Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI PROGRAM PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS

LENGKAP (PTSL) BADAN PERTANAHAN NASIONAL


DI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

Oleh

HANNY S. UNTAYANA
NIM : 2016 30 388

MATA KULIAH METODOLOGI PENILITIAN


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN.

Latar BelakangTanah merupakan faktor ekonomi penting dan memiliki nilai


strategis dari mana pun baik sosial, politik atau kultur.1Tanah tidak dapat
dipisahkan dengan kehidupan masyarakat dari dulu sampai sekarang. Kebutuhan
manusia terhadap tanah semakin tahun semakin meningkat, hal tersebut
disebabkan semakin bertambahnnya jumlah penduduk yang semakin tinggi,
disamping itu tanah adalah aset yang berharga yang dipunyai oleh suatu negara.
Dengan usaha yang terus-menerus dan terprogram, pembangunan di bidang
pertanahan diharapkan dapat mewujudkan kondisi pemanfaatan dan pemilikan
tanah yang dapat mendatangkan kesejahteraan dan ketentraman serta keamanan
warga masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai dengan konstitusi Negara Indonesia
yaitu UUD 1945 Pasal 33 ayat (3) yang memberikan landasan bahwa “bumi dan
airserta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesarbesarnya untuk rakyat”.
Pemerintah telah mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Nomor 5 tahun
1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Argaria, (UUPA).4Setelah berlakunya
UUPA, tentang pendaftaran tanah di atur dalam UUPA Pasal 19 yang sebagaimana
berbunyi :
1.Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
di seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
2.Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi :a.Pengukuran, perpetaan,
dan pembukuan tanah;b.Pendaftaran hak-hakatas tanah dan peralihan hak-hak
tersebut;c.Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat
pembuktian yang kuat.3.Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan
mengingatkeadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomis
sertakemungkinan penyelenggaraanya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.
Pemberian jaminan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi seluruh
rakyat Indonesia, yang menjadi salah satu tujuan di undangkan UUPA dapat
terwujud melalui dua upaya, yaitu:
1.Tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan jiwa dan ketentuan-ketentuannya.
2.Penyelenggaraan pendaftaran tanah yang memungkinkan bagi pemegang hak
atas tanah untuk dengan mudahmembuktikan hak atas tanah yang dikuasainya, dan
bagi pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor, untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi obyek
perbuatan hukum akan dilakukan, serta bagi Pemerintah untuk melaksanakan
kebijaksanaan pertanahan.
Dalam Percepatan pelaksanaan percepatan pendaftaran tanah sistematis lengkap
telah menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2017 Pasal 2 ayat 2 program PTSL adalah
untuk percepatan pemberian kepastian hukum dan perlindungan hukum hak atas
tanah rakyat secara pasti, sederhana, cepat, lancar, aman, adil, merata dan terbuka
serta akuntabel, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran
masyarakat.
Pendaftaran tanah secara sistematis lengkap dianggap dapat memberikan hasil
lebih besar dengan kurun waktu yang lebih relatif singkat, dengan pengumpulan
data pendaftaran tanah dilakukan serentak mengenai semua bidang tanah yang
terdapat dalam suatu wilayah desa/kelurahan. Dengan adanya pendataan yang
serentak ini akan lebih mengurangi sengketa mengenai batas bidang tanah dan hak
milik atas sebuah tanah yang sampai sekarang masih sering terjadi.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kepulauan Aru?

2. Bagaimana Implementasi pelaksanaan program Pendaftaran Tanah Sistematis


Lengkap (PTSL) di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kepulauan Aru?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai penulis
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui seperti apa program pelaksanaan pendaftaran tanah di Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten Kepulauan Aru.
2. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi pelaksanaan program Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Kepulauan Aru

Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan konstribusi bagi ilmu
pengetahuan khususnya dibidang Ilmu Akuntansi tentang pelaksanaan pendaftran
tanah dan Bagaimana Implementasi pelaksanaan program Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) di Badan Pertanahan Nasional
b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai literatur maupun
refrensi untuk dijadikan acuan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a) Mengembangkan penalaran serta pola pemikiran yang sistematis dan dinamis
untuk penelitian dalam suatu karya tulis ilmiah.
b) Memberikan pengetahuan baru bagi penulis dalam menjawab persoalan tentang
pelaksanaan pendaftaran tanah dan Bagaimana Implementasi pelaksanaan program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Badan Pertanahan Nasional

