Implement As I
Implement As I
MATERI
PERSALINAN KALA 1
Disusun oleh :
Monica Marcela
Niki Amalia
Nurmaulidinia
Taufik Azhari
Vera Fitriana
Yola Nurpratiwi
KEPERAWATAN 5A
2017/2018
Konsep Dasar Persalinan Kala I
A. Pengertian
Kala 1 adalah kala yang bermulai dari adanya HIS (kontraksi) yang teratur
sampai adanya pembukaan serviks sampai lengkap. (Damayanti, 2014)
Tahap peratama persalinan di mulai dari kontraksi uterus yang teratur dan
diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Perawatan dimulai ketika wanita melaporkan
salah satu atau lebih hal-hal berikut.
Awitan kontraksi uterus yang progresif,teratur,yang meningkat
kekuatan,frekuensi,dan durasinya.
Rabas vagina yang mengandung darah (bloddy show)
Rabas cairan dari vagina (selaput ketuban pecah spontan)
B. Perubahan Fisiologis.
1. Tekanan darah
Selama kontraksi, tekanan darah meningkat dengan kenaikan sistolik rata-rata
sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Di antara
kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelumnya masuk persalinan
dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Untuk memastikan tekanan darah yang
sesungguhnya, perawat dapat melakukan pengukuran di antara kontraksi. Ibu
bersalin yang mengalami ketakutan/khawatir, dapat mengalami peningkatan
tekanan darah, untuk itu pertimbangkan memberikan dukungan emosional
sebelum dilakukan pengukuran agar ibu lebih relaks. Selain itu, perlu juga
dilakukan pemeriksaan lainnyauntuk menghilangkan kecurigaan terhadap
preeklamasia.
Pada ibu bersalin dengan posisi tidur terlentang, uterus dan isinya dapat
menekan pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah
baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, dimana ibu dapat mengalami
hipotensi dan berdampak pada janin, menjadi asfiksia.
2. Suhu Tubuh
Selama persalinan, suhu tubuh akan sedikit meningkat, suhu akan meningkat
selama persalinan dan akan segera menurun setelah kelahiran. Kenaikan ini
dianggap normal, jika tidak melebihi 0,5-1°C dan segera menurun setelah
kelahiran, apabila keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu ini dapat
mengindikasikan terjadinya dehidrasi. Namun apabila selaput ketuban sudah
pecah, mungkin ini merupakan tanda infeksi.
3. Denyut Jantung
Selama kontraksi akan terjadi kenaikan frekuensi denyut jantung secara mencolok.
Denyut jantung di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode
persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini menggambarkan bahwa selama
persalinan terjadi kenaikan denyut jantung yang sedikit merupakan keadaan yang
normal, namun perlu adanya pemeriksaan lain untuk menghilangkan kecurigaan
terhadap kemungkinan infeksi.
4. Pernapasan
Sebelum persalinan, terjadi kenaikan frekuensi pernafasan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran serta tekhnik pengaturan pernafasan yang tidak benar. Untuk
itu, Bidan perlu mengajarkan pada ibu mengenai teknik pernafasan (untuk
menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing.
5. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat baik aerobik maupun anaerobik akan
naik secara perlahan, hal ini dapat disebabkan karena kecemasan serta kegiatan
otot kerangka tubuh. Peningkatan metabolisme tubuh dapat terlihat dari kenaikan
suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, cardiak output dan kehilangan cairan.
6. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat dapat berkurang
akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan
menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat menimbulkan
ketidaknyamanan. Oleh karena itu, ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu
banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum semuanya untuk
mempertahankan energi dan hidrasi.
7. Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh cardiac output
yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomerulus serta aliran plasma ke
renal. Poliuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek
mengurangi aliran urin selama kehamilan. Kandung kemih harus sering dikontrol
(setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terendah
janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urin setelah
melahirkan. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,
keadaan ini lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada
kasus preeklampsia.
8. Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml slama persalinan dan kembali seperti
sebelum persalinan segera setelah persalinan. Apabila tidak terjadi kehilangan
darah selama persalinan, waktu koaguasi akan berkurang dan mendapat tambahan
plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progresif
selama kala satu peralinan sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini bukan
merupakan indikasi terjadinya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali ke kadaan
semula. Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun scera mencolok
pada persalinan dengan penyulit atau persalinan lama. Hal ini disebabkan oleh
kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk
penapisan ibu yang menderita diabetes melitus akan memberikan hasil yang tidak
tepat dan tidak akurat.
9. Kontraksi Uterus
kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitoksin.
Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah, kontraksi yang kuat
dan lama membuat uterus mendorong janin ke bawah, sedangkan uterus bagian
bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segemn atas rahim, sehingga
menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Hubungan kerjasama antara
uterus bagian atas dan uterus bagian bawah disebut polaritas.
10. Perubahan pada segmen rahim dan segmen bawah rahim
Pada uterus bagian atas terbentuk segmen atas rahim (SAR) dengan sifat otot yang
lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan
memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai isthmus uteri, sedangkan segmen
bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara isthmus dengan
serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak terdapat
otot yang melingkar dan memanjang.
11. Perubahan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik
oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari
SBR. Bentuk serviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas dan
mmbentuk OUE sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit. Ibu bersalin akan
mengeluarkan lendiri yang bercampur darah. Lendiri berasal dari lendir serviks
karena serviks membuka dan mendatar, sedangkan darah, berasal dari pembuluh
kapiler yang berada pada kanalis servikalis.
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada serviks :
1. Pendataran servik disebut juga penipisan servik adalah pemendekan saluran
servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas. Proses ini terjadi dari atas kebawah sebagai hasil dari aktivitas
miometrum. Serabut-serabut otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os eksternum tidak
berubah.
2. Pembukaan servik. Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta
tekanan yang berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah janin.
Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan yang efisien. Pada
primigravida pembukaan di dahului oleh pendataran servik, sedangkan pada
multigravida pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran.
Dari pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap.
Kala ini dibagi menjadi 2 fase yaitu : fase laten dan aktif. Fase aktif terdiri atas 3
fase, yaitu akselerasi, kemajuan maksimum dan deselerasi.
12. Pembukaan ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE. Pembesaran atau
pelebaran OUE karena otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk
dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan
tetapi juga karena tekanan isi uterus, yaitu penurunan bagian terendah dan kantong
amnion. Pada primigravida dimulai dari OUI terbuka lebih dahulu kemudian
diikuti oleh OUE membuka pada saat persalinan terjadi, sedangkan pada
multigravida OUI dan OUE membuka secara bersama-sama pada saat persalinan
terjadi.
13. Blood show
Blood show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri atas sedikit lendiri yang
becampur darah, lendiri ini berasal dari ekstruksi lendiri yang menyumbat kanalis
servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua vera yang
lepas.
14. Pecahnya selaput ketuban
Adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selapus korion yang
menempel pada uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang
berisi cairan yang menonjol ke OUI yang terbuka. Cairan ini terbagi dua, yaitu
fore water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar
tidak terlepas seluruhnya. Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan
keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta
terganggu. Hal ini akan menyebabkan fetus kekurangan oksigen.
C. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin
Ibu bersalin tidak hanya mengalami perubahan fisik tetapi juga perubahan psikologis.
Untuk dapat membantu ibu agar mempunyai pengalaman bersalin yang
menyenangkan maka bidan harus dapat memfasilitasi setiap perubahan yang terjadi.
Kehadiran pendamping persalinan dan dukungan dari penolong persalinan akan
sangat memabantu ibu untuk menjalani persalinan dengan menyenangkan . perubahan
psikologis sering dialami oleh ibu bersalin dan merupakan hal yang wajar. Apabila
ibu bersalin tidak mampu beradaptasi dengan perubahan psikologi maka dapat
memberikan efek jangka panjang dan berlanju pada gangguajnn psikologi yang lebih
berat. Kenyataan yang ada di lapangan tenaga kesehatan sering mengabikan
permasalahan psikologis yang berkaitan dengan perubahan psikologis.
