Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Clavicula adalah salah satu tulang yanug paling sering mengalami fraktur.
Mekanisme terjadinya fraktur bisa karena tumbukan langsung, cedera pada saat
melakukan olahraga, kecelakaan lalu lintas, dan cedera pada bayi baru lahir akibat
distosia bahu (Birrer, 2005). Persentase kejadian fraktur clavicula tercatat 2,6 % dari
seluruh fraktur yang ada. Fraktur klavikula merupakan 44% kejadian fraktur yang
terjadi di bahu. (Postacchin et al., 2002). Sebanyak 80% kejadian fraktur klavikula
berada di 1/3 tengah tulang klavikula (Krishna et al., 2015)

Angka kejadian patah tulang di Indonesia masih menjadi masalah besar.


Kejadian patah tulang berhubungan erat dengan tingginya kecelakaan lalu lintas dan
kecelakaan kerja. Menurut data yang tercatat di bagian Orthopedi dan Traumatologi
rumah sakit Dr. Soetomo sejak bulan Agustus 2014 hingga September 2015 terdapat
196 kasus fraktur klavikula yang datang ke instalasi rawat darurat, dimana 7 kasus
diantaranya dilakukan tindakan operatif dan 189 dilakukan tindakan konservatif (data
IRD RSUD. Dr. Soetomo, 2013).

Terdapat beberapa penelitian yang menganalisis perbedaan terapi konservatif


dan operatif pada penyembuhan fraktur klavikula, namun antar penelitian tersebut
menunjukkan hasil yang berbeda. Tatalaksana fiksasi melalui tindakan operatif pada
fraktur clavicula menghasilkan perbaikan fungsi tulang klavikula dan rendahnya
resiko terjadinya malunion dan nonunion jika dibandingkan dengan tatalaksana
tindakan non operatif pada fraktur klavikula yang di follow up selama 1 tahun
(Canadian Orthopaedic Trauma Society, 2007; Liu et al., 2013; Krishna et al., 2015).
Namun penelitian lain menjelaskan bahwa terapi konservatif dan operatif pada fraktur
1/3 tengah tidak menghasilkan perbaikan yang signifikan pada fungsi lengan atas
setelah di follow up selama 1 tahun (Lenza et al, 2013)

Masalah yang dihadapi dalam penanganan patah tulang di bidang orthopaedi


adalah penyembuhan patah tulang. Penyembuhan patah tulang merupakan proses
1
yang rumit dan kompleks yang lazim disebut sebagai proses osifikasi. Kalus yang
awalnya berupa tulang rawan dan fibrokartilago berfungsi untuk menstabilkan lokasi
fraktur yang kemudian mendukung pembentukan tulang (Frederic, 2008). Kalus yang
terbentuk pada saat penyembuhan fraktur dapat dinilai ketebalan densitasnya dengan
menggunakan software ImageJ. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan kajian
penelitian terhadap ketebalan kalus pada tindakan konsevatif maupun operatif ini,
agar dapat memberikan pertimbangan dalam tatalaksana fraktur klavikula 1/3 tengah
baik bagi pasien maupun dokter yang menangani.

2.1 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut : Apakah ada perbedaan nilai ketebalan kalus pada tindakan
konservatif dan operatif pada fraktur klavikula tertutup tertutup 1/3 tengah?

3.1 Identifikasi Masalah


1. Apakah terapi konservatif efektif pada fraktur clavikula tertutup tertutup 1/3
tengah
2. Apakah ada perbedaan nilai ketebalan kalus yang bermakna antara terapi
konservatif dengan tindakan operatif pada fraktur klavikula tertutup tertutup 1/3
tengah

4.1 Hipotesis Penelitian


Ada perbedaan nilai ketebalan kalus terapi konservatif dan tindakan operatif pada
fraktur clavikula tertutup 1/3 tengah

5.1 Tujuan Penelitian


1.5.1. Tujuan Umum
Membandingkan ketebalan kalus terapi konservatif dan tindakan operatif pada
fraktur clavikula tertutup tertutup 1/3 tengah

1.5.2. Tujuan Khusus


1. Membandingkan efektivitas terapi konservatif dan tindakan operatif pada
fraktur klavikula tertutup tertutup 1/3 tengah
2. Membandingkan nilai ketebalan kalus terapi konservatif dan tindakan
operatif pada fraktur clavikula tertutup tertutup 1/3 tengah
2
6.1 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pertimbangan bagi dokter
maupun pasien dalam memilih terapi konservatif atau tidakan operatif dalam
tatalaksana fraktur klavikula tertutup 1/3 tengah.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Fraktur Clavicula (Anamnesa, Pemeriksaan Fisik, Pemeriksaan Penunjang, Jenis Fraktur
Clavicula,)

2.2. Proses Penyembuhan Fraktur

Proses kesembuhan fraktur dimulai segera setelah tulang mengalami kerusakan,

apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis

dan biologis merupakan dua faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan fraktur.