Metode Penelitian

1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan beberapa cara berikut yaitu:

1) Wawancara Tidak Terstruktur


Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara Tidak-terstruktur kepada
pemberi informasi yaitu Semua Elemen Masyrakat. Wawancara dilakukan
dengan topik bagaimana Implementasi pelaksanaan program Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten
Kepulauan Aru
2) Observasi
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-
kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan
dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini yaitu jenis penelitian
deskriptif, yaitu tujuanya untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang di selidiki.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kepulauan Aru.


Adapun penelitian ini dipilih diwilayah tersebut karena untuk mengetahui sejauh
mana tanah yang sudah didaftarkan pada pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap di Kabupaten Kepulauan Aru.

4. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Data primer merupan data yang diperoleh peneliti dari sumber asalnya dari yang
pertama belum diulang dan diuraikan orang lain. Data primer dalam penelitian ini
diperoleh penulis langsung dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kepulauan
Aru.

b. Data Sekunder

Data Sekunder antara lain mencakup, dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-


hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian, dan seterusnya.15 Beberapa
bahan-bahan yang relevan yaitu :
1) Bahan-bahan primer yang mencangkup perundang-undangan meliputi:
a) Undang-Undang Dasar 1945;
b) Undang-Undang Pokok Agaria Nomor 5 Tahun 1995;
c) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997 Tentang
Pendaftaran Tanah;
d) Peraturan Menteri Argaria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran


Tanah.
e) Peraturan Menteri Agaria Dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
No. 12 Tahun 2017 Tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.
dan
f) Undang-undang lain yang berubungan dengan penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan atau pengadaan data dapat dilakukan dengan berbagai metode dan
pendekatan yang selaras dengan tipe penelitian. Pada penelitian ini menggunakan
teknik pengumpulan data antara lain:

a. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung
pada yang diwawancarai. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi, hasil dari wawancara ditentukan oleh beberapa faktor yang
berinteraksi dan mempengaruhi arus informasi.

b. Observasi
Kegiatan observasi meliputi melakukan pencatatan secara sistematik kejadian-
kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan
dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan.

6. Metode Analisis Data

Cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara menggunakan
analisis metode
Penelitian deskriptif yang aadalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat
yang lampau. Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada
variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka.
(Sukmadinata, 2006:5)
Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan suatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya, penelitian
demikian disebut penelitan perkembangan (Developmental Studies). Dalam
penelitian perkembangan ini ada yang bersifat longitudinal atau sepanjang waktu
dan ada yang bersifat cross sectional atau dalam potongan waktu.

Adapun pengambilan kesimpulan dalam penelitian ini memakai metode


Penelitian evaluasi merupakan bentuk penelitian yang bertujuan untuk memriksa
proses perjalanan suatu program sekaligus menguraikan fakta-fakta yang bersifat
kompleks dan terlibat di dalam program. Misalnya adalah keefektifan, efisiensi
dan kemenarikan suatu program (Mukhadis, 2013:61).

Sistematika Penulisan Skripsi

Hasil penelitian akan disusun dalam format empat bab untuk mendapatkan
gambaran secara menyeluruh mengenai apa yang akan penulis uraikan dalam
penelitian ini. Adapun sistematika penulisanya adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, yang menguraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Metode
Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, yang menguraikan tentang Tinjauan Umum
Pendaftaran Sistematis Lengkap (PTSL)
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, didalam penulisan
penelitian menjelaskan dan menjabarkanya.
BAB IV PENUTUP, yang berisi Kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian,
serta berisi Saran sebagai bentuk tindakan lanjut dari hasil penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap


