PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mendatang terus meningkat yaitu dari 238,5 juta pada tahun 2010 menjadi 305,6
juta pada tahun 2035. Jumlah paling banyak penduduk di Indonesia adalah
penduduk berusia 20-60 tahun sebanyak 51,8 % dengan jumlah penduduk pria
sebanyak 27,6% dan jumlah penduduk wanita sebanyak 24,2%. Jumlah orang
menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit, dan sepertiga dari
pasien menggunakan obat yang tidak efektif 16% di antaranya merupakan obat
yang memiliki efek yang sama dalam suatu pengobatan (Schmader, Hanlon, dan
Pieper, 2004). Seorang pasien dikatakan dewasa bila berumur di atas 20 tahun
(Haffel, 2010). Survey yang dilakukan di USA menunjukkan 25% dari populasi
total menggunakan 5 atau lebih obat dalam satu minggu ini dan meningkat
menjadi 55% untuk pasien dewasa hingga usia 65 tahun ke atas (Chumney dan
menggunakan lebih banyak obat antara 2 sampai 9 obat dalam sehari karena akan
1
terjadi penurunan fungsi normal dari organ tubuh akibatnya akan semakin banyak
penyakit yang diderita oleh orang tersebut. Untuk mengatasi berbagai macam
penyakit yang diderita ini maka seseorang akan memerlukan terapi obat dalam
Drug Related Problems (DRP) atau masalah terkait obat merupakan kejadian
tidak diinginkan yang dialami pasien bersangkutan yang terkait dengan terapi
menunjukkan adanya 8,8% kejadian Drug Related Problems (DRP) terjadi pada
17% dari masalah terapi obat yang telah diidentifikasi dan dikategorikan sebagai
pasien menerima obat yang salah. DRP terbagi dalam tujuh kategori, yaitu terapi
obat tidak tepat, pasien membutuhkan terapi obat tambahan, konsumsi obat yang
salah, dosis obat kurang dari dosis lazim, interaksi obat yang merugikan, obat
Pasien polifarmasi memiliki resiko lebih besar mengalami ADR (Adverse Drug
Reaction). Hal ini terjadi karena peningkatan frekuensi penggunaan obat dan
usia pasien maka pasien sering menderita berbagai jenis penyakit, sehingga
penting untuk mengetahui bagaimana interaksi obat yang benar supaya interaksi
obat tersebut tidak merugikan. Interaksi obat dikatakan sebagai faktor yang dapat
2
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan yang diberikan. Umumnya obat
berinteraksi dengan makanan, zat kimia yang masuk ke dari lingkungan atau obat
lain. maka dari itu dalam makalah ini akan di bahas mengenai ADR, DRP
B. Rumusan Masalah
3
C. Tujuan
D. Manfaat
mengenai Drug related problem, Adverse drug reaction, serta interaksi obat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Definisi
DRPs adalah adalah kejadian yang tidak diinginkan pasien terkait terapi
obat, dan secara nyata maupun potensial berpengaruh pada outcome yang
diinginkan pasien. Suatu kejadian dapat disebut DRPs apabila terdapat dua
kondisi, yaitu: (a) adanya kejadian tidak diinginkan yang dialami pasien,
kejadian ini dapat berupa keluhan medis, gejala, diagnose penyakit, ketidak
sosiokultur atau ekonomi; dan (b) adanya hubungan antara kejadian tersebut
terapi obat adalah perbaikan kualitas hidup pasien melalui pengobatan atau
proses penyakit. Kebutuhan pasien berkaitan dengan terapi obat atau drug
5
tersebut tidak terpenuhi atau outcome pasien tidak tercapai maka hal ini dapat
dan pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga
DRP aktual adalah DRP yang sudah terjadi sehingga harus diatasi dan
terlalu besar sehingga dosis harus disesuaikan dengan kondisi pasien. DRP
potensial adalah DRP yang kemungkinan besar dapat terjadi dan akan dialami
b) Komponen DRP
1. Kejadian atau resiko yang tidak diharapkan yang dialami oleh pasien.
2. Ada hubungan atau diduga ada hubungan antara kejadian yang tidak
diharapkan yang dialami oleh pasien dengan terapi obat. Hubungan ini
6
penyebab kejadian tersebut,atau dibutuhkannya terapi obat untuk
kontinyu.
hanya satu terapiobat yang diindikasikan dan atau minum obat untuk
mengobati efeksamping.
Kasus yang mungkin terjadi: obat tidak efektif, alergi, adanya resiko
tepat.
7
e. Dosis terlalu tinggi
Penyebab yang sering terjadi: dosis salah, frekuensi tidak tepat, jangka
g. Kepatuhan
c) Klasifikasi DRP
8
3. Pasien mempunyai kondisi medis tetapi mendapatkan obatyang tidak
merugikan.
makanan, obat-hasillaboratorium.
diresepkan.
