepatan laju air
dalam medium massa tanah. Dimana kapasitas infiltrasi dan permeabilitas besar berbanding
terbalik dengan besarnya aliran permukaan, penyerapan air akan semakin lambat dan aliran
permukaan tinggi apabila tanah memiliki tekstur yang halus.
b. Sifat Kimia Tanah
Sifat kimia tanah biasanya meliputi ph tanah, C – Organik, KTK, N – total, dan P yang
tersedia. Kondisi tanah harus memiliki Ph yang netral agar tanaman yang ada dapat tumbuh
dengan baik.. Selanjutnya Djaenudin et al. (2003) menambahkan bahwa pH tanah merupakan
unsur penting karena organisme tanah dan tanaman sangat responsif terhadap sifat kimia dan
lingkungannya. Sifat kimia yang lain yaitu C-organik yag menunjukkan banyaknya jumlah bahan
organik yang ada di dalam tanah. Selain itu, N – Total juga merupakan parameter sifat kimia
tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanah. Dimana nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah
banyak untuk mendukung pertumbuhan, karena semakin banyak nitrogen maka semakin baik
untuk pertumbuhan. Menurut Bara dan Chozin (2009) nitrogen merupakan suatu unsur yang
paling penting karena dapat membentuk senyawa penting seperti klorofil. Selain Nitrogen, unsur
hara P merupakan salah satu unsur hara makro essensial yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
Menurut Winarso (2005) jumlah P tersedia dalam tanah ditentukan oleh besarnya P dalam
komplek jerapan (P-total) yang mekanisme ketersediaannya diatur oleh pH dan jumlah bahan
organik tanah. Untuk itu, unsur ini harus tersedia di tanah agar dapat mendukung tanaman dalam
pertumbuhan. Selain itu, KTK tanah juga perlu diperhatikan. Apabila tanah mengandung KTK
tinggi memerlukan pemupukan 20 kation dalam jumlah tertentu agar dapat tersedia bagi tanaman.
Jika diberikan dalam jumlah sedikit akan menyebabkan kurangnya KTK yang tersedia bagi
tanaman karena lebih banyak terjerap, begitupun sebaliknya.
c. Sifat Biologi Tanah
Selain sifat fisika dan kimia tanah, sifat biologi merupakan salah satu indikator dari
pengelolaan manajemen agroekosistem yang baik. Sifat biologi tanah meliputi total
mikroorganisme tanah, jumlah bakteri pelarut fosfat, jumlah fungi tanah, dan total respirasi tanah.
Mikroorganisme sangat diperlukan tanah untuk bahan organik dan penyediaan unsur hara.
Dimana menurut Hanafiah (2007) mikroorganisme ini akan berpengaruh pada sifat fisika dan
kimia tanah. Banyaknya jumlah mikroorganisme tanah merupakan suatu tolak ukur kesuburan
tanah dan akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Bakteri pelarut fosfat juga sangat
diperlukan untuk tanah yang akan menghasilkan asam organik serta melarutkan fosfat sehingga
menjadi sumber fosfat bagi tanah serta tanaman. Selanjutnya, pengelolaan yang baik maka tidak
akan menghilangkan kehidupan yang ada di tanah salah satunya fungi tanah. Menurut Vos et al.
(2013) fungi tanah sangat bermanfaat untuk dekomposisi bahan organik. Sifat biologi tanah yang
lainnya yaitu total respirasi tanah. Vos et al. (2013) pun menambahkan bahwa tingkat aktivitas
mikroorganisme dapat terlihat dari total respirasi yang terjadi.
Dari beberapa indicator yang diatas dapat diketahui bahwa semua indicator harus ada dalam
tanah dalam keadaan seimbang. Sehingga dengan sifat sifat fisik tanah yang mendukung dan
berpengaruh pada pertumbuhan tanaman yang ada diatasnya. Pengelolaan agroekosistem yang
baik, akan menghasilkan anah da tanaman yang baik. Dengan ini keberlanjutan agroekosistem
akan terus berlangsung.

Arsyad, S. 2005. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press

Bara, A., dan M. A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi Pemberian Pupuk
Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea Mays L.) Di Lahan Kering. Makalah Seminar
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Institut Pertanian Bogor.

Djaenudin D., H. Marwan., H. Subagyo., A. Mulyani dan N. Suharta. 2003. Kriteria Kesesuaian Lahan
Untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.

Hardjowigeno, S. 2002. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Presindo

Hanafiah, K. A .2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Vos, V. C. A., J.V. Ruijven, M. P. Berg, T. H. M Peeters dan F. Berendse. 2013. Leaf litter quality drives
litter mixing effect through complementary resource use among detritivores. Oecologia 173:269–
280.

Winarso, S.2005. Kesuburan Tanah: Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Gava Media

Anda mungkin juga menyukai