Menurut Florianus SP Sangsun, Pendaftaran tanah secara sistematis adalah
kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak
yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum di daftar dalam wilayah
atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan. Pendaftaran tanah secara sistematis
didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-wilayah yang
ditetapkan oleh Menteri. Pendaftaran tanah secara sistematis dilaksanakan atas
prakarsa Pemerintah, maka kegiatan tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja
yang ditetapkan oleh Menteri. Pada pendaftaran tanah secara sistematis, pemegang
hak atas tanah, kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan memiliki kewajiban
dan tanggungjawab untuk:
a. Memasang tanda-tanda batas pada bidang tanahnya sesuai ketentuan yang
berlaku.
b. Berada di lokasi pada saat panitia ajudikasi melakukan pengumpulan data fisik
dan data yuridis.
c. Menunjukkan batas-batas bidang tanahnya kepada panitia ajudikasi
d. Menunjukkan bukti kepemilikkan atau penguasaan tanahnya kepada panitia
ajudikasi
e. Memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi pemegang hak atau kuasanya atau
selaku pihak lain yang berkepentingan.

Adapun penjelasan mengenai pendaftaran tanah sistematis lengkap dalam Pasal 1


angka 1 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap menyatakan bahwa Pendaftaran Tanah Sistematik
Lengkap adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang dilakukan
secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar
dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu.
Pendaftaran tanah sistematis merupakan bagian dari pendaftaran tanah untuk
pertama kali. Arti dari pendaftaran tanah pertama kali yakni pendaftaran tanah bagi
tanah yang belum bersertifikat. Maka dari itu, perlu dilakukan pendaftaran tanah
secara sistematis dengan melalui programPemerintah yaitu pendaftaran tanah
sistematis lengkap (PTSL). Melalui program ini, pemerintah melaksanakan
pendaftaran tanah bagi masyarakat yang tanahnya belum bersertipikat.
B. Landasan Hukum Pendaftaran Tanah
Pendaftaran atas suatu tanah merupakan hal yang harus dilakukan oleh siapa saja
yang melakukan transaksi atas tanah, baik itu transaksi jual beli, sewa menyewa,
maupun lain sebagainya. Pendaftaran atas suatu tanah harus dilakukan sesuai
dengan prosedur sebagaimana yang sudah ditetapkan oleh peraturan perundang-
undangan.

Hak milik atas suatu tanah ataupun bangunan yang berdiri di atas tanah akan
mendapatkan perlindungan secara hukum dan secara yuridis untuk memperoleh
pengakuan dari negara apabila sudah dilakukan pendaftaran atau dengan kata lain,
pendaftaran tanah merupakan tanda bukti hak.29
Dasar hukum pendaftaran tanah adalah peraturan perundang-undangan yang
dijadikan sebagai dasar atas proses pelaksanaan pendaftaran tanah. Dalam
melaksanakan proses pendaftaran tanah, suatu proses yang dilaksanakan harus
memiliki dasar agar tidak bertentangan dengan hukum. Pendaftaran tanah diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
mengenai pendaftaran tanah sistematis lengkap adapun aturan khusus mengenai
pelaksanaannya sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok


Agraria (UUPA). Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria memerintahkan diselenggarakannya
pendaftaran atas tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran Tanah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah
3. Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2018 Tentang Percepatan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap
4. Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap
5. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kantor Badan Pertanahan Nasional
Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
6. Surat Keputusan Bersama Mentri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional, Menteri Dalam Negeri, Menteri Desa, Pembangunan
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 25/SKB/V/2017, Nomor 590-3167A Tahun
2017, Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Pembiayaan Persiapan Pendaftaran Tanah
Sistematis.