Perubahan psikologis pada kala 1 dipengaruhi oleh :
1. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
2. Penerimaan kehamilan
3. Pengalaman sebelumnya
4. Kesiapan emosional ibu
5. Dukungan (Bidan, suami, keluarga, sistem kesehatan)
6. Lingkungan
7. Mekanisme koping
8. Budaya
Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada ibu bersalin, terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan, antara lain :
Kontraksi uterus menimbulkan efek nyeri pada ibu selama proses persalinan. Rasa
nyeri dapat juga dipengaruhi oleh kelelehan, keletihan, kecemasan dan rasa takut yang
akan menyebabkan peningkatan nyeri.
D. Tahap Persalinan
a. Kala I
Persalinan kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai
dari his persalianan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap
(Yanti, 2010).
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi :
a) Fase Laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 – 3 cm
yang membutuhkan waktu 8 jam
b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu 6 jam
yang terbagi lagi menjadi :
1) Fase Accelerasi (Fase percepatan), dari pembukaan 3 cm – 4 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
2) Fase Dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
3) Fase Decelarasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm – 10 cm
yang dicapai dalam 2 jam (Yanti, 2010).
E. Sistem Persalinan
Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran jika
ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya. Oleh karena itu,
penting sekali bagi perawat untuk menanyai wanita apa yang ia harapkan agar tidak
terjadi salah pengertian atau menganjurkan klien bertanya kepada tenaga kesehatan
tentang suatu masalah. Berikut adalah kekhawatiran yang sering di utarakan wanita
ayng bersalin : “apakah bayi saya akan baik-baik saja?”, “apakah saya dapat bertahan
dalam persalinan ini?”, “apakah persalinan saya akan berlangsung lama?”,
“bagaimana saya harus bertindak?”, “apakah saya memerlukan obat?”, “apakah itu
akan berkhasiat?”, “apakah saya/ada seseorang yang akan mendukung saya?”,
“apakah saya perlu mendapat IV, atau enema, dsb?”.
Tanggung jawab perawat terhadap wanita yang sedang bersalin adalah
menjawab pertanyaan-pertanyaannya atau berupaya mencari jawab untuknya,
memberi klien atau keluarga/orang terdekat klien itu dukungan, merawat klien
bersama dengan orang yang diinginkan wanita itu untuk menjadi pendukungnya, dan
menjadi penasihatnya. Perawat menjelaskan kepada wanita itu bahwa ia tidak
diharapkan memperlihatkan sikap khusus dan pengharapan yang harus dimilikinya
ialah bahwa ia akan memperoleh seorang bayi.
Ayah, pelatih, atau orang terdekat lain juga mengalami stres selama
persalinan. Perawat dapat membantu dan mendukung mereka dengan mengetahui
kebutuhan dan harapan mereka dan membantu meraka mencapai hal tersebut. Apa
peran yang diharapkan orang itu? Apakah ia tampak gelisah, cemas, agresif, atau
bersikap bermusuhan? Apakah ia menonton televisi, tidur, atau tinggal di luar kamar
dan tidak memperhatikan wanita itu? Apakah ia menyentuh wanita itu? Apakah
pasangan wanita itu menghadiri kelas-kelas persalinan? Perawat memastikan peran
yang harus dipenuhi oleh orang terdekat wanita tersebut dan apakah ia siap untuk hal
itu? Perawat harus sensitif terhadap kebutuhan dan memberi dukungan pengajaran
yang tepat.
F. Faktor Budaya
Adalah penting untuk mengetahui latar belakang etnik/budaya wanita untuk
mengantisipasi intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau
dihilangkan dalam rencana perawatan individu. Apabila suatu permintaan khusus
bertentangan dengan protokol yang ada, wanita harus dianjurkan untuk bertanya
kepada pemberi jasa kesehatan untuk menulis permintaan khusus itu. Contohnya,
pada beberapa budaya, sudah merupakan tradisi untuk membawa plasenta pulang ke
rumah; sedangkan pada budaya lain wanita wanita hanya diberi makanan bergizi
tertentu selama bersalin.
