Anda di halaman 1dari 5

1

Identitas Kelompok dalam Perilaku Penggemar JKT48


M. Choirul Amri
Graduate Student
PPM Graduate School of Management – Jakarta

JKT48 adalah idol group yang merupakan versi lokal dari AKB48 di Jepang. JKT48
memberikan kesempatan kepada perempuan muda untuk menggapai impian menjadi idol setelah
melalui serangkaian audisi, training, dan seleksi alam. Mereka yang lulus audisi kemudian
diangkat menjadi member dan menjalani serangkaian training camp sebelum dinyatakan siap
untuk tampil di theater.

Titik kulminasi seorang member JKT48 adalah ketika mereka terpilih menjadi favorit untuk
menyanyikan single dalam even Senbatsu, yaitu voting yang mirip layaknya pemilu dalam
komunitas penggemar JKT48.

Pertunjukan JKT48 di FX Senayan digelar setiap malam kecuali hari Senin dan selalu dipenuhi
penggemar. Mereka tidak hanya berasal dari Jakarta saja. Banyak diantara mereka dari luar
Jakarta seperti Bandung, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, dan bahkan dari luar Jawa. Fenomena
komunitas penggemar JKT48 sangat menarik untuk dicermati mengingat tingkat loyalitas,
interaksi, dan keterlibatan mereka secara emosional dalam mendukung member favoritnya.

Penulis melakukan interview dengan Arfian, salah seorang penggemar yang merupakan
pendukung fanatik Lidya Maulida. Dia tertarik dengan JKT48 setelah dikenalkan oleh seorang
rekan kerja yang kebetulan juga teman satu SMA. Berangkat dari coba – coba, akhirnya Arfian
rutin menonton pertunjukan setiap 1-2 minggu sekali. Selama 2 tahun terakhir menjadi
penggemar, dia sudah menonton pertunjukan sekitar 30 kali. Itu belum termasuk even – even
khusus seperti handshaking, birthday party, serta komunitas fans club yang merupakan
kelompok sosial diluar Official Fans Club (OFC) JKT48.

Arfian yang juga seorang professional IT menjelaskan bahwa sekitar 80% penonton adalah pria
dan sebagaian besar sudah bekerja. Tiket pertunjukan seharga Rp.120.000,- tentunya tidak murah
jika seorang penggemar tidak memiliki penghasilan tetap.
2

Mengikuti perkembangan seorang member dari newbie hingga menjadi penghibur handal
memiliki sensasi tersendiri bagi para penggemar. Keterlibatan emosional tersebut menimbulkan
keinginan untuk selalu datang kembali ke theater dan menonton perkembangan sang idol.
Meskipun sudah menikah, Arfian tetap rutin menonton pertunjukan bersama istrinya yang
ternyata juga penggemar JKT48.

Nana, istri Arfian sudah menonton pertunjukan 40 kali dalam 2 tahun terakhir. Berbeda dengan
suaminya yang mendukung Lidya, dia memilih Nabilla sebagai idol favoritnya.

Ternyata Nana dan Arfian menggolongkan diri mereka hanya sebagai penggemar tingkat rendah,
karena baru menonton 30-40 kali. Banyak penggemar fanatik yang sudah menonton ratusan kali
dan sanggup menghabiskan puluhan juta untuk memborong merchandise demi mendapatkan
perhatian khusus dari sang idol.

Motivasi kaum pria dan wanita ternyata berbeda dalam keterlibatannya sebagai penggemar.
Kaum pria umumnya tertarik dengan penampilan fisik para idol yang memang umumnya wanita
muda dengan penampilan menarik. Mereka selalu penasaran dengan perkembangan para
member, apakah sudah meningkat dibanding penampilan minggu sebelumya. Mereka
memberikan dukungan melalui twitter, instagram, dan facebook agar idol favoritnya terus
bersemangat meningkatkan diri.