BAB III
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
Petani dan nelayan memiliki posisi yang sangat strategis dalam pemenuhan pangan masyarakat
Indonesia, sehingga peningkatan komoditas pertanian dan perikanan amat perlu dilakukan.
Konflik agraria dan sengketa tanah menjadi salah satu gesekan yang mengganggu efektivitas
kehidupan pertanian dan perikanan.
Setidaknya ada dua pemicu konflik agraria, pertama kurang tepatnya hukum dan kebijakan
pengatur masalah agraria, baik terkait pandangan atas tanah, status tanah dan kepemilikan, hak-
hak atas tanah, maupun metode untuk memperoleh hak-hak atas tanah. Kedua, kelambanan dan
ketidakadilan dalam proses penyelesaian sengketa tanah, yang akhirnya berujung pada konflik.
Akibatnya, banyak petani dan nelayan yang kehilangan mata pencaharian dan akhirnya menjadi
pengangguran. Pengangguran menyebabkan bertambahnya penduduk miskin di daerah terpencil
seperti pedesaan yang sebagian besar adalah petani dan nelayan. Oleh karena itu, Reforma
Agraria hadir untuk mempersempit ketimpangan penguasaan dan pemilikan tanah yang sejatinya
akan memberikan harapan baru untuk perubahan dan pemerataan sosial ekonomi masyarakat
secara menyeluruh.
Reforma Agraria merupakan salah satu Program Prioritas Nasional yang ditingkatkan
Pemerintahan Jokowi-JK dalam upaya membangun Indonesia dari pinggir serta meningkatkan
kualitas hidup; sebagaimana terkandung dalam Nawa Cita Jokowi-JK. Menilik sebelumnya pada
UU Pokok Agraria tahun 1960, terdapat tiga tujuan mulia yang ingin dicapai: Pertama, Menata
ulang struktur agraria yang timpang jadi berkeadilan, Kedua, Menyelesaikan konflik agraria, dan
Ketiga menyejahterakan rakyat setelah reforma agraria dijalankan.
Reforma agraria secara fundamental memberikan program-program yang dapat menuntaskan
masalah kemiskinan masyarakat desa, meningkatkan kesejahteraan dengan kemandirian pangan
nasional, meningkatkan produktivitas tanah, memberikan pengakuan hak atas tanah yang
dimiliki baik secara pribadi, negara, dan tanah milik umum yang pemanfaatannya untuk
memenuhi kepentingan masyarakat.
Reforma agraria bentuknya ada tiga, yaitu legalisasi aset, redistribusi tanah dan perhutanan
sosial. Dalam bentuknya reforma agraria yang ditargetkan akan dilaksanakan seluas 9 juta hektar
sebagaimana Lampiran Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, dalam skemanya legalisasi aset 4,5 juta hektar
yang meliputi legalisasi terhadap tanah-tanah transmigrasi yang belum bersertipikat yaitu seluas
600.000 hektar dan legalisasi terhadap tanah-tanah yang sudah berada dalam penguasaan
masyarakat seluas 3,9 juta hektar.
Untuk redistribusi tanah seluas 4,5 juta hektar, meliputi Hak Guna Usaha Habis, tanah terlantar
dan tanah Negara lainnya seluas 400.000 hektar dan tanah-tanah yang berasal dari pelepasan
kawasan hutan seluas 4,1 juta hektar. Peran Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam Reforma Agraria adalah memberikan aset dan akses.
Dalam hal aset, Kementerian ATR/BPN menjamin kepastian hukum atas tanah yang dimiliki
seperti memberikan sertipikat tanah, mempercepat pendaftaran tanah dan inventarisasi
penguasaan, pemilikan dan penggunaan dan pemanfaatan tanah dalam kerangka reforma agraria
yang dilakukan melalui Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). Untuk hal
akses Kementerian ATR/BPN memberikan pemberdayaan terhadap infrastruktur jalan dan
irigasi, termasuk prasarana pascapanen, pendidikan dan pelatihan, kredit usaha, serta pemasaran.
Pada tahun 2018 ini, Kementerian ATR/BPN memiliki target sertipikasi tanah melalui PTSL
sebanyak 7 juta bidang dan target redistribusi tanah sebanyak 350.650 bidang yang tersebar di 31
Provinsi di seluruh Indonesia. Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian ATR/BPN, PTSL
yang menggunakan data potensi per 7 Juni 2018, telah dilakukan pemetaan sebanyak 2.077.139
bidang, sertipikat sebanyak 519.759 dan potensi PTSL sebanyak 915.911 bidang.
Selama tahun 2018 Kementerian ATR/BPN telah mencetak success story Reforma Agraria, di
antaranya; Redistribusi tanah eks HGU yang dilepaskan sukarela di Siak, Riau berjumlah 4.000
bidang seluas kurang lebih 4.000 ha, KT dalam rangka pengembangan peternakan berbasis
IPTEK pada tanah eks HGU seluas 510 ha di Soppeng, Sulawesi Selatan, KT dalam rangka
pengembangan kawasan pariwisata pada tanah eks HGU seluas 47 ha di Pandeglang, Banten.
Redistribusi tanah eks HGU dan tanah terlantar di Sulawesi Utara; Kampung Kakao di Kolaka
akan dikembangkan 3.000 ha, Kolaka Timur: Pelepasan HGU 6.070 ha dan tanah terlantar 225
ha, Muna eks HGU 1.100 dan 1.500 ha, sudah dilaksanakan IP4T.