Dalam budaya, wanita diajarkan cara berperilaku “yang benar” selama
bersalin. Perilaku-perilaku ini dapat berupa sikap diam secara total sampai mengeluh
atau menjerit. Apabila pendamping wanita itu adalah ibunya sendiri, ia diharapkan
lebih dapat “menahan diri” daripada jika pendampingnya adalah ayah sang bayi. Ia
akan mengangap dirinya gagal atau suskse berdasarkan kemampuannya mengikuti
“standar” perilaku. Seorang wanita ayng mengeluh selama kontrasi mungkin tidak
merasakan nyeri seberat wanita yang berusaha tetap diam selama kontraksi.
Aspek sosial-budaya pengalaman nyeri
POSISI ALASAN/RASIONALISASI
5. Faktor-faktor Psikososial
Penampilan dan prilaku wanita serta pasanganya secara keseluruhan
merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan
faktor-faktor yang perlu dikaji mencakup hal-hal berikut.
Interaksi verbal. Apakah wanita itu bertanya? Dapatkah ia meminta apa yang
ia perlukan? Apakah pasangannya mengambil alih semua pembicaraan? Apakah
wanita berbicara kepada orang-orang yang mendukungnya? Apakah ia bebucara
bebas dengan perawat atau hanya berespons terhadap pertanyaan yang di ajukan ?
Bahasa tubuh. Apakah ia tmpak santai atau tegang? Sejauh mana tingkat
kecemasannya? Bagaimana ia bereaksi terhadap sentuhan perawat?
Pendukungnya ? apakah ia mengubah posisi atau berbaring diam dengan kaku ?
apakah ia menghindari kontak mata ? dimana pasangannya duduk ? Apakah ia
tampak letih ? Berapa banyak ia beristirahat dalam beberapa hari terakhir?
Kemampuan persepsi. Apakah ia memahami apa yang perawat katakan?
Adakah hambatan dalam bahasa? Apakah tingkat kecemasannya membuatnya
membutuhkan penjelasan berulang-ulang? Dapatkah ia mengulang kembali apa
yang di sampaikan kepadanya atau apakah ia tampak mengerti?
Tingkat ketidaknyamanan. Sejauh mana wanita itu mengekspresikan apa yang
ia alami? Bagaimana ia bereaksi terhadap kontraksi? Apakah ada tanda-tanda non-
verbal terhadap rasa nyeri yang dialaminya? Apakah ia mengeluh tentang
perawatannya? Mengeluh pada pasangannya? Mampukah ia meminta suatu
tindakan untuk mengurangi rasa ketidaknyamannya?.
Cuci tangan
Wanita dalam posisi telentang dengan satu bantal dibawah kepala dan
lutut sedikit ditekuk.
Sisipkan sebuah gulungan handuk kecil dibawah paha kanan wanita untuk
mendorong uterus kekiri, menjauhi pembuluh-pembuluh darah besar
(mencegah sindrom hipotensi supine. (gambar 12-8)
1. Tentukan bagian janin yang ada di pundus. Kepala teraba bulat, keras,
mudah digerakan, dapat diraba Karena adanya ballottement, bentuk
bokong teraba tidak berbenturan dan lebih lunak (tentukan letak [
memanjang atau melintang ] dan persentasi janin [vertex atau
bokong] (gambar 12-3)
2. Gunakan salah satu telapak tangan untuk mencari dann meraba kontur
cembung rata punggung janin dan bagian yang tidak rata, yang
menunjukan bagian-bagian kecil (kaki, tangan, siku). Tindakan ini
membantu menentukan presentasi janin (gambar 12-3)
3. Dengan tangan kanan, tentukan bagian janin yang telah memasuki
pintu atas ke panggul sejati. Dengan hati-hati, pegang bagian bawah
uterus diantara ibu jari dan jari-jari dan tekan sedikit (gambar 12-3).
Apabila kepala masuk lebih dulu dan belum engaged, tentukan sikap
kepala.
4. Sekarang menghadap kea rah kiri wanita. Dengan menggunakan
kedua tangan, kenali batas luar kepala janin (gambar 12-3) dengan
telapak tangan dan ujung-ujung jari.
