Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

MATERI

PERSALINAN KALA 1

Disusun oleh :

I Gusti Ayu Oktapiyani

Monica Marcela

Niki Amalia

Nurmaulidinia

Putri Alfiyah Munif

Taufik Azhari

Vera Fitriana

Yola Nurpratiwi

KEPERAWATAN 5A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

2017/2018
Konsep Dasar Persalinan Kala I

A. Pengertian
Kala 1 adalah kala yang bermulai dari adanya HIS (kontraksi) yang teratur
sampai adanya pembukaan serviks sampai lengkap. (Damayanti, 2014)
Tahap peratama persalinan di mulai dari kontraksi uterus yang teratur dan
diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Perawatan dimulai ketika wanita melaporkan
salah satu atau lebih hal-hal berikut.
 Awitan kontraksi uterus yang progresif,teratur,yang meningkat
kekuatan,frekuensi,dan durasinya.
 Rabas vagina yang mengandung darah (bloddy show)
 Rabas cairan dari vagina (selaput ketuban pecah spontan)
B. Perubahan Fisiologis.
1. Tekanan darah
Selama kontraksi, tekanan darah meningkat dengan kenaikan sistolik rata-rata
sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Di antara
kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelumnya masuk persalinan
dan akan naik lagi bila terjadi kontraksi. Untuk memastikan tekanan darah yang
sesungguhnya, perawat dapat melakukan pengukuran di antara kontraksi. Ibu
bersalin yang mengalami ketakutan/khawatir, dapat mengalami peningkatan
tekanan darah, untuk itu pertimbangkan memberikan dukungan emosional
sebelum dilakukan pengukuran agar ibu lebih relaks. Selain itu, perlu juga
dilakukan pemeriksaan lainnyauntuk menghilangkan kecurigaan terhadap
preeklamasia.
Pada ibu bersalin dengan posisi tidur terlentang, uterus dan isinya dapat
menekan pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sirkulasi darah
baik untuk ibu maupun janin akan terganggu, dimana ibu dapat mengalami
hipotensi dan berdampak pada janin, menjadi asfiksia.
2. Suhu Tubuh
Selama persalinan, suhu tubuh akan sedikit meningkat, suhu akan meningkat
selama persalinan dan akan segera menurun setelah kelahiran. Kenaikan ini
dianggap normal, jika tidak melebihi 0,5-1°C dan segera menurun setelah
kelahiran, apabila keadaan ini berlangsung lama, kenaikan suhu ini dapat
mengindikasikan terjadinya dehidrasi. Namun apabila selaput ketuban sudah
pecah, mungkin ini merupakan tanda infeksi.
3. Denyut Jantung
Selama kontraksi akan terjadi kenaikan frekuensi denyut jantung secara mencolok.
Denyut jantung di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode
persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini menggambarkan bahwa selama
persalinan terjadi kenaikan denyut jantung yang sedikit merupakan keadaan yang
normal, namun perlu adanya pemeriksaan lain untuk menghilangkan kecurigaan
terhadap kemungkinan infeksi.
4. Pernapasan
Sebelum persalinan, terjadi kenaikan frekuensi pernafasan karena adanya rasa
nyeri, kekhawatiran serta tekhnik pengaturan pernafasan yang tidak benar. Untuk
itu, Bidan perlu mengajarkan pada ibu mengenai teknik pernafasan (untuk
menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh adanya perasaan pusing.
5. Perubahan Metabolisme
Selama persalinan metabolisme karbohidrat baik aerobik maupun anaerobik akan
naik secara perlahan, hal ini dapat disebabkan karena kecemasan serta kegiatan
otot kerangka tubuh. Peningkatan metabolisme tubuh dapat terlihat dari kenaikan
suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, cardiak output dan kehilangan cairan.
6. Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat dapat berkurang
akan menyebabkan pencernaan hampir berhenti selama persalinan dan
menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat menimbulkan
ketidaknyamanan. Oleh karena itu, ibu dianjurkan untuk tidak makan terlalu
banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum semuanya untuk
mempertahankan energi dan hidrasi.
7. Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh cardiac output
yang meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomerulus serta aliran plasma ke
renal. Poliuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai efek
mengurangi aliran urin selama kehamilan. Kandung kemih harus sering dikontrol
(setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian terendah
janin dan trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urin setelah
melahirkan. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,
keadaan ini lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama atau pada
kasus preeklampsia.
8. Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gr/100 ml slama persalinan dan kembali seperti
sebelum persalinan segera setelah persalinan. Apabila tidak terjadi kehilangan
darah selama persalinan, waktu koaguasi akan berkurang dan mendapat tambahan
plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkat secara progresif
selama kala satu peralinan sampai dengan akhir pembukaan lengkap, hal ini bukan
merupakan indikasi terjadinya infeksi. Setelah itu turun lagi kembali ke kadaan
semula. Gula darah akan turun selama persalinan dan akan turun scera mencolok
pada persalinan dengan penyulit atau persalinan lama. Hal ini disebabkan oleh
kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh. Penggunaan uji laboratorium untuk
penapisan ibu yang menderita diabetes melitus akan memberikan hasil yang tidak
tepat dan tidak akurat.
9. Kontraksi Uterus
kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitoksin.
Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar ke bawah, kontraksi yang kuat
dan lama membuat uterus mendorong janin ke bawah, sedangkan uterus bagian
bawah pasif hanya mengikuti tarikan dan segemn atas rahim, sehingga
menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Hubungan kerjasama antara
uterus bagian atas dan uterus bagian bawah disebut polaritas.
10. Perubahan pada segmen rahim dan segmen bawah rahim
Pada uterus bagian atas terbentuk segmen atas rahim (SAR) dengan sifat otot yang
lebih tebal dan kontraktif. Pada bagian ini terdapat banyak otot serong dan
memanjang. SAR terbentuk dari fundus sampai isthmus uteri, sedangkan segmen
bawah rahim (SBR) terbentang di uterus bagian bawah antara isthmus dengan
serviks, dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak terdapat
otot yang melingkar dan memanjang.
11. Perubahan serviks
Pada akhir kehamilan otot yang mengelilingi ostium uteri internum (OUI) ditarik
oleh SAR yang menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari
SBR. Bentuk serviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas dan
mmbentuk OUE sebagai ujung dan bentuknya menjadi sempit. Ibu bersalin akan
mengeluarkan lendiri yang bercampur darah. Lendiri berasal dari lendir serviks
karena serviks membuka dan mendatar, sedangkan darah, berasal dari pembuluh
kapiler yang berada pada kanalis servikalis.
Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada serviks :
1. Pendataran servik disebut juga penipisan servik adalah pemendekan saluran
servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir
setipis kertas. Proses ini terjadi dari atas kebawah sebagai hasil dari aktivitas
miometrum. Serabut-serabut otot setinggi os servik internum ditarik keatas dan
dipendekkan menuju segmen bawah uterus, sementara os eksternum tidak
berubah.
2. Pembukaan servik. Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta
tekanan yang berlawanan dari kantong membran dan bagian bawah janin.
Kepala janin saat fleksi akan membantu pembukaan yang efisien. Pada
primigravida pembukaan di dahului oleh pendataran servik, sedangkan pada
multigravida pembukaan servik dapat terjadi bersamaan dengan pendataran.
Dari pembukaan 0 sampai pembukaan lengkap.
Kala ini dibagi menjadi 2 fase yaitu : fase laten dan aktif. Fase aktif terdiri atas 3
fase, yaitu akselerasi, kemajuan maksimum dan deselerasi.
12. Pembukaan ostium uteri internum dan ostium uteri eksternum
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena membesarnya OUE. Pembesaran atau
pelebaran OUE karena otot yang melingkar di sekitar ostium meregang untuk
dapat dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena penarikan SAR akan
tetapi juga karena tekanan isi uterus, yaitu penurunan bagian terendah dan kantong
amnion. Pada primigravida dimulai dari OUI terbuka lebih dahulu kemudian
diikuti oleh OUE membuka pada saat persalinan terjadi, sedangkan pada
multigravida OUI dan OUE membuka secara bersama-sama pada saat persalinan
terjadi.
13. Blood show
Blood show adalah pengeluaran dari vagina yang terdiri atas sedikit lendiri yang
becampur darah, lendiri ini berasal dari ekstruksi lendiri yang menyumbat kanalis
servikalis sepanjang kehamilan, sedangkan darah berasal dari desidua vera yang
lepas.
14. Pecahnya selaput ketuban
Adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya selapus korion yang
menempel pada uterus, dengan adanya tekanan maka akan terlihat kantong yang
berisi cairan yang menonjol ke OUI yang terbuka. Cairan ini terbagi dua, yaitu
fore water dan hind water yang berfungsi untuk melindungi selaput amnion agar
tidak terlepas seluruhnya. Bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebut akan
keluar, sehingga plasenta akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta
terganggu. Hal ini akan menyebabkan fetus kekurangan oksigen.
C. Perubahan Psikologis pada Ibu Bersalin
Ibu bersalin tidak hanya mengalami perubahan fisik tetapi juga perubahan psikologis.
Untuk dapat membantu ibu agar mempunyai pengalaman bersalin yang
menyenangkan maka bidan harus dapat memfasilitasi setiap perubahan yang terjadi.
Kehadiran pendamping persalinan dan dukungan dari penolong persalinan akan
sangat memabantu ibu untuk menjalani persalinan dengan menyenangkan . perubahan
psikologis sering dialami oleh ibu bersalin dan merupakan hal yang wajar. Apabila
ibu bersalin tidak mampu beradaptasi dengan perubahan psikologi maka dapat
memberikan efek jangka panjang dan berlanju pada gangguajnn psikologi yang lebih
berat. Kenyataan yang ada di lapangan tenaga kesehatan sering mengabikan
permasalahan psikologis yang berkaitan dengan perubahan psikologis.
Perubahan psikologis pada kala 1 dipengaruhi oleh :
1. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi dsb)
2. Penerimaan kehamilan
3. Pengalaman sebelumnya
4. Kesiapan emosional ibu
5. Dukungan (Bidan, suami, keluarga, sistem kesehatan)
6. Lingkungan
7. Mekanisme koping
8. Budaya

Beberapa permasalahan yang dapat terjadi pada ibu bersalin, terutama bagi ibu yang
pertama kali melahirkan, antara lain :

1. Ibu dalam menghadapi persalinan sering memikirkan antara lain apakah


persalinan akan berjalan normal atau lancar
2. Kekhwatiran, apakah anak lahir sehat atau tidak
3. Kekhawatiran anak lahir cacat
4. Takut dan ragu-ragu akan persainan yang akan dihadapi.
5. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam menolongnya
6. Apakah ia sanggup merawat bayinya.

