Dosen Pembimbing :
Mohammad Rizal SE., ME.
Disusun Oleh :
Tafta Suharto Risky (21601081283 )
Kelas Manajemen l
2018
A. SEJARAH BANK MALAYSIA
Bank Negara Malaysia ditubuhkan pada 26 Januari 1959 di bawah Ordinan Bank
Pusat Tanah Melayu, 1958. Dengan penubuhannya, ia perlu memenuhi 5 objektif iaitu:
Untuk mengeluarkan mata wang, Ringgit Malaysia dan menyimpan rizab menjaga
nilai mata wang;
Untuk bertindak sebagai jurubank dan penasihat kewangan kepada kerajaan;
Untuk menggalakkan operasi pembayaran negara dan sistem penyelesaian yang boleh
dipercayai, cekap dan lancar dan untuk memastikan dasar pembayaran negara dan
sistem penyelesaian untuk manfaat Malaysia;
Untuk mempromosi kestabilan kewangan dan struktur kewangan;
Untuk mempengaruhi keadaan kredit supaya menguntungkan negara;
Oleh itu, dengan objektif berikut, bank dicipta untuk mengawal ekonomi Malaysia
dengan selamat. Matlamat lebih luas bank adalah mempromosikan pertumbuhan ekonomi di
Malaysia, tahap pekerjaan yang tinggi, memelihara kestabilan harga dan satu keseimbangan
munasabah dalam kedudukan pembayaran antarabangsa negara, membasmi kemiskinan dan
penyusunan semula masyarakat.
1 Agustus 2016: Bank Malaysia menjalin kerja sama bilateral dengan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) sebagai bagian penerapan Asean Banking Integration Framework (ABIF).
Perjanjian tersebut bertujuan untuk mengurangi ketimpangan dalam akses pasar dan
kegiatan perbankan kedua negara melalui kehadiran bank-bank yang memenuhi persyaratan
tertentu (Qualified ASEAN Bank/QAB) di yurisdiksi masing-masing, berdasarkan prinsip
timbal balik yang seimbang.
Cakupan akses pasar dan kegiatan perbankan yang diatur dalam perjanjian ini terkait dengan
proses perizinan QAB, antara lain:
OJK terus mendorong perkembangan sektor jasa keuangan agar tumbuh sehat,
berkesinambungan, serta dapat berkontribusi lebih besar dalam meningkatkan perekonomian
nasional dan kesejahteraan rakyat.
C. Pendanaan
Pendanaan
Produk pendanaan yang ditawarkan perbankan syariah Malaysia tidak berbeda dengan
produk pendanaan bank syariah pada umumnya yang meliputi giro, tabungan, investaasi
umum, investasi khusus dan investasi spesifik. Akad-akad yang digunakan juga merupakan
akad-akad yang biasa diterapkan untuk produk yang bersangkutan. Namun demikian, produk
giro dan tabungan dapat juga menggunakan akad mudharabah. Produk giro dengan akad
mudharabah tidak lazim digunakan.
Kredit merupakan proses penilaian dan pemantauan kredit sejak analisis, bukanlah
aktivitas untuk mencari kesalahan/penyimpangan debitur khususnya dalam menggunakan
kredit. Melainkan upaya menjaga agar apa yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan
rencana kredit. Selain itu bahwa proses pengawasan kredit telah dimulai sejak dini (saat
penilaian jaminan).
Menurut Muchadarsyah Sinungan (1993 : 263), pengamanan kredit merupakan suatu
mata rantai kegiatan bank. Langkah pengamanan ini dimulai sejak bank merencanakan untuk
memberikan kredit. Dalam menyusun rencana dengan sekaligus perhitungan plafon, bank
telah memperhitungkan berbagai segi yang dapat dijangkau oleh kemampuan operasional.
Mengatur alokasi kredit ke arah sektor-sektor yang bervariasi, diberikan kepada nasabah-
nasabah mana serta dengan jumlah plafond berapa dan sebagainya, merupakan langkah-
langkah untuk menjaga keamanan kredit. Dengan demikian pengawasan kredit menurut
tujuannya dapat dibedakan menjadi:
1. Preventif Control
2. Refresif Control
Merupakan pengawasan kredit yang dilakukan setelah pencairan dan saat penggunaan
kredit dengan tujuan untuk mengatasi setiap penyimpangan yang terjadi.
Tujuan Pengawasan Kredit
Secara rinci tujuan atau sasaran pengawasan kredit dapat dijelaskan sebagai berikut :
PEMBATASAN MASALAH
Dari banyaknya permasalahan kredit bank, menurut ketentuan Bank Indonesia kredit
dapat digolongkan menjadi 3 yaitu : Kurang lancar (KL), Diragukan (D), Macet (M). dari
ketiga permasalahan kredit tersebut, penulis membatasi pada permasalahan kredit yang
menyangkut kredit macet.
1. Pengertian Kredit
Berdasarkan undang – undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas UU No. 7
tahun 1992 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dapat disamakan, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam
antar bank dengan pihak lain yaitu mewajibkan pihak peminjaman untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Untuk mencegah terjadinya kredit macet pihak bank harus melakukan analisis sebagai
berikut kepada calon krediturnya. Analisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan
kerangka 5C, 3R dan analisis Rasio.
a. Kerangka 5C
Character
Pihak bank harus mengenali sifat dan watak calon kreditur. Apakah ia mau memenuhi
kewajibannya untuk melunasi kredit? Hal ini penting untuk diketahui, karena dapat
memengerahui keputusan untuk dapat memberikan kredit atau tidak. Pihak bank harus
memahami karakter calon kreditur menyangkut apakah kreditur seseorang yang dapat
dipercaya.
Pihak bank dapat mengetahui dengan melihat latar belakang calon kreditur baik itu
pekerjaan, sifat pribadi, cara hidup, gaya hidup, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.