Apabila bagian terbawah telah turun jauh kebawah, maka yang teraba
hanya sebagian kecil saja.
Palpasi bagian kepala yang menonjol akan memabantu dalam menentukan
sikap kepala.
Apabila bagian kepala yang menonjol ditemukan pada sisi yang sama
dengan bgaian kecil, berarti kepala dalam keadaan fleksi dan presentasi
adalah vertex (gambar 12-3). Apabila bagian kepala yang menonjol pada
sisi yang sama dengan punggung, maka kepala berada dalam sikap
ekstensi.
Cuci tangan
Catat PMI DJJ dengan menggunakan peta dua garis untuk menunjukan
empat kuadran abdomen ibu, kuadran kanan atas (KKaA), kuadran kiri
atas (KKia), kuadran kiri bawah (KKiB), dan kuadran kanan bawah
(KKaB) :
KKaA KKiA
KKaB KKiB
Umbilikus merupakan titik tempat kedua garis bertemu. PMI janin pada
presentasi vertex, dalam sikap fleksi dengan punggung pada sisi kanan
ibu, umumnya, ditemukan pada kuadran kanan bawah ibu dan dicatat
dengan sebuah “X” atau dengan DJJ sebagai berikut :
Atau
x 140
harus diketahui apakah ukuran manset lengan alat pengukur tekanan darah
yang dipakai sesuai untuk wanita itu ; kemudian tekanan darah harus
diukur kembali 30 menit kemudian untuk memperoleh sata setelah wanita
berelaksasi. Wanita juga dianjurkan untuk berbaring miring dan tidak
terlentang untuk mencegah hipotensi supine dan distress janin (lihat
gambar 12-8). Suhu dipantau untuk mengetahui adanya tanda – tanda
infeksi.
Gambar 12-4
Penurunan kepala
- Stasiun Nullpara :0 Sekitar +1 sampai +2 sampai +3
bagian +2cm
presentasi Multipara : 0 sampai Sekitar +1 sampai +2 sampai +3
-2 cm +2cm
Show
- Warna Rabas kecoklatan, Lendir bewarna Lendir mengandung
sumbatan lendir atau merah muda sampai darah
lendir berwarna lendir yang
pucat, merah muda mengandung darah
- Jumlah Sedikit Sedikit sampai Banyak
sedang
Perilaku dan Tegang;pikiran Menjadi lebih serius, Nyeri semakin berat,
penampilan terpusat pada diri ragu-ragu akan nyeri punggung
sendiri, persalinan, kemampuannya umumnya timbul,
dan bayi; dapat mengendalikan nyeri, merasa frustasi, takut
menjadi banyak semakin khawatir; kehilangan kendali,
bicara atau diam, ingin ditemani dan tampak mudah
tenang atau tegang; diberi semangat; marah; komunikasi
khawatir; nyeri dapat perhatian lebih ke tidak jelas; amnesia
di atasi dengan cukup arah diri sendiri; di antara waktu
baik; siaga, segera tampak letih; mulai kontraksi; mual dan
mengikuti petunjuk; sulit mengikuti muntah, terutama
terbuka terhadap petunjuk terjadi hiperventilasi;
instruksi hiperestesia; pucat di
sekitar mulut, dahi
dan bibir atas
berkeringat; paha
gemetar; ingin buang
air besar, tekanan
pada anus
8. Pemeriksaan Dalam
Warna. Cairan amnion dalam kondisi normal pucat dan berwarna seperti
jerami dan dapat mengandung serpihan verniks kaseosa. Apabila cairan
amnion berwarna coklat kehijauan, janin biasanya mengalami hipoksia yang
menyebabkan relaksasi sfingter ani dan keluarnya produk sampingan
pencernaan janin didalam uterus, yang diisebut mekonium. Cairan amnion
yang berwarna kekuningan menunjukkan adanya hipoksia janin yang terjadi
36 jam atau lebih sebelum ketuban pecah, penyakit hemolisis janin atau
infeksi intrauterin. Cairan amnion yang bercampur mekonium dapat
merupakan hal yang normal pada presentasi sungsang akibat tekanan pada
rektum selama proses penurunan. Cairan amnion yang berwarna anggur
minuman (kemerahan) dapat menunjukan plasenta lepas dini (abrupsio).
