Di Tempat.
Dengan Hormat,
Dengan ini bertindak untuk dan atas nama PERUSAHAAN UMUM PERUMAHAN
NASIONAL (PERUM PERUMNAS) berkedudukan hukum di Jalan Asia Afrika No
17, Braga, Sumur Bandung, Kota Bandung, berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor:
01/SKK/G.TUN/II/2017, tanggal 20 September 2017
OBJEK GUGATAN
Objak Sengketa dalam gugatan a quo ialah Keputusan Tata Usaha Negara
berupa Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 11905 Bojong Rawalumbu tanggal 10
Juli 2015, Surat Ukur Nomor 593/Bojong Rawalumbu/2015 tanggal 19 Januari 2015
dengan luas 430 m² atas nama Edy Mart Perangin-angin.
Bahwa Objek Sengketa a- quo telah memenuhi syarat sebagai Keputusan Tata
Usaha Negara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 9, Undang- Undang
Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, sebagaimana telah
diubah dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, dan
terakhir diubah dengan Undang- Undang Nomor: 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1986, Tentang Peradilan Tata Usaha
Negara (“UUPTUN”), sehingga dapat digugat di Pengadilan Tata Usaha Negara
dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Objek Sengketa bersifat konkret, dimana telah secara khusus, tegas dan jelas
mengatur mengenai Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 11905 Bojong
Rawalumbu tanggal 10 Juli 2015, Surat Ukur Nomor 593/Bojong Rawalumbu/2015
tanggal 19 Januari 2015 dengan luas 430 m² atas nama Edy Mart Perangin-angin.
Objek Sengketa mempunyai sifat individual, karena secara tegas tidak
ditujukan untuk umum, melainkan ditujukan terhadap Edy Mart Perangin-angin
selaku pemegang Sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 11905 Bojong Rawalumbu
tanggal 10 Juli 2015, Surat Ukur Nomor 593/Bojong Rawalumbu/2015 tanggal 19
Januari 2015 dengan luas 430 m².
Objek Sengketa telah bersifat final, karena telah secara definitif menimbulkan
akibat hukum berupa penerbitan sertifikat Hak Guna Bangunan oleh Kantor
Pertanahan Kota Bekasi di atas Tanah HPL milik Perum Perumnas, sehingga terjadi
tumpang tindih kepemilikan dan sertifikat ganda.
KEWENANGAN MENGADILI
TENGGANG WAKTU
KEDUDUKAN HUKUM
DASAR-DASAR GUGATAN
Bahwa lebih lanjut terkait mengenai pemberian hak atas tanah berupa HGB di
atas tanah HPL juga diatur dalam Pasal 4 ayat (2) Permen Agraria/Kepala
BPN Nomor 9 Tahun 1999, yang telah menggariskan sebagai berikut :Dalam
hal tanah yang di mohon merupakan tanah Hak Pengelolaan, pemohon
harus terlebih dahulu memperoleh penunjukan berupa perjanjian
penggunaan tanah dari pemegang Hak Pengelolaan.Sedangkan dalam hal ini
antara Penggugat dan subjek Pemegang Objek Sengketa tidak pernah
membuat suatu perjanjian penggunaan tanah atau apapun itu untuk keperluan
penerbitan Objek Sengketa tersebut.
a. sertifikat atau surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tidak
sesuai lagi dengan daftar-daftar yang ada pada Kantor Pertanahan.
b. perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) tidak
dibuktikan dengan akta PPAT atau kutipan risalah lelang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 41, kecuali dalam keadaan tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2).
c. dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan atau
pembebanan hak yang bersangkutan tidak lengkap.
d. tidak dipenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan.
e. tanah yang bersangkutan merupakan obyek sengketa di Pengadilan
perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau
dibatalkan oleh putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap atau
f. perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1)
dibatalkan oleh para pihak sebelum di daftar oleh Kantor Pertanahan
Hormat kami,
KUASA HUKUM PENGGUGAT I