Secara spesifik, kesembuhan fraktur menghasilkan perbaikan pada struktur dan fungsi

jaringan tulang tanpa pembentukan jaringan parut. Kondisi ini berbeda dengan kesembuhan

jaringan otot atau kulit yang memperbarui kerusakan melalui pembentukan jaringan parut.

Reduksi dan imobilisasi yang tepat dengan teknik reduksi spesifik serta penggunaan implan

ortopedi diperlukan untuk mencapai kesembuhan tulang yang optimal (Vertenten et al.,

2010).

Kesembuhan fraktur dibagi menjadi tiga tahap yaitu: 1) Tahap inflamasi; 2) Tahap

perbaikan dan 3) Tahap reparasi. Tahap inflamasi, terdiri dari fase pasca kerusakan yaitu pada

2 minggu pertama yang dimulai setelah terjadinya perdarahan yang disebabkan oleh cedera

vaskular dan dilanjutkan dengan hematoma, dimana terjadi infiltrasi sel-sel inflamasi dan

fibroblas ke daerah fraktur. Kejadian ini memicu vaskularisasi daerah fraktur dan

pembentukan granulasi jaringan (procallus). Tahap perbaikan, ditandai dengan pembentukan

kalus, yang dimulai dengan pertumbuhan pembuluh darah, sekresi osteoid, dan kehadiran

fibrokolagen. Kalus yang terdiri dari tulang rawan diproduksi di lokasi fraktur. Kesembuhan

awal berkembang pada 4 sampai 6 minggu pertama dengan kekuatan yang terbatas. (Pilitsis

et al., 2002).

4
Penyembuhan patah tulang terjadi melalui empat fase yang saling tumpang tindih,

diawali dengan proses inflamasi yang diikuti dengan penarikan mesenchymal stem cell yang

kemudian berdiferensiasi menjadi chondrocyte yang menghasilkan tulang rawan, dan

osteoblast yang menghasilkan tulang. Setelah matrik tulang rawan diproduksi, kemudian

terjadi mineralisasi, dan kemudian diubah menjadi tulang yang diawali dengan resorbsi

matrik tulang rawan yang sudah mengalami mineralisasi.Selanjutnya terjadi remodeling,

yaitu terjadi pembentukan kembali untuk mengembalikan bentuk tulang se anatomis mungkin

(Gerstenfeld et al., 2003).

2.3. Terapi Fraktur Clavicula (Operatif, non Operatif)

2.4. Gambaran Radiologis pada Fraktur Clavicula (Contoh Gambar Fraktur Clavicula dan
deskripsinya, Contoh gambar fase-fase penyembuhan fraktur clavicula beserta
deskripsinya)

2.5. Teknik Analisis Densitometrik Menggunakan ImageJ

5
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konseptual

Fracture Clavicula

Terapi konservatif dan tindakan


operatif

Bone Marrow

MSCs

Osteoprogenitor Chondroblast Fibroblast

Preosteoblast

Osteoblast

Osteoid Collagen

Cartilage

Soft Callus (Hari 8)

Chondrocyte
apoptotic

Bone matrix
formation Cartilaginous matrix
(Callus) degradation and
removal

Hard Callus (Hari 14)

REMODELING

6
3.2. Hipotesis Penelitian

7
BAB IV
MATERI DAN METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan analitik observasional untuk melihat perbandingan
ketebalan kalus pada terapi konservatif dan tidakan operatif pada fraktur klavikula 1/3
tengah dengan menggunakan metode kohort prospektif

Skema rancangan penelitian :

Populasi
A0 A1

konservatif
Sample

B0 B1

Operatif

Keterangan
A 0 = pengamatan sebelum diterapi konservatif
A 1 = pengamatan sesudah 1 bulan diterapi konservatif
B 0 = pengamatan sebelum diterapi dengan operasi
B 1 = pengamatan sesudah diterapi operasi

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Poli Rawat Jalan RSUD dr. Soetomo dengan waktu
penelitian antara Januari 2016 sampai Desember 2016.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1 Populasi Target