Masalah psikologis yang mungkin terjadi :

1. Kecemasan menghadapi persalinan


Intervensinya :
Kaji penyebab kecemasan, orientasikan lingkungan tem pat bersalin kepada ibu,
pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan pada ibu mengeenai teknik-
teknik relaksasi, pengaturan nafas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi
uterus.
2. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan
Intervensinya :
Kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan
pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.
3. Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala 1 fase aktif)
Intervensinya :
Berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu
mendampingi selama proses persalinan berlangsung

Rasa sakit/nyeri (pain relief)

Kontraksi uterus menimbulkan efek nyeri pada ibu selama proses persalinan. Rasa
nyeri dapat juga dipengaruhi oleh kelelehan, keletihan, kecemasan dan rasa takut yang
akan menyebabkan peningkatan nyeri.
D. Tahap Persalinan
a. Kala I
Persalinan kala I atau kala pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai
dari his persalianan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap
(Yanti, 2010).
Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi :
a) Fase Laten, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 – 3 cm
yang membutuhkan waktu 8 jam
b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu 6 jam
yang terbagi lagi menjadi :
1) Fase Accelerasi (Fase percepatan), dari pembukaan 3 cm – 4 cm yang
dicapai dalam 2 jam.
2) Fase Dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm – 9 cm yang dicapai
dalam 2 jam.
3) Fase Decelarasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm – 10 cm
yang dicapai dalam 2 jam (Yanti, 2010).
E. Sistem Persalinan
Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran jika
ditanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya. Oleh karena itu,
penting sekali bagi perawat untuk menanyai wanita apa yang ia harapkan agar tidak
terjadi salah pengertian atau menganjurkan klien bertanya kepada tenaga kesehatan
tentang suatu masalah. Berikut adalah kekhawatiran yang sering di utarakan wanita
ayng bersalin : “apakah bayi saya akan baik-baik saja?”, “apakah saya dapat bertahan
dalam persalinan ini?”, “apakah persalinan saya akan berlangsung lama?”,
“bagaimana saya harus bertindak?”, “apakah saya memerlukan obat?”, “apakah itu
akan berkhasiat?”, “apakah saya/ada seseorang yang akan mendukung saya?”,
“apakah saya perlu mendapat IV, atau enema, dsb?”.
Tanggung jawab perawat terhadap wanita yang sedang bersalin adalah
menjawab pertanyaan-pertanyaannya atau berupaya mencari jawab untuknya,
memberi klien atau keluarga/orang terdekat klien itu dukungan, merawat klien
bersama dengan orang yang diinginkan wanita itu untuk menjadi pendukungnya, dan
menjadi penasihatnya. Perawat menjelaskan kepada wanita itu bahwa ia tidak
diharapkan memperlihatkan sikap khusus dan pengharapan yang harus dimilikinya
ialah bahwa ia akan memperoleh seorang bayi.
Ayah, pelatih, atau orang terdekat lain juga mengalami stres selama
persalinan. Perawat dapat membantu dan mendukung mereka dengan mengetahui
kebutuhan dan harapan mereka dan membantu meraka mencapai hal tersebut. Apa
peran yang diharapkan orang itu? Apakah ia tampak gelisah, cemas, agresif, atau
bersikap bermusuhan? Apakah ia menonton televisi, tidur, atau tinggal di luar kamar
dan tidak memperhatikan wanita itu? Apakah ia menyentuh wanita itu? Apakah
pasangan wanita itu menghadiri kelas-kelas persalinan? Perawat memastikan peran
yang harus dipenuhi oleh orang terdekat wanita tersebut dan apakah ia siap untuk hal
itu? Perawat harus sensitif terhadap kebutuhan dan memberi dukungan pengajaran
yang tepat.
F. Faktor Budaya
Adalah penting untuk mengetahui latar belakang etnik/budaya wanita untuk
mengantisipasi intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau
dihilangkan dalam rencana perawatan individu. Apabila suatu permintaan khusus
bertentangan dengan protokol yang ada, wanita harus dianjurkan untuk bertanya
kepada pemberi jasa kesehatan untuk menulis permintaan khusus itu. Contohnya,
pada beberapa budaya, sudah merupakan tradisi untuk membawa plasenta pulang ke
rumah; sedangkan pada budaya lain wanita wanita hanya diberi makanan bergizi
tertentu selama bersalin.
Dalam budaya, wanita diajarkan cara berperilaku “yang benar” selama
bersalin. Perilaku-perilaku ini dapat berupa sikap diam secara total sampai mengeluh
atau menjerit. Apabila pendamping wanita itu adalah ibunya sendiri, ia diharapkan
lebih dapat “menahan diri” daripada jika pendampingnya adalah ayah sang bayi. Ia
akan mengangap dirinya gagal atau suskse berdasarkan kemampuannya mengikuti
“standar” perilaku. Seorang wanita ayng mengeluh selama kontrasi mungkin tidak
merasakan nyeri seberat wanita yang berusaha tetap diam selama kontraksi.
Aspek sosial-budaya pengalaman nyeri

Wanita Bersalin Perawat


persepsi makna
asal : konsep budaya dan pengalaman pribadi Asal : konsep budaya dan pengalaman
tentang nyeri; pribadi tentang nyeri; selain itu, perawat
contoh : menjadi terbiasa menangani renjatan nyeri
nyeri melahirkan tidak dapat dihindari, yang “diharapkan.” Contohnya, dalam
sesuatu yang harus dialami kebidanan, nyeri diharapkan akan meningkat
nyeri melahirkan dapat dihindari sepenuhnya seiring kemajuan persalinan, sifat hilang
nyeri melahirkan merupakan hukuman timbul, dan mempunyai titik akhir; nyeri
terhadap dosa dapat diredakan dengan obat begitu
nyeri melahirkan dapat dikendalikan persalinan dimulai dan janin atau bayi baru
lahir dapat berkoping dengan jumlah dan
eliminasi obat; nyeri juga dapat diredakan,
jika wanita itu memiliki pengetahuan yang
adekuat dan jika keluarga dan teman-
temannya mendukung.
Mekanisme koping
Wanita dapat menunjukkan perilaku-perilaku Perawat dapat berespons dengan :
berikut:  Menggunakan diriny secara efektif;
 Bersikap vokal atau non-vokal; berteriak contohnya, mengatur nada suara,
atau mengeluh atau keduanya dapat mengatur nada suara, mengambil posisi
merupakan respons ritual terhadap nyeri dengan wanita itu, dan menyentuhnya
untuk menyatakan perhatian dan
kepedulian

 Melakukan stimulasi untuk mengurangi  Melakukan tindakan menghindar,


nyeri; contohnya, menggosok, mengabaikan, atau mengalihkan
mengompres dengan air hangat, atau perhatian melindungi diri
memberikan tekanan

 Melakukan teknik relaksasi,  Menggunakan sarana farmokologi


mengalihkan perhatian, autosugesti dengan pertimbangan yang benar
sebagai teknik untuk mengatasi nyeri

 Menolak penggunaan “suntikan” sebagai  Menggunakan tindakan untuk


cara meredakan nyeri mengurangi nyeri
 Mengendalikan keampuhan
pengendalian dan penatalaksanaan nyeri
Harapan pihak lain
 Perawat dipandang sebagai individu  Hanya menerima perilaku verbal atau
yang akan menerima ungkapan nyeri dan non-verbal, tertentu sebagai respons
bertindak sebagai penasihat terhadap nyeri

 Personel medis diharapkan dapat  Pasangan yang mempersiapkan diri


membebaskan wanita dari segala rasa untuk menghadapi persalinan mungkin
nyeri menolak pengobatan dan ingin
“melakukan segala sesuatu sendiri”

 Perawat diharapkan bersikap menaruh  Definisi wanita tentang nyeri mungkin


perhatian, lembut, ramah, dan menerima tidak dapat diterima; yaitu, wanita
perilaku yang muncul mungkin berharap mengalami dan
berperan dalam mengendalikan nyeri
atau mungkin tidak dapat menerima
nyeri sebagai hal yang semestinya

G. Pemenuhan Kebutuhan Fisik dan Psikologis Ibu dan keluarga


Untuk dapat memberikan kepuasan terhadap pelayanan bidan dan pengalaman
melahirkan yang menyenangkan, maka bidan harus dapat memenuhi kebutuhan ibu
baik fisik maupun psikologis.
1. Pemenuhan kebutuhan Fisik
Pemenuhan kebutuhan fisik selama persalinan kala satu meliputi pemenuhan
nutrisi dan keseimbangan, kebersihan dan kenyamanan, posisi, kontak fisik dan
pijatan.
a. Nutrisi dan keseimbangan cairan
Mengizinkan ibu bersalin untuk makan dan minum selama persalinan telah
menjadi aspek controversial selama bertahun-tahun diberbagai bagian dunia.
Studi mutakhir tentang gizi selama persalinan menunjukkan bahwa bagi ibu
bersalin yang kemungkinannya kecil untuk menjalani anastesi umum, tidak
ada alas an untuk melarang makan dan minum bila ia mau (Grant 1990). Bidan
harus ingat bahwa persalinan membutuhkan energy yang cukup besar. Ibu
bersalin yang tidak makan untuk beberapa waktu, atau yang kurang gizi,
proses persalinan dapat menyebabkan kelelahan fisiologis, dehidrasi dan
ketosis yang menyebabkan gawat janin. Oleh karena itu melarang makan dan
minum dapat menyebabkan bahaya dan dapat menimbulkan masalah baik bagi
ibu maupun bayinya. Efek mengurangi atau mencegah makan dan minum
sering mengakibatkan perlunya pemberian glukosa IV, yang telah terbukti
dapat berakibat negative terhadap janin dan selanjutnya bayi baru lahir
(Laurence, 19982, tarnau-mordi, sahau dkk, 1981, ruter, spenceer dkk, 1980,
lucas, 1980). Efek tersebut disebabkan oleh peningkatan insulin sebagai
respon dari peningkatan kadar glukosa dan bisa mengakibatkan hipogklikemi
pada janin, atau lebih sering terjadi hipoglikemi pada neonatal. Dari
penjelasan diatas dapat dikatakan secara ringkas penelitian menunjukan bahwa
ibu bersalin boleh makan makanan yang mudah dicerna dan rendah lemak
selama persalinanan dan diperbolehkan minum.
b. Kebersihan dan kenyamanan
Ibu bersalin biasanya merasa panan dan banhyak berkeringat, dapat diaatasi
dengan cara :
Menggunakan kipas angin, AC atau kipas biasa, dan menganjurkan ibu untuk
mandi jika ia bisa. Wanita yang sedang bersaliin akan merasa sangat panas
dan berkeringat banyak, karena itu akan sangat mendambakan kesempatan
untuk mandi atau bersiram.
Jika si ibu bisa berdiri ia akan senang bila bisa digosok tubuhnya dengan
spons, khususnya bagian muka dan lehernya dengan air dingin.
Sebuah gaun yang bersih dan adem akan sangat disukai dan sebuah kipas
anagin akan sangat menyejukan. Mulutnya bisa disegarkan dengan jalan
menggosok gigi. Ia mungkin pula ingin mengulum-ngulum es. Ibu bersalin
hendaknya dianjurkan untuk bak sendiri minimal 2 jam sekalim, hal ini selain
untuk tidak menanmbah rasa nyeri pada perut bagian bawah, juga akan
membantu penurunan kepala karena tidak ada hambatan dari kandung
kencing.
c. Posisi
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa
disadari dan mau tak mau harus berlangsung. Untuk memabntu ibu agar tetap
tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan
posisi yang diinginkan oleh ibu dalam persalinannya. Sebaiknya, peranan
bidan adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun yang
dipilihnya, menyarankan alternative hanya apabila tindakan ibu tidak efektif
atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bila ada anggota
keluarga yang hadir untuk melayani sebagai pendukung ibu, maka bidan bisa
menawarkan dukungan pada orang yang mendukung ibu tersebut. Ibu bersslin
harus diberikan kebebasan dalam melakukan gerakan dan memilih posisi yang
nyaman bagi ibu. Dulu ibu bersalin dibatasi hanya berbaring terlentang, tetapi
setelah dilakukan penelitian terbukti bahwa posisi terlentang akan
mengakibatkan berkurangnya aliran darah dari ibu. Pada saat persalinan
sebnernya telah terjadi pengurangan aliran darah plasenta akibat aktfiitas otot
rahm saat kontraksi. Bila ditambah dengan psosi terlnetang akan menimbulkan
bahaya bagi janin. Sebagian besar penelitian menujukan bahwa ibu berrsalin
dalam posisi terlentang akan mengalami rasa nyeri lebih hebat. Selain itu telah
terbukti bahwa ibu yang lebih banyak bergerak dan dibiarkan memilih posisi
yang diinginkan mengalami proses persalinan lebih singkat, dank rang
merasakan nyeri.