Capacity
Pihak bank harus mengukur kemampuan nasabah untuk melunasi kewajiban hutangnya,
melalui pengelolaan perusahaannya secara efektif dan efisien. Jika nasabah dapat menegelola
perusahaannya dengan baik, maka perusahaan bisa memperoleh keuntungan dan
memungkinkan untuk dapat mengembalikan pinjaman. Capacity dapat dilihat dari data-data
masa lalu (track record) perusahaan.
Capital
Pihak bank dapat melihat kondisi keuangan nasabah melalui analisis keuangan, seperti
analisis rasio. Pihak bank sebaiknya melihat komposisi hutang dan modal sendiri. Jika hutang
terlalu besar, maka kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan juga akan
semaikn besar.
Selain itu untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat
dari laporan keuangan yang disajikan dengan pengukuran atas rasio-rasio keuangan. Analisis
capital juga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk
persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan (Capital
Structure).
Collateral
Collateral adalah aset yang dijaminkan untuk suatu pinjaman. Jika karena sesuatu hal,
pinjaman tidak bisa dikembalikan, maka pihak bank berhak untuk meminta jaminan tersebut.
Conditions
Pihak bank sebaiknya mempertimbangkan kondisi perekonomian, sosial, dan politik yang
dapat memengaruhi kemampuan nasabah untuk mengembalikan pinjaman. Jika kondisi
perekonomian memburuk, maka kemungkinan nasabah mengalami kesulitan keuangan dapat
semakin tinggi, yang membuat kemampuan perusahaan mengalami kesulitan melunasi
pinjaman.
b. Kerangka 3R:
Returns
Pihak bank harus dapat memperkirakan bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah
dapat menghasilkan return (pendapatan) yang memadai.
Repayment capacity
Pihak bank harus dapat memastikan bahwa nasabah mampu untuk melunasi pinjamam
dan bunganya pada saat pembayaran tersebut jatuh tempo.
Risk-bearing ability
Pihak bank perlu mempertimbangkan jaminan yang dimiliki oleh nasabah. Jaminan
tersebut dapat digunakan apabila nasabah menghadapi risiko kegagalan atau ketidakpastian
yang berkaitan dengan penggunaan kredit yang diberikan.
Guna mengurangi ketimpangan akses pasar dan kegiatan perbankan antara Indonesia
dan Malaysia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada hari ini melakukan penandatanganan
kesepakatan bilateral dengan Bank Negara Malaysia (BNM) di hadapan Presiden Joko
Widodo. Kesepakatan yang merupakan bagian dari penerapan ASEAN Banking Integration
Framework (ABIF) ini bertujuan agar perbankan asal Indonesia yang masuk kategori
Qualified ASEAN Bank (QAB) dapat mengajukan izin untuk mendirikan kantor cabang
penuh di Malaysia. "Kita (Indonesia) ini adalah pasar besar, sehingga kita harus meng-
counter mereka (Malaysia), kalau mereka mau masuk ya kita harus bisa masuk juga," ujar
Deputi Komisioner Pengawas Perbankan OJK, Mulya E Siregar di Jakarta, Senin (1/8/2016).
Ekonomi Malaysia pada Tahun 2017 Pada tahun 2017, ekonomi Malaysia mencatat
pertumbuhan yang kukuh sebanyak 5.9% (2016: 4.2%), disokong oleh pengembangan yang
lebih pesat dalam perbelanjaan sektor swasta dan awam. Pencapaian penting pada tahun 2017
ialah peningkatan eksport kasar, ekoran permintaan global yang semakin kukuh. Keadaan ini
disebabkan terutamanya oleh permintaan yang lebih tinggi daripada rakan perdagangan
utama berikutan peningkatan pesat dalam kitaran teknologi global, pengembangan pelaburan
dalam negara maju dan pemulihan harga komoditi. Pada keseluruhannya, peningkatan
teknologi global menyebabkan permintaan terhadap produk elektronik dan elektrik (E&E)
menjadi lebih kukuh, manakalapermintaan serantau yang lebih teguh, dan pemulihan aktiviti
pelaburan dalamekonomi maju turut meningkatkan eksport produk bukan E&E. Eksport
komoditi juga mengalami pemulihan pada tahun 2017, disokong terutamanya oleh pemulihan
harga komoditi utama. Meskipun pertumbuhan KDNK benar dirangsang oleh sektor luaran,
namun permintaan dalam negeri terus menjadi teras kepada pertumbuhan. Khususnya,
pertumbuhan penggunaan swasta meningkat kepada 7.0% pada tahun 2017 (2016: 6.0%),
disokong terutamanya oleh pertumbuhan berterusan upah dan guna tenaga, dengan
rangsangan tambahan daripada langkah-langkah yang diambil oleh Kerajaan. Pertumbuhan
penggunaan awam meningkat sebanyak 5.4% (2016:0.9%), disebabkan oleh perbelanjaan
yang lebih tinggi untuk bekalan dan perkhidmatan oleh Kerajaan Persekutuan dalam keadaan
pertumbuhan emolumen yang mampan. Pembentukan modal tetap kasar (PMTK) meningkat
pada kadar yang lebih cepat sebanyak 6.2% (2016: 2.7%), didorong oleh pelaburan awam dan
swasta yang meningkat.Pelaburan awam mencatat pemulihan dan meningkat pada kadar
0.1% (2016:-0.5%), disokong oleh perbelanjaan yang berterusan oleh Kerajaan Am dan
perbadanan awam. Pertumbuhan pelaburan swasta meningkat dengan pesat kepada 9.3%
(2016: 4.3%), kerana syarikat berjaya memanfaatkan persekitaran operasi luaran dan dalam
negeri yang kondusif.