BAB IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1. Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di Kabupaten
Kepulauan Aru
4.1.1.Faktor Komunikasi
Komunikasi merupakan alat kebijakan untuk menyampaikan informasi agar nantinya Program
PendaftaranTanah Sistematis Lengkap (PTSL) ini dapat disosialisasikan dengan baik kepada
seluruh masyarakat. Yang dimaksudkan disini adalah kelancaran, kejelasan, dan konsistensi
meyampaikan atau pengiriman perintah dan arahan atau informasi. Dalam pelaksanaannya
program yang sudah disetujui perlu dilakukan sosialisasi kepada seluruh pihak yang
berkepentingan. Kemudian didalam pelaksanaannya pihak-pihak yang terlibat harus melakukan
komunikasi dengan baik kepada masyarakat.Terdapat tiga hal penting dalam proses komunikasi
kebijakan yaitu sebagai berikut seperti: Transmisi, Kejelasan, Konsistensi.

4.1.2. Faktor Sumber Daya

Kesadaran manusia akan pentingnya SDM bukan hal baru, manusia hidupnya selalu memikirkan
cara memperoleh bahan pangan, sandang, dan papan. Peradaban manusia berpangkal pada usaha
memperoleh dan memanfaatkan SDA yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan
mempertahankan hidupnya. Siapapun yang mengelola organisasi akan mengolah berbagai
sumber daya untuk meraih tujuan organisasi tersebut.Untuk menjalankan suatu program sangat
dibutuhkan sumber daya, sebab sumber daya adalah titik tolak dari terlaksananya suatu program.
sumber dayayang dimaksud disini adalah seperti jumlah petugas pelaksana, pengetahuan petugas
pelaksana, dan fasilitas yangmendukung.

4.1.2.1. Staff

Staff merupakan salah satu faktor penentu keberhasilansuatu kebijakan, hal ini disebabkan
karena staff sangatlah penting dalam suatu implementasi kebijakan. akan tetapi jumlah staff
juga tidak semata-mata menetukan keberhasilan implementasi kebijakan. Berdasarkan uraian di
atas dapat diketahui banyaknya staff tidak otomatis mendorong implementasi berjalan secara
baik, hal mendasar yang perlu diketahui adalah kecakapan staff dalam bekerja yang perlu
diperhatikan. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) juga akan menimbulkan masalah
dalam implementasi kebijakan. Akan tetapi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik
dapat menentukan keberhasilan dari suatu program termasuk Pendaftran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL) di Kabupaten Kepulauan Aru.

Jumlah sumberdaya manusia yang melaksanakan penyuluhan, pengukuran pada Program


Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) khusus Panitia Ajudikasi dalam dalam
pengumpulan data yuridis dalam Pelaksanaan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) sangat terbatas yang sudah ditetapkan dan tidak seimbang dengan target atau volume.
Jumlah staff yang ada di Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Kepulauan Aru sangat terbatas
jumlahnya itu pun dibantu oleh honore, dengan jumlah yang sedikit staff mau tak mau lembur
dalam pengolaan data Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) ini. Hal ini tidak menutup
kemungkinan jika jumlah staff yang ada dan memiliki kualitas maka akan terealisasi dengan baik
program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)

4.1.2.2. Anggaran (Budgetary)

Dalam implementasi kebijakan, anggaran berkaitan dengan kecukupan modal atau investasi atas
suatu program atau kebijakan untuk menjamin terlaksananya kebijakan, sebab tanpa dukungan
anggaran yang memadahi, kebijakan tidak akan berjalan dengan efektif dalam mencapai tujuan
dan sasaran. Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dilakukan dengan pola
sistematis yang mencakup Desa-Desa yang yang telah di tetapkan sebagai lokasi kegiatan PTSL .
Tujuan dari ditetapkannya petunjuk teknis pelaksanaan anggaran ini adalah agar terdapat
keseragaman dalam pertanggungjawaban keuangan, pencatatan, dan pelaporan atas pelaksanaan
kegiatan Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. Ruang lingkup pelaksanaan
anggaran Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap dibiayai melalui APBN, dalam
pelaksanaan Anggaran dalam PTSL pada beberapa hal di kabupaten Kepulauan Aru.