POSISI ALASAN/RASIONALISASI

Berdiri, berjalan dan bersandar Efek terhadap persalinan memudahkan


turunnya kepala karena ada gaya gravitasi,
efektif membantu stimuluskontraksi uterus.
Duduk/ setengah duduk Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi
untuk membantu turunnya kepala janin dan
memberikan ibu kesempatan untuk istirahat
diantara kontraksi uterus selain itu lebih
mudah bagi bidan untuk membimbing
kelahiran kepala bayi serta mengamati
prenium
Posisi merangkak Baik untuk persalunan dengan punggung
yang sakit, membantu bayi melakukan
rotasi, peregangan minimal pada prenium
Jongkok Posisi ini memanfaatkan gaya gravitasi
untuk membantu turunnya kepala janin dan
melebarkan rongga panggul serta
memperbesar dorongan untuk meneran
Berbaring miring ke kiri Memberi rasa santai bagi ibu yang letih,
memberi oksigenasi yang baik bagi bayi,
membantu mencegah terjadinya laserasi.
Selain posisi di atas, bila ibu tetap ingin berbaring maka poisikan ibu untuk berbaring
terlentang.
d. Kontak Fisik
Si ibu mungkin tidak ingin bercakap-cakap tetapi ia mungkin akan merasa
nyaman dengan kontak fisik. Partnernya hendaknya didorong untuk mau
berpegangan tangan dengannya, menggosok punggungnya, menyeka wajahnya
dengan spons atau mungkin hanya mendekapnya. Sebagian pasangan suami
istri mungkin ingin mempraktekan dimana partnernya mengelus-elus perut dan
paha wanita atau teknik-teknik lain yang serupa. Mereka yang menginginkan
kelahiran yang aktif bisa mencoba stimulus putting dan klitoris untuk
mendorong pelepasan oksitosin uterus secara alamiah. Hal ini juga akan
merangsang produksi endogenous opiates, yang memberikan sedikit analgesia
alamiah.
e. Pijatan
Wanita yang menderita sakit punggung atau nyeri selama persalinan mungkin
akan merasakan pijatan sangat meringankan. Sebagian wanita mungkin akan
merasakan pijatan luruh perut emang bisa terasa enak, dengan menggunakan
kedua tangan dan melakukan ujung jari menyentuh daerah symphysis pubis,
melintas diatas fundus uterus dan kemudian turun kedua sisi perut.
2. Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Pemenuhan kebutuhan psikologis selama persalinan kala satu meliputi pemenuhan
informasi, mengurangi kecemasan, keikutsertaan dalam perencanaan, berkenalan
dengan para staf, menghadirkan pendamping presalinan.
a. Memberikan Informasi
Idealnya setiap wanita yang hamil haruslah memperoleh kesempatan untuk
membentuk hubungan dengan seorang bidan terntentu agar supaya advis bisa
diberikan secara konsisten dan wanita tersebut akan merasa rileks dan bisa
bebas meminta informasi. Dengan cara demikian setiap wanita akan bisa
mendapatkan informasi sebanyak yang diinginkan.
b. Mengurangi Kecemasan
Meskipun setiap wanita mungkin akan merasa sedikit takut tentang beberapa
aspek dari kehamilan dan persalinan, banyak di antaranya merasa bahwa hal
tersebut tidaklah berdasar.
c. Keikutsertaan dalam Perencanaan
Pasangan-pasangan yang bisa berpartisipasi dalam perencanaan asuhan
mereka dengan cara ini akan merasa bahwa hal tersebut akan dianggap penting
bagi para pemberi asuhan dan akan merasa lebih tenang dalam menghadapi
seluruh pengalaman memasuki rumah sakit. Bidan harus ingat bahwa bagi
pasangan-pasangan muda, sebuah rumah sakit itu bagaikan benda asing,
lingkungan yang belum pernah datang ketempat seperti itu.
d. Berkenalan dengan para staf
Berkenalan dengan staf ruang bangsal persalinan serta melihat-lihat
lingkungannya akan sangat berguna bagi sebagian besar wanita. Jika
penggunaan perlengkapan dijelaskan tertentu akan terasa tidak sperti rumah
sakit dan akan kurang menakutka. Pendekatan tim asuhan dari si pemberi
asuhan kepada setiap wanita agar supaya ia mendapatkan rasa aman bahwa ia
akan bertemu dengan orang-orang yang sudah di kenalnya selama kontak
dengan penyedia jasa persalinannya.
e. Menghadirkan pendamping persalinan
Bidan harus memberikan kesempatan pada ibu bersalin untuk di damping
orang terdekatnya, bisa suami atau ibunya. Banyak penenelitian yang
mendukung kehadiran orang kedua saat persalinan berlangsung, dan telah
terbukti bahwa hal tersebut sangat bermanfaat bagi ibu bersalin.
Berikut ini adalah bukti mannfaat pendamping persalinan berdasarkan penelitian :

1. Memberikan kenyamanan pada saat bersalin ( hodnet 1944, simpkin 1992,


hofmeyr, nikodem,wolman dkk 1991 hemminki, virta, kopponen dkk 1990 )
2. Menimbulkan efek positif terhadap hasil persalinan dalam arti dapat
menurunkan morbiditas, mengurangi rasa sakit, persalinan yang lebih singkat
dan menurunnya persalinan dengan operasi termasuk SC ( hodnett 1997, Klaus,
kennel dan Klaus 1993, kennel dkk 1986. Sosa, kennel dkk 1980).
3. Memberikan rasa nyaman, aman, semangat, dukungan emosional dan dapat
membesarkan hati ibu ( MIDIRS, 1997).
4. Kehadiran perempuan berpengalaman yang secara terus menerus selama
persalinan, namun tidak memberikan pelayanan, hanya memberikan dukungan
emosional terbukti menunjukan proses persalinan yang lebih singkat dan
kemungkinan operasi lebih rendah. ( sosa dan Klaus )
5. Membuat ibu bersalin mengalami hanya sedikit rasa nyeri saat persalinan (
Klaus, kennerl dan Klaus, 1993, niven 1985
6. Memungkinkan ibu mempunyai rasa percaya diri lebih besar untuk bertanya
atau meminta sesuatu secara langsung atau melalui pendamping tersebut.
Dibanyak Negara yang menjadi pendamping persalinan biasanya suami, hal ini masih
dipertentangkan, karena ada pendapat yang menyatakan bahwa kehadiran suami
tersebut tidak membantu, terutama bila tedapat ketegangan di antara mereka ( odent,
1984 ). Tetapi ada juga study yang menunjukan bahwa seorang wanita merasa lebih
nyaman dengan adanya suami saat persalinan. Jadi untuk pendamping persalinan
sebaiknya diserahkan kepada ibu bersalin untuk memilih sendiri.
H. Kapan mulai dirawat
Ibu yang akan melahirkan untuk pertama kali, karena sangat ingin segera
menyelesaikan persalinannya, mungkin akan datang ke rumah sakit pada awal tahap
pertama. Apabila ia tinggal dekat rumah sakit, ia dapat diminta untuk kembali dan
menanti perkembangan lebih lanjut, yaitu jika kontraksinya lebih sering dan kuat atau
aliran darah (show) bertambah banyak. Ia dianjurkan untuk berjalan-jalan, tetapi tidak
dianjurkan untuk minum cairan jernih terlalu banyak. Cairan jernih dianjurkan karena
kerja pencernaan akan sangat melambat selama proses persalinan dan setiap makanan
yang dikonsumsi dapat membuatnya muntah selama periode peralihan atau pada tahap
kedua. Contoh cairan jernih adalah ialah teh manis atau sari buah, seperti apel atau
kranberi. Cairan harus diminum perlahan-lahan dan terus-menerus selama awal
persalinan untuk menghindari rasa mual dan menjadi sumber gizi bagi wanita karena
persalinan akan membakar kalori tambahan.
Kontraksi yang terasa kuat dan teratur, tetapi bukan merupakan kontraksi
persalinan sejati karena tidak menyebabkan dilatasi serviks akan membuat wanita dan
pasangannya kecewa. Akan tetapi, jika wanita itu tinggal jauh dari rumah sakit, ia
dapat masuk ke rumah sakit pada awal persalinan.
I. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian di mulai saat perawat pertama kali kontak dengan wanita, baik
melalui telepon atau bertemu secara langsung. Kebanyakan wanita mula-mula
akan menelpon rumah sakit atau rumah bersalin untuk memastikan apakah sudah
saatnya mereka datang ke rumah sakit. Prilaku seorang perawat dalam
berkomunikasi denga wanita pada kontak peratama dapat memberi wanita itu
kesan positif tidaknya pengalaman melahirkan yag akan ia alami. Apabila
memungkinkan, perawat perlu memegang catatan medis kehamilan ketika
berbicara dengan wanita atau ketika menerimanya untuk mengevaluasi
persalinanya.
Pertama – tama ,faktor-faktor dikaji untuk menetukan apakah wanita sudah
mengalami persalinan sejati dan harus masuk rumah sakit (cunningham
MacDonald, Gant 1993). Apabila seorang pasien menelpon dan belum dapat di
pastikan apakah ia perlu masuk rumah sakit , perawat harus menyarankannya
memanggil seorang pemberi jasa kesehatan atau datang ke rumah sakit.
Apabila wanita datang ke unit prenatal, pengkajian merupakan prioritas utama.
Perawat akan mengkaji sistem secara terinci melalui wawancara, pengkajian fisik,
dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status persalinan wanita itu.
2. Formulir Penerimaan
Formulir penerimaan dapat memberi perawat arahan untuk memperoleh
informasi penting dari seseorang wanita yang akan melahirkan. Sumber informasi
tambahan dapat di peroleh dari :
1. Catatan prenatal
2. Wawancara awal
3. Pemeriksaan fisik untuk mnentukan parameter fisiologis dasar
4. Hasilpemeriksaan laboratorium
5. Faktor-faktor psikososial dan budaya yang diutarakan ,dan
6. Evaluasi klinis satatus persalianan yang berlangsung
Akan lebih baik jika di pakai formulir yang memuat data penerimaan dan data
persalinan.
3. Catatan Prenatal
Perawat yang bertugas di bagian penerimaan meninjau kembali catatan
prenatal untuk mengidentifikasi kebutuhan daan resiko individual wanita itu.
Apabila wanita itu tidak menjalani perawatan prenatal,gali alasan yang mendasari
hal tersebut. Apabila wanita itu merasa tidak nyaman, perawat sebaiknya
menganjurkan pertanyaan di antara kontraksi, ketika wanita itu dapat berkontraksi
dengan lebih baik.
Adalah penting untuk mengetahui usia wanita sehingga perencanaan
perawatan dapat disesuaikan dengan kelompok usianya. Contohnya, wanita yang
berusia 14 dan 40 tahun memeiliki kebutuh spesifik yang berbeda dan usia mereka
memberi resiko masalah yang berbeda juga penting diketahui untuk
mengidentifikasi risiko disproporsi sefalopelvis. Faktor-faktor lain yang perlu
diperhatikan ialah kesehatan umum,kondisi medis atau alergi saat ini status
pernapasan,jenis dan waktu konsumsi makanan padat terakhir,dan riwayat
pembedahan.
Riwatyat obstetri dan kehamilan masa lalu dan saat ini harus dikaji dengan
teliti. Riwayat obstetri yang penting mencakup hal-hal berikut : kehamilan
(graviditas), kelahiran diatas usia viabilitas (sekitar kehamilan 22
minggu),persalinan dan kelahiran preterm, abortus spontan dan abortus
elektif,serta jumlah anak yang hidup (paritas). Masalah obstetri lain yang perlu
diperhatikan ialah : perdarahan, pervaginam, hipertensi akibat kehamilan, enemia,
diabetes kehamilan, infeksi (bakteri atau penyakit menular seksual), dan
imunodefisiensi.
Apabila ini bukan persalianan dan pengalaman melahirkan yang pertama,
penting bagi wanita itu untuk mencatat karakteristik pengalaman sebelumnya
lama persalinan jenis anestesi yang di pakai jenis persalinan (pervaginam spontan,
dengan forsep, vakum atau sesar) merupakan riwayat yang penting. Dalam
mengkaji persalinan yang lampau perawat mencari data yang terkait dengan bayi
(berat,nilai,apgar,dan kesehata umum sewaktu dan sesudah melahirkan). Penting
untuk memastikan tanggal perikaraan partus (TTP) seakurat mungkin. Data lain
yang perlu dicatat pada periode prenatal ialah pola peningkatan berat ibu,
pemerksaan fisiologis,seperti tekanan darah ,denyut jantung janin normal, dan
pemeriksaan laboratorium.pemeriksaan ini mencakup golongan darah dan faktor
Rh, hitung darah lengkap atau sebagian (complete blood count [CBC] atau
hemoglobin dan hematokrit), titer rubela, pemerksaan serologi (VDRL atau RPR
[rapid plasma reagin] antigen permukaan hepatitis B, status tambahan dapat
meliputi skrining tuberkulosis dengan purified protein derivative (PPD) , human
immunodeficiency virus (HIV), penyakit darah sel sabit, atau skrining genetika
lainya.
4. Wawancara
Anamnesa adalah suatu cara mengumpulkan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Anamnesa dilakukan karena
ingin mengetahui hal-hal dari klien secara lebih mendalam. Tujuan anamnesa
adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan
persalinan. Informasi ini digunakan dalam proses membuat keputusan klinik untuk
menentukkan diagnosis dan mengembangkan rencana asuhan yang sesuai.
Anamnesa dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
klien. Pertanyaan yang diajukan pada ibu bersalin meliputi :
a. Nama, umur, alamat, dll (identitas)
b. Gravida dan para
c. Hari pertama haid terakhir
d. Riwayat alergi obat-obat tertentu
e. Riwayat kehamilan sekarang :
1. Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan kehamilan?
Jika ibu menjawab iya, check kartu antenal bila memungkinkan
2. Pernahkah ibu mendapat masalah selama kehamilannya, seperti
perdarahan, hipertensi, demam ?
3. Kapan ibu mulai merasakan kontraksi?
4. Apakah kontraksinya teratur? Seberapa sering kontraksi itu muncul?
5. Apakah ibu masih merasakan gerakan janin?
6. Apakah selaput ketuban sudah pecah?
Jika ya, apa warna cairan ketubannya ? bagaimana konsistensinya
(encer atau kental)? Kapan selaput ketuban nya pecah?
7. Apakah ada cairan bercampur darah yang keluar dari vagina ?
Jika ya, cairan apa yang keluar (bercak darah ? lendiri campur darah ?
atau darah segar ?)
8. Kapan terakhir kali ibu makan dan minum?
9. Apakah ibu mengalami kesulitan untuk BAK ?
f. Riwayat kehamilan sebelumnya
o Apakah ada masalah/penyulit selama persalinan atau kelahiran
sebelumnya (seperti sectio caesarea, persalinan dengan ekstraksi
vakum atau forcep, induksi oksitosin, hipertendi yang diinduksi
oleh kehamilan, pre-eklampsia dan eklampsia.
g. Riwayat medis lainnya (masalah pernafasan, hipertensi, gangguan
jantung, berkemih, dll)
h. Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing atau
nyeri epigastrium bagian atas). Jika ada, periksa tekanan darahnya dan
protein dalam urin ibu.
i. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainnya.
Dokumentasinya semua informasi yang didapat dari klien, setelah itu
dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik. Contoh hasil anamnesa pada lampiran.