Para penggemar umumnya mengejar perhatian khusus dari sang idol dengan berbagai cara.
Mereka membeli merchandise untuk mendapatkan kesempatan handshake, foto bersama maupun
hak voting. Semakin banyak membeli merchandise, maka semakin besar pula peluang menarik
perhatian sang idol. Mendapatkan senyuman, kedipan, maupun sindiran tertentu di twitter dari
idol merupakan kepuasan tersendiri bagi mereka.

Para penggemar wanita umumnya lebih tertarik pada semangat, kerja keras, dan upaya seorang
idol dalam meniti jenjang karirnya. Aspek – aspek perhatian dari lawan jenis umumnya tidak
terlalu dominan. Nana yang mendukung Nabilla sangat mengagumi upayanya yang tergabung ke
JKT48 sejak berumur 12 tahun. Kerja keras, berbagai kesalahan dan upayanya untuk bangkit,
serta kemajuannya setiap minggu merupakan hal yang sangat menarik untuk diikuti.

Penggemar umumnya tertarik menonton karena diajak rekan lain. Kesaksian anggota kelompok
juga menjadi testimoni bahwa JKT48 merupakan tontonan yang layak diikuti.
3

Selain OFC yang merupakan official fans club, para penggemar juga membentuk komunitas
tersendiri berdasarkan idol yang didukung. Arfian merupakan admin Lidya Fans Club area
Jakarta. Mereka aktif berinteraksi melalui Line dan melakukan berbagai kegiatan offline.

Salah satu aktivitas rutin adalah iuran anggota untuk mengumpulkan uang kas. Uang yang
terkumpul digunakan untuk membeli hak voting bagi Lidya. Sebagai balasan, biasanya sang
member akan mengucapkan terima kasih melalui cuitan di twitter atau posting instagram.

Consumption Subcultures dalam Perilaku Penggemar JKT48

Ciri – ciri consumption subcultures menurut Hawkins (2005) ditandai dengan adanya jargon
unik, ritual khusus, serta tata nilai tertentu yang diyakini sebagai shared belief. Hal – hal tersebut
membentuk identitas kelompok, dan pada akhirnya mengarah pada konsumsi produk tertentu
yang sesuai dengan selera kelompok tersebut. Para penggemar JKT48 memiliki berbagai jargon
dan dan ritual unik yang membentuk identitas mereka.

• Wota: adalah sebutan sebagai penggemar JKT48. Seseorang hanya dianggap memasuki
dunia Wota apabila sudah menonton pertunjukan secara live.
• Wotagei: adalah gerakan atau tarian unik dilakukan penggemar ketika menonton
pertunjukan. Setiap kelompok memiliki wotagei khusus sesuai dengan lagu dan idola
yang sedang tampil.
• Chant: adalah teriakan atau sorakan khusus para Wota ketika sedang melakukan
Wotagei.
• Waro: berasal dari bahasa Sunda, yang artinya diperhatikan atau mendapat perhatian.
Tujuan utama para Wota adalah mendapatkan Waro dari member idolanya. Perhatian
tersebut dapat berupa balasan atau retweet di media sosial, atau kode tertentu melalui
ucapan maupun bahasa tubuh tertentu. Banyak para penggemar yang membeli ratusan
DVD, kupon voting, dan berbagai kreatifitas lain demi mendapatkan perhatian dari
member idola.
• Oshi: adalah sebutan untuk idol favorit yang disukai oleh seorang penggemar. Dalam
contoh diatas, Arfian mimilih Lidya sebagai Oshi sedangkan Nana lebih menyukai
Nabilla.
4

Para penggemar juga memiliki tata nilai tertentu yang menjadi shared belief dalam hubungan
antar penggemar maupun dengan idol mereka. Berikut beberapa peraturan tidak tertulis yang
diyakakini para Wota:

• Bersikap respek dan hormat kepada member. Meskipun tujuan utama adalah
mendapatkan perhatian, namun mereka harus tetap menjaga sopan santun dalam
interaksinya. Misalnya dalam sesi foto bersama, seorang penggemar dilarang menyentuh
idol.
• Tidak melakukan cara berlebihan dalam mendekati idol. Beberapa penggemar ada yang
melakukan aksi stalking yang melanggar privacy dan keamanan member. Penggemar
seperti ini disebut Wota Zombie dan biasanya akan mengalami bully di media sosial
maupun grup Line, sehingga dikucilkan dari penggemar lainnya.
• Menghargai privasi idol di tempat umum. Ketika seorang penggemar kebetulan bertemu
idol di tempat umum, mereka harus bersikap wajar dan tidak boleh berlebihan. Aktivitas
seperti selfie maupun jabat tangan dengan idol diluar acara resmi JKT48 adalah hal
terlarang. Pelanggaran terhadap hal tersebut akan mendapatkan bully dari Wota.

Kesamaan nilai dan simbol – simbol kelompok tersebut mendukung terjadinya konsumsi
berbagai produk JKT48 secara terus menerus. Di sini dapat dilihat bahwa penegasan identitas
kelompok membawa dampak positif terhadap penjualan tiket pertunjukan maupun merchandise
JKT48.

Pembentukan Brand Communities dalam Pemasaran JKT48.

Menurut Hawkins (2005), pembentukan brand communities dapat dilakukan berdasarkan hal –
hal berikut:

• Conciousness of Kind
• Rituals and Traditions
• Moral Responsibility

Ketiga hal tersebut tercermin dalam tata nilai para member JKT48 yang harus dipatuhi selama
mereka terikat kontrak dalam grup tersebut. Tata – nilai tersebut adalah sebagai berikut:
5

• Dilarang berpacaran. Seorang idol tidak diperbolehkan berpacaran maupun menampilkan


hal – hal yang memberikan persepsi bahwa mereka memiliki teman dekat, kecuali dalam
acara resmi JKT48.
• Dilarang berfoto dengan penggemar, kecuali dalam acara resmi photo session JKT48.
• Dilarang memention penggemar di media sosial maupun media lainnya.
• Dilarang ke diskotik ataupun tempat lain yang berkesan negatif.
• Dilarang memberikan tanda tangan ke penggemar, kecuali dalam acara JKT48 dengan
merchanise resmi.

Pelanggaran terhadap tata nilai tersebut mengakibatkan seorang member dibully penggemarnya
di media sosial.

Pembentukan komunitas brand JKT48 melalui aturan – aturan tersebut membentuk persepsi
bahwa para idol adalah individu yang selalu menjaga tata krama dan bersikap profesional. Hal
tersebut meningkatkan nilai jual idol dimata para penggemar, karena tidak mudah untuk
mendapatkan perhatian dari para idol.

Di sisi lain, JKT48 memberikan moto “idols You can Meet”. Artinya para penggemar dapat
berjumpa dan mengikuti perkembangan idol favorit mereka. Manajemen JKT48 memberikan
beberapa jalur berikut agar para penggemar dapat berinteraksi dengan Oshi mereka:

• Handshaking event, penggemar dapat membeli merchandise agar dapat berjabat tangan
dengan member. Satu kupon dapat digunakan untuk handshake selama 10 detik.
• 2-Shot photo session, penggemar membeli merchandise tertentu untuk mendapatkan
kesempatan berfoto dengan member favoritnya.
• Senbatsu, adalah even pemilihan idol favorit untuk membawakan lagu single. JKT48
memilih sejumlah idol favorit (16-20 orang) berdasarkan voting. Para penggemar
memberikan voting dengan membeli kupon tertentu untuk mendapatkan hak suara.

Jalur interaksi tersebut memberikan sense of fulfillment bagi para penggemar ketika mereka
berhasil mendekati idol favorit. Hukum ekonomi bahwa kelangkaan supply akan menaikkan
harga dan demand diterapkan dengan baik oleh JKT48.

*Artikel ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Consumer Behaviour – Maret 2017

Anda mungkin juga menyukai