4.1.2.3. Informasi

Para pelaksana perlu mengetahui kebijakan mnengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana
cara melaksanakannya. Dengan demikian para pelaksana diberi petunjuk untuk melakukannya.
Kedua data yang terkait dengan kebijakan yang akan dilaksanakan. Terkait dengan fakor
Informasi dalam Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)yang dilaksanakan di
Kabupaten Kuantan Singingi tidak terlepas pada tahap-tahap pada Program Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL) terutama pada tahap:
1.Persiapan (Sosialisasi, Penetapan Lokasi, Perencanaan Tenaga Dan Pembentukan Panitia
Ajudikasi Percepatan, Pelatihan);
2.Penyuluhan;
3.Pengolahan Data Yuridis dan PembuktianHak;
4.PemeriksaanTanah;
5.Pengumuman; Fakor Informasi dalam Program

4.1.2.4. Kewenangan

Kewenangan yang dibutuhkan dan harus tersedia bagi implementor sangat bervariasi tergantung
pada kebijakan apa yang harus dillaksanakan. Kewenangan tersebut dapat berwujud: membawa
kasus ke meja hijau; menyediakan barang dan jasa; kewenangan untuk memperoleh dan
menggunakan dana, staf, dan lain-lain kewenangan untuk meminta kerjasama dengan Badan
Pemerintah yang lain. Untuk melihat implementasi kewenangan yang dilaksanakan pada
Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di kabupaten Kepulauan Aru
Kewenangan Perangkat dan Petugas pelaksana Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) dikabupaten Kepulauan Aru didasari oleh Peraturan dan Petunjuk Teknis berdasarkan
petunjuk teknis yang ada dapat dilihat bahwa kewenangan petugas pelaksana Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) seperti, kewenagan yang terdapat pada penyuluh
dan kewenagan yang terdapat pada Peraturan dan Petunjuk Teknis Program Pendaftaran Tanah
Sistematis Lengkap (PTSL). Serta kegiatan pengumpulan Data Yuridis harus dikoordinasikan
dengan Pemerintah Desa, Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah Kabupaten/Kota agar data
yuridis peserta Ajudikasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dapat
dikumpulkan secara kolektif pada suatu tempat yang telah ditetapkan sebelumnya untuk masing-
masing desa/kelurahan atau kecamatan

4.1.2.5.Fasilitas (facility)

Fasilitas atau sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
implementasi kebijakan. Pengadaan fasilitas yang layak, seperti gedung, tanah dan peralatan
perkantoran akan menunjang dalam keberhasilan implementasi suatu program atau kebijakan.
Begitu juga implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dikabupaten
Kepulauan Aru. Berdasarkan hasil wawancara faktor fasilitas yang ada pada Program
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) Fasilitas yang tersedia pada Program Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) dapat disimpulkan bahwa untuk fasilitas Program Pendaftaran
Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) sudah memenuhi dan membantu dalam pencapaian target
Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) namun yang menjai catatan adalah
fasilitas internet yang masih kurang untuk menyelesaikan pekerjaan pendaftaran tanah secara
online melalui aplikasi KKP PTSL ssuai engan target waktu yngditentukan.

BAB V
KESIMPULAN

Kesimpulan Dari hasil pembahasan yang diuraikan mengenai Program Pendaftaran


Tanah Sistematis Lengkap PTSL di Kabupaten Kepulauan Aru, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) kurang terlaksanan dengan baik. Hal ini yang paling dominan untuk
mempengaruhi implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
(PTSL) di Kabupaten Kepulauan Aru dalah faktor sumberdaya dan fasilitas
internet. Implementasi Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di
Kabupaten Kepulauan Aru belum mencapai target atau volume yang sudah
ditetapkan dalam Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) di
Kabupaten Kepulauan Aru oleh karena fasilitas internet yang belum memadai
Daftar Pustaka
 Amirudin Zainal Asikin,2006
 Biro Hukum dan Humas Kementerian ATR/BPN

Anda mungkin juga menyukai