8
Semua penderita fraktur klavikula 1/3 tengah di poli rawat jalan di RSUD dr.
Soetomo.
4.3.2 Populaasi Terjangkau
Semua pasien fraktur clavicula di poli rawat jalan Orthopaedi RSUD dr.
Soetomo yang didapat antara Januari 2016 sampai Desember 2016.
4.3.3 Sampel
Dari populasi terjangkau, peneliti mengambil subyek-subyek yang memenuhi

kriteria inklusi, dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

4.3.3.1 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


1. Pasien dewasa dengan simpel fraktur clavicula tertutup 1/3
tengah
2. Pasien baru dengan waktu kejadian fraktur < 1 mg.
3. Pasien yang belum mendapat terapi operatif maupun non
operatif.
4. Dewasa Usia 18-50 th

4.3.3.2 Kriteria Eksklusi


1. Pasien yang mengalami infeksi berat, imunocompromised,
mempunyai penyakit metabolik
2. Pasien menolak keikutsertaan dalam penelitian.
4.3.4 Metode Pengambilan Sampel
Pemilihan sampel dilakukan secara consecutive sampling

4.3.5 Perkiraan Besar Sampel

n = n 1 = n2 =
Z  2 PQ  Z  P1Q1  P2 Q2  2

( P1  P2 ) 2

n1= n2 = jumlah sampel masing- masing perlakuan


P1 = angka keefektifan terapi konservatif dibanding dengan terapi operatif dari
referensi
P2 = angka keefektifan terapi operatif dibandingkan dengan terapi konservatif
Zα = 1,96 ( α= 0,05)
Zβ = 0,842 (power of test= 80%)

9
P1  P2
P =
2
Q =1-P

4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


4.4.1 Variabel Penelitian
a. Variabel tergantung : Ketebalan kalus
b. Variabel bebas : Terapi armsling dan terapi operatif
4.4.2 Definisi Operasional Variabel
a. Ketebalan kalus : pembentukan soft callus dimulai sejak hari ke 8
dilanjutkan dengan pembentukan hard callus pada Hari ke 14
b. Skala pengukuran (mikrometer pada imageJ)
c. Terapi konservatif : merupakan terapi non operatif pada fraktur clavicula
berupa verban elastic yang menyangga bahu atau verban elastic yang
dibentuk menyerrupai angka delapan.
d. Terapi operatif : suatu bentuk pembedahan dengan pemasangan internal
fiksasi pada tulang clavicula

4.5 Bahan dan Cara Penelitian


4.7.1 Bahan Penelitian
1. Status penderita
2. Hasil plain radiologi sebelum diterapi
3. Hasil plain radiologi sesudah 1 bulan terapi
4. Lembaran pengumpul data, lembar informasi dan penjelasan, surat
persetujuan.

4.7.2 Cara penelitian


1. Mencatat data penderita
2. Mendokumentasikan follow up hasil plain foto setelah 1 bulan terapi
dengan kamera digital
3. Mengkonversi hasil dokumentasi kamera digital ke dalam program imageJ
4. Membandingkan dan menganalisis hasil interpretasi anatara terapi
armsling dan operatif

10
IV.5.2 DEFINISI OPERASIONAL

IV.10. Pengumpulan, Pengolahan dan AnalisisData

Uji statistik dilakukan dengan metode Chi Square :


X² = n × [(AD - BC)n : 2]
[(A + B)(C + D)(A + C)(B + D)]

Hasil hitungan ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan


α = 0,05 → X² tabel = 3,841.

Formulasi hipotesa :
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1  µ2
Ho diterima bila nilai hitungan ≤ 3,841.

IV.11. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan

01. Pembuatan proposal

02. Revisi dan presentasi


proposal

03. Pengumpulan data

04. Hasil dan analisa data

11
05. Penulisan laporan
penelitian

06. Presentasi penelitian

07. Revisi dan


penyerahan hasil

IV.12. Anggaran Penelitian


Rincian Biaya :
 Pembelian ATK Rp 600.000,00
 Pembuatan laporan Rp 600.000,00
Biaya lain-lain Rp 300.000,00
Rp 1.500.000,00

4.1 Jenis Penelitian

4.2 Rancangan Penelitian

4.3 Identifikasi dan Pengukuran Variabel

4.4 Materi Penelitian

4.5 Prosedur Penelitian

4.6 Analisis Data

4.7 Alur Penelitian

Anamnesa Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Roentgen

Fraktur Clavicula

Terapi Operatif Terapi Armsling 12


Follow up terapi 1 bulan

Foto Ro diambil gambarnya


dengan kamera digital

Gambar dianalisis
densitometrinya dengan
menggunakan software
Image J

13

Anda mungkin juga menyukai