5. Faktor-faktor Psikososial
Penampilan dan prilaku wanita serta pasanganya secara keseluruhan
merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan
faktor-faktor yang perlu dikaji mencakup hal-hal berikut.
Interaksi verbal. Apakah wanita itu bertanya? Dapatkah ia meminta apa yang
ia perlukan? Apakah pasangannya mengambil alih semua pembicaraan? Apakah
wanita berbicara kepada orang-orang yang mendukungnya? Apakah ia bebucara
bebas dengan perawat atau hanya berespons terhadap pertanyaan yang di ajukan ?
Bahasa tubuh. Apakah ia tmpak santai atau tegang? Sejauh mana tingkat
kecemasannya? Bagaimana ia bereaksi terhadap sentuhan perawat?
Pendukungnya ? apakah ia mengubah posisi atau berbaring diam dengan kaku ?
apakah ia menghindari kontak mata ? dimana pasangannya duduk ? Apakah ia
tampak letih ? Berapa banyak ia beristirahat dalam beberapa hari terakhir?
Kemampuan persepsi. Apakah ia memahami apa yang perawat katakan?
Adakah hambatan dalam bahasa? Apakah tingkat kecemasannya membuatnya
membutuhkan penjelasan berulang-ulang? Dapatkah ia mengulang kembali apa
yang di sampaikan kepadanya atau apakah ia tampak mengerti?
Tingkat ketidaknyamanan. Sejauh mana wanita itu mengekspresikan apa yang
ia alami? Bagaimana ia bereaksi terhadap kontraksi? Apakah ada tanda-tanda non-
verbal terhadap rasa nyeri yang dialaminya? Apakah ia mengeluh tentang
perawatannya? Mengeluh pada pasangannya? Mampukah ia meminta suatu
tindakan untuk mengurangi rasa ketidaknyamannya?.

Pengkajian sistem secara singkat perlu dilakukan oleh perawat, termasuk


pemeriksaan jantung, paru-paru dan kulit; adanya edema di tungkai, di muka, di
tangan, atau di sakrum; dan refleks tendon dalam serta klonus
Tanda-tanda vital dan tekanan darah dikaji saat wanita masuk rumah sakit.
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui apakah hasil normal dan untuk menjadi
dasar perbandingan pengkajian selanjutnya. Apabila tekanan darah meningkat,
pertama-tama
a. Perasat leopold dan penentuan titik intensitas maksimum DJJ
Perasat Leopold

Cuci tangan

Minta wanita mengosongkan kandung kemihnya

Wanita dalam posisi telentang dengan satu bantal dibawah kepala dan
lutut sedikit ditekuk.

Sisipkan sebuah gulungan handuk kecil dibawah paha kanan wanita untuk
mendorong uterus kekiri, menjauhi pembuluh-pembuluh darah besar
(mencegah sindrom hipotensi supine. (gambar 12-8)

Apabila anda tidak kidal, berdiri disamping kanan wanita, menghadap ke


wajahnya :

1. Tentukan bagian janin yang ada di pundus. Kepala teraba bulat, keras,
mudah digerakan, dapat diraba Karena adanya ballottement, bentuk
bokong teraba tidak berbenturan dan lebih lunak (tentukan letak [
memanjang atau melintang ] dan persentasi janin [vertex atau
bokong] (gambar 12-3)
2. Gunakan salah satu telapak tangan untuk mencari dann meraba kontur
cembung rata punggung janin dan bagian yang tidak rata, yang
menunjukan bagian-bagian kecil (kaki, tangan, siku). Tindakan ini
membantu menentukan presentasi janin (gambar 12-3)
3. Dengan tangan kanan, tentukan bagian janin yang telah memasuki
pintu atas ke panggul sejati. Dengan hati-hati, pegang bagian bawah
uterus diantara ibu jari dan jari-jari dan tekan sedikit (gambar 12-3).
Apabila kepala masuk lebih dulu dan belum engaged, tentukan sikap
kepala.
4. Sekarang menghadap kea rah kiri wanita. Dengan menggunakan
kedua tangan, kenali batas luar kepala janin (gambar 12-3) dengan
telapak tangan dan ujung-ujung jari.
Apabila bagian terbawah telah turun jauh kebawah, maka yang teraba
hanya sebagian kecil saja.
Palpasi bagian kepala yang menonjol akan memabantu dalam menentukan
sikap kepala.

Apabila bagian kepala yang menonjol ditemukan pada sisi yang sama
dengan bgaian kecil, berarti kepala dalam keadaan fleksi dan presentasi
adalah vertex (gambar 12-3). Apabila bagian kepala yang menonjol pada
sisi yang sama dengan punggung, maka kepala berada dalam sikap
ekstensi.

Penentuan titik intensitas maksimum [PMI] denyut jantung janin :

Cuci tangan

Lakukan perasat leopold.

Auskultasi DJJ (gambar 12-4).

Cara presentasi, posisi, dan letak janin ; sikap bagian presentasi :

Fleksi atau ekstensi, engaged atau masih mengapung.

Gunakan protocol rumah sakit dalam pencatatan (mis, “vtx, LOA,


mengapung”)

Catat PMI DJJ dengan menggunakan peta dua garis untuk menunjukan
empat kuadran abdomen ibu, kuadran kanan atas (KKaA), kuadran kiri
atas (KKia), kuadran kiri bawah (KKiB), dan kuadran kanan bawah
(KKaB) :

KKaA KKiA

KKaB KKiB

Umbilikus merupakan titik tempat kedua garis bertemu. PMI janin pada
presentasi vertex, dalam sikap fleksi dengan punggung pada sisi kanan
ibu, umumnya, ditemukan pada kuadran kanan bawah ibu dan dicatat
dengan sebuah “X” atau dengan DJJ sebagai berikut :
Atau

x 140

harus diketahui apakah ukuran manset lengan alat pengukur tekanan darah
yang dipakai sesuai untuk wanita itu ; kemudian tekanan darah harus
diukur kembali 30 menit kemudian untuk memperoleh sata setelah wanita
berelaksasi. Wanita juga dianjurkan untuk berbaring miring dan tidak
terlentang untuk mencegah hipotensi supine dan distress janin (lihat
gambar 12-8). Suhu dipantau untuk mengetahui adanya tanda – tanda
infeksi.

Perasat Leopold (Palpasi Abdomen)

Setelah wanita berada di tempat tidur, perawat memintanya untuk


berbaring terlentang sebentar sehingga perawat dapat melakukan perasat
Leopold (prosedur 12-3). Perasat ini memberi petunjuk mengenai (1)
jumlah janin, (2) bagian presentasi janin, letak dan sikap janin, (3)
seberapa jauh penurunan janin ke dalam panggul, dan (4) lokasi PMI DJJ
pada abdomen wanita.

Auskultasi Denyut Jantung Janin

Pentingnya bagi wnita untuk mengertikan kaitannya lokasi PMI DJJ


dengan presentasi, letak dan posisi janin. Pengkajian risiko tinggi
komplikasi persalinan dapat didiagnosis berdasarkan variasi factor-faktor
ini. PMI DJJ adalah tempat pada abdomen ibu, dimana DJJ paling keras
terdengar. Tempat ini biasanya di punggung janin (gambar 12-4). Pada
presentasi vertex, DJJ terdengar dibawah umbilikus ibu, baik pada
kuadran bawah kiri atau kanan abdomen. Pada presentasi sungsang, DJJ
terdengar di atas umbilikus ibu (gambar 12-4). Dengan turunnya janin dan
terjadinya rotasi dalam, DJJ terdengar pada tempat yang lebih rendah dan
lebih dekat ke garis tengah abdomen ibu (gambar 12-4) menunjukan
diagram PMI pada presentasi dan posisi yang berbeda. Table 12-1
menyajikan pengkajian yang dianjurkan untuk menilai keadaan janin
selama persalinan. Selain itu DJJ harus diperiksa segera setelah ketuban
pecah Karena ini adalah saat paling sering terjadi prolapse tali pusat (hlm.
321)

Gambar 12-4

Titik-titik intensitas maksimum DJJ pada berbagai posisi : ASKa, anterior


menentukan kanan ; OPKa, OAKa, oksipito anterior kanan ; ASKi,
anterior sacrum kiri, OPKi, oksipito posterior kiri, AMKi, anterior
menentuakn kiri danOAKi, oksipito anterior kiri; A, presentasi biasanya
sungsang jika DJJ terdengar di atas umbilikus B, presentasi biasanya
vertex, jika DJJ terdengar di bawah umbilikus.
6. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan awal menentukan waktu dimulainya persalinan sejati. Hasil
pemeriksaan merupakan dasar pengkajian kemajuan persalinan. Pengetahuan
tentang kehamilan, pemeriksaan awal yang cermat, dan pengamatan kemajuan
kehamilan merupakan hal-hal yang penting selama proses persalinan.
Pemeriksaan fisik awal mencakup pemeriksaan sistem umum, perasat leopold
untuk menentukan presentasi janin, posisi janin, dan titik intensitas maksimum
(points of maximum intensity [PMI]) untuk mendengar denyut jantung janin
(DJJ), pengkajian kontraksi uterus, pemeriksaan vagina untuk mengkaji dilatasi
dan penipisan serviks, dan status membran/cairan amnion. Pasien seringkali
memusatkan perhatiannya pada kontraksi karena hal itu merupakan petunjuk
yang jelas tentang seberapa jauh persalinan telah berlangsung. Akan, tetapi,
perawat menganggap pemeriksaan dalam memilih memberi kepastian, khususnya
bagi ibu yang baru pertama kali melalhirkan dalam memperkirakan tahap
persalinan wanita. Selain itu, pecahnya ketuban akan secara nyata mengubah
rencana persalinan wanita itu. Aspek yang paling penting ialah pengkajian status
janin.
Pengkajian di lakukan terus-menerus selama proses persalinan. Tingkat
minimal pengkajian kemajuan persalinan dan kesejahteraan ibu serta janin
biasanya ditentukan oleh rumah sakit. Setiap kejadian luar biasa akan
memerlukan prosedur tambahan.
Tanda-tanda kemajuan persalinan didefinisikan dengan jelas (tabel 12-3).
Karakter kontraksi uterus wanita, perilaku, dan penampilannya berkaitan dengan
tahap persalinan yang dialaminya. Budaya wanita, rasa letih, dan faktor-faktor
lain dapat mempengaruhi sikap wanita terhadap persalinan.
Pengkajian yang cermat memberi arahan pilihan dan tindakan perawatan yang
perlu diterapkan. Perawat berlangsung jawab melakukan pengkajian kemajuan
persalinan. Perawat bertanggung jawab memberi tahu pemberi jasa kesehatan
kemajua persalinan dan setiap penyimpangan yang terjadi.
Kemajuan ibu pada tahap pertama persalinan dalam batas normal