9
penyakit dan kondisinya. Masalah pemilihan obat antara lain: obat
tidak diresepkan.
10
d) Jenis-jenis DRPs dan penyebab yang mungkin terjadi (Cipolle, etal.,
2004)
obat
perlu 4. indikasi
Pasien dengan resiko pengembangan kondisi
2. kesehatan
Pasien yang mengalami
baru toksisitas
dapat dicegah dengankarena obat atau
hasil pengobatan
penggunaanobatprofilaksis
dan rokok
pengobatan lainnya
11
Obat tidak tepat 1. Pasien di mana obatnya tidak efektif
2. Pasien alergi
indikasi pengobatan
kan terlalucepat
12
Reaksi obat merugikan 1. Pasien dengan faktor resiko yang berbahaya bila obat
digunakan
pasien
2. bindingsite
Konsentrasioleh
obatobat lainserum pasien diatas srange
dalam
6. terapi
Hasil laboratorium dapat berubah karena gangguan
obat yang diharapkan
3. obat
Dosislain
obat meningkat terlalu cepat
tepat.
Ketidakpatuhan pasien 1. Pasien tidak menerima aturan pemakaian obat yang
5. Dosis dan interval flexibility tidak tepat
tepat (penulisan, obat, pemberian, pemakaian)
harganya mahal
a) Definisi
& membahayakan pada penggunaan obat dosis lazim pada manusia, baik
Sedangkan definisi efek samping adalah efek yang tidak diharapkan dari
sediaan farmasetik yang terjadi pada dosis lazim manusia, yang masih terkait
b) Klasifikasi ADR
Onset Kejadian
o Sub akut: Kejadian ADR yang terjadi 1-24 jam sejak obat
digunakan.
o Laten: Kejadian ADR yang terjadi >2 hari sejak obat digunakan
Tingkat Keparahan
14
o Moderat: Kejadian ADR yang membutuhkan terapi tambahan
Tipe
o Tipe A
farmakologis obat
Bergantung dosis
o Tipe B
Kejadiannya jarang
sindrome
15
o Tipe C
o Tipe D
hydantoin syndrome
penggunaannya
16
8. Presdiposisi genetic
tertentu, tetapi efek yang terjadi tidak dapat ada kaitannya dengan
penyakit yang diderita atau dengan obat yang lainnya. Efek yang
penyakit yang diderita atau dari jenis obat lainnya, yang akan terjadi
17
e. Conditional / unclassified : Kejadian klinis termasuk gambaran hasil
laboratorium abnormal, namun belum ada data yang jelas mengenai kaitan
tapi tidak dapat dinilai kaitan hubungan sebab-akibat dari pemberian suatu
e) Identifikasi ADR
Baik dalam pengaturan rawat inap dan rawat jalan, gejala baru atau
berbagai gejala di rumah. Ini bisa menjadi peluang bagi apoteker untuk
disebabkan oleh ADR. Sebagai contoh, jika seorang pasien meminta apoteker
tentang obat lain yang diambil pasien untuk menentukan apakah diare adalah
ADR yang diketahui terkait dengan terapi obat, seperti dengan antibiotik.
Over-the-counter (OTC)
obat-obatan mungkin tidak diperlukan, dan diare dapat hilang setelah selesai
terapi antibiotik. Dalam pengaturan rawat inap, pasien dapat memberi tahu
perawat atau dokter mereka tentang gejala baru yang mereka alami, yang
18
dapat menyebabkan panggilan telepon ke apoteker. Meminta pertanyaan rinci
dapat mengungkap ADR dan mencegah terapi obat yang tidak perlu atau
gejala ADR lebih lanjut. Menyadari bahwa sebuah laboratorium atipikal atau
Pesanan baru untuk tingkat obat serum dapat mengingatkan praktisi untuk
menyelidiki apakah ADR yang disebabkan oleh toksisitas obat atau kegagalan
Ketika memulai terapi obat baru, mungkin berguna untuk mendapatkan nilai
hasil laboratorium tidak berarti bahwa ADR telah benar-benar terjadi, tetapi
praktisi harus melihat lebih dekat pada pasien untuk menilai apakah ADR
adalah penyebab potensial Beberapa metode deteksi batang yang kurang jelas
dari obat-obatan skrining urutan baik dalam praktek rawat inap dan rawat
obat yang mendadak dan tidak terduga atau peningkatan atau pengurangan
19
dosis yang substansial. Pesanan untuk obat baru kadang-kadang beri tahu
praktisi
yang disebabkan oleh analgesik, penenang, atau pelemas otot. Laporan ruam
untuk penyebab terkait obat, seperti reaksi alergi atau infeksi ragi yang
batas yang telah ditentukan dalam nilai laboratorium. Sebagai contoh, jika
kalium dari 1 mEq / L dalam periode 24 jam adalah signifikan, pasien yang
20
3. INTERAKSI OBAT
a) Definisi
Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah atau
manakala dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampir
dalam tubuh.