Karakter. Cairan amnion dalam keadaan normal mempunyai konsistensi
seperti air dan baunya tidak menyengat. Apabila cairan menjadi kental atau
berbau atau tidak enak maka perlu dicurigai adnaya infeksi.
Jumlah. Dalam keadaan normar, folume cairan amnion berkisar antara 500
sampai 1.200 ml.kebannyakan cairan amnion ini berasal dari aliran darah ibu
ditambah urine janin.
1. Pemeriksaan awal
1) Gangguan komunikasi verbal yang b.d
Hambatan bahasa asing
2) Ansietas yang b.d
Kurangnya pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik
Belum berpengalaman atau tidak mengikuti kelas persiapan untuk
orang tua
3) Resiko tinggi cidera yang b.d
Tidak dilakukannya pemeriksaan darah dan urine antenatal
2. Pemeriksaan selanjutnya
1) Nyeri yang b.d
Kontraksi yang kuat
2) Deficit volume cairan yang b.d
Kurangnya masukan cairan
3) Gangguan mobilitas fisik yang b.d
Status selaput ketuban
Pemantauan janin
4) Perubahan pola pengeluaran urine yang b.d
Kurangnya masukan cairan
Cairan IV
Tirah baring
Analgesia
Anastesia
Eliminasi :
Berkemih Anjurkan berkemih sekurang- Kandung kemih yang penuh
kurangnya setiap dua jam menghambat penurunan bagian
presensi; distensi
Eliminasi fekal Setelah diperiksa dengan teliti, Menghindari salah persepsi tekanan
biarkan wanita berjalan sendiri rektum oleh bagian presentasi sebagai
ke kamar mandi atau tawarkan kebutuhan untuk BAB
bedpan
Riwayat kasus.
Paula Jones, usia 24 tahun, gravida dua, para 1-0-0-1 dengan gestasi 39 minggu,
masuk ke bangsal kebidanan. Dari data pengkajian diperoleh data : dilatsi serviks
5cm, penipisan 60%, stasiun -2. Kontraksi uterus berlangsung setiap empat sampai
lima menit selama 40 sampai 60 detik dengan kekuatan sedang. Tanda-tanda vital ibu
berada dalam btas normal dan janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132
kali/menit. Paula mengatakan ia merasa cemas tentang persalinannya dan merasa
nyeri selama kontraksi.
TANDA-TANDA INTERVENSI
Denyut Jantung janin Yang Mengkhawatirkan Beritahu pemberi jasa kesehatan.
Bradikardi janin (DJJ < 110 denyut/menit selama Ubah posisi ibu ke posisi berbaring
> 2 menit). miring.
DJJ tidak regular, ritme sinus abnormal pada Tambah cairan IV, jika diinfus.
monitor internal. Mulai berikan IV jika ibu tidak diinfus.
Variabilitas DJJ terus menurun. Berikan oksigen 10 sampai 12 L/menit
DJJ tidak ada. dengan masker muka yang ketat.
Relaksasi Uterus Tidak Adekuat
Tekanan intrauteri > 75 mmHg (oleh IUPC). Beritahu pemberi jasa kesehatan.
Kontraksi terus-menerus selama > 90 detik. Hentikan oksitosin (Pitocin), jika
Interval kontraksi < 2 menit. diinfus.
Minta wanita mengambil posisi miring.
Tingkatkan kecepatan infus cairan IV.
Beri oksigen 10 sampai 12 L/menit
dengan menggunakan pelindung
muka yang dipasang ketat.
Apabila belum dipasang IV, pasang
infus IV sekarang.
Palpasi dan evaluasi kontraksi.
Beri tokolitik (terbutalin, ritodrin) sesuai
program.
Perdarahan perVagina
Perdarahan vagina (merah terang, merah tua, atau Beritahu pemberi jasa kesehatan.
jumlah melebihi darah yang diperkirakan Antisipasi persalinan sesaria darurat.
keluar saat dilatasi serviks normal).