Kriteria 0 sampai 3 cm 4 sampai 7 8 sampai 10 cm


(transisi)
Durasi Sekitar 8 sampai 10 Sekitar 3 jam Sekitar 1 sampai 2
jam jam
Kontraksi
- Kekuatan Lemah Sedang Kuat untuk
mendorong
- Irama Tidak teratur Lebih teratur Teratur

- Frekuensi Selang waktu 5 Selang waktu 3 Selang waktu 2


sampai 30 menit sampai 5 menit sampai 3 menit

- Durasi 10 sampai 30 detik 30 sampai 45 detik 45 sampai 60 (kurang


dari 90)detik

Penurunan kepala
- Stasiun Nullpara :0 Sekitar +1 sampai +2 sampai +3
bagian +2cm
presentasi Multipara : 0 sampai Sekitar +1 sampai +2 sampai +3
-2 cm +2cm
Show
- Warna Rabas kecoklatan, Lendir bewarna Lendir mengandung
sumbatan lendir atau merah muda sampai darah
lendir berwarna lendir yang
pucat, merah muda mengandung darah
- Jumlah Sedikit Sedikit sampai Banyak
sedang
Perilaku dan Tegang;pikiran Menjadi lebih serius, Nyeri semakin berat,
penampilan terpusat pada diri ragu-ragu akan nyeri punggung
sendiri, persalinan, kemampuannya umumnya timbul,
dan bayi; dapat mengendalikan nyeri, merasa frustasi, takut
menjadi banyak semakin khawatir; kehilangan kendali,
bicara atau diam, ingin ditemani dan tampak mudah
tenang atau tegang; diberi semangat; marah; komunikasi
khawatir; nyeri dapat perhatian lebih ke tidak jelas; amnesia
di atasi dengan cukup arah diri sendiri; di antara waktu
baik; siaga, segera tampak letih; mulai kontraksi; mual dan
mengikuti petunjuk; sulit mengikuti muntah, terutama
terbuka terhadap petunjuk terjadi hiperventilasi;
instruksi hiperestesia; pucat di
sekitar mulut, dahi
dan bibir atas
berkeringat; paha
gemetar; ingin buang
air besar, tekanan
pada anus

7. Pengkajian Kontraksi Uterus


Karakteristik umum persalinan yng efektif adalah aktivitas uterus yang teratur.
Aktivitas uterus tidak langsung berkaitan dengan kemajuan persalinan. Ada
beberapa metode yang dipakai untuk mengkaji kontraksi uterus. Metode-metode
itu adalah gambaran subyektif wanita, palpasi dan pencatatan waktu oleh klinis
dan peralatan monitor elektronik.
Setiap kontraksi menunjukan pola seperti gelombang. Kontraksi dimulai
dengan peningkatan perlahan-lahan (peningkatan” kontraksi dari sebelumnya),
secara bertahap mencapai puncak (tertinggi), dan kemudian menurun dengan
lebih cepat (penurunan, “menurunnya” kontraksi). Kemudian diikuti interval
periode istirahat (tekanan intrauterine 8 sampai 15 mmHg), yang meningkat
kembali saat kontraksi berikutnya dimulai (gambar 12-5 menunjukan diagram
kontraksi uterus yang khas).
Karakteristik berikut menjelaskna kontraksi uterus frekuensi seberapa sering
kontraksi uterus terjadi; periode waktu antara awal suatu kontraksi dan awal
kontraksi berikutnya atau dari puncak ke puncak intensitas kekuatan kontraksi
yang paling besar durasi periode waktu antara awal dan akhir suatu kontraksi
tonus istirahat ketegangan otot uterus diantara kontraksi.
Cara yang paling sering digunakan untuk saling mengukur kontraksi uterus
adalah palpasi atau pemantauan aktivitas listrik eksternal atau internal. Apabila
seorang wanita masuk ke rumah sakit, biasanya dilakukan pemantauan dasar
untuk mengkaji kontraksi uterus dan DJJ selama 20 sampai 30 menit (scott, dkk
1990). Table 12-3 menjelaskan kemajuan yang diharapkan seiring dengan
kemajuan persalianan.
Frekuensi dan durasi kontraksi dapat ditentukan dengan menggunakan ketiga
metode di atas dalam memantau aktivitas uterus. Palpasi adalah metode yang
kurang akurat dalam menentukan intensitas kontraksi uterus. Istilah – istilah
berikut dipakai untuk menggambarkan yang dirasakan selama palpasi :
a. Lemah fundus sedikit tegang dan mudah membentuk lekukan jka ditekan
dengan ujung-ujung jari
b. Moderat fundus keras dan sulit membentuk lekukan jika ditekan dengan
ujung-ujung jari
c. Kuat fundus kaku, seperti karton dan hamper tidak mungkin membentuk
lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.
Gambar 12-6

Partogram menujukan hubungan antara dilatasi dan penurunan bagian


presentasi. A, persalinan nullipara. B, persalinan multipara. Tahap-tahap dilatasi
serviks dinyatakan dengan huruf-huruf L, A, M, dan D. sebuah angka misalnya,
“2” menujukan tahap persalinan . fase laten (L) kala pertama persalinan adalah
waktu antara awal persalinan dan awal percepatan. Fase aktif dimulai dengna fase
percepatan (A) dan merupakan waktu awal kenaikan kurva dilatasi serviks sampai
dilatasi lengkap serviks. Friedman (1978) membagi fase aktif ke dalam tiga
bagian : (1) fase akselerasi (A) , (2) fase maksimum (M), dan (3) fase deselerasi
(D). garis titik-titik menunjukan dilatasi serviks . fase penurunan yang minimum.
Penurunan aktif (A) biasanya dimulai ketika kurva dilatasi serviks mencapai fase
maksimum. Laju penurunan mencapai tingkat maksimumnya pada awal fase
deselersai dilatasi serviks. Penurunan maksimum (M) terus berlanjut dalam
bentuk garis linier sampai mencapai perineum. Garis penuh menjukan laju
penurunan.

Wanita yang bersalin cenderung menggambarkan nyeri kontraksinya


dengan mengungkapkan apa yang mereka rasakan pada segmen uterus bagian
bawah dan pada bagian belakang, yang mungkin tidak berkaitan dengan
kekerasan fundus uterusnya. Dengan demikian, pernyataan mereka kurang akurat
dibandingkan pengkajian yang dilakukan oleh pember jasa kesehatan.

Pemantauan listrik eksternal memberi keterangan tentang kekuatan relatif


kontraksi, pemantauan elektronik internal adalah metode yang paling dapat
diandalkan dalam pengkajian kontraksi uterus.

Pembahasan tentang efek aktivitas uterus harus dikaitkan dengan efek


aktivitas uterus itu pada penipisan dan dilatasi serviks dan pada penurunan bagian
presentasi. Efek pada janin juga harus diperhatikan. Kemajuan persalinan dapat
dengan efektif dilihat dari grafik (patogram), di mata dilatasi serviks dan stasiun
(penurunan) digambarkan. Garfik ini membantu untuk secara dini menemukan
penyimpangan pola persalinan normal. Gambar 12-6 menunjukan pola normal
dilatasi serviks pada penurunan baik pada persalinan nullipara maupun
multipara. Gambar 12-7 adalah contoh patogram. Akuan tetapi, rumah sakit
seringkali mempunyai grafik rancangan sendiri, yang dipakai untuk mencatat
hasil pengkajian persalinan. Grafik contoh ini menjelaskan dilatasi serviks dan
penurunannya. Grafik lain mungkin mencatat tanda-tanda vital, denyut jantung
janin, dan aktivitas uterus.

8. Pemeriksaan Dalam

Periksa dalam memberi keterangan apakah seorang wanita sudah memasuki


persalinan sejati dan memungkinkan pemeriksa mennetukan selaput ketuban
pecah. Persalinan dimulai dengan pecahnya ketuban secara spontan (SORM).
Pada hampir 25% wanita hamil aterm. Ada selang waktu, jarang melebihi 24 jam,
yang mendahului awal persalinan.

Pemeriksaan dalam terdiri dari langkah berikut:

1. Perawat mempersiapkan alat alat yang diperlukan, termasuk sarung tangan


steril sekali pakai, larutan atau jelly cair antiseptik, dan sumber sinar
(lampu).
2. Perawat mempersiapkan wanita dengan menjelaskan prosedur dan
menyelimutinya supaya terhidar dari udara dingin dan rasa malu. Wanita
berada dalam posisi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi sindrom hipotensi
supine.
3. Perawat mencuci tangan dan mengenakan sarung tangan steril sesuai teknik
aspetik. Perawat menjelaskan kepada wanita bahwa ia akan merasakan jari
telunjuk dan jari tengah perawat masuk ke dalam vaginanya.
4. Perawat dikaji adalah hal hal berikut:
a) Dilatasi dan penipisan serviks
b) Bagian, posisi , stasiun prenetasi, dan apakah presentasi janin adalah
verteks,apakah ada molase kepala.
c) Keadaan selaput utuh atau pecah
d) Tinja dalam rektum
Wanita dibantu untuk mendapat posisi yang nyaman dan perawat melaporkan
serta mencatat data data diatas.
9. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan akan tindakan urinalisis dan


pemeriksaan darah serta ruptur ketuban.
 Spesiemen urine
Spesimen urine diperoleh untuk membantu memperoleh data mengenai
kesehatan wanita prosedur ini mudah dilakukan dan dapat memberikan
keterangan tentang status hidrasi (berat jenis,warna, jumlah), status gizi
(keton) atau komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya hipertensi akibat
kehamilan (protein). Hasil nya dapat cepat diperoleh dan akan membantu
perawat dalam menentukan intervensi yang cepat.
 Pemeriksaan darah
Protokol pemeriksaan darah berbeda beda disetiap rumah sakit dan
tergantung pada riwayat kesehatan pasien. Contoh pemeriksan minimal
adalah pemeriksaan hematokrit, dimana spesimen diproses dengan memakai
set infus pada unit perinatal ini dapat dilakukan pada darah yang diambil dari
ujung jari atau dari ujung kateter yang dipakai pad jalur intravena (IV).
Pemeriksaan darah yang lebih lengka adalah pemeriksaan nilai hemoglobin
dan hemtokrit serta hitung jumlah sel lengkap.
 Ruptur ketuban
Selaput ketuban (kantong air) dapat pecah dengan spontan setiap saat selama
persalinan. Perawat bertanggung jawab memantau DJJ selama beberapa
menit setelah ketuban pecah (ROM),untuk menentukan kesejahteraan janin
dan mencatat hasil pengkajian.
 Cairan amnion

Warna. Cairan amnion dalam kondisi normal pucat dan berwarna seperti
jerami dan dapat mengandung serpihan verniks kaseosa. Apabila cairan
amnion berwarna coklat kehijauan, janin biasanya mengalami hipoksia yang
menyebabkan relaksasi sfingter ani dan keluarnya produk sampingan
pencernaan janin didalam uterus, yang diisebut mekonium. Cairan amnion
yang berwarna kekuningan menunjukkan adanya hipoksia janin yang terjadi
36 jam atau lebih sebelum ketuban pecah, penyakit hemolisis janin atau
infeksi intrauterin. Cairan amnion yang bercampur mekonium dapat
merupakan hal yang normal pada presentasi sungsang akibat tekanan pada
rektum selama proses penurunan. Cairan amnion yang berwarna anggur
minuman (kemerahan) dapat menunjukan plasenta lepas dini (abrupsio).
Karakter. Cairan amnion dalam keadaan normal mempunyai konsistensi
seperti air dan baunya tidak menyengat. Apabila cairan menjadi kental atau
berbau atau tidak enak maka perlu dicurigai adnaya infeksi.