1) Duplikasi yaitu menambah dua obat yang sama efeknya diberikan, efek
2) Berlawanan yaitu kompilasi dua obat dengan aksi bendera diberikan cek
21
3) Perubahan Itu adalah obat yang mungkin dirubah melalui absorbsi,
1) Interaksi Farmakokinetik
ikatan protein (ikatan obat sulfa dan bilirubin pada albumin) atau
22
dapat pula dimodifikasi oleh obat pengubah pH urin, seperti pada
2) Interaksi Farmakodinamik
efek samping yang serupa atau berlawanan. Interaksi ini disebabkan oleh
kompetisi pada reseptor yang sama atau terjadi antara obat-obat yang
23
Sirnegisme atau penambahan efek satu atau lebih obat.
Interaksi obat yang umum terjadi adalah sirnegisme antara dua obat
yang bekerja pada sistem, organ, sel atau enzim yang sama dengan efek
2) Ondansetrondengan Tramadol
24
monitoring untuk tanda-tanda dari serotonin sindrom selama
secara periodik.
25
5) Ondansetron dengan Antasida
26
itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dipengaruhi oleh makanan, dan
yang dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi
mungkin berbahaya atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang
lain bisa bermanfaat dan umumnya tidak akan menyebabkan perubahan yang
Makanan dan obat dapat berinteraksi dalam banyak cara yang berbeda.
perubahan lain dapat disebabkan oleh jumlah protein dalam diet anda, atau
bahkan cara makanan tersebut disiapkan. Salah satu cara yang paling umum
enzim-enzim ini bekerja lebih cepat atau lebih lambat, baik dengan
Jika makanan mempercepat enzim, obat akan lebih singkat berada di dalam
enzim, obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek
27
Kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan dapat terjadinya
cerna
kompleks
dampaknya bisa negatif dan bisa juga positif bagi kesehatan. Saling
pengaruh yang terjadi bila kita menggunakan lebih dari 1 macam obat
disebut juga interaksi obat. Dalam praktek sehari-hari, interaksi obat jarang
obat kepada pasien yang terlampau banyak jenisnya, misalnya lebih dari 4
interaksi obat. Interaksi obat adalah peristiwa di mana aksi suatu obat diubah
klinik, manakala dua obat atau lebih diberikan secara bersamaan atau hampior
28
bersamaan. Tidak semua interaksi obat membawa pengaruh yang
Formulasi obat.
Stereokimia obat.
Potensi obat.
Dosis obat.
Rute pemberian
Hasil interaksi obat dengan obat adalah respon klinis atau farmakologis
dari suatu pemberian kombinasi obat, yang berbeda dari yang seharusnya
29
terjadi bila kedua obat-obat diberikansendiri-sendiri. Efek yang terjadi dapat
berupa :
2. Sinergisme (1+1>2)
Kerjasama antara dua obat dan dikenal ada dua jenis yaitu Adisi efek
dan kodein. Atau satu obat tidak memiliki efek bersangkutan misalnya
amoxicillin.
30
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. DRP
dan pengalaman pasien akibat atau diduga akibat terapi obat sehingga
dikehendaki.
2. ARD
obat dosis lazim pada manusia, baik untuk tujuan diagnosa, profilaksis, terapi
3. INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain
(interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia
lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat
31
dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang
B. Saran
bahasan dalam makalah ini. Semoga ilmu yang digunakan dapat bermanfaat.
32
DAFTAR PUSTAKA
BNF. 2009. British National Formulary, Edisi 57, British Medical Association Royal
Cipolle, R.J, Strand, L.M. & Morley, P.C., 1998, Pharmaceutical Care Practice
Dipiro.JT., 2009, Pharmacoterapy Handbook 7th edition, Mc Graw Hill, New York.
Fradgley, S., 2003, Interaksi Obat dalam Aslam, M., Tan., C.,K., dan Prayitno,
A., Farmasi Klinis, Penerbit PT. Elex Media Komputindo kelompok Gramedia,
Jakarta
Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, Bagian Farmakologi
Lorensia, A., Canggih, B. & Wijaya, R.I., 2013,Analisis Adverse Drug Reactions
Indonesia,
Strand, L. M., Morley, P. C., Cipolle, R. J., Ramsey, R., and Lamsam, G. D.,1990,
Tatro D.S. 2006. Drug Interaction Fact, fifth Edition, facts and comparisons A.
33
Pharmaceutical Care Network Europe Foundation, 2006, PCNE Classification for
34