Perdarahan vagina terus-menerus disertai
perubahan DJJ.
Nyeri mungkin ada, mungkin tidak.
Infeksi
Cairan amnion berbau tidak sedap. Beritahu pemberi jasa kesehatan.
Temperature ibu > 100,40 Fahrenheit (380 Lakukan upaya untuk menurunkan suhu
Celsius) meskipun hidrasi cukup (urine wanita yang sedang melahirkan.
berwarna jerami). Mulai hidrasi IV.
Takikardi janin > 160 denyut/menit selama > 2 Kirim specimen urine yang diperoleh
menit. menggunakan kateter ke
laboratorium untuk diurinalisis dan
sampel cairan amnion untuk
dikultur.
Prolaps Tali Pusat
Bradikardi janin disertai berbagai deselerasi Minta bantuan
selama kontraksi uterus. Segera beritahu pemberi jasa kesehatan.
Wanita mengatakan bahwa ia merasa ada tali Kenakan sarung tangan segera dan
pusat setelah selaput ketuban pecah. masukan dua jari ke dalam vagina
Tali pusat terlihat atau terasa atau menonjol dari sampai serviks. Dengan satu jari
vagina. pada masing-masing sisi tali pusat
atau kedua jari pada satu sisi, dorong
ke atas pada bagian presentasi untuk
meredakan tekanan pada tali pusat.
Sisipkan gulungan handuk pada paha
kanan wanita.
Tempatkan wanita pada posisi
Trendelenburg yang ekstrem atau
posisi Sim yang dimodifikasi atau
posisi lutut-dada.
Apabila tali pusat menonjol dari vagina,
bungkus dengan longgar dengan
menggunakan handuk steril yang
dibasahi normal salin steril.
Beri wanita oksigen dengan dengan
menggunakan masker 10 sampai 12
L/menit sampai persalinan selesai.
Mulai beri cairan IV atau tingkatkan
kecepatan infus.
Terus pantau denyut jantung janin, jika
memungkinkan dengan
menggunakan elektroda pada kulit
kepala janin.
Jelaskan kepada wanita dan
pendukungnya apa yang terjadi dan
apa yang sedang dilakukan.
Pengetauan yang mendalam tentang teknik bernapas dan relaksasi untuk membantu
wanita dan pasangannya menghadapi persalinan. Perawat perlu melakukan tindakan-tindakan
yang membantu memberikan rasa nyaman, seperti memberikan kompres hangat pada
punggung bawah, lap dingin pada dahi, dan suhu kamar disesuaikan dengan kenyamanan
wanita yang sedang melahirkan. Efek hawthorne adalah “ fenomena yang terjadi, jika
seseorang, yang merasakan nyeri mulai merasa lebih nyaman saat perawat berbicara dengan
lembut untuk melegakan hati, menepuk-nepuk bantal, dan berjanji untuk tetap dekat
dengannya. Dukungan positif, terutama dari seseorang yang berwenang, menambah
kemampuab pasien dalam mengatasi stres”(jimenez,1983).
Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman berbeda-beda tergantung situasi.
Perawat dapat menggunkan cara yang dilakukan oleh pasangan, yang ia pelajari selama masa
hamil. Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman dapat berupa upaya mencipkan suasana
yang nyaman dalam kamar beralin; memberi sentuhan; memberi penganan nyeri
nonfarmakologi, dan memberi analgesia, jika diperlukan, tetapi yang paling penting ialah
untuk perawat “berada di sisi klien”.
Kamar bersalin harus terang dan berudara segar, tetapi lampu kepala yang terang
perlu dimatikan, jika tidak diperlukan. Kamar harus cukup luas supaya dapat memuat kursi
yang nyaman untuk pasangan wanita, peralatan monitor dan personil rumah sakit. Di
beberapa rumah sakit, pasangan dianjurkan membawa bantal tambahan untuk membantu
menciptakan suasana seperti di rumah sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Damayanti,Ika Putri,dkk.2014.Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir.Yogyakarta:Deepublish.
Armawan, Edwin. 2002. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :GM