Jumlah. Dalam keadaan normar, folume cairan amnion berkisar antara 500
sampai 1.200 ml.kebannyakan cairan amnion ini berasal dari aliran darah ibu
ditambah urine janin.

Infeksi .ketika salaput ketuban pecah,mikroorganusme dari vagina dapat naik


masuk kedalam kantong amnion maka dapat terjadi amnionitis dan
plasenttitis. Meskipun selaput utuh, mikroorganisme dapat naik dan langsung
menyebabkan KPD (ketuban pecah dini).
10. Diagnosa Keperawatan

Diagnose keperawatan memberikan petunjuk jenis tindakan keperawatan yang


perlu diterapkan dalam rencana perawatan. Dalam menegakan diagnosis
keperawatan, perawat menganalisis makna temuan yang didaptkan selama
pemeriksaan.

1. Pemeriksaan awal
1) Gangguan komunikasi verbal yang b.d
 Hambatan bahasa asing
2) Ansietas yang b.d
 Kurangnya pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik
 Belum berpengalaman atau tidak mengikuti kelas persiapan untuk
orang tua
3) Resiko tinggi cidera yang b.d
 Tidak dilakukannya pemeriksaan darah dan urine antenatal

2. Pemeriksaan selanjutnya
1) Nyeri yang b.d
 Kontraksi yang kuat
2) Deficit volume cairan yang b.d
 Kurangnya masukan cairan
3) Gangguan mobilitas fisik yang b.d
 Status selaput ketuban
 Pemantauan janin
4) Perubahan pola pengeluaran urine yang b.d
 Kurangnya masukan cairan
 Cairan IV
 Tirah baring
 Analgesia
 Anastesia

3. Pengkajian stress selama persalinan


1) Gangguan pertukaran gas, janin, yang b.d
 Posisi maternal
 Hiperventilasi
2) Distress spiritual ibu yang b.d
 Ketidakmampuan mencapai hal yang diharpakan
3) Koping keluarga tidak efektif yang b.d
 Kurangnya pengetahuan tentang tindakan yang dapat menolong
wanita yang sedang melahirkan

11. Intervensi Keperawatan


Perawatan fisik selama persalinan

Kebutuhan Tindakan keperawatan Rasional


Hygine Umum : Kaji kemajuan persalinan Tentukan apakah aktivias tersebut
Mandi atau Awasi wanita dengan seksama tepat untuk dilakukan
mengelap sewaktu mandi, jika ia sudah Mencegah cedera akibat terjatuh,
memasuki persalinan sejati persalinan dapat menjadi lebih cepat
Anjurkan mandi air hangat untuk Membantu relaksasi ; menambah rasa
meredakan nyeri pinggang nyaman

Vulve Persiapkan jika diinstruksikan Memfasilitasi episiotomi dan


penjahitannya, tetapi dapat
menambah resiko infeksi

Hygine oral Tawarkan sikat gigi, berkumur, Menyegarkan mulut, menambah


atau mencuci gigi, dengan lap kepercayaan diri, membantu
yang dibasahi air es, jika mengatasi rasa kering dan haus
diperlukan
Cuci tangan Tawarkan lap sebelum dan menjaga kebersihan ; menambah
sesudah buang air kecil dan jika kepercayaan diri dan rasa nyaman
diperlukan

Masukan cairan : Sesuai perintah pemberi jasa Memenuhi standar perrawatan ;


Oral kesehatan, tawarkan cairan menjaga hidrasi ; mencukupi
jernih, sedikit es batu, permen kebutuhan kalori, diserap dengan
keras atau lolipop cepat dan jarang dimuntahkan ;
memberi pengalaman emosi yang
positif

IV Memberi dan mempertahankan Mempertahankan hidrasi ;


sesuai program IV menyediakan akses untuk memasukan
obat kedalam vena

Eliminasi :
Berkemih Anjurkan berkemih sekurang- Kandung kemih yang penuh
kurangnya setiap dua jam menghambat penurunan bagian
presensi; distensi

Tirah baring Tawarkan bedpan Mencegah bahaya distensi kandung


kemih dan ambulasi

Eliminasi fekal Setelah diperiksa dengan teliti, Menghindari salah persepsi tekanan
biarkan wanita berjalan sendiri rektum oleh bagian presentasi sebagai
ke kamar mandi atau tawarkan kebutuhan untuk BAB
bedpan

12. Intervensi Kedaruratan


Keadaan darurat dapat timbul secara mendadak dan membutuhkan intervensi
perawatan segera.
a. Prolaps Tali Pusat
Prolaps tali pusat terjadi jika tali pusat terletak di bawah bagian presentasi
janin. Prolaps tali pusat dapat bersifat okulta (tersembunyi, tidak terlihat)
selama persalinan; baik selaput ketuban sudah pecah maupun belum. Prolaps
sempurna paling sering secara langsung setelah ketuban pecah, ketika gaya
tarik bumi mendorong tali pusat ke bagian depan dari bagian presentasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah tali pusat yang panjang (> 100 cm
atau 40 inchi), malpresentasi (sungsang), letak lintang, atau bagian presentasi
belum masuk panggul.
Apabila bagian presentasi tidak dapat masuk dengan pas ke dalam segmen
bawah uterus, seperti pada hidramnion atau ketika selaput pecah, aliran cairan
amnion yang mendadak keluar dapat menyebabkan tali pusat jatuh ke bawah.
Demikian pula, tali pusat dapat prolaps ketika ketuban pecah secara mendadak,
jika bagian presentasi masih tinggi. Janin yang kecil mungkin tidak bisa masuk
dengan pas ke dalam segmen uterus, akibatnya prolapse tali pusat lebih sering
terjadi.
Faktor-faktor predisposisi lain prolaps tali pusat, yang terkait dengan bagian
presentasi yang tinggi adalah multipara, disproporsi sefalopelvis, dan plasenta
previa. Prolaps tali pusat sulit didiagnosis; tetapi seorang perawat atau pemberi
jasa kesehatan yang waspada dapat membuat diagnosis pada pemeriksaan
dalam setelah terjadi aliran cairan yang tiba-tiba. Pengenalan dini adalah
penting karena hipoksia janin akibat kompresi tali pusat yang berkepanjangan
(tersumbatnya aliran darah ke dan dari janin lebih dari 5 menit) biasanya
mengakibatkan kerusakan Sistem Saraf Pusat (SSP) atau kematian janin.
Tekanan pada tali pusat diredakan oleh pemeriksa dengan menempatkan tangan
yang dibungkus sarung tangan steril ke dalam vagina dan menahan bagian
presentasi jauh dari tali pusat. Wanita dibantu untuk mengambil posisi Sim
modifikasi, posisi Trendelenburg, atau posisi lutut-dada, di mana gaya tarik
bumi menjaga bagian presentasi menjauhi tali pusat. Apabila dilatasi serviks
lengkap, persalinan yang dibantu dengan forceps atau dengan vakum dapat
dilakukan untuk janin dalam presentasi kepala. Apabila kedua hal itu tidak bisa
dilakukan, perlu dilakukan caesar. Status janin yang mengkhawatirkan,
relaksasi uterus yang tidak adekuat, dan perdarahan juga dapat terjadi akibat
prolaps tali pusat.
b. Upaya Dukungan
Perawatan untuk wanita bersalin dilakukan dengan (1) Membantu
wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkannya dalam melahirkan anaknya,
(2) memenuhi harapan wanita tersebut akan hasil akhir persalinannya, (3)
Membantu wanita menghemat tenaganya, dan (4) Membantunya
mengendalikan rasa nyerinya.
Perawat bertindak sebagai penasihat bagi wanita dan keluarganya.
Pasangan yang mengikuti program pendidikan orangtua, yakni menerapkan
pendekatan psikoprofilaktik, akan mengetahui proses persalinan, teknik
memberi arahan, dan tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman. Staff harus
mendukung dan terus memberi tahu pasangan tentang kemajuan persalinan.
Bahkan, jika calon orangtua tidak menghadiri program pendidikan, berbagai
teknik dapat diajarkan sampai batas-batas tertentu selama fase awal persalinan.
Dalam hal ini, perawat diharapkan lebih banyak memberi arahan dan memberi
perawatan yang mendukung.
Perawat bertindak sebagai pengarah jika tidak ada pendukung atau
sebagai asisten pengarah, jika ada yang mendukung klien.

c. Ayah/pasangan selama proses persalinan


Ayah bayi biasanya adalah pasangan perempuan, yang mendukungnya
dalam persalinan. Persiapan menghadapi kelahiran sejak lama dipraktikkan
secara luas. Peran ayang yang dianggap ideal ialah sebagai pemimpin
persalinan. Ayah diharapkan untuk membantu wanita secara aktif dalam
menghadapi persalinan. Harapan ini mungkin tidak realistis untuk kemampuan
semua pria, karena sebagian pria juga khawatir akan kemampuanmereka
sebagai pelatih (berry, 1988). Chapman (1992) melaporkan sedikitnya ada tiga
peran yang dilakukan oleh pria selam proses persalinan, teman satu tim, dan
saksi. Sebagai pelatih, ayah secara aktif membantu wanita selama dan sesudah
kontraksi perlaninan. Seorang pelatih menunjukkan keingina yang kuat untuk
mengendalikan diri mereka dan mengontrol persalinan. Wanita menunjukkan
keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik dalam persalinan. Ayah
yang bertindak sebagi teman satu tim akan membantu wanita selam proses
persalinan dna melahirkan denganberespons terhadap permintaan wanita akan
dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya. Teman satu tim biasanya
mengambil peran sebagai pengikut atau pembantu atau menunggu wanita atau
perawat memberitahukan ereka apa yang dapat mereka lakukan. Dalam
berperan sebagai saksi, ayah bertindak sebagai teman dan memberi dukungan
emosi dan moral. Ia memperhatikan wanita bersalin dan melahirkan, tetapi
seringkali tertidur, menonton televisi, atau meninggalkan ruangan untuk waktu
lama. Saksi yakin tidak banyak yang dapat mereka lakukan secara fisik dan
mereka membiarkan perawat dan pemberi jasaehatan menangani persalinan
pasangannya. Wanita tidak mengharapkan sang berperan tidak lebih dari
sekedar hadir.
Tingkat mutualitas ( tingkat saling ketergantungan dan berbagi rasa )
dan pengertian ( kemampuan menegtahui kebutuhan satu sama lain ) dalam
hubungan suatu pasangan menetukan peran yang akan diemban seorang ayah.
Peran pelatih dan teman satu tim seringkali diperankan pria yang memiliki
hubungan dengan tingkat mutualitas yang tinggi dengan pasangannya.
Sebaliknya, pria yang memiliki hubungan yang tingkat mutualitasnya rendah
cenderung berperan sebagai saksi.
Karena seorang ayah berpartisipasi dalam proses persalinan dan
melahirkan dalam berbagai cara, perawat perlu mendorongnya untuk
menganbil peran yang paling sesuai untuknya dan untuk wanita itu, bukan
sekedar berpura-pura menjalankan peran.
Dengan mendukung baik ayah maupun ibu dalam persalinan, peran
perawat meningkat. Hal ini merupakan satu langkah lebih maju dari pada
sekedar memberi perawatan untuk menerapkan peran terapeutik keperawatan
mengandung beberapa konsep penting bagi ayah.
Pertama, ayah adalah orang yang berharga. Ia bukan karakter komik
yang canggung dan tidak mampu berbuat apa-apa atau malas, gugup, dan tidak
bertindak logis. Kedua, ia akan belajar menjadi mitra ibu dalam merawat bayi.
Terakhir, mengasuh anak merupakan sesuatu bentuk mitra kerja.
Perawat dapat mendukung ayah/pasangan dengan cara-cara berikut :
1. Tanpa memandang tingkat keterlibatan yang diinginkan, ajak ia
berkeliling bangsal kebidanan, dan orientasikan apa yang ia dapat
lakukan disana ( tidur,menelpon), toilet, kafetaria, ruang tunggu, ruang
bayi, waktu kunjungan, dan nama serta fungsi staf yang bertugas.
Tunjukan juga kepadanya kamar bersalin dan apa yang ia dapat lakukan
disana ( misalnya, tidur, menelpon).
2. Hormati keputusannya atau keputusan pasangannya tentang sejauh mana
ia ingin terlibat, apakah ia ingin berpartisipasi secara aktif di dalam
kamar bersalin atau hanya ingin diinformasikan. Apabila dapat mebantu
keputusan. Beri kebebasan untuk memilih dan jangan memaksakan suatu
cara. Ini adalah pengalaman mereka dan bayi mereka.
3. Tunjukan kepadanya kapan kehadirannya akan membantu dan terus
tekankan hal ini selama persalinan.
4. Tawarkan untuk mengajarkannya cara-cara meredakan nyeri sejauh yang
ingin diketahuinya. Ingatkan kembali bahwa ia tidak bertanggung jawab
mengobservasi dan menangani persalinan pasangannya, tetapi tanggung
jawabnya lebih sebagai pendukung pasangannya seiring kemajuan
persalinan.
5. Upayakan untuk cukup sering berkomunikasi dengannya tentang
kemajuan wanita dan apa yang ia (pria) butuhkan. Upayakan agar ia
terus mengetahui prosedur yang sedang dikerjakan, apa yang diharapkan
dari prosedur itu, dan apa yang diharapkan darinya.
6. Persiapkan ayah untuk menghadapi perubahan-perubahan dalam perilaku
wanita dan perubahan dalam perilaku wanita dan penampilan fisiknya.
7. Ingatkan ia untuk makan, tawarkan makanan ringan dan minuman, jika
memungkinkan.
8. Biarkan ia rileks sesuai kebutuhannya. Tawarkan selimut jika ia tidur
dikursi disamping tempat tidur. Kenali stres situasi baik pada pria
maupun pasangannya, kenali juga respons normalnya. Sikap staf yang
tidak menghakimi tidak membantu pria dan pasangannya.
9. Upayakan untuk memodifikasi atau menghilangkan stimulus yang tidak
menyenangkan, seperti suara ribut, cahaya yang terlalu terang dan suara
percakapan.
d. Kebudayaan dan partisipasi Ayah
Banyak rumah sakit mendorong ayah untuk hadir selama persalinan
dan melahirkan. Apabila ayah tidak dapat hadir, orang yang dekat dengannya
dapat hadir. Pada bebrapa kebudayaan, ayah mungkin hadir, tetapi
kehadirannya di sisi pasangannya mungkin dianggap tidak pantas sehingga ia
mungkin menolak untuk terlibat. Perilakunya dapat disalahtafsirkan oleh staf
perawat sebagai kurang peduli, kurang perhatian, atau kurang berminat.
Lantican dan corona (1992) menunjukkan pentingnya ikatan kasih antara
wanita amerika-meksiko dan filipina dan kerabat wanitanya dalam melakukan
aktivitas mengasuh anak. Hal ini juga terjadi pada banyak kelompok budaya
lain. Kehadiran wanita lain sangat diharapkan dalam situasi ini. Pada semua
kebudayaan, jika persalinan terjadi di rumah sakit, setidaknya satu wanita
diharapkan hadir untuk membantu. Seringkali wanita dari kebudayaan asia
tanggara(Hollingsworth,dkk,1980),AmerikaAfrika(carrington,1978;Horn,1982
) dan Amerika-Arab ( Meleis,Lipton,Paul,1981) lebih menyukai bantuan dari
sesama wanita saat melahirkan.
Menurut Pillsbury (1978), dalam kebudayaan cina, suami tidak
diperbolehkan masuk ke dalam kamar bersalin karena ia dapat tercemar oleh
darah wanita. Perawat dari latar belakang budaya berbeda mungkin merasa
aneh melihat seorang suami cina tidak memberi mereka dukungan emosional,
jika diperlukan, misalnya ibu, mertua, sepupu, anggota keluarga jauh lain, atau
teman dekat.
Karena ada banyak variasi pilihan orang yang lebih disukai untuk hadir
adalah penting bagi perawat untuk menentukan siapa yang diinginkan wanita
untuk hadir dalam proses persalinan dan saat ia melahirkan.
e. Dukungan kakek-nenek selama persalinan
Adalah penting mendukung kakek-nenek dan memprilakukan mereka
dengan hormat, terutama dalam situasi di mana mereka menggantikan suami
sebagai pemimpin persalinan. Mereka mungkin memiliki cara untuk
meredakan nyeri berdasarkan pengalaman mereka. Mereka perlu diberi
kesempatan untuk membantu selama tindakan mereka tidak mengganggu
keadaan ibu dan anak. Perawat bertindak sebagai model peran bagi oarang tua
bayi dalam memperlakukan kakek-nenek, yakni dengan menghargai dan
menghormati serta mengakui bayi. Perawat dukungan mereka terhadap orang
tua bayi. Perawat juga mengenali kesulitan mereka sebagai orang tua yang
menyaksikan anaknya dalam keadaan nyeri atau krisis, berapapu usia anaknya
itu.
Hal ini juga merupakan keuntungan dari kehadiran kakek-nenek atau
orang lain. Mereka dapat menggantikan ayah/pemimpin. Mereka dapat
membantu wanita yang sedang bersalin berjalan-jalan, khususnya jika tiang
infus perlu didorong atau membantu wanita saat ia harus melakukan dua hal
secara bersamaan.
Perawat sedapat mungkin menawrakan dukungan emosional kepada
kakek-nenek. Seorang perawat dapat menunjukkan dukungan dengan
menyediakan minuman, meskipun tidak diminta, dan dengan memulai diskusi,
mengajukan pertanyaan terbuka atau melontarkan pertanayaan, seperti
“kadang-kadang sulit menyaksikan anak perempuan sendiri melahirkan”’
f. Saudara kandung bayi selama persalinan
Persiapan untuk menerima seorang anak baru akan membantu proses
ikatan batin. Persiapan untuk menghadapi kehamilan dan persalinan ibu dan
partisipasi anak di dalamnya dapat membantu anak yang lebih besar menerima
perubahan ini. Anak yang lebih tua menjadi partisipan aktif yang penting bagi
keluarga ( Bliss,1980). Berlatih peristiwa sebelum persalinan merupakan hal
yang penting. Persiapan untuk seluruh keluarga mencakup pengaturan
individu pendukung tambahan yang akan bertanggung jawab terhadap anak
yang lebih tua selama ibu dalam proses persalinan.
Usia dan tingkat perkembangan anak mempengaruhi respons mereka.
Oleh karena itu, persiapan harus memenuhi kebutuhan setiap anak. Anak yang
berusia kurang dari dua tahun menunjukkan minat kecil terhadap kehamilan
dan persalinan. Bagi anak yang lebi tua, pengalaman ini akan mengurangi rasa
takut dan konsep yang salah. Kebanyakan orang tua dapat “merasakan” tingkat
kematangan anak-anak mereka dan kemampuan mereka dalam menghadapi
keadaan ini. Persiapan untuk mereka mencakup penjelasan apa yang mereka
lihat dan dengar. Anak harus belajar memahami bahwa ibu mereka akan
bekerja keras. Ia tidaka akan dapat berbicara tetapi tubuh ibu nereka diciptakan
untuk melakukan melakukan hal itu. Penglihatan, pendengaran, penciuman,
dan perilaku para partisipan merupakan pengalaman yang telah ayah siapkan.
film disediakan para pertisipan persiapkan anak usia prasekolah dan usia
sekolah dalam berpartiisipasi selama persalinan.
g. Persiapan Melahirkan
Tahap pertama persaliana burakhira denganlengkap serviks. Bagi banyak
wanita multipara, biasany mengedan selama sat sampai dua jan sebelum
melahirakn. Apabila wanita mendapatkan anestesia epidural, mengedan dapat
berlangsung lebih dari dua jam. Perawat memulai persiapan untuk kelahiran
jika seorang wanita multipara talah berdilatasi eman samapi tujuh sentimeter
terakhir dapat terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses ini adalah posisi janin ( mis, oksiput posterior ) dan
ukuran relatif bayi sebelumnya.
h. Tempat Bersalin
Telah terjadi perubahan besar pada lokasi tempat bersalin. Survey 1991
melaporkan bahwa lebih dari setengah wanita hamil tidak melahirkan dikamar
bersalin tradisional ( American Collage of Obsetetricians dan Gynecologis,
1993 )perubahan tempat melahirkan yang paling sering adalah ruang
persalinan,melahirkan,pemulihan,pascapartum(LDRP=labor,delivery,recovery,
pascapartum), di mana sang wanita terus berada di dalam ruangan yang sama
selama di rumah sakit. Hal ini untuk menghindari kebingungan transfer berkali-
kali dari kamar bersalin ke kamar pemulihan. Pilihan lain adalah kamar
bersalin, melahirkan, dan pemulihan ( LDR ), dimana wanita terus berada
dalam ruang yang sama selama persalinan dan masa pemulihan pascapartum
segera ( satu sampai dua jam ) dan kemudian dipindahkan ke ruangan
“pascapartum”. Di sini, ia akan tinggal seterusnya selama di rawat. Akan tetapi,
beberapa rumah sakit tidak cukup memiliki kamar bersalin sehinggal wanita
perlu ditransfer pada tahap kedua. Apabila persalinan terjadi di kamar bersalin,
sebaiknya wanita ditransfer cukup dini untuk menghindari ketergesaan. Bagi
presentasi mulai meregang perineum. Bagi wanita multipara, transfer harus
dilakukan pada tahap pertama, ketika dilatasi serviks mencapai 8 sampai 9
sentimeter.
13. Evaluasi
Evaluasi kemajuan dan hasil akhir merupakan aktivitas yang terus dilakukan selama
tahap pertama persalinan. Perawat harus dengan teliti mengkaji setiap interaksi
dengan calon ibu dan keluarganya dan dengan kritis menilai sejauh mana hasil akhir
perawatan yang diharapkan dicapai. Hasil berikut mencerminkan perawatan yang
efektif :

 Wanita menunjukkan kemajuan persalinan yang normal sementara DJJ tetap


dalam batas normal tanpa ada tanda-tanda stres janin.
 Wanita menunjukkan rasa puas terhadap bantuan dari pendukungnya dan staf
perawat.
 Wanita menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi sebatas kemampuan nya
selama persalinan

Riwayat kasus.

Paula Jones, usia 24 tahun, gravida dua, para 1-0-0-1 dengan gestasi 39 minggu,
masuk ke bangsal kebidanan. Dari data pengkajian diperoleh data : dilatsi serviks
5cm, penipisan 60%, stasiun -2. Kontraksi uterus berlangsung setiap empat sampai
lima menit selama 40 sampai 60 detik dengan kekuatan sedang. Tanda-tanda vital ibu
berada dalam btas normal dan janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132
kali/menit. Paula mengatakan ia merasa cemas tentang persalinannya dan merasa
nyeri selama kontraksi.

HASIL AKHIR IMPLEMENTASI RASIONAL EVALUASI


YANG
DIHARAPKAN
Diagnosa keperawatan: rasa takut/ansietas yang berhubungan dengan kesejahteraan ibu/janin
selama proses persalinan.
Paula akan Membina hubungan Pengungkapkan rasa Paula mengatakan
mnegetahui sumber- yang terbuka dan takut dan bhwa ia takut
sumber ketakutan saling percaya kekhawatiran akan ditinggal sendiri
dan kecemasannya. dengan Paula membantu Paula selama persalinan
untuk mengatasinya. dan khawatir jika
Penting untuk memakai obat pereda
mengurangi rasa nyeri, akan
takut dan cemas membahayakan
karena ini akan janinnya.
Paula akan Menunjukkan sikap menghambat Perawat mengetahui
menyatakan menerima rasa takut kemajuan persalinan. rasa takutnya dan
kekhawatirannya dan kecemasan Paula menerangkan
tentang persalinan kepadanya efek
dan kelahiran pereda nyeri terhadap
janin dan
kemungkinan
terjadinya hal itu.
Perawat juga
meyakinkan Paula
bhawa ia tidak akan
ditinggal sendiri
karena ia sedang
dalam tahap aktif
persalinan.
Paula akan Menganjurkan Paula Paula mengatakan
menyatakan bahwa untuk membedakan bahwa rasa takutnya
rasa cemas dan antara ancaman yang berkurang setelah
takutnya berkurang. aktual dan ancaman membicarakannya
terhadap dengan perawat.
kesejahteraan diri
dan janinnya, yang
hanya berupa
bayangan.
 Wanita mempunyai status hidrasi yang memadai dan dapat mengosongkan
kandung kemihnya sesuai kebutuhan.
 Wanita dapat memberi tahu pendukungnya dan staf perawat tentang tindakan
yang membantu untuk mengurangi nyeri dan untuk membuatnya rieks.
Apabila dari proses evaluasi ditemukan bahwa hasil yang diharapkan tidak
dicapai, perlu dilakukan pemeriksaan, perencanaan, dan penerapan lebih lanjut untuk
memperbaiki perawatan pada wanita dan keluarganya
Wanita seringkali memberi tahu saat awal kontraksi dan semakin bersuara
sewaktu mengedan. Pada fase ketiga, bagian presentasi sudah berada di perineum dan
usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan. Wanita akan lebih banyak
mengungkapkan nyeri yang dirasakan secara verbal dengan menjerit atau maki-maki
dan mungkin bertindak di luar kendali (Aderhold, Roberts, 1991). Wanita perlu di
dorong untuk memperhatikan tubuhnya seiring ia masuk ke tahap kedua persalinan.
J. Kedaruratan
Intervensi untuk kondisi kedaruratan

TANDA-TANDA INTERVENSI
Denyut Jantung janin Yang Mengkhawatirkan Beritahu pemberi jasa kesehatan.
Bradikardi janin (DJJ < 110 denyut/menit selama Ubah posisi ibu ke posisi berbaring
> 2 menit). miring.
DJJ tidak regular, ritme sinus abnormal pada Tambah cairan IV, jika diinfus.
monitor internal. Mulai berikan IV jika ibu tidak diinfus.
Variabilitas DJJ terus menurun. Berikan oksigen 10 sampai 12 L/menit
DJJ tidak ada. dengan masker muka yang ketat.
Relaksasi Uterus Tidak Adekuat
Tekanan intrauteri > 75 mmHg (oleh IUPC). Beritahu pemberi jasa kesehatan.
Kontraksi terus-menerus selama > 90 detik. Hentikan oksitosin (Pitocin), jika
Interval kontraksi < 2 menit. diinfus.
Minta wanita mengambil posisi miring.
Tingkatkan kecepatan infus cairan IV.
Beri oksigen 10 sampai 12 L/menit
dengan menggunakan pelindung
muka yang dipasang ketat.
Apabila belum dipasang IV, pasang
infus IV sekarang.
Palpasi dan evaluasi kontraksi.
Beri tokolitik (terbutalin, ritodrin) sesuai
program.
Perdarahan perVagina
Perdarahan vagina (merah terang, merah tua, atau Beritahu pemberi jasa kesehatan.
jumlah melebihi darah yang diperkirakan Antisipasi persalinan sesaria darurat.
keluar saat dilatasi serviks normal).
Perdarahan vagina terus-menerus disertai
perubahan DJJ.
Nyeri mungkin ada, mungkin tidak.
Infeksi
Cairan amnion berbau tidak sedap. Beritahu pemberi jasa kesehatan.
Temperature ibu > 100,40 Fahrenheit (380 Lakukan upaya untuk menurunkan suhu
Celsius) meskipun hidrasi cukup (urine wanita yang sedang melahirkan.
berwarna jerami). Mulai hidrasi IV.
Takikardi janin > 160 denyut/menit selama > 2 Kirim specimen urine yang diperoleh
menit. menggunakan kateter ke
laboratorium untuk diurinalisis dan
sampel cairan amnion untuk
dikultur.
Prolaps Tali Pusat
Bradikardi janin disertai berbagai deselerasi Minta bantuan
selama kontraksi uterus. Segera beritahu pemberi jasa kesehatan.
Wanita mengatakan bahwa ia merasa ada tali Kenakan sarung tangan segera dan
pusat setelah selaput ketuban pecah. masukan dua jari ke dalam vagina
Tali pusat terlihat atau terasa atau menonjol dari sampai serviks. Dengan satu jari
vagina. pada masing-masing sisi tali pusat
atau kedua jari pada satu sisi, dorong
ke atas pada bagian presentasi untuk
meredakan tekanan pada tali pusat.
Sisipkan gulungan handuk pada paha
kanan wanita.
Tempatkan wanita pada posisi
Trendelenburg yang ekstrem atau
posisi Sim yang dimodifikasi atau
posisi lutut-dada.
Apabila tali pusat menonjol dari vagina,
bungkus dengan longgar dengan
menggunakan handuk steril yang
dibasahi normal salin steril.
Beri wanita oksigen dengan dengan
menggunakan masker 10 sampai 12
L/menit sampai persalinan selesai.
Mulai beri cairan IV atau tingkatkan
kecepatan infus.
Terus pantau denyut jantung janin, jika
memungkinkan dengan
menggunakan elektroda pada kulit
kepala janin.
Jelaskan kepada wanita dan
pendukungnya apa yang terjadi dan
apa yang sedang dilakukan.

Respons wanita yang diharapkan dan tindakan pendukung selama persalinan

DILATASI SERVIKS 0 SAMAPI 3 CM ( kontraksi berlangsung 10 sampai 30 detik,


berjarak 5 sampai 30 menit, ringan samapi sedang )
Mood : terjaga sepenuhnya, gembira, tegang, Memberi semangat, umpan balik untuk
sedikit cemas relaksasi, dan menemani wanita
Masuk kedalam kamar bersalin; pilih focal Membantu sewaktu kontraksi
point Menggunakn teknik memusatkan perhatian
Istirahat atau tidur, jika memungkinkan Berkonsentrasi dalam melakukan teknik
Menggunakan teknik menghembuskan napas, pernapasan
memusatkan perhatian, dan teknik relaksasi Melakukan upaya untuk menciptakan rasa
nyaman
Posisi yang paling nyaman untuk wanita
Mengupayakan wanita terus mengetahui
kemajuan persalinan, menjelaskan prosedur
dan tindakan rutin lain
Memberi pujian
Menawarkan ataraktik sesuai instruksi
DILATASI SERVIKS 4 SAMAPI 7 CM ( kontraksi berlangsung selama 30 samapi 40
detik, berjarak 3 samapi 5 menit, sedang sampai kuat )
Mood : orientasi serius, konsentrasi, dan Bertindak sebagai perantara, batasi tindakan
energi dibutuhkan untuk kontraksi, wanita pemeriksaan hanya diantara kontraksi
terjaga lebih banyak menuntut Membantu selama kontraksi
Relaksasi kontinu, teknik untuk Mendorong wanita untuk membantu
memfokuskan menggunkan teknik mempertahankan terknik pernapasan
pernapasan Melakukan tindakan untuk menciptakan rasa
nyaman wanita dalam posisi berbaring
miring
Menganjurkan relaksasi otot-otot punggung,
bokong, paha, dan perinium secara volunter;
menghembuskan napas
Memberi tekanan balik pada daerah
sakrokoksigis
Memberi semangat dan pujian
Mengusahakan agar wanita mengetahui
kemajuannya
Menawarkan analgesia dan anestesia sesuai
program
Memeriksa kandung kemih, anjurkan untuk
buang air kecil
Melakukan perawatan mulut dan memberi es
batu
DILATASI SERVIKS 8 SAMPAI 10 CM ( TRANSISI ) (kontraksi berlangsung selama 45
sampai 90 detik, berjarak 2 sampai 3 menit, kuat )
Mood : mudah tersinggung, konsentrasi Menemani wanita, memberi dukungan secara
penuh, gelaja-gejala transisi kontinu
Teruskan melakukan relaksasi, perlu Membantu selama kontraksi
berkonsentrasi lebih untuk melakukan hal ini Mungkin perlu mengingatkan dan
Ternik pernapasan meyakinkan wanita untuk kembali
Menggunkan pola 4 : 1, jika memungkinkan menerapkan pola pernapasan dan
Menggunakan teknik napas pendek cepat berkonsentrasi
untuk mengatasi respons ingin mengedan Apabila disedasi atau mengantuk, wanita
perlu diperingatkan untuk mulai mengatur
pola napas sebelum kontraksi menjadi terlalu
kuat
Saat wanita mulai mengatur pola napas
sebelum kontraksi menjadi terlalu kuat
Saat wanita mulai mengedan, menganjurkan
wanita bernapas dengan bersuara kersa
Melakukan upaya untuk meredakan rasa
nyeri menerima ketidakmampuan wanita
untuk mengikuti instruksi
Menerima respons yang merasa terganggu
terhadap bantuan yang perawat tawarkan,
misalnya terhadap pemberian tekanan balik (
counter pressure )
Membantu wanita yang mengalami mual dan
muntah, memberi perawatan mulut jika
diperlukan, yakinkan wanita tentang tanda-
tanda akhir tahap pertama
Menggunkan teknik untuk mengatasi
ketegangan ( bernapas melalui mulut dan
relaksasi volunter )
Mengusahakan wanita terus mengetahui
kemajuannya dan membantu sewaktu
mengedan, jika waktu mengedan telah tiba.

Pengetauan yang mendalam tentang teknik bernapas dan relaksasi untuk membantu
wanita dan pasangannya menghadapi persalinan. Perawat perlu melakukan tindakan-tindakan
yang membantu memberikan rasa nyaman, seperti memberikan kompres hangat pada
punggung bawah, lap dingin pada dahi, dan suhu kamar disesuaikan dengan kenyamanan
wanita yang sedang melahirkan. Efek hawthorne adalah “ fenomena yang terjadi, jika
seseorang, yang merasakan nyeri mulai merasa lebih nyaman saat perawat berbicara dengan
lembut untuk melegakan hati, menepuk-nepuk bantal, dan berjanji untuk tetap dekat
dengannya. Dukungan positif, terutama dari seseorang yang berwenang, menambah
kemampuab pasien dalam mengatasi stres”(jimenez,1983).
Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman berbeda-beda tergantung situasi.
Perawat dapat menggunkan cara yang dilakukan oleh pasangan, yang ia pelajari selama masa
hamil. Tindakan untuk mengupayakan rasa nyaman dapat berupa upaya mencipkan suasana
yang nyaman dalam kamar beralin; memberi sentuhan; memberi penganan nyeri
nonfarmakologi, dan memberi analgesia, jika diperlukan, tetapi yang paling penting ialah
untuk perawat “berada di sisi klien”.
Kamar bersalin harus terang dan berudara segar, tetapi lampu kepala yang terang
perlu dimatikan, jika tidak diperlukan. Kamar harus cukup luas supaya dapat memuat kursi
yang nyaman untuk pasangan wanita, peralatan monitor dan personil rumah sakit. Di
beberapa rumah sakit, pasangan dianjurkan membawa bantal tambahan untuk membantu
menciptakan suasana seperti di rumah sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Bobak.2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Jakarta:EGC.
Damayanti,Ika Putri,dkk.2014.Buku Ajar: Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir.Yogyakarta:Deepublish.

Armawan, Edwin. 2002. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta :GM

Anda mungkin juga menyukai